HALUSINASI
Disusun Oleh :
Lusy Dwi Kusumawati P27220019075
D III KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
SURAKARTA
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian
Stuart & Laraia (2009) mendefinisikan halusinasi sebagai suatu
tanggapan dari panca indera tanpa adanya rangsangan (stimulus) eksternal
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan
sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.Ada lima jenis halusinasi yaitu
pendengaran, penglihatan, penghidu, pengecapan dan perabaan. Halusinasi
pendengaran merupakan jenis halusinasi yang paling banyak ditemukan
terjadi pada 70% pasien,kemudian halusinasi penglihatan20%, dan sisanya
10% adalah halusinasi penghidu, pengecapan dan perabaan.
Perubahan persepsi sensori ditandai oleh adanya halusinasi. Beberapa
pengertian mengenai halusinasi di bawah ini dikemukakan oleh beberapa ahli:
Halusinasi adalah pengalaman panca indera tanpa adanya rangsangan
(stimulus) misalnya penderita mendengar suara-suara, bisikan di telinganya
padahal tidak ada sumber dari suara bisikan itu (Hawari, 2014).
Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan jiwa dimana
penderitanya mengalami perubahan sensori persepsi (Direja, 2011). Gangguan
persepsi merupakan ketidakmampuan manusia dalam membedakan antara
rangsangan yang timbul dari sumber internal (pikiran, perasaan) dan stimulus
eksternal (Rusdi, 2013).
Halusinasi adalah penyerapan tanpa adanya rangsang apapun pada
panca indra sesorang pasien yang terjadi dalam keadaan sadar atau bangun,
dasarnya mungkin organik, psikotik ataupun histerik. Halusinasi merupakan
gangguan atau perubahan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu
yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada
rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui
panca indra tanpa stimulus eksteren: persepsi palsu (Maramis, 2012).
B. Etiologi
1. Faktor predisposisi
Menurut Stuart (2010), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:
a. Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan
dengan respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini
ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang berikut:
1) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan
otak yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi
pada daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan dengan
perilaku psikotik.
2) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter
yang berlebihan dan masalah-masalah pada system reseptor
dopamin dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.
3) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal
menunjukkan terjadinya atropi yang signifikan pada otak
manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia kronis,
ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian
depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan
anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).
b. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat
mempengaruhi respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap
atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas
adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien
c. Sosial budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi
realita seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan,
bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress
2. Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah
adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak
berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stressor
dan masalah koping dapat mengindikasikan kemungkinan kekambuhan
(Keliat, 2010).
Menurut Stuart (2010), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi
adalah:
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang
mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme
pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan
untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak
untuk diinterpretasikan.
b. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap
stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan
perilaku.
c. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stressor.
3. Perilaku
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa rasa curiga, takut, tidak
aman, gelisah dan bingung, berperilaku yang merusak diri, kurang
perhatian, tidak mampu mengambil keputusan, serta tidak dapat
membedakan keadaan nyata dan tidak nyata. Rawlins dan Heacock (2011)
mencoba memecahkan masalah halusinasi berlandaskan atas hakikat
keberadaan seseorang individu sebagai mahluk yang dibangun atas dasar
unsur-unsur bio-psiko-sosio-spiritual sehingga halusinasi dapat dilihat dari
lima dimensi yaitu sebagai berikut :
a. Dimensi Fisik
Manusia dibangun oleh system indra untuk menanggapi
rangsangan eksternal yang diberikan oleh lingkungannya.
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti
kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga
delirium, intoksikasi alcohol, dan kesulitan untuk tidur dalam waktu
yang lama
b. Dimensi Emosional
Perasaan cemas yang berlebihan karena problem atau masalah
yang tidak dapat diatasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi.
Isi dari halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan.
Klien tidak sanggup lagi menentang perintah tersebut hingga
berbuat sesuatu terhadap ketakutannya
c. Dimensi Intelektual
Dimensi intelektual menerangkan bahwa individu yang
mengalami halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan
fungsi ego. Pada awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego
sendiri untuk melawan impuls yang menekan, tetapi pada saat
tertentu menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh
perhatian klien dan tidak jarang akan mengontrol semua perilaku
klien
d. Dimensi Sosial
Dimensi social pada individu yang mengalami halusinasi
menunjukkan kecenderungan untuk menyendiri. Individu asyik
dengan halusinasinya, seolah-olah ia merupakan tempat untuk
memenuhi kebutuhan akan interaksi social, control diri, dan harga
diri yang tidak didapatkan dalam dunia nyata. Isi halusinasi
dijadikan system control oleh individu tersebut, sehingga jika
perintah halusinasi berupa ancaman, ,maka hal tersebut dapat
mengancam dirinya atau orang lain. Oleh karena itu, aspek penting
dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada klien yang
mengalami halusinasi adalah dengan mengupayakan suatu proses
interaksi yang menimbulkan pengalaman interpersonal yang
memuaskan, serta mengusahakan agar klien tidak menyendiri. Jika
klien selalu berinteraksi dengan lingkungannya diharapkan
halusinasi tidak terjadi
e. Dimensi Spiritual
Manusia diciptakan Tuhan sebagai mahkluk sosial, sehingga
interaksi dengan manusia lainnya merupakan kebutuhan yang
mendasar. Klien yang mengalami halusinasi cenderung menyendiri
hingga proses di atas tidak terjadi. Individu tidak sadar dengan
keberadaannya dan halusinasi menjadi system control dalam
individu tersebut. Saat halusinasi menguasai dirinya, individu
kehilangan control terhadap kehidupan nyata.
4. Sumber koping
Sumber koping merupakan suatu evaluasi terhadap pilihan koping dan
strategi seseorang. Individu dapat mengatasi stress dan ansietas dengan
menggunakan sumber koping yang ada di lingkungannya. Sumber koping
tersebut dijadikan sebagai modal untuk menyelesaikan masalah.
Dukungan social dan keyakinan budaya dapat membantu seseorang
mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan stress dan mengadopsi
strategi koping yang efektif.
5. Mekanisme Koping
Mekanisme koping merupakan tiap upaya yang diarahkan pada
pengendalian stress, termasuk upaya penyelesaian masalah secara
langsung dan mekanisme pertahanan lain yang digunakan untuk
melindungi diri.
C. JENIS-JENIS HALUSINASI
Halusinasi terdiri dari darin beberapa jenis,dengan karakteristik
tertentu,diantaranya:
1. Halusinasi pendengaran (akustik,audiotorik) : Gangguan stimulus
dimana pasien mendengar suara-suara terutama suara-suara
orang,biasanya pasien mendengar suara orang yang sedang
membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan
untuk melakukan sesuatu.
2. Halusinasi penglihatan (visual) : Stimulus visual dalam bentuk beragam
seperti bentuk pancaran cahaya,gambaran geometrik,gambar kartun dan
atau panorama yang luas dan kompleks.Bayangan bias bisa
menyenangkan atau menakutkan.
3. Halusinasi penghidu (olfaktori) : Gangguan stimulus pada
penghidu,yang ditandai dengan adanya bau busuk,amis dan bau yang
menjijikkan seperti:darah,urine atau feses.Kadang kadang terhidu bau
harum.Biasanya berhubungan dengan stroke,tumor,kejang dan
dementia.
4. Halusinasi peraba (taktil,kinaestatik) : Gangguan stimulus yang ditandai
dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang
terlihat.Contoh :merasakan sensasi listrik datang dari tanah,benda mati
atau orang lain.
5. Halunisasi pengecap (gustatorik) :Gangguan stimulus yang ditandai
dengan merasakan sesuatu yang busuk,amis dan menjijikkan.
6. Halunisasi sinestetik :Gangguan stimulus yang ditandai dengan
merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui vena atau
arteri,makanan dicerna atau pembentukan urine. (Yosep Iyus, 2007).
Jenis jenis halusinasi
D. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil observasi terhadap pasien
serta ungkapan pasien. Adapun tanda dan gejala pasien halusinasi adalah
sebagai berikut:
3. Tahap 3
Pada tahap ini halusinasi mulai mengendalikan perilaku pasien,
pasien berada pada tingkat ansietas berat. Pengalaman sensori menjadi
menguasai pasien.
Karakteristik : Pasien yang berhalusinasi pada tahap ini menyerah
untuk melawan pengalaman halusinasi dan membiarkan halusinasi
menguasai dirinya. Isi halusinasi dapat berupa permohonan, individu
mungkin mengalami kesepian jika pengalaman tersebut berakhir
( Psikotik )
Perilaku yang teramati:
Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh
halusinasinya dari pada menolak.
Kesulitan berhubungan dengan orang lain.
Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik, gejala
fisik dari ansietas berat seperti : berkeringat, tremor,
ketidakmampuan mengikuti petunjuk.
4. Tahap 4 (controlling)
Halusinasi pada saat ini, sudah sangat menaklukkan dan tingkat
ansietas berada pada tingkat panik. Secara umum halusinasi menjadi
lebih rumit dan saling terkait dengan delusi.
Karakteristik : Pengalaman sensori menakutkan jika individu tidak
mengikuti perintah halusinasinya. Halusinasi bisa berlangsung dalam
beberapa jam atau hari apabila tidak diintervensi (psikotik).
Perilaku yang teramati :
Perilaku menyerang - teror seperti panik.
Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang
lain.
Amuk, agitasi dan menarik diri.
Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang komplek .
Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang.
B. Pohon Masalah
C. Diagnosa Keperawatan
Keliat, Budi Anna. (2013) Proses keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Maramis, W.f. 2012. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Ed. 9 Surabaya: Airlangga
University Press.
Pertemuan ke :1
A. PROSES KEPERAWATAN
a. Kondisi Klien
DS : pasien mangatakan mendengar suara-suara yang mengajak nya
bercakap-cakap
DO : pasien terlihat berbicara dan tertawa sendiri tanpa sebab, pasien juga
terlihat kadang menyenderkan telinga kea rah tertentu
b. Diagnosa Keperawatan
Halusinasi Pendengaran
c. Tujuan Keperawatan
- Klien dapat mengenali halusinasi yang dialaminya
- Klien dapat mengontrol halusinasinya
- Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal
B. STRATEGI KOMUNIKASI TERAUPETIK
1. Fase Orientasi
Salam terupetik
“Assalamu’alaikum wr.wb, selamat pagi ibu. Saya perawat yang
akan merawat ibu. Nama saya ..... Nama ibu siapa ? senangnya
dipanggil apa ?”
Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan ibu hari ini ? Apa ada keluhan hari ini ibu?”
Kontrak
Topic
“Baiklah, bagaimana kalau kita berbincang tentang suara
yang selama ini ibu dengar tetapi tak tampak wujudnya ?”
Tempat
“Di mana mau berbincang ? Baik diruang tamu ya ?”
Waktu
“Mau berapa lama 15 menit atau 30 menit ? Baik jadi kita
berbincang selama 15 menit ya”
2. Fase Kerja
“Apakah ibu mendengar suara tanpa ada wujudnya ? Apa yang dikatakan
suara itu?”
“Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling
sering ibu dengar suara ? Berapa kali sehari ibu mendengarnya ? Pada
keadaan apa suara itu terdengar ? Apakah pada waktu ibu sendiri ?”
“Apa yang ibu rasakan pada saat mendengar suara itu?”
“Apa yang ibu lakukan saat mendengar suara itu ? Apakah dengan cara itu
suara-suara itu hilang ?”
“Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara-suara itu
muncul?”
“ibu, ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama,
dengan menghardik suara tersebut. Kedua, dengan minum obat secara
teratur . Ketiga dengan berbincang dengan orang lain. Keempat, dengan
melakukan kegiatan yang sudah terjadwal”
“Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu yaitu dengan menghardik”
“Caranya seperti ini, saat suara-suara itu muncul, langsung ibu bilang
pergi saya tidak mauu mendengar,..saya tidak mau dengar. Kamu suara
palsu. Sambil tangn ibu menutupi kedua telingan dan mata di pejamkan.
Begitu diulang-ulang sampai suara itu tidak terdengar lagi. Coba ibu
peragakan.
“Nah begitu…bagus”
3. Fase Terminasi
Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan ibu setelah latihan tadi?”
Evaluasi Objektif
“Nah, coba ibu sebutkan lagi bagaimana cara menghardik suara
yang telah saya ajarkan tadi “
Rencana Tindak Lanjut
“Kalau suara-suara itu muncul lagi, Lakukan yang sudah saya
ajarkan tadi. Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya ? Mau
jam berapa latihannya ?” “Sekarang kita memasukan waktu
meminum obat kedalam jadwal ya bu” “Cara mengisi jadwalnya
adalah jika ibu minum obatnya sendiri tanpa diingatkan oleh
perawat atau teman maka di isi dengan M artinya mandiri, jika ibu
meminum obatnya diingatkan oleh perawat atau oleh teman maka di
isi B artinya dibantu, jika ibu tidak meminum obatnya maka di isi T
artinya tidak melakukannya. Apakah bisa dimengerti bu?”
Topic
“Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan
mengendalikan suara-suara dengan cara yang kedua yaitu
mengontrol halusinasi dengan minum obat ?”
Tempat
“Mau dimana tempatnya ibu untuk kita berbincang-bincang
besok ? Baiklah ditaman ya”
Waktu
“Jam berapa ibu? Berapa lama mau berlatih 15 menit atau 20
menit?” Baiklah , sampai jumpa besuk lagi ya.
Assalamualaikum
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
(SP) 2
Masalah : Halusinasi
Pertemuan :2
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
a) Data Subjektif
Komunikasi inkoheren (saat pasien ditanyakan bagaimana tadi malam
apakah ibu mendengar bisikan yang mengajak bercakap-cakap?
Jawaban pasien masih sama berguman dan tidak jelas)
b) Data Objektif
Pasien tampak berbicara sendiri
2. Diagnosa : Halusinasi
3. Tujuan : Membina hubungan saling percaya dan mengajari
pasien untuk patuh minum obat.
b) Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan ibu hari ini?” “Apa ibu sudah mandi?” “Apakah
suara-suara bisikan itu masih muncul?” “Kemarin kita sudah belajar
bagaimana cara menghilangkan suara bisikan dengan cara
menghardik, kemarin saya meminta ibu untuk mencobanya sendiri,
apakah ibu sudah melakukannya?” “Coba ibu contohkan”
c) Kontrak
1) Topik
“Sesuai dengan kesepakatan kemarin, hari ini saya akan melatih
cara kedua untuk mengontrol halusinasi dengan cara minum obat
dengan benar ya bu“.
2) Waktu
“Untuk melakukan kegiatan ini memerlukan waktu kurang lebih
20 menit. Apakah ibu bersedia?”
3) Tempat
“Dimana ibu ingin melakukan kegiatan ini?”
2. Fase Kerja
“Sebelum kita berbincang-bincang, apakah ibu masih ingat cara
mengontrol halusinasi yang sudah saya ajarkan kemarin?” “Coba ibu
jelaskan” “Baik bu, sekarang kita akan melatih cara mengontrol halusinasi
dengan minum obat secara benar” “Ibu apakah sudah dapat obat dari
Perawat?” “Ibu perlu meminum obat ini secara teratur agar pikiran jadi
tenang, dan tidurnya juga menjadi nyenyak” “Obatnya ada tiga macam,
yang warnanya orange namanya CPZ minum 3 kali sehari gunanya supaya
tenang, yang warnanya putih namanya Triheksifenidil ( THP ) minum 3
kali sehari supaya relaks dan tidak kaku, yang warnanya merah muda ini
namanya Haloperidol ( HLP ) gunannya untuk menghilangkan suara-suara
yang ibu dengar semuanya ini harus ibu minum 3 kali sehari yaitu jam 7
pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam. Bila nanti mulut ibu terasa kering,
untuk membantu mengatasinya ibu bisa menghisap es batu atau minum air
sedikit sedikit yang bisa diminta pada perawat. Bila ibu merasa mata
berkunang-kunang, ibu sebaiknya istirahat dan jangan beraktivitas dulu.
Jangan pernah menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi dengan
dokter ya bu” “Sebelum ibu meminum obat lihat dulu label yang
menempel di bungkus obat, apakah benar nama ibu yang tertulis disitu.
Selain itu ibu perlu memperhatikan jenis obatnya, berapa dosis, satu atau
dua butir obat yang harus diminum, jam berapa saja obatnya harus
diminum, dan cara meminum obanya. Ibu harus meminum obat secara
teratur dan tidak menghentikannya tanpa konsultasi dengan dokter”
“Sekarang kita memasukan waktu meminum obat kedalam jadwal ya ibu”
“Cara mengisi jadwalnya adalah jika ibu minum obatnya sendiri tanpa
diingatkan oleh perawat atau teman maka di isi dengan M artinya mandiri,
jika ibu meminum obatnya diingatkan oleh perawat atau oleh teman maka
di isi B artinya dibantu, jika ibu tidak meminum obatnya maka di isi T
artinya tidak melakukannya. Apakah bisa dimengerti bu?” “Pastikan obat
diminum pada waktunya dengan cara yang benar yaitu diminum sesudah
makan dan tepat jamnya. Ibu harus perhatikan berapa jumlah obat sekali
minum dan harus cukup minum 10 gelas per hari”
Dalam meminum obat ada hal-hal yang harus diperhatikan Bu, ini
biasanya disebut dengan 8 hal benar, meliputi :
1. Benar Pasien
Tanyakan nama pasien dan tanggal lahir sesuai dengan gelang
identitas pasien. Obat yang tertera harus sesuai dengan identitas ibu.
2. Benar obat
Yaitu harus selalu cek nama obat sesuai dengan resep/program dokter,
serta pastikan bahwa obat tidak kadaluarsa.
3. Benar Dosis
Lihat jumlah dan satuan : seperti microgram, milligram, atau gram.
4. Benar Waktu
Lihat frekuensi pemberian : Pagi, siang, atau malam.
5. Benar Rute
Identifikasi rute dan cara pemberian misalnya per oral, tetes hidung,
tetes telinga, dengan infus (IM : IV, SC,dll).
6. Benar Informasi
Berikan penjelasan mengenai tindakan yang akan dilakukan, fungsi
dan juga efek sampingnya.
7. Benar Respons
Pastikan obat yang diberikan menghasilkan respons sesuai dengan apa
yang diharapkan dari pemberian obat tersebut.
8. Benar Dokumentasi
Lakukan pencatatan yang meliputi tanggal, dan jam pemberian, nama
obat, dosis, dan rute, serta berikan tanda ceklis pada daftar terapi obat
dan paraf pada kolom yang tersedia.
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
1) Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang tadi?” “Apakah
ibu sudah mengerti cara meminum obat benar yang telah saya
ajarkan?”
2) Evaluasi Objektif
“Setelah saya ajarkan bagaimana minum obat yang benar. Bisa ibu
jelaskan kembali?”
Masalah : Halusinasi
Pertemuan :3
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi
S : Klien mengatakan sering mendengar suara-suara yang
membisiki dan isiya tidak jelas serta melihat setan-setan
O:
- Klien terlihat sering menyendiri dikamar
- Klien sering ketawa dan tersenyum sendiri
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
b. Evaluasi/Validasi
c. Kontrak
1) Topik : “Baik ibu, sesuai janji kita kemarin, hari ini kita akan
belajar cara yang ketiga untuk mencegah halusinasi yaitu
dengan bercakap-cakap.”
2. Kerja
”Kalau ibu mendengar suara yang kata ibu kemarin mengganggu
dan membuat ibu jengkel. Apa yang ibu lakukan pada saat itu? Apa
yang telah saya ajarkan kemarin apakah sudah dilakukan?”
”Cara yang ketiga yaitu dengan bercakap dengan orang lain, jadi
semisal ibu mendengar suara-suara itu ibu bisa mengajak teman
ibu mengobrol. Jadi ibu bisa bilang gini, eh aku mendengar suara-
suara itu lagi temani aku ngobrol biar suara itu hilang. Atau kalau
teman ibu tidak mau di ajak bicara ibu bisa langsung pergi ke
perawat. Katakan pada perawat bahwa ibu mendengar suara.
Nanti perawat akan mengajak ibu mengobrol sehingga suara itu
hilang dengan sendirinya.”
3. Terminasi
a. Evaluasi
c. Kontrak
1) Topik
2) Tempat
“Untuk 2 kegiatan setiap harinya yang akan kita latih, Ibu mau
melakukannya dimana Ibu untuk besok hari? Kalau untuk
bincang-bincang yang akan kita lakukan mengenai mengatasi
halusinasi dengan melakukan kegiatan harian, Ibu mau
melakukannya dimana?“
3) Waktu
Masalah : Halusinasi
Pertemuan :4
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
DS :
a. Klien mengatakan melihat sosok bayangan hitam tinggi yang
mengganggunya
b. Klien mengatakan melihat bayangan sampai 3x
DO :
a. Klien Tampak Bingung Dan Berbicara Sendiri
b. Tatapan Klien Curiga
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi penglihatan
3. Tujuan Khusus
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. Klien dapat mengontrol halusinasi yang di alaminya dengan
minum obat secara teratur.
c. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian
4. Rencana Tindakan Keperawatan
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan melakukan
kegiatan harian
c. Menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal kegiatan
harian
B. Fase Orientasi
1. Salam terapeutik
“ Assalamualaikum ibu . Apa kabar hari ini?
2. Memperkenalkan Diri
“Ibu masih ingat dengan saya? Ayo siapa nama saya? Benar bu.
Ingatan ibu luar biasa.”
3. Membuka Pembicaraan dengan Topik Umum
“Bagaimana perasaannya pagi ini ibu ? Udah mandi dan makan tadi
pagi?”
4. Evaluasi / validasi
“Bagaimana ibu masih ingat apa yang kita pelajari kemarin? Apakah
bayangan-bayangannya masih muncul? Apakah ibu sudah melakukan
kegiatan-kegiatan yang telah kita buat kemarin? Berkurangkan
bayangan-bayangannya. Bagus”
5. Kontrak
“Pagi ini saya akan menjelaskan kepada ibu cara mengatasi halusinasi
dengan cara keempat yaitu dengan melakukan kegiatan sehari-hari.
Bagaimana kalau kita sekarang berbincang – bincang di tempat ini ,
sekitar 10 mmenit ya ibu !”
C. Kerja :
‘’Cara mengontrol halusinasi ada beberapa cara, kita sudah berdiskusi tentang
cara pertama, kedua, dan ketiga, cara lain dalam mengontrol halusinasi yaitu
cara keempat dengan ibu menyibukkan diri dengan berbagi kegiatan yang
bermanfaat. Jangan biarkan waktu luang untuk melamun saja.”
”Jika ibu mulai mendengar suara-suara, segera menyibukkan diri dengan
kegiatan sehari-hari seperti menyapu, mengepel, atau menyibukkan dengan
kegiatan lain.”
D. Terminasi :
a. Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita melakukan kegiatan tadi?
b. Evaluasi Objektif
“Coba ibu sebutkan cara keempat tadi apa yang harus dilakukan jika
mendengar suara-suara ? Bagus sekali, ternyata ibu sudah memahami apa
yang sudah kita lakukan tadi ya…
c. Rencana tindak lanjut
“Karena ibu sudah paham dengan apa yang di jelaskan tadi jangan lupa
untuk kegiatan harian bisa dilakukan setiap hari ya ibu dan jangan lupa
dimasukkan ke dalam jadwal harian ibu seperti biasa.”
d. Kontrak
“Ibu nanti kita ketemu lagi ya ,kita akan membahas tentang masalah
dengan keluarga ibu. Bagaiman kalau besok jam 10 pagi? Tempatnya
bapak ingin di sini lagi atau pindah?”
Baiklah… besok kita ketemu lagi jam 10 di sini lagi ya bu…Saya permisi
dulu…
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP) 1
PADA KELUARGA HALUSINASI
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien:
Petugas mengatakan bahwa klien sering menyendiri di kamar
Klien sering ketawa dan tersenyum sendiri
Klien mengatakan sering mendengar suara-suara yang membisiki dan
isinya tidak jelas serta melihat setan-setan
2. Diagnosa keperawatan
Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
3. Tujuan tindakan keperawatan kepada keluarga meliputi :
a. Keluarga dapat terlibat dalam perawatan pasien baik di rumah sakit
maupun di rumah
b. Keluarga dapat menjadi sistem pendukung yang efektif untuk pasien
B. STRATEGI PELAKSANAAN
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi bapak/ibu. Perkenalkan saya Dila, perawat yang merawat
Mbak H. Hari ini saya dinas pagi dari jam 7 sampai jam 1 siang. Nama
bapak/ibu siapa? Dan senangnya dipanggil apa?”
b. Validasi
“Bagaimana perasaan bapak/ ibu hari ini? Apa pendapat bapak/ibu tentang
Mbak H?”
c. Kontrak
1) Topik
“Hari ini kita akan bincang-bincang tentang apa masalah yang
Mbak H alami dan bantuan apa yang bisa bapak/ibu berikan”
2) Waktu
“Bapak/ibu mau berapa lama berbincang-bincangnya? 20 menit?
30 menit?”
3) Tempat
“Tempatnya mau dimana pak/bu? Bagaimana kalau di ruang
tamu?”
2. Fase Kerja
“Apa yang bapak/ibu rasakan dalam merawat Mbak H? Apa yang bapak/ibu
lakukan?”
“Ya, gejala yang dialami oleh Mbak H itu dinamakan halusinasi, yaitu
mendengar atau melihat sesuatu yang sebetulnya tidak ada bendanya. Tanda-
tandanya bicara dan tertawa sendiri, atau marah-marah tanpa sebab”
”Untuk itu kita diharapkan dapat membantunya dengan beberapa cara. Ada
beberapa cara untuk membantu bapak/ibu agar bisa mengendalikan halusinasi.
Cara-cara tersebut antara lain: Pertama, dihadapan Mbak H, jangan
membantah halusinasi atau menyokongnya. Katakan saja bapak/ibu percaya
bahwa Mbak H tersebut memang mendengar suara atau melihat bayangan,
tetapi Mbak H sendiri tidak mendengar atau melihatnya”
”Kedua, jangan biarkan Mbak H melamun dan sendiri, karena kalau melamun
halusinasi akan muncul lagi. Upayakan ada orang mau bercakap-cakap
dengannya. Buat kegiatan keluarga seperti makan bersama, sholat bersama-
sama. Tentang kegiatan, saya telah melatih Mbak H untuk membuat jadwal
kegiatan sehari-hari. Tolong bapak/ibu pantau pelaksanaannya, ya dan berikan
pujian jika dilakukan!”
”Ketiga, bantu Mbak H minum obat secara teratur. Jangan menghentikan obat
tanpa konsultasi. Terkait dengan obat ini, saya juga sudah melatih Mbak H
untuk minum obat secara teratur. Jadi bapak/ibu dapat mengingatkan kembali.
Obatnya ada 3 macam, ini yang orange namanya CPZ gunanya untuk
menghilangkan suara-suara atau bayangan. Diminum 3 kali sehari pada jam 7
pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam. Yang putih namanya THP gunanya
membuat rileks, jam minumnya sama dengan CPZ tadi. Yang biru namanya
HP gunanya menenangkan cara berpikir, jam minumnya juga sama dengan
CPZ. Obat perlu selalu diminum untuk mencegah kekambuhan”
”Sekarang coba bapak/ibu praktekkan cara yang barusan saya ajarkan. Bagus
sekali pak/bu”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan bapak/ibu setelah kita berdiskusi tentang pengertian
halusinasi, tanda gejala halusinasi dan latihan memutuskan halusinasi
Mbak H?”
b. Evaluasi objektif
“Sekarang coba bapak/ibu sebutkan kembali tiga cara merawat Mbak H?
Bagus sekali pak/bu”
c. Rencana tindak lanjut
“Bagaimana kalau dua hari lagi kita bertemu untuk mempraktekkan cara
memutus halusinasi langsung dihadapan Mbak H? Mau jam berapa kita
bertemu pak/bu? Tempatnya mau dimana pak/bu? Baik, sampai jumpa.
Selamat pagi”
Masalah : Halusinasi
Pertemuan ke : SP2
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi
S: klien mengatakan sering mendengar suara suara /bisikan yang
mengatakan kamu jelek,miskin dan klien mengatakan gara gara miskin
dan jelek dia meninggalkanku.
O: klien gelisah,klien tampak berbicara dan tertawa sendiri,klien
tampak tidak semangat dan klien kurang kosentrasi
2. Diagnosa Keperawatan
Halusinasi
3. Tujuan Khusus
1) Keluarga mampu merawat pasien langsung dihadapan pasien
Nama : Ny. A
Pertemuan :3
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi
Data Subjektif :
Keluarga mengatakan klien sudah bisa mengontrol Halusinasi
dengan menghardik dan minum obat
Data Objektif :
Keluarga sudah menunjukkan ekspresi senang karna sudah mengerti
cara mengontrol Halusinasi pada klien dengan menghardik dan
memberikan obat
2. Tujuan Tindakan
a. Keluarga dapat mengevaluasi kegiatan keluarga dalam
merawat/melatih klien menghardik dan memberikan obat.
Memberikan pujian
b. Keluarga dapat menjelaskan cara bercakap-cakap dan melakukan
kegiatan untuk mengontrol Halusinasi
c. Keluarga dapat melatih dan menyediakan waktu becakap-cakap
dengan Klien terutama saat Halusinasi
d. Keluarga dapat membantu pasien sesuai jadwal dan memberikan
pujian
3. Tindakan Keperawatan
a. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih klien
menghardik dan memberikan obat. Memberikan pujian
b. Jelaskan cara bercakap-cakap dan melakukan kegiatan untuk
mengontrol Halusinasi
c. Latih dan menyediakan waktu becakap-cakap dengan Klien
terutama saat Halusinasi
d. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberikan pujian
B. Strategi Pelaksanaan
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
Perawat : Assalamualaikum Mbak, Selamat Pagi. Bertemu lagi dengan
saya Perawat yulinda.
b. Evaluasi/Validasi
Perawat : Bagaimana perasaan Mbak hari ini ?
Perawat : Wah, Alhamdulillah kalau begitu Mbak ..
c. Kontrak
1) Topik
Perawat :Sesuai jadwal sebelumnya Mbak, saya akan
menjelaskan bagaimana cara bercakap-cakap dan melakukan
kegiatan untuk mengontrol halusinasi, dan melatih bagaimana
menyediakan waktu untuk menyediakan bercakap-cakap terutama
saat halusinasi. Apakah Mbak bersedia ?
2) Waktu
Perawat : Baik Mbak waktunya 15 menit ya .. Tempat Perawat
: Untuk tempatnya seperti kemarin ya Mbak ?
2. Fase Kerja
Perawat : Baik Mbak … Saya akan menjelaskan cara bercakap-cakap
dan melakukan kegiatan untuk mengontrol halusinasi.
Bercakap-cakap sambil mengerjakan kegiatan dapat membantu
Ibu Mbak mengontrol halusinasinya. Sebelumnya Ibu Mbak
sudah melakukan 2 kegiatan. Kegiatan pertama merapikan
tempat tidur dan kedua menyapu lantai. Nah, jika Ibu mbak
sudah dirumah Mbak bisa mengajak Ibu mbak seperti
memasak, solat bersama, bersih-bersih rumah dll. Dengan
bercakap-cakap dan melakukan kegiatan dapat mengontrol
halusinasi yang Ibu alami. Apa sampai disini Mbak paham ?
Perawat : Baik jika mbak sudah paham. Selanjutnya saya akan melatih
bagaimana cara menyediakan waktu bercakap-cakap pada Ibu
terutama saat halusinasi. Jika Halusinasi Ibu kembali, Mbak
sediakan waktu mba untuk melatih kembali kegiatan
menghardik yang sudah saya praktikkan sebelumnya, setelah
itu bisa dengan memberikan obat, dan diajak bercakap-cakap
sambil melakukan kegiatan seperti yang sudah saya ajarkan
sebelumnya. Sudah paham mbak?
Perawat : Alhamdulillah jika Mbak sudah paham.
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subjektif & Objektif
Perawat : Bagaimana Mbak? Apa yang Ibu rasakan setelah saya
jelaskan cara untuk mengontrol halusinasi dengan bercakap-
cakap dan melakukan kegiatan, dan latihan kegiatan tadi
mbak?
Perawat : Jika sudah paham, coba sekarang ulangi kembali apa yang
sudah saya jelaskan tadi ….
Perawat : Bagus sekali Bu ..
b. Rencana Tindak Lanjut (RTL)
Perawat : Untuk pertemuan selanjutnya, kita akan mengadakan
pertemuan kembali ya Bu. Apakah Ibu bersedia ?
Keluarga : Bersedia Suster.
- Tempat
Perawat : Untuk tempat apakah ingin di ruang tamu saja seperti
hari ini?
Perawat : Kalau begitu besok kita bertemu lagi jam 09.00 disini
ya Mbak. Saya permisi ya Mbak. Assalamualaikum ..
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP) 4
Pertemuan ke :4
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi
S:
Obyektif
c. Kontrak
“Bapak/Ibu di sini saya masih memantau keadaan Mba R dengan
melakukan kunjungan dua pekan sekali sekitar jam 9 pagi di rumah
Bapak/Ibu untuk melihat perkembangan atau keadaan dari Mba R dan
mengetahui apakah Mba R sudah rutin melakukan kegiatan yang telah
diajarkan.”
“Assalamu’alaikum”