HALUSINASI
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal dan eksternal, klien memberi persepsi/ pendapat tentang
lingkungan tanpa ada objek/ rangsangan yang nyata.
2. Psikopatologi
Halusinasi berkembang melalui empat fase, yaitu:
a. Fase pertama
Klien mengalami kecemasan stres, perasaan yang terpisah, kesepian, klien
mungkin melamun/ memfokuskan pikiran pada hal yang menyenangkan
untuk menghilangkan kecemasan dan stres, cara ini menolong untuk
sementara. Klien dapat mengontrol kesadarannya dan mengenal pikirannya
namun intensitas persepsi meningkat.
b. Fase kedua
Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal dan
eksternal, klien berada pada tingkat “listening” pada halusiinasi. Pemikiran
internal menjadi menonjol, gambaran suara dan sensasi halusinasi dapat
berupa bisikan yang tidak jelas, klien takut apabila orang lain mendengar
dan klien tidak mau mengontrolnya, klien membuat jarak antara dirinya dan
halusinasi dengan memproyeksikan seolah-olah halusinasinya datang dari
orang lain/tempat lain.
c. Fase ketiga
Halusinasi menonjol, mengusai dan mengontrol sehingga klien menjadi
terbiasa dan tidak berdaya pada halusinasinya. Halusinasi memberi
kesenangan dan rasa aman yang sementara
d. Fase keempat
Klien merasa terpaku dan tidak berdaya melepaskan diri dari kontrol
halusinasinya. Halusinasinya yang sebenarnya menyenangkan berubah
menjadi mengancam, memerintah dan memarahinya, klien tidak dapat
berhubungan dengan orang lain.
1
3. Faktor predisposisi
a. Faktor perkembangan terhambat
Usia bayi tidak terpenuhi kebutuhan makan, minum dan rasa aman
Usia balita tidak terpenuhi kebutuhan otonomi diri
Usia sekolah mengalami peristiwa yang tidak menyenangkan selama
sosialisasi dan kegiatan sekolah
Usia remaja mengalami krisis identitas yang tidak terselesaikan
b. Faktor komunikasi dalam keluarga
Komunikasi tertutup
Tidak ada komunikasi
Tidak ada kegiatan
Komunikasi dengan emosi berlebihan
Orangtua membandingkan anak-anaknya
Orang tua yang otoriter
Konflik orang tua
c. Faktor sosial budaya
Isolasi sosial pada yang usila, cacat, penyakit kronis
Tuntutan lingkungan yang terlalu tinggi
Faktor psikologis
Mudah kecewa
Mudah putus asa
Kecemasan tinggi
Menutup diri
Harga diri rendah
Identitas diri tidak jelas
d. Faktor biologis
Atropi otak
Pembesaran ventrikel
Perubahan besar dan bentuk sell kortikal dan limbik
e. Faktor genetik
Keluarga yang skizofrenia
2
4. Faktor presipitasi
a. Faktor sosial budaya
Kehilangan tipe orang yang dicintai dan lingkungan (permusuhan,
perceraian, di rawat di rumah sakit, kematian)
b. Faktor biokomia
Stres yang menyebabkan lepasnya dopamin/ zat halusinogenik yang
menyebabkan terjadinya halusinasi
c. Faktor psikologis
Kecemasan tinggi dan memanjang
Tidak mampu mengatasi masalah/ kegagalan dalam hidup
5. Klasifikasi halusinasi
Pada klien dengan gangguan jiwa, ada beberapa jenis halusinasi:
a. Halusinasi pendengaran : mendengar sesuatu membicarakan, mengejek,
menertawakan, mengancam tetapi tidak ada sumber disekitarnya.
b. Halusinasi penglihatan : melihat pemandangan, orang, binatang/ sesuatu
yang tidak ada tetapi klien yakin ada.
c. Halusinasi penciuman : menyatakan mencium bau kemenyan yang tidak
dirasa orang lain dan tidak dirasakan orang lain.
d. Halusinasi pengecapan : merasa mengecap sesuatu rasa di mulut tetapi tidak
ada.
e. Halusinasi raba : merasa ada binatang yang merayap pada kulit tetapi tidak
ada.
f. Halusinasi sinestetik dan kinestik: merasa bahwa fungsi tubuhnya tidak
dapat terdeteksi, misalnya perasaan tubuhnya melayang diatas bumi.
3
6. Pohon Masalah
4
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Data objektif dikaji perawat dengan cara mengobservasi perilaku pasien,
memeriksa, mengukur, sedangkan data subjektif didapatkan dengan cara
wawancara, curahan hati, ungkapan-ungkapan klien, apa yang dirasakan atau
didengar klien secara subjektif. Data ini ditandai dengan “klien menyatakan atau
klien merasa”.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
gangguan persepsi sensori: halusinasi
b. Perubahan persepsi sensori: halusinasi berhubungan dengan isolasi
sosial:menarik diri
c. Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
d. Harga diri rendah berhubungan dengan koping individu/keluarga inefektif
3. Perencanaan
a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
gangguan persepsi sensori: halusinasi
TUM: klien tidak mencederai diri, orang lain dan lingkungan
TUK I: Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
Kriteria Evaluasi: Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada
kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan
nama, mau menjawab salam, klien mau duduk
berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan
masalah yang diihadapi.
Intervensi: Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip
komunikasi terapeutik:
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang
disukai klien
d. Jelaskan tujuan pertemuan
5
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar
klien
6
b. Klien dapat menyebutkan cara baru
c. Klien dapat memilih cara mengatasi halusinasi seperti yang telah
didiskusikan dengan klien
d. Klien dapat melaksanakan cara yang telah dipilih untuk mengendalikan
halusinasinya
e. Klien dapat mengikuti terapi aktivitas kelompok
Intervensi:
a. Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi
halusinasi (tidur, marah, menyibukkan diri dan lain-lain).
b. Diskusikan manfaat dan cara yang digunakan klien, jika bermanfaat beri
pujian
c. Diskusikan cara baru untuk memutus/ mengontrol timbulnya halusinasi:
- Katakan : “saya tidak mau dengar kamu” (pada saat halusinasi
terjadi)
- Menemui orang lain (perawat/ teman/ annggota keluarga) untuk
bercakap-cakap atau mengatakan halusinasi yang didengar
- Membuat jadwal kegiatan sehari-hari agar halusinasinya tidak
sampai muncul
- Meminta keluarga/ teman/ perawat menyapa jika tampak bicara
sendiri
d. Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasi secara
bertahap
e. Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih. Evaluasi
hasilnya dan beri pujian jika berhasil
f. Anjurkan klien mengikuti terapi aktivitas kelompok, orientasi realita,
stimulasi persepsi
7
Intervensi:
a. Anjurkan klien utnuk memberitahukan keluarga jika mengalami
halusinasi
b. Diskusikan dengan keluarga (pada saat keluarga berkunjung/ pada saat
kunjungan rumah):
- Gejala halusinasi yang dialami klien
- Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus
halusinasi
- Cara merawat anggota keluarga yang halusinasinya di rumah: beri
kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan bersama, bepergian bersama
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan asuhan keperawatan disesuaikan dengan rencana yang sudah dibuat
berdasarkan masalah klien.
8
5. Evaluasi
Dilakukan setelah pemberian tindakan keperawatan baik evaluasi yang bersifat
sumatif maupun formatif.