Sebelum mengetahui lebih lanjut keperawatan transkultural, perlu kita ketahui apa arti
kebudayaan terlebih dahulu. Kebudayaan adalah suatu system gagasan, tindakan, hasil
karya manusia yang diperoleh dengan cara belajar dalam rangka kehidupan masyarakat.
(koentjoroningrat, 1986)
1) Budaya
Norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dibagi serta memberi
petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan.
2) Nilai budaya
Keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau suatu tindakan yang
dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakan dan keputusan.
Budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain adalah persepsi yang dimiliki individu
menganggap budayanya adalah yang terbaik
5) Etnis
Berkaitan dengan manusia ras tertentu atau kelompok budaya yang digolongkan menurut
cirri-ciri dan kebiasaan yang lazim
6) Ras
Budaya adalah keyakinan dan perilaku yang diturunkan atau diajarkan manusia kepada
generasi berikutnya (taylor,1989)
8) Care
9) Caring
Kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, kepercayaan dan pola ekspresi digunakan
untuk membimbing, mendukung atau member kesempatan individu, keluarga atau
kelompok untuk mempertahankan kesehatan, sehat dan berkembang bertahan hidup dalam
keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai
Seorang pasien laki-laki korban tabrak lari, masuk ke unit perawatan sebuah
rumah sakit. Pasien mengalami fraktur dekstra dan terpasang traksi. Pasien juga
mengalami perdarahan abdomen dan telah dilakukan tindakan laparatomy eksplorasi.
Pasien dalam status NPO ( nothing per oral). Dilihat dari wajahnya, pasien adalah
seorang keturunan India. Ia berteriak-teriak meminta minum dalam bahasa Inggris.
Perawat berusaha untuk menjelaskan bahwa saat ini pasien tidak boleh minum. Pasien
tidak dapat berbahasa Indonesia dengan baik sementara di ruang perawatan tersebut tidak
ada perawat yang lancar berbahasa Inggris.
Perawat harus bersikap terbuka dengan cara menerima pasien sesuai dengan
perbedaan budayanya
Memanggil dengan nama belakang klien / nama lengkap
Ciptakan hubungan saling percaya
Dengan menggunakan bahasa yang sederhana , verbal & non verbal (isyarat &
tulisan)
Mencari bantuan dari orang terdekat pasien yang bisa dan mengerti bahasa
Indonesia
Mencarikan penerjemah, bila pasien masih tidak dapat mengerti & bila tidak ada
keluarga. Kriteria penerjemah sebaiknya sbb :
Jenis kelamin yang sama
Umurnya lebih dewasa
Mempunyai status social yang sama dengan klien
Yang mempunyai pemahaman tentang budaya India
Mengerti tentang kesehatan
Ini diperlukan dalam mengumpulkan data mengenai penyebab penyakit dan masalah
klien. Tindakan keperawatan yang diberikan klien ada 3 :
3. Cultur care repatterning : Prinsip merekonstruksi atau mengubah desain untuk membantu
memperbaiki kondisi kesehatan dan pola hidup klien kearah yang lebih baik. Contohnya
Klien diharuskan bedrest total dikarenakan ada traksi dan post operasi laparatomy
eksplorasi
Seorang klien perempuan berusia 25 tahun sedang hamil 4 bulan. Ini merupakan kehamilannya
yang pertama. Klien tersebut berasal dari daerah Sunda sedangkan suaminya berasal dari
Tapanuli. Mereka saat ini tinggal di Jakarta. Sejak mengetahui istrinya hamil, suami klien
berusaha untuk memanjakan istrinya dan melarangnya bekerja dan meminta orang tua (ibu) klien
untuk menemani klien di rumah. Orang tua klien masih sangat ketat mengikuti adat istiadat
mereka demikian pula halnya dengan orang tua suami klien. Klien merasa tertekan dengan
kondisi kehamilannya dan perlakuan yang diterimanya dari suami, orang tua, dan mertuanya.
Pertanyaan:
Analisa kasus tersebut berdasarkan konsep budaya dan transkultural yang telah saudara pelajari.
Bagaimana peran perawat bila dihadapkan pada situasi di atas? Apa yang sebaiknya dilakukan
perawat untuk membantu klien dan keluarganya?
KASUS PEMICU 3 : seorang pasien laki-laki berusia 67 thn mendapat serangan stroke non
hoemoragic dan dirawat diruang perawatan jenis semi intensif sebuah rumah sakit. Kesadaran
pasien baik, namun pasien mengalami kelumpuhan sisi sebelah kanan tubuhnya dan mengalami
kesulitan bicara. Pasien seringkali menolak bantuan perawat untuk pemenuhan perawatan
hariannya. Pasien meminta supaya istrinya yang merawat dan menemaninya. Kebijakan rumah
sakit melarang anggota keluarga menunggu di dalam ruangan perawtan isteri pasien hanya boleh
menemani pasien pada saat waktu kunjungan. Isteri pasien selalu menunggu di ruang perawatan
dan ingin membantu merawat suaminya.
Pertanyaan : analisa kasus tersebut berdasarkan konsep budaya dan transkultural yang
telah saudara pelajari bagaimana perawat bila dihadapi pada situasi diatas, apa yang sebaiknya
dilakukan perawat untuk membnatu pasien dan keluarga.
2. Cultural value and life ways ( nilai – nilai budaya dan gaya hidup )
Dilihat dari segi kebudayaan klien masih menganut kebiasaan timur dimana
seorang istri menjadi keharusan melakukan kewajiban melayani suami sebagai
kepala keluarga
3. Religious and philosophical factors ( faktor agama dan falsafah hidup)
Dipandang dari segi agama klien masih menganut kepercayaan yang kuat
terhadap norma agama.
Contoh : tidak boleh bersentuhan dengan wanita selain istri dan anaknya.
4. Cultural value and life ways ( nilai – nilai budaya dan gaya hidup )
Sebagai kepala keluarga klien memegang budaya yang menganggap bahwa sudah
seharusnya seorang istri mendampingi seorang suami dalam keadaan sakit, klien
beranggapan budaya ini adalah budaya yang baik.
5. Political and Legal factors ( faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku
Dalam kasus ini peraturan rumah sakit melarang keluarga untuk menunggu klien
yang sedang dirawat diruang semi intensif. Yang merupakan hasil kebijakan
rumah sakit. Kelompok mengambil suatu kesimpulan kebijakan RS berdasarkan
suatu standar perawatan untuk mencegah infeksi nosokomial.
Dalam kasus ini kelompok berpendapat dipandang dari konsep perawatan transkultural
dan perawatan usia lanjut, perawat mengambil kebijakan dengan membolehkankan istrinya ada
didalam ruangan pada saat kebutuhan ADL seperti pada saat eliminasi bab dan
bak,makan,minum obat oral,memandikan atau kebutuhan lain dimana memang kehadiran istri
sangat dibutuhka.Diluar itu istri/keluarga dpersilahkan menunggu diluar.ruangan.
.
Seorang pasien laki-laki berusia 50 tahun dibawa ke sebuah rumah sakit karena pingsan pada
saat rapat di kantornya. Setelah diperiksa dilaboratorium, ditemukan kadar gula darahnya
mencapai 450mg/DL. Pasien telah dua tahun didiagnosis menderita Diabetes Mellitus Tipe II.
Dalam dua tahun, pasien telah beberapa kali di rawat karena kondisi badannya sering lemah.
Pasien yang mengalami kegemukan telah dianjurkan untuk melakukan diet dan olah raga namum
pasien mengatakan kesulitan mengatur makanannya karena kebiasaan budaya Jawanya makan
makanan yang manis.
Analisis kasus tersebut berdasarkan konsep budaya dan transkultural yang telah saudara pelajari.
Bagaimana peran perawat bila dihadapkan pada situasi diatas? Apa yang sebaiknya dilakukan
perawat untuk membantu pasien?
Analisa Kasus 4
Diagnosa:
Perencanaan:
1.Identifikasi perbedaan konsep klien dan perawat tentang kebiasaan makan makanan
yang manis.
2.Berikan informasi kepada pasien untuk mengkonsumsi makanan manis dengan gula
pengganti sesuai dengan diet yang dianjurkan.
3.Libatkan keluarga dalam intervensi keperawatan.
4.Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang diberikan dan
melaksanakannya.
5.Berikan informasi tentang sistem pelayanan kesehatan yang ada.
Kasus 5 :
Seorang pasien perempuan berusia 35 tahun masuk Rumah Sakit karena keluhan perdarahan
melalui vagina, kondisi pasien lema dan pasien dinyatakan mengalami anemia, kadar
haemoglobin 5 g/dl. Pasien direncanakan untuk segera mendapatkan transfusi darah. Ketika
perawat menjelaskan rencana tersebut, pasien menolak karena menurutnya hal tersebut
bertentangan dengan keyakinannya. Perawat berusaha untuk membicarakan hal ini dengan suami
pasien namun suami pasien bekerja diluar kota dan tidak dapat dihubungi. Pada saat ini pasien
hanya ditemani oleh ibunya.
Pembahasan :
Setelah menganalisa kasus tersebut diatas satu hal yang perlu dipahami adalah “mengubah suatu
keyakinan atau kepercayaan seseorang itu tidaklah mudah, tapi bukan tidak mungkin bisa
merubahnya”. Oleh karena itu diperlukan langkah-langkah yang kongkret atau pendekatan-
pendekatan personal sehingga timbul rasa saling percaya antara perawat dan klien/pasien.
Dari kasus tersebut diperlukan peran dependen perawat, dan menurut kami dalam anggota
kelompok FG V apabila dihadapkan pada kasus seperti diatas maka, kami akan mencoba
melakukan langkah-langkah berikut :
1. Menjelaskan ke pasien dan ibunya pentingnya dilakukan tindakan transfusi darah tersbut dan
akibat apabila tindakan transfusi darah tersebut tidak dilakukan.
2. Apabila pasien tetap menolak maka kami akan menanyakan alasan pasien menolak tindakan
tersebut.
3. Setelah mengetahui alasannya yang mungkin karena pasien takut darahnya bercampur
dengan darah orang yang tidak dikenalnya.
4. Menjelaskan bahwa tindakan transfusi bisa dilakukan dengan menggunakan darah dari
keluarga terdekat misalnya ibu, apabila kondisinya memungkinkan dan golongan darahnya
sama/cocok.
5. Apabila akhirnya pasien setuju untuk menjalani transfusi, tapi menggunakan darah ibunya,
langkah selanjutnya adalah menganjurkan / menawarkan ibu klien untuk melakukan
pemeriksaan apakah kondisinya memungkinkan dan golongan darah keduanya sama atau
tidak.
6. Apabila golongan darah keduanya sama dan kondisi si ibu memungkinkan maka transfusi
segera dapat dilakukan.
7. Tapi apabila langkah tersebut tidak menemukan jalan keluar, golongan darah mereka tidak
sama atau golongan darahnya sama tapi pasien berubah pikiran dan tidak mau menerima
darah dari ibunya, maka langkah selanjutnya adalah kerjasama dengan orang lain tenaga
kesehatan lainnya misalnya perawat lain, dokter yang menangani, orang yang disegani,
pemuka agama, tokoh masyarakat untuk membantu memberikan penjelasan tentang tindakan
transfusi yang tetap harus dilakukan.
8. Apabila tetap tidak berhasil, pasien tetap menolak maka sebagai seorang perawat yang
menghargai hak orang lain dalam mengambil keputusan akan dirinya, maka langkah
selanjutnya adalah meminta pasien / klien menandatangani format persetujuan penolakan
tindakan (informat consent).