Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH

Kata kuliah :Keperawatan jiwa

Dosen Pembimbing : Ns Anisa Ain.,S.Kep.,M.Kep

NAMA

DWI AYU RAMADANI


P1908142

PROGRAM STUDI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIYATA HUSADA

SAMARINDA

2020

LAPORAN PENDAHULUAN HARGA DIRI RENDAH


A. Pengertian
Harga diri rendah adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa
seberapa jauh perilaku dengan ideal diri. Pencapaian ideal atau cita-cita dan harapan langsung
menghasilkan perasaan bahagia ( budi ana kaliat 2013).
Harga diri rendah perasaan negative terhadap dirinya sendiri, hilangnya kepercayaan diri dan
gagal mencapai tujuan yang diekspresikan secara langsung atau tidak langsung, penurunan
harga diri bersifat situasional maupun kronis ataupun menaun.oleh karena itu tenaga kesehatan
perlu mengambil kebijakan sepesifik agar terciptanya terapi aktifitas kelompok yang optimal
(Budiana 2013).

B. Tanda dan Gejala Harga Diri Rendah Kronik


Menurut Damaiyanti (2008), tanda dan gejala harga diri rendah kronik adalah sebagai berikut :
a. Mengkritik diri sendiri
b. Perasaan tidak mampu
c. Pandangan hidup yang pesimis
d. Penurunan produktifitas
e. Penolakan terhadap kemampuan sendiri
Selain data diatas, dapat juga mengamati penampilan seseorang dengan harga diri rendah,
terlihat dari kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapi, selera makan kurang,
tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk, bicara lambat dengan suara nada
lemah.

C. Konsep Harga Diri Rendah


Harga diri rendah adalah penilaian tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa
jauh perilaku sesuai dengan ideal diri (Eko prabowo 2014).
Pernyebab lain dari masalah harga diri rendah diperkirakan juga sebagai akibat dari masa lalu
yang kurang menyenangkan, misalkan terlibat NAPZA. Berdasarkan hasil dari over view
dinyatakan bahwa pecandu NAPZA biasanya memiliki konsep diri yang negative dan harga diri
rendah. Perkembangan emosi yang terhambat, dengan ditandai oleh ketidakmampuan
mengekspresikan emosinya secara wajar, mudah cemas, pasif agresif dan cenderung depresi
(smoke 2012). Terapi keperawatan yang dapat diberikan pada klien sendiri bisa dalam bentuk
terapi kognitif. Terapi ini bertujuan untuk merubah pikiran negative yang dialami oleh klien
dengan harga diri rendah kronis kearah berpikir yang positif. Pada keluarga terapi yang
diperlukan dapat berupa triangle terapi yang bertujuan untuk membantu keluarga dalam
menggungkapkan perasaan mengenai permasalahan yang dialami oleh anggota keluarga
sehingga diharapkan keluarga dapat mempertahankan situasi yang mendukung pada
pengembalian fungsi hidup klien. Pada masyarakat juga perlu dilakukan terapi psikoedukasi
yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang masalah harga diri
rendah kronis yang merupakan salah satu bagian dari masalah gangguan jiwa dimasyarakat
(smoke 2012).
D. Penyebab
a. Faktor Predisposisi
1. Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua
yang tidak realistis, kegagalan yang berulang, kurang mempunyai tanggung jawab
personal, ketergantungan pada orang lain, dan ideal diri yang tidak realistis.
2. Faktor yang memengaruhi performa peran adalah stereotype peran gender, tuntutan
peran kerja dan harapan peran budaya.
3. Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi ketidakpercayaan orang tua,
tekanan dari kelompok sebaya dan perubahan structural sosial.
b. Faktor Prespitasi
Menurut Yosep (2009), faktor prespitasi terjadinya harga diri rendah biasanya adalah
kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh, kegagalan atau
produktifitas yang menurun. Secara umum, gangguan konsep dari harga diri rendah ini
dapat terjadi secara tiba-tiba, misalnya harus dioperasi, kecelakaan, perkosaan atau
dipenjara, termasuk dirawat dirumah sakit bisa menyebabkan harga diri rendah disebabkan
karena penyakit fisik atau pemasangan alat bantu yang membuat klien tidak nyaman.
Harga diri rendah kronik, biasanya dirasakan klien sebelum sakit atau sebelum dirawat
klien sudah memiliki pikiran negative dan meningkat saat dirawat.

E. Sumber Koping
1. Aktivitas olahraga dan aktivitas diluar rumah
2. Hobi dan kerajinan tangan
3. Seni yang ekspresif
4. Kesehatan dan perawatan diri
5. Pendidikan atau pelatihan
6. Pekerjaan, vokasi, atau posisi
7. Bakat tertentu
8. Kecerdasan
9. Imajinasi dan kreativitas
10. Hubungan interpersonal

F. Mekanisme Koping
Menurut Stuart (2006) mekanisme koping termasuk pertahanan koping jangka pendek atau
jangka panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk melindungi diri sendiri
dalam menghadapi persepsi diri yang menyakitkan. Pertahanan tersebut mencakup berikut ini”
Jangka pendek :
1. Aktivitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis identitas diri,(misalnya, konser
music, bekerja keras, menonton televise secara obsesif)
2. Aktivitas yangmemberikan identitas pengganti sementara )missal, ikut serta dalam klub
sosial, agama, politik, kelompok, gerakan, atau geng).
3. Aktivitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan diri yag tidak menentu
(misalnya, olahraga yang kompetitif, prestasi akademik, kontes untuk mendapatkan
popularitas).
Pertahanan jangka panjang mencakup berikut ini:
1. Penutupan identitas : adopsi identitas premature yang diinginkan oleh orang terdekat tanpa
memperhatikan keinginan, aspirasi, atau potensi diri individu.
2. Identitas negative: asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai dan harapan yang
diterima masyarakat.
G. Pohon Masalah

Isolasi sosial : menarik diri

Gangguan konsep diri: Harga diri rendah


Core Problem

Koping individu tidak efektif

H. Data yang perlu dikaji:


a. Isolasi sosial: menarik diri Data yang perlu dikaji:
Data Obyektif:
Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul, menyendiri, berdiam diri di kamar, banyak diam.
Data Subyektif:
Ekspresi wajah kosong, tidak ada kontak mata, suara pelan dan tidak jelas.

b. Gangguan konsep diri: harga diri rendah


Data yang perlu dikaji
Subyektif
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik
diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri

Data Obyektif

Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin
mencederai diri/ingin mengakhiri hidup.

c. Gangguan citra tubuh


Data yang perlu dikaji:
Data subyektif
Mengungkapkan tidak ingin hidup lagi, mengungkapkan sedih karena keadaan
tubuhnya, klien malu bertemu dan berhadapan dengan orang lain, karena keadaan
tubuhnya yang cacat.
Data obyektif
Ekspresi wajah sedih, tidak ada kontak mata ketika diajak bicara, suara pelan dan tidak
jelas, tampak menangis.

I. Diagnosa Keperawatan
a. Isolasi sosial : menarik diri
b. Harga diri rendah
c. Gangguan citra tubuh

J. Rencana Tindakan Keperawatan


SDKI SLKI SIKI
Isolasi sosial (D.0121) Keterlibatan sosial Terapi aktivitas (I.05186)
Definisi : ( L.13115) 1. Identifikasi defisit tingkat
Kemampuan untuk membina 1. Minat interaksi aktivitas
hubungan yang erat, hangta 2. Verbalisasi isolasi 2. Identifikasi kemampuan
bterbuka dan interdependen 3. Minat terhadap beradaptasi
dengan orang lain. aktivitas 3. Identifikasi sumber daya untuk
Gejala mayor 4. Verbalisasi ketidak aktivitas yang diinginkan
Subjektif : merasa ingin nyamanan di tempat 4. Monitor respon
sendiri dan merasa tidak aman umu emosional,fisik,sosial dan
di tempat umum 5. Afek murung/sedih spiritual terhadap aktivitas
Objektif : menarik diri tidak 6. Perilaku bermusuhan 5. Fasilitasi fokus pada
berminat/menolak berinteraksi 7. Perilaku bertujuan kemampuan bukan defisit yang
dengan orang lain ata 8. Kontak mata dialami
lingkungan. 6. Koordinasikan pemilihan
Keterangan aktivitas sesuai kemapuan
Gejala minor 1 : munurun 7. Libatkan keluarga dalam
Subjektif : merasa berbeda 2 : cukup menurun aktivitas
denga orang lain, merasa asyik 3 : sedang 8. Jadwalkan aktivitas dalam
dengan pikiran sendir, merasa 4 : cukup meningkat rutinitas sehari-hari
tidak mempunyai tujuan jelaso 5 : meningkat 9. Anjurkan terlibat dalam
Objektif : aafek datar,afek aktivitas kelompok atau terapi
sedih,. Riwayat ditlak, 10. Kolaborasi dengan terapis
menunjukan permussuhan, okupasi dalam merencanakan
tidak mampu mmenuhi danmemonitr program aktivitas
harapan, kondisi difabel, Rujuk pada pusat dan program
perkembangan terlambat, tidak aktivitas komunitas.
ada kontak mata,tidak
bergairah.
Harga diri rendah kronis Harga Diri (L.09069) Manajemen Perilaku (I.12463)
(D.0086) 1. Penilaian diri positif 1. Identifikasi harapan untuk
Definisi : evaluasi dan perasaan 2. Perasaan memiliki mengendalikan perilaku
negative terhadap diri sendiri kelebihan atau 2. Diskusikan tanggung jawab
atau kemampuan klien seperti kemampuan positif terhdap perilaku
tidak berarti, tidak berharga, 3. Penerimaan penilaian 3. Ciptakan dan perhatikan
tidak berdaya, yang positif terhadap diri lingungan dan kegiatan
berlangsung dalam waktu lama 4. Berjalan menampakan perawatan konsisten setiap
dan terus menerus wajah dinas
Gejala Mayor : 5. Postur tubuh 4. Tingatkan aktivitas fisik sesuai
Subjektif : menampakan wajah keinginan
1. Menilai diri negative ( tidak 6. Konsentrasi 5. Bicara dengan nada rendah
berguba da tidak tertolong) 7. Keputusasaan 6. Lakukan kegiatan pengalihan
2. Merasa malu dan bersalah 8. Perasaan malu terhadap sumber agitas
3. Merasa tidak mampu 9. Perasaan bersalah 7. Cegah perilau pasif dan agresif
melakukan apapun 10. Perasaan tidak mampu 8. Hindari sikap menyudutkan dan
4. Meremehkan kemauan melakukan apapun menghentikan pembicaraan
mengatasi masalah 9. Hindari sikap mengancam dan
5. Merasa tidak memiliki Keterangan : berdebat
kelebihan atau kemampuan 1 : menurun Informasikan keluarga bahwa
positif 2 : cukup menurun keluarga sebagai dasar
6. Melebeilkn penilaian 3 : sedang pembentukan kognitif
negative 4 : cukup meningkat
7. Menolak penilaian positif 5 : meningkat
Objektif :
Enggan mencoba hal baru,
berjalan menunduk dan postur
menunduk

Gejala minor
Subjektif :
Merasa sulit konsentrasi, sulit
tidur dan mengungkapkan
keputusasaan
Objektif :
1. Kontak mata kurang
2. Lesu dan tidak bergairah
3. Berbicara pelan dan lirih
4. Pasif
5. Perilaku tidak asetif
6. Mencari penguatan secara
berlebihan
7. Bergantung pada pendapat
orang lain
8. Sulit membuat keputusan.

Gangguan citra tubuh Citra tubuh (L.09067) Promosi koping ( I.09312)


(D.0083) 1. Melihat bagian tubuh 1. Identifikasi kegiatan jangka
Definisi : perubahan persepsi 2. Menyentuh bagian pajang sesuai tujuan
tentang penampilan, struktur tubuh 2. Identifikasi kemampuan yang
fungsi dan fungsi fisik individu 3. Verbalisasi prasaan dimiliki
Gejalan mayor negatif tentag 3. Diskusikan perubahan yang
Subjektif : mengungkapkan perubahan tubuh dialami
kecatatan/kehilangan bagian 4. Verbalisasi 4. Gunakan pendekatan yang
tubuh kekhawatiran tenang dan meyakinkan
Objektif : kehilangan bagian 5. Verbalisasi perubahan 5. Motivasi terlibat dalam
tubuh fungsi/ struktur tubuh gaya hidup kegiatan sosial
berbah atau hilang 6. Hubungan sosial 6. Dampingi saat berduka
7. Foku pada penampilan 7. Kurangi rangsangan lingkungan
Gejala minor masa lalu yang mengancam
Subjetif : tidak mau 8. Respon nonverbal pada 8. Anjurkan menjalin hubungan
mengungkapkan kecacatan. perubahan tubuh yang memiliki keentingan dan
Mengungkapkan perasaan tujuan yang sama
negatif pada perubahan tubuh. Keterangan 9. Anjurkan mengungkapkan
Mengungkapkan kekhawatiran 1 : menurun perasaan atau persepsi
pada penolakan. 2: cukup membaik 10. Anjurkan keterlibatan keluarga
Mengungkapkan perubahan 3 : sedang 11. Ajarkan teknk relaksasi
gaya hidup 4 : cukup meningkat 12. Latih keterampilan sosial sesuai
Objektif : menyembunyikan 5 : meningkat kebutuhan
atau menunjukan bagian tubuh
secara berlebihan. Menghindari
melihat dan menyentuh bagian
tubuh. Respo nonverbal pada
perubahan dan persepsi tubuh.
Fokus pada penampilan
kekuatan masa lalu. Hubungan
sosial berubah.
Strategi Pelakasanaan Tindakan Keperawatan

No SP1P SP1K
1 Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga
yang dimiliki klien dalam merawat klien dirumah

2
Membantu klien menilai kemampuan klien yang Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, harga
masih dapat digunakan diri rendah yang dialami klien beserta proses
terjadinya
3
Membantu klien memilih atau menetapkan Menjelaskan cara-cara merawat klien dengan harga
kegiatan yang dilatih sesuai dengan kemampuan diri rendah
klien
4

Melatih klien sesuai dengan kemampuan yang Mendemonstrasikan cara merawat klien dengan
5 dipilih harga diri rendah

Memberikan pujian yang wajar terhadap Memberikan kesempatan kepada keluarga unbtuk
6 keberhasilan klien mempraktikan cara merawat klien dengan harga
diri rendah
Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
N SP2P SP2K
O
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat
langsung kepada klien harga diri rendah
2 Melatih klien melakukan kegiatan lain yang
sesuai dengan kemampuan klien
3
Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian

SP3K
Membuat perencanaan pulang bersama keluarga
dan membuat jadwal aktifitas dirumah termasuk
minum obat (discharge planning)

Menjelaskan follow up klien setealah pulang


DAFTAR PUSTAKA

Farida Kusumawati,dkk.2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Jakarta: EGC

Mukhripah dan Iskandar. 2014. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama. Tim Pokja
SDKI DPP PPNI. (2019). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (1st ed.). Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia ppni

Lilik MA (2011). Keperawatan Jiwa Aplikasi Praktik Klinik. Jakarta : Graha ilmu

Budi AK 2013. Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Elsevier

Keliat, B.A, Akemat, Helena, N, & Nurhaeni(2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta :EGC

Deni Hermawan. (2016). Pengaruh TAK Stimulasi Persepsi; Bercerita Tentang Pengalaman

Positif Yang Dimiliki Terhadap Harga Diri Rendah Di RSJD Dr. Amino Gondohutomo.Kustiawan, R.
(2012). Karakteristik Klien Harga Diri Rendah (HDR) Kronik dan Karakteristik Keluarga yang Merawatnya
di Kota Tasikmalaya.(Skripsi tidak dipublikasikan).

Anda mungkin juga menyukai