Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS JURNAL KEPERAWATAN GERONTIK

Disusun Oleh : Kelompok 4

1. Ahmad Fuady P1908


2. Elana Yenti P1908
3.Linawati P1908
4. Nor Cahya P1908

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


INSTUTI TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS WIYATA HUSADA
SAMARNDA
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penuaan merupakan suatu proses natural, penuaan akan terjadi pada semua sistem
tubuh manusia dan tidak semua system akan mengalami kemunduran pada waktu yang
sama. Meskipun proses menjadi tua merupakan gambaran yang universal, namun tidak
seorangpun mengetahui dengan pasti penyebab penuaan atau mengapa manusia menjadi
tua pada usia yang berbeda-beda (Fatmawati dan Imron, 2017). Manusia berkembang
dari ketidakberdayaan hingga menjadi manusia yang sempurna dan mandiri, dan
akhirnya menjadi renta tak berdaya lagi. Akan tetapi, ada sebagian orang yang takut dan
tidak mau menerima kenyataannya serta tak tahu harus bagaimana menghadapi masa
lanjut usianya. Betapa banyak orang lanjut usia yang merasa kesepian dan tak berguna,
dan tak sedikit pula yang mengalami stress (Rahman, 2016).
Lansia terjadi kemunduran fisik dan psikologis secara bertahap, dimana penurunan
kondisi tersebut dapat menimbulkan stres pada sebagian lansia. Masalah psikososial
pada lansia dapat berupa stres, ansietas (kecemasan) dan depresi. Masalah tersebut
bersumber dari beberapa aspek, diantaranya perubahan aspek fisik, psikologis dan
sosial. Gejala yang terlihat pada lansia dapat berupa emosi labil, mudah tersinggung,
gampang merasa dilecehkan, kecewa, tidak bahagia, perasaan kehilangan, dan perasaan
tidak berguna. Walaupun tidak disebutkan lebih terperinci mengenai angka kejadian dari
masing-masing masalah psikososial tersebut, namun dari penjelasan tersebut dapat
diketahui bahwa perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia dapat berkembang
menjadi masalah-masalah lain yang seringkali juga disertai dengan terjadinya perubahan
konsep diri (Vandri, 2019). Secara biologis, lansia akan mengalami penurunan derajat
kesehatan baik secara alamiah maupun akibat penyakit. Pertambahan usia maka fungsi
fisiologis mengalami penurunan akibat proses degeneratif (penuaan) sehingga penyakit
tidak menular banyak muncul pada usia lanjut. Keadaan psikologis lansia seperti mudah
marah, mudah tersinggung, kesepian, perasaan tidak berguna, cemas dan depresi ini
sangat membutuhkan dukungan keluarga (Sari, 2013).
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan lansia dengan aspek fisik psikologis
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui perubahan aspek fisik pada lansia
2. Untuk mengetahui pengkajian fungsi aspek fisik pada lansia
3. Untuk mengetahui pengkajian aktivitas kehidupan sehari-hari pada lansia
c.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Definisi Lanjut usia


Menurut World Health Organisation (WHO), lanjut usia adalah seseorang
yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada
manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang
dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau
proses penuaan. Usia lanjut adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang
di mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai mana di ketahui,
ketika manusia mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan reproduksi dan
melahirkan anak. Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan kehilangan tugas dan
fungsi ini, dan memasuki selanjutnya, yaitu usia lanjut, kemudian mati. Bagi manusia
yang normal, siapa orangnya, tentu telah siap menerima keadaan baru dalam setiap
fase hidupnya dan mencoba menyesuaikan diri dengan kondisi lingkunganya .

B. Batasan lanjut Usia


Menurut Organiai Kesehatan Dunia (WHO), Batasan lanut usia
meliputi :
1. Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun
2. Lanjut usia (elderly) usia antara 60 sampai 74 tahun
3. Lanjut usia tua (old) usia antara 75 sampai 90 tahun
4. Usia sangat tua (very old) usia di atas 90 tahun

C. Perubahan yang terjadi pada lanjut usia


Menurut Maryam Siti, R. dkk, (2008), perubahan yang terjadi pada lanjut
usia adalah :
1.Perubahan fisik
a. Sel
Lebih sedikit jumlahnya, lebih besar ukuranya, berkurangnya jumlah cairan
tubuh dan berkurangnya cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler,
menurunnya proporsi protein di otak, otot ginjal darah, dan hati, jumlah sel
otak menurun, terganggunya mekanisme perbaikan sel, otak menjadi atrofi,
beratnya berkurang 5 – 10%.
b. System syaraf
Berat otak menurun 10 – 20% (setiap orang berkurang sel saraf otaknya dalam
setiap harinya), cepatnya menurun hubungan 2 3 persyarafan, lambat dalam
responden waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stres, mengecilnya syaraf
panca indra (berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya
saraf pencium dan perasa, lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan
rendahnya ketahanan terhadap dingin), kurang sensitif terhadap sentuhan.
c. Gangguan pendengaran
Menurut (Azizah, 2011: 11) perubahan pada sistem panca indera lainnya
adalah perubahan pada sistem pendengaran. Dimana perubahan ini meliputi
presbiakusis yaitu gangguan yang terjadi pada pendengaran akibat hilangnya
kemampuan daya dengar pada telinga dalam, khususnya terhadap suara dan
nada yang tinggi, terhadap suara yang tidak jelas, terhadap kata-kata yang sulit
dimengerti.
d. System kardiovaskuler
Terdapat beberapa perubahan yang terjadi pada sistem kardiovaskuler yaitu
perubahan pada pembuluh-pembuluh leher, curah jantung, bunyi jantung dan
murmur. Memanjang dan berkelok-keloknya pembuluh di leher khususnya
pada aorta dan cabang-cabangnya kadang menyebabkan arteri karotis
berkelokkelok atau tertekuk di pangkal leher, khususnya di sisi kanan. Masa
berdenyut yang terjadi pada penderita hipertensi khususnya lansia perempuan
seringkali dikaitkan sebagai kondisi aneurisma karotis atau bisa disebut sebagai
dilatasi sejati arteri. Aorta yang berkelok-kelok kadang meningkatkan tekanan
di vena jugularis sebelah kiri leher dengan mengganggu drainase vena ini di
dalam thoraks. Perubahan sistem kardiovaskuler pun dijalaskan oleh (Azizah,
2011: 12) yang meliputi bertambahnya massa jantung, pada ventrikel kiri
mengalami hipertrofi, dan kemampuan peregangan jantung berkurang akibat
terjadinya perubahan pada jaringan ikat dan penumpukan lipofusin dan
klasifikasi SA node serta akibat dari berubahnya jaringan konduksi menjadi
jaringan ikat. Perubahan yang lainnya yaitu asupan oksigen pada tingkat
maksimal berkurang yang akan mengakibatkan kapasitas pada paru menurun.
Dalam hal ini aktivitas fisik maupun kegiatan olahraga sangat diperlukan guna
meningkatkan Volume O2 (oksigen) maksimum, mengurangi tekanan darah
dan guna menurunkan tekanan darah.
e. System pernapasan
Pada sistem respirasi terjadi perubahan jaringan ikat pada paru, kapasitas total
pada paru pun tetap, namun volume cadangan pada paru berubah kemudian
perubahan yang lainnya adalah berkurangnya udara yang mengalir ke paru.
Gangguan pernapasan dan kemampuan peregangan pada thoraks pun
terganggu akibat adanya perubahan pada otot, sendi thorak dan kartilago. Pada
sistem pernapasan terjadi pendistribusian ulang kalsium pada tulang iga yang
kehilangan banyak kalsium dan sebaliknya, tulang rawan kosta berlimpah
kalsium. Hal ini menyebabkan penurunan efisiensi ventilasi paru. Perubahan
ini pun memberi dampak buruk bagi keberlangsungan hidup lansia salah
satunya yaitu lansia akan lebih rentan terkena komplikasi pernapasan akibat
istirahat total oleh karena perubahan yang terjadi, seperti infeksi pernapasan
akibat penurunan ventilasi paru.
f. Sistem Reproduksi
Pada sistem reproduksi perubahan yang terjadi pada lansia ditandai dengan
mengecilnya ovari dan uterus, terjadi atrofi payudara. Pada laki-laki testis
masih dapat memproduksi spermatozoa meski adanya penurunan secara
berangsur-angsur, serta dorongan seks masih ada hingga usia 70 tahun (Azizah,
2011: 13).
g. Sistem Endokrin
Pada sistem endokrin terdapat beberapa hormon yang diproduksi dalam jumlah
besar dalam reaksi menangani stres. Akibat kemunduran produksi hormon
pada lansia, lansia pun mengalami penurunan reaksi dalam menghadapi stres
(Fatmah, 2010: 28).
h. Sistem Intugumen
Perubahan pada sistem integumen ditandai dengan kulit lansia yang mengalami
atrofi, kendur, tidak elastis, kering dan berkerut. Perubahan ini juga meliputi
perubahan pada kulit lansia yang mana kulit pada lansia akan menjadi kering
akibat dari kurangnya cairan pada kulit sehingga kulit menjadi berbecak dan
tipis. Atrofi sebasea dan glandula sudoritera merupakan penyebab dari
munculnya kulit kering. Liver spot pun menjadi tanda dari berubahnya sistem
integumen pada lansia. Liver spot ini merupakan sebuah pigmen berwarna
cokelat yang muncul pada kulit.
i. Muskulosekeletal
Perubahan pada lansia di daerah sendi meliputi menurunnya elastisitas jaringan
ikat seperti tendon, ligament dan fasia. Terjadi degenerasi, erosi serta
kalsifikasi pada kartilago dan kapsul sendi. Terjadi perubahan pula pada sendi
yang kehilangan fleksibilitasnya sehingga luas dan gerak sendi pun menjadi
menurun. Akibatnya lansia akan mengalami nyeri sendi, kekakuan sendi,
gangguan aktifitas, gangguan jalan. Perubahan yang terjadi pada otot lansia
meliputi penurunan jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan
penghubung dan jaringan lemak pada otot. Akibat terjadinya perubahan
morfologis pada otot, lansia akan mengalami penurunan kekuatan, penurunan
fleksibilitas, peningkatan waktu reaksi dan penurunan kemampuan fungsional
otot. Menurut (Azizah, 2011: 12) perubahan yang terjadi di tulang meliputi
berkurangnya kepadatan tulang. Berkurangnya kepadatan tulang ini menjadi
penyebab osteoporosis pada lansia. Kejadian jangka panjang yang akan terjadi
ketika lansia telah mengalami osteoporosis adalah nyeri, deformitas dan
fraktur. Oleh sebab itu, aktivitas fisik pun menjadi upaya preventif yang tepat

2.Perubahan mental
Menurut (Aspiani, 2014: 43) terdapat beberapa faktor yang memengaruhi
perubahan mental pada lansia yaitu kesehatan, tingkat pendidikan, lingkungan,
keturunan, dan perubahan fisik terutama panca indera.
3.Perubahan psikososial
Perubahan Psikososial menurut (Aspiani, 2014: 42):
a. Lansia cenderung merasakan sadar atau tidak sadar akan terjadinya kematian.
b. Merasakan perubahan dalam cara hidup.
c. Merasakan perubahan ekonomi akibat pemberhentian jabatan dan peningkatan
gaya hidup.
d. Merasakan pensiun (kehilangan) banyak hal seperti finansial, pekerjaan,
sahabat, dan status pekerjaan.
e. Merasakan penyakit kronis dan ketidakmampuan.
f. Merasakan kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial.
g. Mengalami gangguan pancaindera.
h. Lansia mulai mengalami perubahan dalam konsep diri, serta lansia akan
merasakan rangkaian dari proses kehilangan.
4.Perubahan spiritual
Perubahan yang terjadi pada lansia yang berhubungan dengan perkembangan
spiritualnya adalah dari segi agama/kepercayaan lansia yang akan semakin
terintegerasi dalam kehidupan, pada perubahan spiritual ini ketika usia mencapai
70 tahun lansia akan berfikir dan bertindak dalam memberikan contoh bagaimana
cara mencintai dan bagaimana cara berlaku adil. Perubahan yang lain yaitu lansia
akan semakin matur dalam kehidupan keagamaannya yang tercermin dalam
perilaku sehari-hari (Nugroho, 2008: 36).
5. Faktor eksternal;
Faktor eksternal yang berpengaruh pada percepatan proses menua
antara lain gaya hidup/life style, faktor lingkungan dan pekerjaan Budaya
gaya hidup yang mempercepat proses penuaan adalah jarang beraktifitas
fisik, perokok, kurang tidur dan nutrisi yang tidak teratur. Hal tersebut dapat
diatasi dengan strategi pencegahan yang diterapkan secara individual pada
usia lanjut yaitu dengan menghentikan merokok, seperti diketahui bahwa
merokok akan menyebabkan berbagai penyakit antara lain PPOM (penyakit
paru obstruksi kronis), kanker dan hipertensi, upaya penghentian merokok
tetap bermanfaat walaupun individu sudah berusia 60 tahun atau lebih.
Penelitian yang dilakukan oleh Harrington et al. (2000) menemukan
bahwa ada hubungan hipertensi dengan penurunan fungsi kognitif selama 4
tahun follow up, karena diketahui peningkatan prevalensi penyakit
asymtomatik serebral menimbulkan gejala hipertensi dengan banyaknya
infark kecil diotak seperti pencetus timbulnya dimensia.
Faktor lingkungan, dimana lansia manjalani kehidupannya
merupakan faktor yang secara langsung dapat berpengaruh pada proses
menua karena penurunan kemampuan sel, faktor-faktor ini antara lain zat-
zat radikal bebas seperti asap kendaraan, asap rokok meningkatkan resiko
penuaan dini, sinar ultraviolet mengakibatkan perubahan pigmen dan
kolagen sehingga kulit tampak lebih tua.
Pengaruh dari zat-zat pengawet makanan, zat-zat ini sifatnya
beracun/karsinogenik yang dalam jangka waktu tertentu dapat
memperpendek usia walaupun ada penangkalnya seperti enzim katalase,
vitamin C,A,E, namun demikian radikal bebas ini tetap lolos dan sangat
reaktif serta cepat bereaksi terhadap protein, DNA, dan lemak tak jenuh
menyebabkan kanker , semakin usia lanjut radikal bebas semakin terbentuk
yang mempercepat proses menua.
Radikal bebas diartikan sebagai molekul yang relatif tidak stabil
mempunyai satu elektron atau lebih yang tidak berpasangan diorbit luarnya,
molekul ini sangat reaktif mencari pasangan elektronnya, jika terbentuk
dalam tubuh maka akan terjadi reaksi berantai yang menghasilkan radikal
bebas baru dan terus bertambah. dengan semakin banyaknya sel-sel yang
rusak yang pada akhirnya sel tersebut mati, adanya radikal bebas sel-sel
tidak dapat regenerasi.Reaksi antara radikal bebas dan molekul itu berujung
pada timbulnya suat penyakit-penyakit degeneratif seperti kardiovaskuler
parkinson, alzheimer dan penuaan.( Hardiwinoto dan Setiabudi, 2005 )
Faktor pekerjaan dapat mempercepat proses menua yaitu pada
pekerja keras/over working, seperti pada buruh kasar/petani. Pekerjaan
orang dapat mempengaruhi fungsi kognitifnya, dimana pekerjaan yang teru
menerus melatih kapasitas otak dapat membantu mencegah terjadinya
penurunan fungsi kognitif dan mencegah dimensia ( Sidiarto, 1999 ).

D. Defresi
1. Definisi depresi
Depresi merupakan gangguan kesehatan mental yang ditandai dengan
suasana hati yang terus-menerus merasa tertekan atau kehilangan minat
dalam beraktivitas, sehingga mengakibatkan penurunan kualitas hidup
sehari-hari. Depresi dapat terjadi pada siapa saja, juga pada usia lanjut.
Sebanyak 5-10% populasi lansia menderita depresi yang memerlukan
penanganan. Bila depresi bersamaan dengan ansietas, maka prevalensinya
meningkat tajam sebesar 30-40%. Bila diterapi dengan baik, maka 80%
dapat berespon terhadap pengobatan dan mencapai remisi sempurna,
namun ada 90% dari lansia yang menderita gangguan depresi tidak
mendapatkan pertolongan atau terabaikan, pada lansia depresi sulit di
ketahui dapat tampak seperti gejala medis. Keluarga dan caregiver melihat
gejala depresi sebagai bagian normal dari proses penuaan dan sebagai
akibat kehilangan yang tidak terhindarkan dalam kehidupan yang akan
dialami oleh semua manusia. Sebab lain karena sebagian lansia terlantar,
berjuang sendiri menghadapi hari-hari akhirnya tanpa mengeluh dan
menolak mengeluh dan tidak mau minta pertolongan. Selama ini bekerja
keras untuk mengatasi kehidupan sehingga merasa malu bila tidak mampu
mengatasi problem kehidupan di saat lansia. Bahkan ada orang sekitar
tidak mengetahui bahwa depresi adalah suatu penyakit dan dapat
ditangani. Depresi adalah bukan sekedar perasaan sedih. Depresi
mengenai seluruh diri individu termasuk perasaan, pikiran dan kesehatan
isik. Disamping itu gejala ansietas amat sering didapatkan bersamaan.
Sebagian lain dalam bentuk keluhan isik dan nyeri.
2. Faktor resiko depresi pada lanjut usia
Faktor risiko timbulnya gejala depresi pada lansia selain karena faktor
usia, adalah wanita (tak menikah dan janda), lebih banyak disabilitas isik
(adanya penyakit isik, ada gangguan kognitif atau demensia, problem tidur
kronik dan ansietas), status sosial ekonomi yang kurang, adanya
kehilangan (pasangan atau orang terdekat), stres kronik atau mengalami
kehidupan yang penuh stresor, kurangnya dukungan psikososial
(loneliness/social isolation). Sedangkan abnormalitas kepribadian, riwayat
gangguan psikiatri sebelumnya, disfungsi perkawinan lebih sebagai faktor
risiko pada depresi dengan onset yang lebih muda (Blazer, 2003;
Gallagher et al., 2009).
3. Gejala –gejala depresi
Gangguan depresi mayor menurut DSMIV bila selama lebih dari 2 minggu
terdapat perasaan depresi/kesedihan dan kehilangan minat dan bersama 4
atau lebih gejala perasaan tak berguna, perasaan bersalah, kurang
kemampuan berkonsentrasi atau mengambil keputusan, melasa lelah,
psikomotor agitasi atau retardasi, insomnia atau hipersomnia, penurunan
atau peningkatan berat badan yang bermakna dan pikiran untuk bunuh diri
atau tentang kematian yang berulang. Gejala-gejala depresi dapat dibagi
menjadi gejala pada perasaan, pikiran, fisik dan perilaku.
a. Gejala perasaan
Gejala perasaan: kehilangan minat pada aktivitas yang
menyenangkan, penurunan minat dan kenikmatan seksual,
perasaan tidak berharga, tidak ada harapan dan merasa salah yang
berlebihan, tidak dapat merasakan apa-apa, perasaan hancur yang
berlebihan atau akan dihukum, kehilangan harga diri, merasa
sedih, murung yang lebih parah pada pagi hari, menangis tanpa
sebab yang jelas, iritabel, tidak sabar, marah dan agresif.
b. Gejala pikiran
pikiran bingung atau melambat, sulit berpikir, berkonsentrasi atau
mengingat; sulit mengambil keputusan dan menghindarinya,
pikiran berulang akan bahaya dan kehancuran, preokupasi dengan
kegagalan atau ketidakpuasan personal yang menyebabkan
kehilangan rasa percaya diri, melakukan kritik terhadap diri sendiri
secara kasar dan menghukum diri, pikiran tentang keinginan bunuh
diri, melukai diri dan tentang kematian yang persisten. Pada kasus
yang ekstrem dapat berpikir tidak realistis, mungkin terdapat
halusinasi atau ide aneh hingga waham.
c. Gejala fisik
penarikan dari aktivitas sosial dan hobi, gagal melakukan
keputusan penting, menelantarkan pekerjaan rumah tangga,
berkebun, membayar kebutuhan sehari-hari, penurunan aktivitas
isik dan olahraga; penurunan perawatan diri seperti makan,
dandan, mandi; peningkatan pemakaian alkohol, obat-obatan baik
dari dokter maupun beli sendiri.
d. Perilaku
perubahan nafsu makan, dengan akibat penurunan berat badan atau
peningkatan berat badan; gangguan tidur, kesulitan mulai tidur,
tidur terbangun-bangun atau tidur terlalu banyak; tidur, namun saat
bangun tidak segar, sering merasa buruk di pagi hari; penurunan
enerji, merasa lelah dan lemah; tidak dapat diam, ada doronogan
untuk berjalan terus; nyeri ekstremitas, sakit kepala, nyeri otot
yang bukan karena sebab penyakit isik; pencernaan dan lambung
kurang enak dan konstipasi.
4. Dampak depresi
perubahan nafsu makan, dengan akibat penurunan berat badan atau
peningkatan berat badan; gangguan tidur, kesulitan mulai tidur, tidur
terbangun-bangun atau tidur terlalu banyak; tidur, namun saat bangun
tidak segar, sering merasa buruk di pagi hari; penurunan enerji, merasa
lelah dan lemah; tidak dapat diam, ada doronogan untuk berjalan terus;
nyeri ekstremitas, sakit kepala, nyeri otot yang bukan karena sebab
penyakit isik; pencernaan dan lambung kurang enak dan konstipasi

Anda mungkin juga menyukai