Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA KLIEN DENGAN MASALAH KEPERAWATAN JIWA

HARGA DIRI RENDAH KRONIS

ARSITA INDAH SETIANINGRUM

S17114

S17C

PRODI SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA

2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA KLIEN DENGAN MASALAH KEPERAWATAN JIWA
HARGA DIRI RENDAH

A. MASALAH UTAMA
Harga diri rendah
B. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak berarti,
rendah diri, yang menjadikan evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri (Keliat, 2011). Harga diri rendah situasional merupakan
perkembangan persepsi negatif tentang harga diri sebagai respons seseorang
terhadap situasi yang sedang dialami (Wilkinson, 2012).
Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif
terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa
gagal mencapai keinginan (Budi Ana 2013). Gangguan harga diri atau harga
diri rendah dapat terjadi secara :
a. Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misal harus operasi,
kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja dll. Pada
klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena privacy yang
kurang diperhatikan : pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan
alat yang tidak sopan (pemasangan kateter, pemeriksaan perianal, dll),
harapan akan struktur, bentuk dan ffungsi tubuh yang tidak tercapai karena
dirawat/sakit/penyakit, perlakuan petugas yang tidak menghargai.
b. Kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama.

2. Etiologi gangguan jiwa


Faktor yang mempengaruhi harga diri rendah meliputi penolakan orang
tua, harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang kali,
kurang mempunyai tanggungjawab personal, ketergantungan pada orang lain
dan ideal diri yang tidak realistik.
Stressor pencetus mungkin timbul dari sumber internal dan eksternal
seperti trauma fisik maupun psikis, ketegangan peran, transisi peran situasi
dengan bertambah atau berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran
atau kematian, serta transisi peran sehat sakit sebagai transisi dari keadaan
sehat dan keadaan sakit (Keliat, 2011).
1) Faktor Predisposisi
a. Penolakan orang tua
b. Harapan orang tua yang tidak realistis
c. Kegagalan berulang kali
d. Kurang mempunyai tanggungjawab personal
e. Ketergantungan pada orang lain
f. Ideal diri tidak realistis
2) Faktor Presipitasi
a. Ketegangan peran yaitu stres yang berhubungan dengan frustasi yang
dialami individu dalam peran atau posisi yang diharapkan, terhadap 3
jenis transisi peran yaitu perkembangan, situasi sehat sakit
b. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologi atau menyaksikan
kejadian yang mengancam kehidupan
(Keliat & Akemat, 2014)

3. Manifestasi klinis gangguan jiwa


a. Data Subyektif: klien mengatakan kesepian, tidak punya teman, lebih
sering menyendiri, tidak dapat berhubungan sosial, klien mendengar suara
yang mengancam, menyuruh melakukan tindakan pencederaan,
mengungkapkan mendengar suara-suara pada diri sendiri, orang lain atau
lingkungan
b. Data Obyektif: menyendiri, diam, ekspresi wajah murung, sedih, sering
larut dalam pikirannya sendiri, wajah tegang dan marah, mondar mandir,
mata melotot, rahang menutup, tangan mengepal, keluar keringat banyak,
mata merah
(Rasmun, 2011)
4. Patofisiologi
Klien yang mengalami gangguan harga diri rendah bisa mengakibaatkan
gangguan interaksi sosial: menarik diri, dan memicu munculnya perilaku
kekerasan yang beresiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

POHON MASALAH

Isolasi sosial : menarik diri Perilaku kekerasan

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

Berduka disfungsional

5. Pengobatan
a. Medis
1) Psikofarmako
Berbagai obat psikofarmako yang hanya diperoleh dengan resep dokter,
dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu golongan generasi pertama
(typical) dan golongan kedua (atypical). Obat yang termasuk golongan
generasi pertama misalnya chlorpromazine HCL, Thoridazine HCL,
dan Haloperridol. Obat yang termasuk generasi kedua misalnya :
Risperidone, Olozapine, Quentiapine, Glanzapine, Zotatine, dan
Ariprprazole.
2) Psikoterapi
Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi engan
orang lain, pasien lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya pasien
tidak mengasingkan diri lagi karena jika pasien menarik diri dapat
membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk
mengadakan permainan atau latihan bersama.
3) Terapi kejang listrik (Elektro Convulsive therapy)
Adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall secara
artifical dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang
dipasang satu atau dua temples. Therapi kejang listrik diberikan pada
skizofrenia yang tidak mempan dengan terapi neuroleptika oral atau
injeksi, dosis terapi listrik 5-5 joule/ detik.
4) Terapi modalitas, merupakan rencana pengobatan untuk skizofrenia
dan kekurangan pasien. Teknik perilaku menggunakan latihan
ketrampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial.
Kemampuan memenuhi diri sendiri dan latihan praktis dalam
komunikasi interpersonal. Terapi aktivitas kelompok dibagi 4 yaitu
terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi, terapi aktivitas
kelompok stimulasi sensori, terapi aktivitas kelompok stimulasi realita
dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi.
5) Terapi kognitif, terapi interpersonal, terapi tingkah laku, dan terapi
keluarga. Tindakan keperawatan pada pasien dengan harga diri rendah
bisa secara individu, terapi keluarga, kelompok dan penanganan
dikomunikasi baik generalis keperawatan lanjutan. Terapi untuk pasien
dengan harga diri rendah yang efisian untuk meningkatkan rasa percaya
diri dalam berinteraksi dengan orang lain, sosial, dan lingkungannya
yaitu dengan menerapkan terapi kognitif pada pasien dengan harga diri
rendah.
(Eko, 2014)

C. ASUHAN KEPERAWATAN
1. MASALAH KEPERAWATAN
a. Masalah keperawatan
- Isolasi sosial
- harga diri rendah
b. Data yang perlu dikaji pada masalah keperawatan harga diri rendah
1) Data Subyektif
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,
bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu
terhadap diri sendiri.
2) Data Obyektif
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN (SDKI)


a. Harga diri rendah Kronis (D.0086)
Definisi : Evaluasi atau perasaan negatif terhadap diri sendiri atau
kemampuan klien seperti tidak berarti, tidak berharga, tidak
berdaya yang berlangsung dalam waktu lama dan terus
menerus.
Gejala dan Tanda Mayor Gejala dan Tanda Minor
Subjektif Subjektif :
- Merasa tidak mampu - Merasa sulit konsentrasi
melakukan apapun - Mengungkapkan
- Merasa malu/bersalah keputusasaan
- Merasa tidak memiliki
kelebihan atau kemampuan
positif
Objektif Objektif :
- Enggan mencoba hal baru - Kontak mata kurang
- Berbicara pelan dan lirih
- Pasif
- Sulit membuat keputusan
b. Isolasi sosial (D.0121)
Definisi : Ketidakmampuan untuk membina hubungan yang erat, hangat,
terbuka, dan interdependen dengan orang lain.
Gejala dan Tanda Mayor Gejala dan Tanda Minor
Subjektif Subjektif :
- Merasa ingin sendirian - Merasa berbeda dengan orang
- Merasa tidak aman di tempat lain
umum - Merasa tidak mempunyai
tujuan yang jelas

Objektif Objektif :
- Menarik diri - Afek datar
- Tidak berminat/menolak - Afek sedih
berinteraksi dengan orang - Tidak ada kontak mata
lain atau lingkungan - Riwayat ditolak

3. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


No Tujuan dan kriteria Hasil Intervensi (SIKI) TTD
(SLKI)
1. Setelah dilakukan tindakan Manajemen Perilaku 
keperawatan selama ... x 24 (I.12463)
jam, maka Harga Diri Observasi :
(L.09069) meningkat , dengan - Identifikasi harapan
kriteria hasil : untuk mengendalikan
- Penilaian diri positif perilaku
meningkat Terapeutik :
- Perasaan memiliki kelebihan - Diskusikan tanggung
atau kemampuan positif jawab terhadap perilaku
meningkat - Jadwalkan kegiatan
terstruktur
- Minat mencoba hal baru - Tingkatkan aktivitas
meningkat fisik sesuai kemampuan
- Konsentrasi meningkat - Bicara dengan nada
- Kontak mata meningkat rendah dan tenang
- Aktif meningkat - Cegah perilaku pasif dan
- Percaya diri berbicara agresif
meningkat - Beri penguatan positif
- Kemampuan membuat terhadap keberhasilan
keputusan meningkat mengendalikan perilaku
- Perasaan tidak mampu - Hindari sikap
melakukan apapun menurun mengancam dan
berdebat
Edukasi :
- Informasikan keluarga
bahwa keluarga sebagi
dasar pembentukan
kognitif
2. Setelah dilakukan tindakan Terapi Aktivitas 
keperawatan selama ... x 24 (I.05186)
jam, maka Keterlibatan Sosial Observasi :
(L.13115) meningkat , dengan - Identifikasi defisit
kriteria hasil : tingkat aktivitas
- Minat interaksi meningkat - Monitor respon
- Verbalisasi tujuan yang jelas emosional, fisik, sosial,
meningkat dan spiritual terhadap
- Minat terhadap aktivitas aktivitas
meningkat Terapeutik :
- Verbalisasi ketidakamanan - Fasilitasi fokus pada
ditempat umum menurun kemampuan, bukan
- Perilaku menarik diri defisit yang dialami
menurun
- Verbalisasi perasaan berbeda - Fasilitasi makna
dengan orang lain menurun aktivitas yang dipilih
- Afek murung/sedih menurun - Fasilitasi memilih
- Kontak mata membaik aktivitas dan tetapkan
tujuan aktivitas yang
konsiten sesuai
kemampuan fisik,
psikologis, dan sosial
- Jadwalkan aktivitas
dalam rutinitas sehari-
hari
- Berikan penguatan
positif atas partisipasi
dalam aktivitas
Edukasi :
- ajarkan cara melakukan
aktivitas yang telah
dipilih
- Anjurkan keluarga untuk
memberi penguatan
positif atau partisipasi
dalam aktivitas
Kolaborasi :
- Rujuk pada pusat atau
program aktivitas
kelompok, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Dermawan, Deden. 2013. Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Keliat B. A, 2010. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 2. Jakarta: EGC.

Keliat, Budi Anna dan Akemat. 2014. Model Praktik Keperawatan Profesional

Jiwa. Jakarta : EGC.

Rasmun. 2011. Keperawatan kesehatan mental psikiatri terintegrasi dengan

keluarga. Jakarta : CV Sagung Seto.

Tim Direktorat Keswa, 2010, Standar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi
4, RSJP Bandung, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai