Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

PADA KORBAN PEMERKOSAAN


Dosen pengampu :
Ns Nita Sukamti.,M.Kep

Disusun oleh:
Kelompok 3
Hilda Mariyana (183112420140096)
Annisa Rahayu (183112420140203)
Christi Zulyanti (183112420140054)
Lusiana Natalia M (183112420140059)
Santi Julinda K.D (183112420140188)
 
Pengertian
Kekerasan seksual (sexual abuse), dapat didefinisikan
sebagai perilaku seksual secara fisik maupun non fisik oleh
orang yang lebih tua atau memiliki kekuasaan terhadap
korban, bertujuan untuk memuaskan hasrat seksual
pelakunya. Korban mungkin saja belum atau tidak
memahami perlakuan yang dilakukan terhadap dirinya,
mereka hanya merasa tidak nyaman, sakit, takut,
merasa bersalah, dan perasaan lain yang tidak
menyenangkan (FKUI, 2006).
Etiologi
Faktor penyebab sexual abuse adalah
a. Faktor kelalaian orang tua
b. Faktor rendahnya moralitas dan mentalitas pelaku.
c. Faktor ekonomi
Klasifikasi
Klasifikasi dari sexual abuse pada anak menurut (Suda, 2006) adalah :
1. Perkosaan.
2. Kekerasan seksual terhadap anak-anak.
3. Kekerasan seksual terhadap pasangan.
4. Kekerasan fisik
5. Kekerasan emosional/ verbal
6. Ketergantungan finansial
7. Kekerasan seksual
8. Koersi, ancaman, intimidasi
Patofisiologi
Menurut Tower (2002) dalam Maria (2008) kekerasan seksual pada anak dapat terjadi
satu kali, beberapa kali dalam periode berdekatan, bahkan menahun. Kekerasan seksual
tidak terjadi begitu saja terjadi, melainkan melalui beberapa tahapan antara lain :
• Tahap awal, pelaku membuat korban merasa nyaman. Ia menyakinkan bahwa apa yang
dilakukannya "tidak salah" secara moral. Pelaku mencoba menyentuh sisi
kbutuhan anak akan kasih saying dan perhhatian, penerimaan dari orang lain, atau
mencoba menyamakannya dengan permainan dan menjanjikan imbalan material yang
menyenangkan. Pelaku dapat mengintimidasi secara halus ataupun bersikap memaksa
secara kasar.
• Tahap kedua, adalah interaksi seksual. Perilaku yang terjadi bisa saja hanya berupa
mengintip sampai perilaku yang intensitasnya berat, yaitu memakasa anak untuk
melakukan hubungan seksual. Setelah kejadian tersebut, pelaku mengancam korban
agar merahasiakan apa yang terjadi kepada orang lain.
• Tahap berikutnya adalah tahapan dimana korban mau menceritakan pengalamannya
kepada orang lain. Kemungkinan korban merahasiakan pengalamannya sampai berusia
dewasa, atau menceritakannya kepada orang yang mempunyai kedekatan emosional
dengannya, sehingga ia merasa aman.
Manifestasi klinis
Dampak psikologis sexual abuse
Dampak psikologis yang dialami oleh subyek dapat
digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu gangguan
perilaku, gangguan kognisi, gangguan emosional.
a. Gangguan Perilaku, ditandai dengan malas untuk
melakukan aktifitas sehari-hari.
b. Gangguan Kognisi, ditandai dengan sulit untuk
berkonsentrasi, tidak fokus ketika sedang belajar, sering
melamun dan termenung sendiri.
c. Gangguan Emosional, ditandai dengan adanya
gangguan mood dan suasana hati serta menyalahkan
diri sendiri.
Penatalaksanaan
Cholidah (2005) menyatakan bahwa diantara tujuan terapi bermain adalah
mengurangi atau menghilangkan gangguan-gangguan perilaku, fisik,
psikis, social, sensori dan komunikasi dan mengembangkan kemampuan yang
masih dimiliki secara optimal.
Menurut Suda (2006) ada beberapa model program counseling yang dapat
diberikan kepada anak yang mengalami sexual abuse, yaitu :
a. The dynamics of sexual abuse.
b. Protective behaviors counseling.
c. Survivor/self-esteem counseling.
d. Cognitif terapy.

 
Pengkajian
1. Identitas Klien :
Nama : Nn. S
Umur : 19 tahun
Agama : Islam
Alamat : Tuminting Link 4
Pekerjaan : -
Tanggal masuk RS : 17 September 2018 
Tanggal pengkajian : 19 September 2018
No. RM : 67.95
2. Alasan masuk :
 
Klien datang diantar oleh keluarganya pada tanggal 17 September 2018, dengan keluhan:
· Tidak mau bergaul dengan orang lain 
· Tidak banyak bercakap- cakap 
· Banyak melamun
· Mengurung diri 
· Sering menyendiri
3.Faktor Predisposisi
 
a. Klien pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya sejak 1 tahun yang lalu dan di rawat di RSJ Ratumbuysang
Manado yang pertama pada tanggal 12 juni 2017 dikarenakan klien apatis, diam di kamar (mengurung diri), menolak
berhubungan dengan orang lain.
b. Klien tidak minum obat secara teratur sehingga pengobatan kurang berhasil. 
c. Klien pernah mengalami, seksual
d. Keluarga klien tidak ada yang mengalami gangguan jiwa seperti yang dialami oleh klien.
e. Klien mengatakan punya pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan. Klien mengatakan pernah
mengalami tindakan kekerasan sexual oleh pamannya
f. Klien mengatakan malu karena sampai sekarang klien merasa dirinya kotor karena kejadian itu

4. Faktor Presipitasi
 Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan:
a. Masa anak-anak
 
Klien tidak pernah mengalami hal yang tidak menyenangkan.
 
b. Masa remaja
 
Klien mengatakan punya pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan sesuai
 
pernyataan klien “saya dulu pernah di perkosa oleh paman saya”.
 
c. Masa Sekarang
 
Klien mengatakan “ malu karena sampai sekarang merasa dirinya kotor karena telah di perkosa”.
Status Mental
a. Penampilan
Klien tampak tidak rapi, baju tidak rapi, kuku klien tampak panjang, rambut acak- acakan.

b. Pembicaraan
Kontak mata kurang selama komunikasi, berbicara seperlunya, klien tampak tidak mampu memulai pembicaraan,cenderung menolak
untuk diajak berkomunikasi.

c. Aktivitas motorik
Klien terlihat lesu, lebih banyak duduk menyendiri dan tiduran daripada beraktivitas, klien mau beraktivitas apabila dimotivasi.

d. Alam perasaan
Klien tampak sedih, karena klien merasa sendiri, tidak ada yang peduli dengan dirinya, klien merasa putus asa dan tidak berharga
dalam hidup ini.

e. Afek
Tidak ada perubahan roman muka pada saat diceritakan cerita lucu yang membuat tertawa, klien tampak biasa saja, hanya
bereaksi bila ada stimulus emosi yang kuat (afek tumpul).

f. Interaksi selama wawancara


Klien lebih banyak diam, kontak mata pada saat wawancara kurang, klien lebih sering menunduk, bahkan sampai memutuskan
pembicaraan atau pergi saat diajak bercakap- cakap.

g. Persepsi halusinasi
Klien mengatakan klien suka mendengar bisikan seperti suara temannya menyuruh pergi, biasanya bisikan itu datang pada saat klien
melamun.
Dengan pernyataan pasien: “ saya suka mendengar bisikan dan bisikannya datang kalau saya sedang melamun.”

h. Isi pikir
Selama wawancara, klien mengalami depersonalisasi (perasaan klien yang asing terhadap diri sendiri, orang atau lingkungan), sehingga
klien menolak untuk berhubungan dengan orang lain dan tampak memisahkan diri dari orang lain.
Analisa Data
DATA ETIOLOGI MASALAH

Data objektif :
-Tidak mau bergaul dengan orang lain. Perubahan status mental Isolasi Sosial
-Tidak banyak bercakap- cakap.
- Banyak melamun. Mengurung
diri. Sering menyendiri.
- klien tidak minum obat secara teratur
sehingga pengobatan kurang berhasil.
-Klien tampak sedih.
-Kontak mata kurang selama
komunikasi, berbicara seperlunya, klien
tampak tidak mampu memulai
pembicaraan, cenderung menolak untuk
diajak berkomunikasi.
Data subjektif :
- Klien mengatakan punya pengalaman
masa lalu yang tidak menyenangkan dan dulu
pernah dikucilkan oleh teman-
temannya waktu SMA.
- Klien merasa malu karena sampai
sekarang belum mendapatkan pekerjaan.
Diagnosa keperawatan
Isolasi sosial berhubungan dengan perubahan status
mental
Intervensi keperawatan
Diagnosa Keperawatan Luaran dan kriteria Intervensi
hasil
Isolasi sosial berhubungan dengan Definisi: keparahan respon emosi Counseling
perubahan status mental. , sosial atau respon isolasi. Definisi: menggunakan proses
Definisi :pengalaman sendirian Luaran: interaksi sosial interaktif yang berfokus pada
yang dialami individu dan disadari kebutuhan masalah atau perasaan
sebagai beban oleh orang lain dan Luaran tambahan: dukungan pasien untuk meningkatkan
sebagai hal yang negatif atau tahap sosial,ketahan keluarga,ketahan dukunganmkoping, menyelesaikan
yang mengancam masalah dan hubungan
Batasan Karakterisitik : personal interpersonal.
- tidak mau bergaul dengan orang   Intervensi:
lain  Setelah dilakukan tindakan -minta pasien untuk
-Tidak banyak bercakap-cakap keperawatan selama 2x24 jam mengekspresikan perasaan
-Banyak melamun diharapkan masalah teratasi -Bantu pasien untuk
-Mengurung diri dengan KH: mengidentifikasi situasi atau
-Sering sendiri -Depresi menurun masalah yang dapt menyebabkan
-Klien tampak sedih -Rasa mengisolasi diri menurun distres
-klien tampak tidak mampu -Kesulitan menurun dalam - Gunakan tekhnik refleksi
memulai pembicaraan, cenderung merencanakan sesuatu - Minta pasien mendata alternatif
menolak untuk diajak -Aktivitas bisa ditingkatkan masalah
berkomunikasi -Identifikasi perbedaan pandangan
-Kontak mata kurang selama pasien dan psikiatri.
komunikasi,bicara seperlunya - kaji kemampuan atau kekuatan
pasien.
Discharge planning
a. Makan
 Klien makan 3X sehari, mampu menghabiskan 1 porsi makan dengan menu seimbang yang sudah
disiapkan dari instalasi gizi (nasi, lauk, sayur, buah- buahan), klien makan pagi pukul 07.00
WIB, makan siang pukul 12.00 WIB, makan malam jam pukul 19.00
WIB, setelah makan klien merapikannya sendiri
 Dengan pernyataan klien: “ saya makan sesuai dengan jadwal yang di berikan di RSJ.”

b. BAB/ BAK
 Bila klien ingin BAB/ BAK pergi ke WC tanpa bantuan orang lain, BAK ± 3X sehari dan
 BAB ± 1X sehari.
 Dengan pernyataan klien: “ saya BAB/BAK sendiri tanpa bantuan suster, biasanya BAK
 ± 3X sehari dan BAB ± 1X sehari.”
 
c. Mandi
 Klien mandi di kamar mandi 2X sehari tanpa bantuan orang lain dan tidak lupa
menggosok gigi, mencuci rambut 1 minggu sekali.
Dengan pernyataan klien: “ saya mandi 2X sehari tanpa di bantu siapapun, dan keramas 1 minggu
sekali.”

d. Berpakaian/ berhias
 Klien mengganti pakaian 1X sehari dilakukan sendiri walaupaun kurang rapi.
 Dengan pernyataan klien: “ saya ganti baju 1X sehari.”
 
Con’t
e. Istirahat dan tidur
 Klien tidur siang pukul 11.00- 12.00 WIB dan tidur malam pukul 20.00- 05.00 WIB, aktivitas sebelum tidur klien
adalah melamun dan diam, tapi tidak lupa untuk membaca doa sebelum tidur. Setelah bangun klien langsung
mandi.
Dengan pernyataan klien: “ biasanya sebelum tidur saya melamun dan tidak lupa membaca do’a.”

f. Penggunaan obat
 Klien mengatakan tidak mengetahui obat apa yang klien minum dan tidak mengetahui efek samping dan
manfaat dari obat tersebut, minum obat 2X sehari dengan bantuan dari perawat, setelah minum obat merasa
ngantuk dan lemas.
Dengan pernyataan klien: “Saya tidak tahu apa nama obat yang saya minum, efek samping dan
manfaatnya, tapi setelah minum obat tersebut saya merasa ngantuk dan lemas.”

g. Pemeliharaan kesehatan
 Klien tidak mengetahui akan berobat kemana jika telah keluar dari tumah sakit.
 Dengan pernyatan klien: “Saya tidak tahu harus berobat kemana kalau saya sudah sembuh nanti.”

h. Aktivitas di dalam rumah


Klien mengatakan ketika di rumah klien tidak suka melakukan kegiatan apapun, seperti kegiatan rumah tangga
sehari hari. Klien tidak ikut dalam mengatur keuangan untuk kebutuhan seharinya.
Dengan pernyataan klien: “Di rumah saya tidak pernah mengerjakan apapun, dan tidak pernah ikut mengatur
biaya kebutuhan sehari- hari.”
 
i. Aktivitas di luar rumah
 Klien mengatakan jarang keluar rumah, tidak suka berbelanja atau melakukan perjalanan. Dengan pernyataan
klien: “Saya tidak jarang keluar rumah, tidak suka belanja dan melakukan perjalanan apapun.”

Anda mungkin juga menyukai