ISOLASI SOSIAL
Oleh :
M U R N I A T I,S.Kep
149012016163
A. Masalah Utama
Isolasi Sosial
C. Pohon Masalah
E. Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial : menarik diri Bd harga diri rendah
Oleh :
M U R N I A T I,S.Kep
149012016163
A. Masalah Utama
Gangguan Konsep Diri : harga diri rendah
Harga diri rendah adalah penilaian pribadi berdasarkan seberapa baik prilaku
sesuai dengan ideal diri (Stuart, 2009).
Harga diri rendah adalah perasaan negative terhadap diri sendiri, hilangnya
percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan \9\keliat, 2010).
a. Fisik
Tanda dan gejala dari respon fisiologi terhadap penurunan harga diri antara
lain penurunan energy, lemah, agitasi, penurunan libido,
insomnia/hipersomnia, penurunan/peningkatan nafsu makan, anoreksia,
sakit kepala (Westermeyer, 2006 ; Stuart & Sundeen, 2005).
b. Menurut Stuart dan Laraia (2005) kognitif adalah tindakan atau proses dari
pengetahuan. Proses ini diperlukan dan memungkinkan mengetahui kondisi
otak untuk proses informasi dalam hal ketelitian, penyimpanan dan
keterangan.
Kognitif yang sering muncul pada pasien dengan masalah harga diri rendah
(Stuart &Laraia, 2005 ; Boyd & Nihart, 1998) adalah :
a) Bingung
c) Kurangnya perhatian
c. Perilaku
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat
diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar
(Notoadmojo, 2010).
d. Afek
Afek merupakan sifat emosional yang nyata (Stuart & Laraia, 2005).
C. Pohon Masalah
E. Diagnosa Keperawatan
1. Diagnosa keperawatan : Harga Diri Rendah
2. Diagnosa medis : Depresi
DAFTAR PUSTAKA
Aziz R dkk.2003. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa. Semarang :RSJD Dr. Amino
Gondoutomo
Keliat, B.A. 1999. Proses Kesehatan Jiwa, Edisi I. Jakarta : EGC
Stuart G.W. 1998. buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3 : Jakarta : EGC
LAPORAN PENDAHULUAN
PRILAKU KEKERASAN
Oleh :
ELIYA S.Kep
149012016132
LAPORAN PENDAHULUAN
PERILAKU KEKERASAN
A. Masalah Utama
Perilaku Kekerasan
4. Akibat
Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi
mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai
merupakan suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai / membahayakan
diri, orang lain dan lingkungan.
C. Pohon Masalah
Perilkau kekerasan
E. Diagnosa Keperawatan
1. Perilaku Kekerasan
2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
F. Rencana Tindakan
DX 1 : Perilaku kekerasan
Tujuan Umum : Klien terhindar dari menciderai diri, orang lain dan lingkungan
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
Bina hubungan saling percaya : salam terupetik, empati, sebut nama
perawat dan jelaskan tujuan interaksi
Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai
Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang
2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
Tindakan :
Beri kesempatan mengungkapkan perasaan
Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel atau kesal
Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan
sikap tenang
3. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
Tindakan :
Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat jengkel
kesal
Observasi tanda perilaku kekerasan
Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel / kesal yang dialami klien
4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
Tindakan :
Anjurkan mengungkapakan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan
Tanyakan apakah dengan cara yang dilakukan msalahnya selesai
5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
Tindakan :
Bicarakan akibat / kerugian dari cara yang dilakukan
Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan
Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat
6. Klien dapat mengidentifikasi cara yang konstruktif dalam berespon terhadap
kemarahan
Tindakan :
Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat
Diskusikan cara lain yang sehat secara fisik: tarik nafas dalam jika sedang
kesal, berolahraga, memukul bantal / kasur.
Secara verbal : katakana bahwa anda sedang marah / kesal / tersinggung
Secara spiritual : berdoa, sembahyang, memohon kepada Tuhan untuk
diberi kesabaran
7. Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan
Tindakan :
Bantu memilih cara yang paling tepat
Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih
Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih
Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam simulasi
Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel dan marah
8. Klien mendapat dukungak dari keluarga
Tindakan :
Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui pertemuan
keluarga
Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga
9. Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program)
Tindakan :
Diskusikan dengan klien tentang obat ( nama, dosis, frekuensi, efek,
dan efek samping)
Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama, obat,
dosis, cara, waktu)
Anjuran untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang
dirasakan
DAFTAR PUSTAKA
Oleh :
M U R N I A T I,S.Kep
149012016163
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI KEPERAWATAN (NERS)
STIKES MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2017
LAPORAN PENDAHULUAN
I. MASALAH UTAMA
Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi
A. Pengertian
Halusinasi adalah merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersiapkan
sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penyerapan panca indra tanpa ada
rangsangan dari luar (Maramis, 2005).
Halusinasi adalah terjadinya penglihatan, suara, sentuhan, bau maupun rasa tanpa
stimulus eksternal terhadap organ-organ indra ( Fontaine, 2009)
Sedangkan menurut Videbeck 2009, halusinasi adlah persepsi sensori yang salah
satu atau pengalaman persepsi yang tidak terjadi dalam realitas, halusinasi dapat
melibatkan panca indra dan sensasi tubuh.
B. Jenis-Jenis Halusinasi
1. Halusinasi Pendengaran / Auditorik
Karakteristik ditandai dengan mendengarkan suara terutama suara orang .
2. Halusinasi Penglihatan / Visual
Karateristik ditandai dengan adanya stimulasi visual dalam bentuk kilatan
cahaya, gambaran, geometric, gambar kartun dan panorama yang komplek.
Penglihatan biasanya menyenangkan dan menakutkan(Stuart &Laraia, 2005 ;
Stuart, 2009).
3. Halusinasi penghidu / Alfaktari
Karakteristik ditandai dengan adannya bau busuk, amis dan bau menjijikan
seperti darah, urin, facer,. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang
dan dimensia(Stuart, 2009).
4. Halusinasi Peraba
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit. Mengalami nyeri atau
ketidaknyamanan stimulus yang jelas, contohnya : rasa tersetrum listrik
yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain(Stuart &Laraia, 2005 ;
Stuart, 2009).
5. Halusinasi Pengecap
Karakteristik ditandai dengan rasa mengecap seperti rasa darah, urin, facer
(Stuart &Laraia, 2005 ; Stuart, 2009).
6. Halusinasi Chenesthetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti rasa aliran darah
vena atau arteri, pencernaan makanan, pembentukan urin(Videbeck, 2008 ;
Stuart, 2009).
7. Halusinasi Kinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan penggerakan sementara berdiri tanpa
bergerak (Videbeck, 2008 ; Stuart, 2009).
C. Fase Halusinasi
a. Comforting (Halusinasi menyenangkan, cemas ringan)
Klien yang berhalusinasi mengalami emosi yang intens seperti cemas,
kesepian, rasa bersalah, takut dan mencoba untuk berfokus pada pikiran yang
menyenangkan untuk menghilangkan kecemasan. Perilaku yang dapat
diobservasi :
1) Tersenyum lebar
2) Menggerakkan bibir tanpa
membuat suara
3) Pergerakan mata yang cepat
4) Respon verbal yang lambat
seperti ayik
5) Diam dan tampak asyik
b. Comdemning ( Halusinasi menjijikkan, cemas sedang)
Klien yang berhalusinasi mulai kehilangan control dan mungkin berusaha
menjauhkan diri, serta merasa malu dengan adanya pengalaman sensori
tersebut dan menarik diri dari orang lain. Perilaku yang dapat diobservasi :
1) Ditandai dengan peningkatan
kerja system saraf autonomic yang menunjukkan kecemasan misalnya
terdapat peningkatan nadi, pernafasan dan tekanan darah.
2) Rentang perhatian menjadi
sempit
3) Asyik dengan pengalaman
sensori dan mungkin kehilangan kemanpuan untuk membedakan
halusinasi dengan realita.
c. Controlling (Pengalamn sensori berkuasa, cemas berat)
Klien yang berhalusinasi menyerah untuk mencoba melawan pengalaman
halusinasinya. Isi halusinasi bisa menarik/memikat. Seseorang mungkin
mengalami kesepian jika pengalaman sensori berakhir. Perilaku yang dapat
diobservasi :
1) Arahhan yang diberikan
halusinasi tidak hanya dijadikan objek saja oleh klien tetapi mungkin
akan diikuti.
2) Klien mengalami kesulitan
berhubungan dengan orang lain.
3) Rentang perhatian hanya dalam
beberapa detik
4) Tampak tanda kecemasan berat
seperti berkeringat, tremor, tidak mampu mengikuti perintah.
d. Conquering (melebur dalam pengaruh halusinasi, panik)
Pengalaman sensori bisa mengancam jika klien tidak mengikuti perintah dari
halusinasi. Halusinasi mungkin berakhir dalam waktu empat jam atau sehari
bila tidak ada intervensi terapeutik. Perilaku yang dapat diobservasi:
1) Perilaku klien tampak seperti dihantui terror dan panik.
2) Potensi kuat untuk bunuh diri dan membunuh orang lain.
3) Aktifitas fisik yang digambarkan klien menunjukkan isi dari halusinasi
misalnya klien melakukan kekerasan, agitas, menarik diri.
4) Klien tidak dapat berespon pada arahan kompleks
5) Klien tidak dapat berespon pada lebih dari satu orang.
b. Faktor Psikologis
Menurut Townsend (2009) awal terjadinya skizofrenia difokuskan pada
hubungan dalam keluarga yang mempengaruhi perkembangan gangguan ini,
teori awal menunjukkan kurangnya hubungan antara orangtua dan anak.
c. Faktor Sosial Budaya
Berdasarkan Towsend (2005), faktor sosial kultural meliputi disfungsi dalam
keluarga, konflik keluarga. Faktor sosial cultural yang dapat mempengaruhi
yaitu usia, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan, pekerjaan, latar belakang
budaya, posisi sosial, nilai dan pengalamn individu (Stuart dan Laraia,
2005).
2. Faktor Presipitasi
Pada kondisi normal, otak mempunyai peranan penting dalam meregulasi
sejumlah informasi. Informasi normal diproses melalui aktivitas neuron. Gejala
pencetus yang menyebabkan hal tersebut terjadi adalah faktor kesehatan,
lingkungan, sikap dan perilaku individu (Stuart dan Laraia, 2005; Stuart, 2009).
Faktor pencetus halusinasi diakibatkan gangguan umpan balik di otak yang
mengatur jumlah dan waktu dalam proses informasi. Stimuli penglihatan dan
pendengaran pada awalnya di saring oleh hipotalamus dan dikirim untuk
diproses oleh lobus frontal dan bila informasi tersebut salah, lobus frontal
mengirimkan pesan overload ke gaglia basal dan di ingatkan lagi hipotalamus
untuk memperlambat transmisi ke lobus frontal. Penurunan fungsi lobus frontal
menyebabkan gangguan pada proses umpan balik dalam penyampaian
informasi yang menghasilkan proses informasi overload (Stuart dan Laraian,
2005; Stuart, 2009).
3. Penilaian Terhadap Stressor
Penilaian seseorang terhadapt stressor terdiri dari respon kognitif, afektif,
fisiologis, perilaku dan sosial (Stuart dan Laraian, 2005).
4. Sumber Koping
Sumber koping merupakan hal yang penting dalam membantu klien dalam
mengatasi stressor yang dihadapinya (Stuart dan Laraian, 2005). Keluarga
merupakan salah satu sumber pendukung utama klien saat mengalami stress
(Videbeck, 2008).
5. Mekanisme Koping
Klien akan melakukan regresi untuk mengatasi kecemasan yang dialaminya,
melakukan proyesi sebagai usaha untuk menjelaskan persepsinya dan menarik
diri yang berhubungan dengan masalah membangun kepercayaan dan keasyikan
terhadap pengalaman internal (Stuart dan Laraian, 2005; stuart, 2009)
III. POHON MASALAH
Resiko Perilaku kekerasan
Isolasi Sosial
SP 1 Keluarga :
- Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat klien.
- Jelaskan pengertian, tanda dan gejala, dan proses terjadinya halusinasi.
- Jelaskan cara merawat halusinasi.
- Latih cara merawat halusinasi : hardik
- Anjurkan membantu klien sesuai jadwal dan member pujian.
SP 2 Klien :
- Evaluasi kegiatan menghardik beri pujian.
- Latih cara mengontrol halusinasi.
- Latih cara mengontrol halusinasi dengan obat (jenis, una, dosis, frekuensi,
cara, kontiuitas minum obat).
- Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik dan minum obat.
SP 2 Keluarga :
- Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat klien menghardik, beri pujian.
- Jelaskan cara memberikan obat.
- Latih cara memberikan/ membimbing minum obat.
- Anjurkan membantu klien sesuai jadwal dan memberikan pujian.
SP 3 Klien :
- Evaluasi kegiatan harian menghardik dan obat, beri pujian.
- Latih cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap saat terjadi
halusinasi.
- Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik, minum obat, dan
bercakap-cakap.
SP 3 Keluarga :
- Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat klien menghardik dan memberikan
obat, beri pujian.
- Jelaskan cara bercakap-cakap dan melakukan kegiatan untuk mengontrol
halusinasi.
- Anjurkan membantu klien sesuai jadwal dan memberikan pujian.
SP 4 Klien :
- Evaluasi kegiatan harian menghardik, minum obat & bercakap-cakap beri
pujian.
- Latih cara mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan harian.
- Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik, minum obat,
bercakap-cakap dan kegiatan harian.
SP 4 Keluarga :
- Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melati klien menghardik,
memberikan obat, dan bercakap-cakap, beri pujian.
- Jelaskan follow up ke RSJ/PKM, tanda kambuh, rujukan.
- Anjurkan membantu klien sesuai jadwal dan memberikan pujian.
b. Anti Parkinson :
1. Trihexyphenidile
2. arthan
DAFTAR PUSTAKA
Muslim Rusdi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas Dari PPDGJ
III.
Oleh :
E L I Y A S,Kep
149012016132
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI KEPERAWATAN (NERS)
STIKES MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2017
LAPORAN PENDAHULUAN
MENCIDERAI DIRI (BUNUH DIRI)
I. Masalah Utama
Resiko Bunuh Diri
A. Definisi
1. Pengertian
Bunuh diri adalah setiap aktivitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah
pada kematian (Gail W.Stuart, 2006)
Bunuh diri adalah pikiran untuk menghilangkan nyawa sendiri (Isaacs.Ann,
2005)
2. Tanda dan Gejala
c. Keputus asaan
d. Celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berguna
e. Alam perasaan depresi
f. Agtasi dan gelisah
g. Insomnia yang menetap
h. Penurunan BB
i. Berbicara lamban, keletihan,, menarik diri dari lingkungan sosial
Petunjuk Psikiatrik
a. Upaya bunuh diri sebelumnya
b. Kelainan afektif
c. Alkoholisme dan penyalahgunaan obat
d. Kelainan tindakan dan deprsei mental pada remaja
e. Dimensia dini / status kekacauan mental pada lansia.
Riwayat Psikososial
a. Baru berpisah, bercerai / kehilangan.
b. Hidup sendiri
c. Tidak bekerja, perlahan / kehilangan pekerjaan baru dialami
Faktor-Faktor Kepribadian :
a. Implisit, agresif, rasa bermusuhan
b. Kegaiatan kognitif dan negatif
c. Keputusasaan
d. Harga diri rendah
e. Batasan / gangguan kepribadian antisosial ( Ras tirainia, 2009)
3. Tingkatan
Menurut Tri Aan (2009), prilaku bunuh diri berkembang dalam rentang
diantaranya :
a. Suicidal Ideation, pada ini merupakan proses contemplasi dari suicide,
atau sebuah metoda yang digunakan tanpa melakukan aksi / tindakan,
bahkan klien pada tahap ini tidak akan mengungkapkan idenya apabila
tidak ditekan. Walaupun demikian, perawa perlu menyadari bahwa pasien
pada tahap ini memiliki pikiran tentang keinginan untuk mati.
b. Suicidal Intent, pada tahap ini klien mulai berfikir dan sudah melakukan
perencanaan yang kongkrit untuk melakukan bunuh diri.
c. Suicidal Threat, pada tahap ini klien mengekspresikan adanya keinginan
dan hasrat yang dlam bahkan ancaman untuk mengakhiri hidupnya.
d. Suicidal Gesture, pada tahap ini klien menunukkan perilkau destruktif
yang diarahkan pada diri sendiri yang bertujuan tidak hanya mengancam
kehidupannya tetapi sudah pada percobaan untuk melakukan bunuh diri.
B. Klarifikasi
a. Ancaman bunuh diri ada peringatan verbal dan non verbal ancaman ini
menunjukkan ambivalensi seseorang terhadap kematian. Jika tidak mendapat
respon maka akan ditafsirkan sebagai dukungan untuk melakukan tinadakan
bunuh diri.
b. Upaya bunuh diri : semua tindakan yang dilakukan individu terhadap diri
sendiri yang dapat menyebabkan kematian jika tidak dicegah.
c. Bunuh diri : terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau diabaikan, orang
yang melakukan upaya bunuh diri walaupun tidak benar-benar ingin mati
mungkin akan mati.
B. Rentang Respon
Rentang respon perilaku menciderai diri sendiri mempunyai peningkatan diri
sebagai respon paling adaptif, sedangkan perilaku menciderai diri sendiri
secara tidak langsung dan bunuh diri merupakan respon maladaptif.
Rentang Respon Menciderai Diri
C. Faktor Prediposisi
Menurut Stuart dan Sundeen (2004), faktor predisposisi bunh diri antara lain :
1. Sifat Kepribadian
Ada aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya resiko bunuh
diri adalah rasa bermusuhan, implisif dan depresi.
2. Dukungan Psikososial
Seseorang yang baru mengalami kehilangan, perpisahan/perceraian
dukungan yang dini dan mengurangnya dukungan sosial merupakan faktor
penting yang berhubungan dengan bunuh diri.
3. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor
resiko penting untuk perilaku destruktif.
4. Faktor Biokimia
Data menunjukkan bahwa secara serategeniki opa tengik, dan
depominersik menjadi media proses yang dapat menimbulkan perilaku
destruktif diri.
D. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart (2006) faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh
diri adalah :
1. Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal
/ gagal melakukan hubungan yang berarti.
2. Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stress.
3. Perasaan marah / bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada
diri sendiri.
4. Cara untuk mengakhiri keputusasaan.
Penyebab lain :
Adanya harapan untuk reuni dan fantasy
Merupakan jalan untuk mengakhiri keputusasaan dann
ketidakberdayaan
Tangisan untuk minta bantuan.
II. DATA YANG PERLU DIKAJI
1. Identitas Klien
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, tanggal
NIRS (masuk rumah sakit), informan, tanggal pengkajian, nomor rumah klien
dan alamat klien.
2. Keluahan Utama
Tanyakan pada keluarga / klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga
dating kerumah sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah
dan perkembangan yang dicapai.
3. Faktor Perdisposisi
Tanyakan pada klien / keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan
jiwa pada masa lalu, pernah melakukan, mengalami, penganiayaan fisik,
seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan
kriminal. Dapat dilakukan pengkajian pada keluarga faktor yang mungkin
mengakibatkan terjadinya gangguan :
a. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon
psikologis dari klien.
b. Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak atau SP, pertumbuhan dan
perkembangan individu pada prenatal, reanatus dan anak-anak.
c. Sosial Budaya
Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan,
kerawanan), kehidupan yang terisolasi serta stress yang menumpuk
4. Aspek Fisik / Biologis
Hasil pengukuran tada vital ( TD, Nadi, Suhu, Pernafasan, TB, BB) dan
keluhan yang dialami oleh klien
5. Aspek Psikososial
a. Membuat genagram yang memuat paling sediki tiga generasi yang dapat
menggambarkan hubungan klien dan keluarga.
b. Konsep Diri
c. Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan,
kelompok yang diikuti dalam masyarakat.
d. Spiritual, mengenal nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah.
6. Status Mental
7. Kebutuhan Persiapan Pulang
a. Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan
b. Klien mampu BAB dan BAK
c. Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien terlihat rapi
8. Mekanisme Koping
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakannya pada
orang-orang lain (lebih sering menggunakan koping menarik diri).
9. Masalah Psikososial dan Lingkungan
Masalah berkenaan dengan ekonomi, dukungan kelompok, lingkungan,
pendidikan, pekerjaan, perumahan, dan pelayanan kesehatan.
10. Pengetahuan
Data didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian tiap bagian yang
dimiliki klien disimpulkan dalam masalah.
11. Aspek Medik
Diagnosa medis yang telah dirumuskan dokter.
Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy farmakologi GCT, Psikomotor,
therapy akopasional, TAk dan rehabilitas.
12. Daftar Masalah
a. Isolasi sosial : menarik diri
b. Ganguan konsep diri : harga diri rendah
c. Resiko perubahan sensori persepsi
d. Koping individu yang efektif samapi dengan ketergantungan pada orang
lain.
e. Ganguan komunikasi verbal, kurang komunikasi verbal
f. Intoleransi aktifitas
g. Perilaku kekerasan
III. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Isolasi Sosial : menarik diri
b. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
c. Resiko perubahan sensori persepsi
- Lakukan kontrak
treatment
- Ajarkan cara
mengendalikan
dorongan bunuh diri
- Latih cara
mengendalikan
dorongan bunuh diri
Setelah x pertemuan, SP 2
pasien mampu : -
- Mengidentifikasi Identifikasi Aspek Positif
aspek positif dan Pasien
mampu menghargai diri -
sebagai individu yang Dorong pasien untuk
berharga. berfikir positif terhadap
diri
-
Dorong pasien untuk
mengahrgai diri sebagai
individu yang berharga
Setelah x pertemuan SP 3
pasien mampu : - Mengidentifikasi
- Mengidentifikasi pola koping yang biasa
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
pola koping yang diterapkan pasien.
konstruktif dan mampu - Nilai pola koping
menerapkannya yang biasa dilakukan
- Identifikasi pola
koping yang konstruktif
- Dorong pasien
memilih pola koping
yang konstruktif
- Anjurkan pasien
menerapkan pola
Setelah x pertemuan SP 3
keluarga mampu : - Bantu keluarga membuat
- Membuat jadwal jadwal aktivitas dirumah
termasuk minum obat
- Jelaskan follow up pasien
setelah pulang.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J 2008. Diagnosa Keperawatan : Aplikasi Praktek Klinik. Jakarta EKg
Isaacs, Ann. (2005). Keperawatan Kesehatan Jiwa Dan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta;
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Yosep, Iyus. (2009). Keperawatan Jiwa (Edisi Revisi). Bandung; Revika Aditama.
Oleh :
E L I Y A S,Kep
149012016132
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI KEPERAWATAN (NERS)
STIKES MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
LAMPUNG
2017
LAPORAN PENDAHULUAN
WAHAM
1. Masalah Utama
Perubahan Isi Fikir : Waham
Tindakan :
Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang
realistis
Diskusikan bersama klien yang dimiliki pada waktu lalu dan
saat ini yang realistis
Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk
melakukannya saat ini (kaitkan dengan aktifitas sehari-hari dan
perawatan diri)
Jika klien selalu bicara tentang wahamnya dengarkan sampai
kebutuhan waham tidak ada. Perlihatkan kepada klien bahwa
klien sangat penting.
4) Klien dapat mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi
Raonal :
Dengan mengetahui kebutuhan klien yang belum terpenuhi
perawat dapat merencanakan untuk memenuhi dan
memperhatikan kebutuhan klien tersebut sehingga klien merasa
nyaman dan aman.
Tindakan :
Observasi kebutuhan klien sehari-hari
Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi
Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya
waham
Tingkatkan aktifitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan
memerlukan waktu dan tenaga (buat jadwal jika mungkin)
Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk
menggunakan wahamnya.
c. Perubahan Isi Pikir : Waham (Paranoid)
1) Data Subjektif
Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama,
kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya) berulangkali secara
berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan.
2) Data Subjektif
Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan,
merusak (diri, orang lain, lingkungan), takut, kadang panic, sangat
waspada, tidak dapat mengenal lingkungan/realitas, ekspresi wajah
klien tegang, mudah tersinggung.
d. Gangguan harga diri Rendah
1) Data Subjektif
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-
apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapakan perasaan
malu terhadap diri sendiri.
2) Data Objektif
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternative tindakan, ingin menciderai diri / ingin mengakhiri
hidup.
4. Diagnosa Keperawatan
a. Kerusakan Komunikasiverbal berhubungan dengan waham
b. Resiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
waham
c. Perubahan isi piker : Waham (Paranoid) berhubungan harga diri rendah
5. Rencana Keperawatan
Diagnosa I : Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan waham
a. Tujuan Umum : Klien tidak terjadi kerusakan komunikasi
b. Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
Rasional : Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran
hubugan interaksinya
Tindakan :
Bina hubungan saling percaya : salam teraupetik, perkenalkan diri,
jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat
kontrak yang jelas topic, waktu, tempat.
2. Klien dapat berhubungan dengan realitas
Rasional : Menghadirkan realitasdapat menbuka pikiran bahwa realita itu
lebih benar daripada apa yang difikirkan klien sehingga klien
dapat menghilangkan waham yang ada.
Tindakan :
Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain, tempat
dan waktu )
Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas
Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien
Oleh :
E L I Y A S,Kep
149012016132
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI KEPERAWATAN (NERS)
STIKES MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
LAMPUNG
2017
A. Definisi
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memnuhi
kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya. Kesehatan dan kesejahteraan
sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan
dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri (Depkes 2000).
Tanda dan Gejala
Menurut Depkes (2000) tanda dan gejala klien dengan DPD adalah :
a. Fisik
- Berpikiran kotor
- Rambut dan kulit kotor
- Gigi kotor disertai mulut bau
- Penampilan tidak rapi
b. Psikologis
- Malas tidak ada inisiatif
- Menarik diri isolasi sosial
- Merasa tidak berdaya, rendah diri dan merasa hina
c. Sosial
- Interaksi kurang
- Kegiatan kurang
- Tidak mampu berperilaku sesuai norma
- Cara makan tidak teratur, BABdan BAK disembarang tempat , gosok
gigi dan mandi tidak mampu mandiri.
Klasifikasi
Jenis-jenis deficit perawatan diri menurut Nurjannah (2004) yaitu :
1. Kurang perawatan diri : mandi / kebersihan
2. Kurang perawatan diri : mengenakan pakaian / berhias
3. Kurang perawatan diri : makan
4. Kurang perawatan diri : toileting
B. Rentang Respon
Rentang respon kognitif asuhan yang dilakukan keluarga bagi klien yang tidak
dapat merawat diri sendiri
1. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri
a. Bina hubungan saling percaya
b. Bicarakan tentang pentingnya kebersihan
c. Kuatkan kemampuan klien merawat diri
2. Membimbing dan menolong klien merawat diri
a. Bantu klien merawat diri
b. Ajarkan keterampilan secara bertahap
c. Buatkan jadwal kegiatan setiap hari
3. Ciptakan lingkungan yang medukung
a. Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk mandi
b. Dekatkan peralatan mandi biar mudah dijangkau oleh klien
c. Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi klien misalnya kamar
mandi yang dekat dan tertutup
C. Faktor Predisposisi
Menurut Depkes (2000), penyebab kurang perawaatan diri adalah :
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan manjakan klien sehingga perkembangan
inisiatif terganggu.
b. Biologis
Penyakit kroni yang menyebabkan klien tidak mampu melkukan perawatan
diri.
c. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidak pedulian dorinya dan lingkungan termasuk perawatan
diri.
d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya,
situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam merawat diri
D. Faktor Presipitasi
Menurut Depkes (2000) yang merupakan faktor Presipitasi defisit perawatan diri
adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual , cemas,
lelah / lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang
mampu melakukan perawatan diri.
E. Intelektualisasi
Masalah keperawatan dari data fokus pengkajian
a. Masalah Keperawatan
1. Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
2. Defisit perawatan diri
3. Isolasi sosial
b. Data Fokus Pengkajian
Pengkajian merupakan tahapan awal dan dasar utamadari proses keperawatan
diri. Tahapan pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan
kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikumpulkan meliputi data biologis,
psikologis, sosial dan spiritual (Stuart dan Sundeen, 1992).
Isi pengkajian meliputi :
- Identitas klien
- Keluhan utama dan alasan masuk
- Faktor predisposisi
- Faktor presipitasi
- Aspek fisik
- Aspek psikososial
- Status mental
- Kebutuhan persiapan pulang
- Mekanisme koping
- Masalah psikososial dan lingkungan
- Pengetahuan
- Aspek medis
Analisa Data
- Data Objektif adalah data yang ditemukan secara nyata. Data ini didapat
melalui observasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat.
- Data Subjektif adalah data yang disampaikan secara lisan oleh klien dan
keluarga. Data ini diperoleh melalui wawancara perawat kepada klien.
Stuart GW, Sundeen, S.J. Buku SAku Keperawatan Jiwa, Edisi 3, Jakarta; EGC, 1998