Anda di halaman 1dari 55

`LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL

Oleh :
M U R N I A T I,S.Kep
149012016163

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKes MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2017
LAPORAN PENDAHULUAN
ISOLASI SOSIAL

A. Masalah Utama
Isolasi Sosial

B. Proses Terjadinya Masalah


1. Pengertian
Isolasi Sosial adalah suatu kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang
lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Townsend,2009)
Isolasi Sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami
penurunan bahkan samasekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
disekitarnya, pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian dan
tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Budi Anna
Keliat, 2010).
Isolasi social adalah suatu pengalaman menyendiri dari seseorang dan
perasaan segan terhadap orang lain sebagai sesuatu yang mengancam
( Herdman,2012 ).
2. Penyebab
Terjadinya proses ini dipengaruhi oleh factor predisposisi diantaranya
perkembangan dan social budaya. Kegagalan perkembangan dapat
mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak percaya dengan orang lain,
ragu, takut salah, pesimis, putus asa, terhadap hubungan orang lain, tidak
mampu merumuskan keinginan, keadaan menimbulkan perilaku tidak ingin
berkomunikasi dengan orang lain.
Gejala Klinis :
Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap
penyakit
Rasa bersalah pada diri sendiri
Gangguan hubungan social
Percaya diri kurang
Menciderai diri
3. Tanda dan Gejala
Menyendiri dalam ruangan
Tidak berkomunikasi, menarik diri, tidak melakukan kontak mata
Sedih, afek datar
Perhatian dan tindakan tidak sesuai dengan usia
Apatis
Mengekspresikan penolakan atau kesepian pada orang lain
Menggunakan kata-kata simbolik
Menggunakan kata-kata yang tidak berarti
Kontak mata kurang, tidak mau menatap lawan bicara
Rendah diri
4. Akibat
Klien dengan isolasi sosial dapat berakibat terjadinya resiko perubahan
sensori persepsi (halusinasi) atau bahkan perilaku kekerasan mencidrerai diri
(akibat dari harga diri rendah disertai dengan harapan yang suram, mungkin
klien akan mengakhiri hidupnya).

C. Pohon Masalah

Resiko Gangguan Sensori Persepsi Halusinasi

Isolasi Sosial Defisit perawatan diri

Mekanisme Koping tidak efektif

Gangguan konsep diri : harga diri rendah

D. Masalah Keperawatan dan Data Yang Perlu Dikaji


Isolasi Sosial
Harga diri rendah kronis
Perubahan persepsi sensori : halusinasi
Defisit perawatan diri
Koping individu tidak efektif
Koping keluarga tidak efektif
Intoleransi aktifitas
Defisit perawatan diri
Resti menciderai diri, orang lain dan lingkungan

Data yang perlu dikaji


- Isolasi Sosial
DS : - Klien mengatakan sulit memulai bergaul dengan orang lain
- Klien mengatakan dirinya tidak ingin ditemani perawat dan meminta
untuk sendirian
- Klien mengatakan tidak mau berbicara dengan orang lain
- tidak mau berkomunikasi
- data tentang klien biasanya didapat dari keluarga yang mengetahui
keterbukaan klien
DO : - Kurang Spontan
- Apatis
- Ekspresi wajah kurang berseri
- Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
- Tidak ada atau kurang komunikasi verbal
- Mengisolasi diri
- Asupan makanan dan minuman terganggu
- Retensi urine dan feses
- Aktifitas menurun
- Kurang berenergi atau bertenaga
- Rendah diri

- Harga diri rendah


DO : - Klien tampak lebih suka sendiri
- Bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan
- Ingin menciderai diri
DS : - Klien mengatakan saya tidak bisa, tidak mampu, bodoh/tidak tahu
apa-apa, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu
terhadap diri.

E. Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial : menarik diri Bd harga diri rendah

F. Rencana Tindakan Keperawatan


Tujuan Umum : Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
Bila hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi
teralpetik
Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Diskusikan kemampuan dan aspek yang dimiliki klien
Setiap bertemu klien hindarkan dari penilaian negatif
Utamakan memberikan pujian yang realistis
2. Klien dapat menilai kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama
sakit
Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya
3. Klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki.
Tindakan :
Rencanakan bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai kemampuan
Tingkatkan kegiatan sesuai aderansi kondisi klien
Beri contoh pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
4. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi sakit dan
kemampuannya
Tindakan :
Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
direncanakan
Beri pujian atas keberhasilan klien
Diskusikan kemungkinan pelaksanaan dirumah
5. Klien dapat memanfaatkan system pendukung yang ada
Tindakan :
Beri penkes pada keluarga tentang cara merawat klien dengan isolasi
social
Bantu keluarga memberi dukungan selama dirawat
Bantu keluarga menyiapkan lingkungan dirumah
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J.2000 Buku Saku, Diagnosa Keperawatan Edisi 8 Jakarta : EGC

Keliat, Budi Ana.1999.Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I. Jakarta : EGC

Townsend, C.M. 1998.Diagnosa Keperawatan Psikiatri, Edisi 3. Jakarta : EGC


LAPORAN PENDAHULUAN
HARGA DIRI RENDAH

Oleh :
M U R N I A T I,S.Kep
149012016163

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKes MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2017
LAPORAN PENDAHULUAN
HARGA DIRI RENDAH

A. Masalah Utama
Gangguan Konsep Diri : harga diri rendah

B. Proses terjadinya masalah


1. Pengertian

Harga diri rendah adalah penilaian pribadi berdasarkan seberapa baik prilaku
sesuai dengan ideal diri (Stuart, 2009).

Harga diri rendah merupakan komponen episode depresi mayor, dimana


aktivitas merupakan bentuk hukuman (Stuart dan Laraia, 2005; Stuart, 2009).

Harga diri rendah adalah perasaan negative terhadap diri sendiri, hilangnya
percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan \9\keliat, 2010).

Dari pendapat-pendapat diatasdapat disimpulkan, harga diri rendah adalah


suatu perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya kepercayaan diri dan
gagal mencapai tujuan yang diekspresikan secara lngsung, penurunan diri ini
dapat bersifat serasional maupun kronis atau menahun.
2. Tanda dan Gejala

a. Fisik

Tanda dan gejala dari respon fisiologi terhadap penurunan harga diri antara
lain penurunan energy, lemah, agitasi, penurunan libido,
insomnia/hipersomnia, penurunan/peningkatan nafsu makan, anoreksia,
sakit kepala (Westermeyer, 2006 ; Stuart & Sundeen, 2005).

b. Menurut Stuart dan Laraia (2005) kognitif adalah tindakan atau proses dari
pengetahuan. Proses ini diperlukan dan memungkinkan mengetahui kondisi
otak untuk proses informasi dalam hal ketelitian, penyimpanan dan
keterangan.
Kognitif yang sering muncul pada pasien dengan masalah harga diri rendah
(Stuart &Laraia, 2005 ; Boyd & Nihart, 1998) adalah :

a) Bingung

Kebingungan adalah kumpulan prilaku termasuk tidak adanya


perhatian dan pelupa, perubahan perilaku seperti agresif, bimbang, dan
ketidakmampuan atau kegagalan dalam kegiatan sehari-hari.

b) Kurang memori dalam jangka waktu panjang/pendek

Menurut Mohr, 2006, kerusakan memori adalah ketidakmampuan


mengingat informasi yang sudah lama. Gangguan memori
berhubungan dengan kerusakan social atau fungsi pekerjaan.

c) Kurangnya perhatian

Menurut Stuart dan \laraia 2005 perhatian adalah kemampuan untuk


memfokuskan kegiatan pada satu aktifitas dan sikap konsentrasi secara
terus-menerus. Kekacauan perhatian menurut Stuart dan Laraia, 2005
adalah kerusakan dalam kemampuan untuk menunjukkan perhatian,
mengamati, memfokuskan dan konsentrasi terhadap realita eksternal.

d) Merasa putus asa

e) Merasa tidak berdaya

f) Merasa tidak berharga/berguna

c. Perilaku

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat
diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar
(Notoadmojo, 2010).

d. Afek

Afek merupakan sifat emosional yang nyata (Stuart & Laraia, 2005).

C. Pohon Masalah

Isolasi Sosial menarik diri


Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

Tidak efektifnya keping individu


D. Masalah yang Perlu Dikaji

No Masalah Data Subjektif Data Objektif


Keperawatan
1 Masalah utama; - Hal negatif diri sendiri - Penurunan
Gangguan atau orang lain. produktifitas
konsep diri : - Pandnagan hidup yang - Tidak berani menatap
Harga diri pesimis kawan bicara
rendah - Penolakan terhadap - Lebih banyak
kemampuan diri menundukkan kepala
- Perasaan tidak mampu saat berinteraksi
- Bicara lambat dengan
nada suara lemah

E. Diagnosa Keperawatan
1. Diagnosa keperawatan : Harga Diri Rendah
2. Diagnosa medis : Depresi

F. Rencana Tindakan Keperawatan


Dx : Isolasi sosial menarik diri B.d harga diri rendah
Tujuan Umum : Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal
Tujuan Khusus dan Intervensi
TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya
1) Kriteria Evaluasi :
e. Ekspresi wajah klien bersahabat
f. Menunjukkan rasa tenang dan ada kontak mata
g. Mau berjabat tangan dan mau duduk menyebut nama
h. Mau menjawab salam dan mau duduk berdampingan dengan perawat
i. Mau mengutarakan masalah yang dihadapi
2) Bila hubungan saling percaya dengan mengungkapakan prinsip komunikasi
teraupetic:
a. Sapa klien dengan ramah dan baik secara verbal dan non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nam panggilan yang disukai klien
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Beri perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
Rasional :
Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan
interaksi selanjutnya.

TUK II : Klien dapat mengiidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang


dimiliki
1) Kriteria Evaluasi : Klien mampu mengidentifikasi kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki klien
a. Kemampuan yang dimiliki klien
b. Aspek positif keluarga
c. Aspek positif lingkungan yang dimiliki klien
2) Intervensi
a. Diskusikan kemampuan dan aspek yang dimiliki klien
R/ mendiskusikan tingkat kemampuan klien seperti menilai relistis,
klontrol diri atau integritas ego diperlukan sebagai dasa asuhan
keperawatannya
b. Setiap bertemu hindarkan dari memberi nilai negatif
R/ Reinforcement positif akan meningkatkan harga diri klien
c. Usahakan memberi pujian yang realistis
R/ Pujian yang realistis tidak menyebabkan klien melakukan kegiatan
hanya karena ingin mendapatkan pujian

TUK III : klien dapat menilai kemampuan yang gunakan


1) Kriteria Evaluasi : klien menilai kriteria yang dapat digunakan
2) Intervensi :
a. Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat dilakukan dalam
sakit
R/ keterbukaan dan pengertian tentang kemampuan yang dimiliki adalah
prasarat untuk berubah
b. Diskusikan kemampuan yang msih dapat dilanjutkan penggunaannya
R/ pengertian tentang kemampuan yang msaih dimiliki klien memotivasi
untuk tetap mempertahankan penggunaannya

TUK IV : Klien dapat merencanakan kegiatan dengan kemampuan yang


dimiliki
1) Kriteria Evaluasi : Klien membuat rencana kegiatan harian
2) Intervensi :
a. Rencanakan bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai dengan kemampuan, kegiatan mandiri: kegiatan dengan bantuan
sebagian kegiatan yang membutuhkan batuan total R/ Membentuk
individu yang bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri
b. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi keadaan klien
R/ Klien perlu bertindak secara realistis dalam kehidupannya
c. Beri contoh pelaksanaan kegiatan yang boleh dilakukan klien
R/ Contoh perilaku yang dapat dilihat klien akan memotivasi klien untuk
melaksanakan kegiatan.
TUK V : Klien dapat melaksanakan kegiatan yang boleh dilakukan
1) Kriteria Evaluasi : Klien melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan
kemampuannya
2) Intervebsi :
a. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
direncanakan
R/ Memberikan kesempatan kepada klien mandiri dapat meningkatkan
motivasi dan harga diri klien
b. Beri pujian atas keberhasilan klien
R/ Reinforcement positif dapat meniingkatkan harga diri klien
c. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan dirumah
R/ memberikan kesempatan kepada klien untuk tetap melakukan kegiatan
yang biasa dilakukan.

TUK VI : Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada di keluarga


1) Kriteria Evaluasi : Klein memanfaatkan sistem pendukung yang ada di
keluarga
2) Intervensi :
a. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
dengan harga diri rendah
R/ Mendorong keluarga untuk mampu merawat klien mandiri dirumah
b. Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat
R/ Support system keluarga akan sangat mempengaruhi dalam
mempercepat proses penyembuhan klien
c. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah
R/ Meningkatkan peran serta keluarga dalam merawat klien dirumah

DAFTAR PUSTAKA

Aziz R dkk.2003. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa. Semarang :RSJD Dr. Amino
Gondoutomo
Keliat, B.A. 1999. Proses Kesehatan Jiwa, Edisi I. Jakarta : EGC
Stuart G.W. 1998. buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3 : Jakarta : EGC
LAPORAN PENDAHULUAN
PRILAKU KEKERASAN

Oleh :
ELIYA S.Kep
149012016132

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI KEPERAWATAN (NERS)


STIKES MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
LAMPUNG
2017

LAPORAN PENDAHULUAN
PERILAKU KEKERASAN

A. Masalah Utama
Perilaku Kekerasan

B. Proses Terjadinya Masalah


1. Pengertian
Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,
orang lain, maupun lingkungan (Fitria, 2009).
Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditunjukkan untuk
melukai atau mencelakakan individu yang tidak menginginkan datangnya
tingkah laku tersebut (Purba dkk, 2008).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang membahayakan secara` fisik, baik kepada diri sendiri maupun
orang lain (Yoseph, 2007).
2. Penyebab
1) Faktor Predisposisi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilakuk kekerasan
menurut tgeori biologis, teori psikologi dan teori sosiokultural dijelaskan
oleh Towosend (1996 dalam Purba dkk, 2008)
a. Teori Biologik
Teori biologik terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh
terhadap perilaku:
- Neurobiologik
- Biokimia
- Genetik
- Gangguan otak
b. Teori Psikologik
- Teori Psikoanalitik
- Teori Pembelajaran
c. Teori Sosiokultural
2) Faktor Presipitasi
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali
berkaitan dengan (Yosep, 2009):
a. Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau symbol
solidariatas seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng
sekolah, perkelahian masal dan sebagainya.
b. Ekspresi dari tidak terpentingnya kebutuhan dasar dan kondisi sosial
ekonomi
c. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta
tidak membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung
melakukan kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
d. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan
ketidakmampuan dirinya sebagai seseorang yang dewasa.
e. Adanya perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan
alkoholisme dan tidak mampu mengontol emosinya pada saat
menghadapi masa frustasi.
f. Kematian anggota keluarga yang terpenting,kehilangan pekerjaan,
perubahan tahap.
3. Tanda dan Gejala
Yosep (2009) mengemukakan bahwa tanda dan gejala perilaku kekerasan
adalah sebagai berikut:
1) Fisik
a. Muka merah dan tegang
b. Mata melotot / pandangan tajam
c. Tangan mengepal
d. Rahang mengatup
e. Postur tubuh kaku
f. Jalan mondar-mandir
2) Verbal
a. Bicara kasar
b. Suara tinggi, membentak atau bertgeriak
c. Mengancam secara verbal atau fisik
d. Mengumpat dengan kata-kata kotor
e. Suara keras
f. Ketus
3) Perilaku
a. Melemas atau memukul benda / orang lain
b. Menyerang orang lain
c. Melukai diri sendiri atau orang lain
d. Merusak lingkungan
e. Amuk / agresif
4) Emosi
Tidak aman, nyaman, rasa terganggu, dendam dan jengkel, tidak berdaya,
bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan dan menuntut.
5) Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme
6) Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lian,
menyinggung perasaan orang lain, tidak peduli dan kasar.
7) Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan ejekan, sindiran.
8) Perhatian
Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual.

4. Akibat
Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi
mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai
merupakan suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai / membahayakan
diri, orang lain dan lingkungan.
C. Pohon Masalah

Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Perilkau kekerasan

Gangguan konsep diri : harga diri rendah

D. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji


1. Masalah Keperawatan
a. Resiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan
b. Perilaku kekerasan/amuk
c. Gangguan harga diri : harga diri rendah
2. Data yang perlu dikaji pada masalah keperawatan perilaku kekerasan
a. Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
DS : - Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang
- Klien suka membentak dan menyerang orang yang
mengusiknya jika sedang keasl atau marah
- Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya
DO : - Mata merah, wajah agak merah
- Nada suara tinggi dank eras, bicara menguasai: berteriak,
menjerit, memukul diri sendiri / orang lain.
- Ekspresi marah saat membicarakan orang pandangan tajam.
- Merusak dan melempar barang-barang
b. Perilaku kekerasan / amuk
DS : - Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang
- Klien suka membentak dan menyerang orang yang
mengusiknya jika sedang kesal atau marah
- Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya
DO : - Mata merah, muka agak merah
- Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai
- Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam
- Merusak, melempar barang-barang
c. Gangguan harga diri : harga diri rendah
DS : - Klien mengatakan : saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu
apa-apa, bodoh mengkritik diri sendiri, mengungkapkan
perasaan malu terhadap diri sendiri.
DO : - Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh
alternatif tindakan, ingin menciderai diri / ingin mengakhiri
hidup.

E. Diagnosa Keperawatan
1. Perilaku Kekerasan
2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah

F. Rencana Tindakan
DX 1 : Perilaku kekerasan
Tujuan Umum : Klien terhindar dari menciderai diri, orang lain dan lingkungan
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
Bina hubungan saling percaya : salam terupetik, empati, sebut nama
perawat dan jelaskan tujuan interaksi
Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai
Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang
2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
Tindakan :
Beri kesempatan mengungkapkan perasaan
Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel atau kesal
Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan
sikap tenang
3. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
Tindakan :
Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat jengkel
kesal
Observasi tanda perilaku kekerasan
Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel / kesal yang dialami klien
4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
Tindakan :
Anjurkan mengungkapakan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan
Tanyakan apakah dengan cara yang dilakukan msalahnya selesai
5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
Tindakan :
Bicarakan akibat / kerugian dari cara yang dilakukan
Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan
Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat
6. Klien dapat mengidentifikasi cara yang konstruktif dalam berespon terhadap
kemarahan
Tindakan :
Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat
Diskusikan cara lain yang sehat secara fisik: tarik nafas dalam jika sedang
kesal, berolahraga, memukul bantal / kasur.
Secara verbal : katakana bahwa anda sedang marah / kesal / tersinggung
Secara spiritual : berdoa, sembahyang, memohon kepada Tuhan untuk
diberi kesabaran
7. Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan
Tindakan :
Bantu memilih cara yang paling tepat
Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih
Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih
Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam simulasi
Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel dan marah
8. Klien mendapat dukungak dari keluarga
Tindakan :
Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui pertemuan
keluarga
Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga
9. Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program)
Tindakan :
Diskusikan dengan klien tentang obat ( nama, dosis, frekuensi, efek,
dan efek samping)
Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama, obat,
dosis, cara, waktu)
Anjuran untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang
dirasakan

DX 2 : Gangguan konsep diri : harga diri rendah


Tujuan Umum : Klien tidak melakukan kekerasan
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
Bina hubungan saling percaya : salam teraupetik, empati, sebut nama
perawat dan jelaskan tujuan interaksi
Panggil klien dengan nama yang disukai
Bicara dengan sikap tenang, rileks, dan tidak menantang
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Tindakan :
Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Hindari penilaian negatif setiap pertemuan klien
Utamakan pemberian pujian yang realitas
3. Klien mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan untuk diri sendiri
dan keluarga
Tindakan :
Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke
rumah
4. Klien dapat merencanakan kegiatan yang bermanfaat sesuai kemampuan
yang dimiliki
Tindakan :
Rencanakan bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai kemampuan
Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang klien lakukan
Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
5. Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
Tindakan :
Beri kesempatan klien mencoba kegiatan yang telah direncanakan
Beri pujian atas keberhasilan klien
Diskusikan kemungkinan pelaksanaan dirumah
6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan :
Beri penkes pada keluarga tentang cara merawat klien
Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L .J 2000. Buku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. Jakarta : EGC


Keliat, Budi Anna.1998. Proses Keperawatan Jiwa.Edisi 1. Jakarta : EGC
Townsend. C Merry. 1998.Diagnosa Keperawatan Psikiatri.Edisi 3. Jakarta : EGC
LAPORAN PENDAHULUAN
HALUSINASI

Oleh :
M U R N I A T I,S.Kep
149012016163
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI KEPERAWATAN (NERS)
STIKES MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2017

LAPORAN PENDAHULUAN

I. MASALAH UTAMA
Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi

A. Pengertian
Halusinasi adalah merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersiapkan
sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penyerapan panca indra tanpa ada
rangsangan dari luar (Maramis, 2005).

Halusinasi adalah terjadinya penglihatan, suara, sentuhan, bau maupun rasa tanpa
stimulus eksternal terhadap organ-organ indra ( Fontaine, 2009)

Sedangkan menurut Videbeck 2009, halusinasi adlah persepsi sensori yang salah
satu atau pengalaman persepsi yang tidak terjadi dalam realitas, halusinasi dapat
melibatkan panca indra dan sensasi tubuh.

B. Jenis-Jenis Halusinasi
1. Halusinasi Pendengaran / Auditorik
Karakteristik ditandai dengan mendengarkan suara terutama suara orang .
2. Halusinasi Penglihatan / Visual
Karateristik ditandai dengan adanya stimulasi visual dalam bentuk kilatan
cahaya, gambaran, geometric, gambar kartun dan panorama yang komplek.
Penglihatan biasanya menyenangkan dan menakutkan(Stuart &Laraia, 2005 ;
Stuart, 2009).
3. Halusinasi penghidu / Alfaktari
Karakteristik ditandai dengan adannya bau busuk, amis dan bau menjijikan
seperti darah, urin, facer,. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang
dan dimensia(Stuart, 2009).
4. Halusinasi Peraba
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit. Mengalami nyeri atau
ketidaknyamanan stimulus yang jelas, contohnya : rasa tersetrum listrik
yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain(Stuart &Laraia, 2005 ;
Stuart, 2009).

5. Halusinasi Pengecap
Karakteristik ditandai dengan rasa mengecap seperti rasa darah, urin, facer
(Stuart &Laraia, 2005 ; Stuart, 2009).
6. Halusinasi Chenesthetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti rasa aliran darah
vena atau arteri, pencernaan makanan, pembentukan urin(Videbeck, 2008 ;
Stuart, 2009).
7. Halusinasi Kinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan penggerakan sementara berdiri tanpa
bergerak (Videbeck, 2008 ; Stuart, 2009).
C. Fase Halusinasi
a. Comforting (Halusinasi menyenangkan, cemas ringan)
Klien yang berhalusinasi mengalami emosi yang intens seperti cemas,
kesepian, rasa bersalah, takut dan mencoba untuk berfokus pada pikiran yang
menyenangkan untuk menghilangkan kecemasan. Perilaku yang dapat
diobservasi :
1) Tersenyum lebar
2) Menggerakkan bibir tanpa
membuat suara
3) Pergerakan mata yang cepat
4) Respon verbal yang lambat
seperti ayik
5) Diam dan tampak asyik
b. Comdemning ( Halusinasi menjijikkan, cemas sedang)
Klien yang berhalusinasi mulai kehilangan control dan mungkin berusaha
menjauhkan diri, serta merasa malu dengan adanya pengalaman sensori
tersebut dan menarik diri dari orang lain. Perilaku yang dapat diobservasi :
1) Ditandai dengan peningkatan
kerja system saraf autonomic yang menunjukkan kecemasan misalnya
terdapat peningkatan nadi, pernafasan dan tekanan darah.
2) Rentang perhatian menjadi
sempit
3) Asyik dengan pengalaman
sensori dan mungkin kehilangan kemanpuan untuk membedakan
halusinasi dengan realita.
c. Controlling (Pengalamn sensori berkuasa, cemas berat)
Klien yang berhalusinasi menyerah untuk mencoba melawan pengalaman
halusinasinya. Isi halusinasi bisa menarik/memikat. Seseorang mungkin
mengalami kesepian jika pengalaman sensori berakhir. Perilaku yang dapat
diobservasi :
1) Arahhan yang diberikan
halusinasi tidak hanya dijadikan objek saja oleh klien tetapi mungkin
akan diikuti.
2) Klien mengalami kesulitan
berhubungan dengan orang lain.
3) Rentang perhatian hanya dalam
beberapa detik
4) Tampak tanda kecemasan berat
seperti berkeringat, tremor, tidak mampu mengikuti perintah.
d. Conquering (melebur dalam pengaruh halusinasi, panik)
Pengalaman sensori bisa mengancam jika klien tidak mengikuti perintah dari
halusinasi. Halusinasi mungkin berakhir dalam waktu empat jam atau sehari
bila tidak ada intervensi terapeutik. Perilaku yang dapat diobservasi:
1) Perilaku klien tampak seperti dihantui terror dan panik.
2) Potensi kuat untuk bunuh diri dan membunuh orang lain.
3) Aktifitas fisik yang digambarkan klien menunjukkan isi dari halusinasi
misalnya klien melakukan kekerasan, agitas, menarik diri.
4) Klien tidak dapat berespon pada arahan kompleks
5) Klien tidak dapat berespon pada lebih dari satu orang.

D. Rentang Respon Neurobiologis

Respon Adatif Rentang Respon Neurobiologis Respon Maladatif

1. Pikiran logis 1. Kadang proses 1. Gangguan


2. Persepsi akurat piker terganggu proses piker
3. Emosi 2. Ilusi (waham)
konsisten dgn 3. Emosi 2. Halusinasi
pengalaman 4. Perilaku tdk 3. RPK
4. Perilaku sesuai biasa 4. Perilaku tidak
5. Menarik diri terorganisir
5. Isolasi sosial
II. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart dan Laraia (2005 ; Stuart, 2009), factor predisposisi yang dapat
menyebabkan terjadinya halusinasi pada klien skizofrenia meliputi factor
biologi, psikologi dan juga sosialkultural.
a. Faktor Biologi
Menurut Videbeck (2008), factor biologi yang dapat menyebabkan
terjadinya skizofrenia adalah factor genetic, neuroanatomi, neurokimia serta
imunovirologi.

b. Faktor Psikologis
Menurut Townsend (2009) awal terjadinya skizofrenia difokuskan pada
hubungan dalam keluarga yang mempengaruhi perkembangan gangguan ini,
teori awal menunjukkan kurangnya hubungan antara orangtua dan anak.
c. Faktor Sosial Budaya
Berdasarkan Towsend (2005), faktor sosial kultural meliputi disfungsi dalam
keluarga, konflik keluarga. Faktor sosial cultural yang dapat mempengaruhi
yaitu usia, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan, pekerjaan, latar belakang
budaya, posisi sosial, nilai dan pengalamn individu (Stuart dan Laraia,
2005).
2. Faktor Presipitasi
Pada kondisi normal, otak mempunyai peranan penting dalam meregulasi
sejumlah informasi. Informasi normal diproses melalui aktivitas neuron. Gejala
pencetus yang menyebabkan hal tersebut terjadi adalah faktor kesehatan,
lingkungan, sikap dan perilaku individu (Stuart dan Laraia, 2005; Stuart, 2009).
Faktor pencetus halusinasi diakibatkan gangguan umpan balik di otak yang
mengatur jumlah dan waktu dalam proses informasi. Stimuli penglihatan dan
pendengaran pada awalnya di saring oleh hipotalamus dan dikirim untuk
diproses oleh lobus frontal dan bila informasi tersebut salah, lobus frontal
mengirimkan pesan overload ke gaglia basal dan di ingatkan lagi hipotalamus
untuk memperlambat transmisi ke lobus frontal. Penurunan fungsi lobus frontal
menyebabkan gangguan pada proses umpan balik dalam penyampaian
informasi yang menghasilkan proses informasi overload (Stuart dan Laraian,
2005; Stuart, 2009).
3. Penilaian Terhadap Stressor
Penilaian seseorang terhadapt stressor terdiri dari respon kognitif, afektif,
fisiologis, perilaku dan sosial (Stuart dan Laraian, 2005).
4. Sumber Koping
Sumber koping merupakan hal yang penting dalam membantu klien dalam
mengatasi stressor yang dihadapinya (Stuart dan Laraian, 2005). Keluarga
merupakan salah satu sumber pendukung utama klien saat mengalami stress
(Videbeck, 2008).
5. Mekanisme Koping
Klien akan melakukan regresi untuk mengatasi kecemasan yang dialaminya,
melakukan proyesi sebagai usaha untuk menjelaskan persepsinya dan menarik
diri yang berhubungan dengan masalah membangun kepercayaan dan keasyikan
terhadap pengalaman internal (Stuart dan Laraian, 2005; stuart, 2009)
III. POHON MASALAH
Resiko Perilaku kekerasan

Gangguan sensori Persepsi :


Halusinasi

Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah

Pohon Masalah Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi (Keliat, 2010)

IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Gangguan sensori persepsi : Halusinasi
2. Diagnosis medis : Skizofrenia

V. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


Diagnosa : Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi
SP 1 Klien :
- Membantu pasien mengenal halusinasi (isi, frekuensi, waktu terjadinya,
situasi pencetus, perasaan saat terjadi halusinasi).
- Menjelaskan cara mengontrol halusinasi ( hardik, obat, bercakap-cakap,
melakukan kegiatan harian).
- Mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
halusinasi.
- Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik.

SP 1 Keluarga :
- Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat klien.
- Jelaskan pengertian, tanda dan gejala, dan proses terjadinya halusinasi.
- Jelaskan cara merawat halusinasi.
- Latih cara merawat halusinasi : hardik
- Anjurkan membantu klien sesuai jadwal dan member pujian.

SP 2 Klien :
- Evaluasi kegiatan menghardik beri pujian.
- Latih cara mengontrol halusinasi.
- Latih cara mengontrol halusinasi dengan obat (jenis, una, dosis, frekuensi,
cara, kontiuitas minum obat).
- Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik dan minum obat.

SP 2 Keluarga :
- Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat klien menghardik, beri pujian.
- Jelaskan cara memberikan obat.
- Latih cara memberikan/ membimbing minum obat.
- Anjurkan membantu klien sesuai jadwal dan memberikan pujian.

SP 3 Klien :
- Evaluasi kegiatan harian menghardik dan obat, beri pujian.
- Latih cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap saat terjadi
halusinasi.
- Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik, minum obat, dan
bercakap-cakap.

SP 3 Keluarga :
- Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat klien menghardik dan memberikan
obat, beri pujian.
- Jelaskan cara bercakap-cakap dan melakukan kegiatan untuk mengontrol
halusinasi.
- Anjurkan membantu klien sesuai jadwal dan memberikan pujian.
SP 4 Klien :
- Evaluasi kegiatan harian menghardik, minum obat & bercakap-cakap beri
pujian.
- Latih cara mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan harian.
- Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik, minum obat,
bercakap-cakap dan kegiatan harian.

SP 4 Keluarga :
- Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melati klien menghardik,
memberikan obat, dan bercakap-cakap, beri pujian.
- Jelaskan follow up ke RSJ/PKM, tanda kambuh, rujukan.
- Anjurkan membantu klien sesuai jadwal dan memberikan pujian.

VI. Rencana Tindakan keperawatan Spesialis


a. Terapi individu : terapi perilaku
b. Terapi kelompok : psikoedukasi kelompok
c. Terapi keluarga : triagle terapi
d. Terapi komunitas : assertive community therapy (SAK, FIK-UI, 2004)
VII. Rencana Tindakan Medis :
a. Anti Psikotik :
1. chlorpromazine (promactile, largactile)
2. haloperidol (haldol, serenace, lodomer)
3. stelazine
4. clozapine (clozaril)
5. risperidone (risperdal)

b. Anti Parkinson :
1. Trihexyphenidile
2. arthan
DAFTAR PUSTAKA

Maramis.W.F 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 9. Surabaya airlangga


University Press.

Rasmun. 2001. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri terintegran Dengan


Keluarga, Edisi 1. Jakarta: CV. Sagung Seto.

Muslim Rusdi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas Dari PPDGJ
III.

Hawari, Dadang. 2001. Pendekatan Holistik Dengan Pada Gangguan Jiwa


Skizofrenia. Jakarta. Fk. UI
LAPORAN PENDAHULUAN
RESIKO BUNUH DIRI

Oleh :

E L I Y A S,Kep
149012016132
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI KEPERAWATAN (NERS)
STIKES MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2017

LAPORAN PENDAHULUAN
MENCIDERAI DIRI (BUNUH DIRI)

I. Masalah Utama
Resiko Bunuh Diri

A. Definisi
1. Pengertian
Bunuh diri adalah setiap aktivitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah
pada kematian (Gail W.Stuart, 2006)
Bunuh diri adalah pikiran untuk menghilangkan nyawa sendiri (Isaacs.Ann,
2005)
2. Tanda dan Gejala
c. Keputus asaan
d. Celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berguna
e. Alam perasaan depresi
f. Agtasi dan gelisah
g. Insomnia yang menetap
h. Penurunan BB
i. Berbicara lamban, keletihan,, menarik diri dari lingkungan sosial
Petunjuk Psikiatrik
a. Upaya bunuh diri sebelumnya
b. Kelainan afektif
c. Alkoholisme dan penyalahgunaan obat
d. Kelainan tindakan dan deprsei mental pada remaja
e. Dimensia dini / status kekacauan mental pada lansia.
Riwayat Psikososial
a. Baru berpisah, bercerai / kehilangan.
b. Hidup sendiri
c. Tidak bekerja, perlahan / kehilangan pekerjaan baru dialami
Faktor-Faktor Kepribadian :
a. Implisit, agresif, rasa bermusuhan
b. Kegaiatan kognitif dan negatif
c. Keputusasaan
d. Harga diri rendah
e. Batasan / gangguan kepribadian antisosial ( Ras tirainia, 2009)

3. Tingkatan
Menurut Tri Aan (2009), prilaku bunuh diri berkembang dalam rentang
diantaranya :
a. Suicidal Ideation, pada ini merupakan proses contemplasi dari suicide,
atau sebuah metoda yang digunakan tanpa melakukan aksi / tindakan,
bahkan klien pada tahap ini tidak akan mengungkapkan idenya apabila
tidak ditekan. Walaupun demikian, perawa perlu menyadari bahwa pasien
pada tahap ini memiliki pikiran tentang keinginan untuk mati.
b. Suicidal Intent, pada tahap ini klien mulai berfikir dan sudah melakukan
perencanaan yang kongkrit untuk melakukan bunuh diri.
c. Suicidal Threat, pada tahap ini klien mengekspresikan adanya keinginan
dan hasrat yang dlam bahkan ancaman untuk mengakhiri hidupnya.
d. Suicidal Gesture, pada tahap ini klien menunukkan perilkau destruktif
yang diarahkan pada diri sendiri yang bertujuan tidak hanya mengancam
kehidupannya tetapi sudah pada percobaan untuk melakukan bunuh diri.

B. Klarifikasi
a. Ancaman bunuh diri ada peringatan verbal dan non verbal ancaman ini
menunjukkan ambivalensi seseorang terhadap kematian. Jika tidak mendapat
respon maka akan ditafsirkan sebagai dukungan untuk melakukan tinadakan
bunuh diri.
b. Upaya bunuh diri : semua tindakan yang dilakukan individu terhadap diri
sendiri yang dapat menyebabkan kematian jika tidak dicegah.
c. Bunuh diri : terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau diabaikan, orang
yang melakukan upaya bunuh diri walaupun tidak benar-benar ingin mati
mungkin akan mati.
B. Rentang Respon
Rentang respon perilaku menciderai diri sendiri mempunyai peningkatan diri
sebagai respon paling adaptif, sedangkan perilaku menciderai diri sendiri
secara tidak langsung dan bunuh diri merupakan respon maladaptif.
Rentang Respon Menciderai Diri

Respoon Adaptif Respon Maladaptif

Peningkatan Diri Pengambilan Resiko Perilaku menciderai Bunuh Diri


yang meningkatkan diri tidak langsung
pertumbuhan
( Stuart dan Sundeen, 2004 )

Rentang respon perilaku menciderai mempunyai peningakatan dii sebagai


respon yang paling adaptif hal ini terjadi jika seseorang mampu beradaptasi
dengan baik terhadap stressor yang sedang dihadapi sebaliknya perilaku
destruktif diri tidak langsung, penderaan diri dan bunuh diri merupakan
respon terhadap stressor yang dihadapinya.

C. Faktor Prediposisi
Menurut Stuart dan Sundeen (2004), faktor predisposisi bunh diri antara lain :
1. Sifat Kepribadian
Ada aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya resiko bunuh
diri adalah rasa bermusuhan, implisif dan depresi.
2. Dukungan Psikososial
Seseorang yang baru mengalami kehilangan, perpisahan/perceraian
dukungan yang dini dan mengurangnya dukungan sosial merupakan faktor
penting yang berhubungan dengan bunuh diri.
3. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor
resiko penting untuk perilaku destruktif.
4. Faktor Biokimia
Data menunjukkan bahwa secara serategeniki opa tengik, dan
depominersik menjadi media proses yang dapat menimbulkan perilaku
destruktif diri.

D. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart (2006) faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh
diri adalah :
1. Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal
/ gagal melakukan hubungan yang berarti.
2. Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stress.
3. Perasaan marah / bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada
diri sendiri.
4. Cara untuk mengakhiri keputusasaan.
Penyebab lain :
Adanya harapan untuk reuni dan fantasy
Merupakan jalan untuk mengakhiri keputusasaan dann
ketidakberdayaan
Tangisan untuk minta bantuan.
II. DATA YANG PERLU DIKAJI
1. Identitas Klien
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, tanggal
NIRS (masuk rumah sakit), informan, tanggal pengkajian, nomor rumah klien
dan alamat klien.
2. Keluahan Utama
Tanyakan pada keluarga / klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga
dating kerumah sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah
dan perkembangan yang dicapai.
3. Faktor Perdisposisi
Tanyakan pada klien / keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan
jiwa pada masa lalu, pernah melakukan, mengalami, penganiayaan fisik,
seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan
kriminal. Dapat dilakukan pengkajian pada keluarga faktor yang mungkin
mengakibatkan terjadinya gangguan :
a. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon
psikologis dari klien.
b. Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak atau SP, pertumbuhan dan
perkembangan individu pada prenatal, reanatus dan anak-anak.
c. Sosial Budaya
Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan,
kerawanan), kehidupan yang terisolasi serta stress yang menumpuk
4. Aspek Fisik / Biologis
Hasil pengukuran tada vital ( TD, Nadi, Suhu, Pernafasan, TB, BB) dan
keluhan yang dialami oleh klien
5. Aspek Psikososial
a. Membuat genagram yang memuat paling sediki tiga generasi yang dapat
menggambarkan hubungan klien dan keluarga.
b. Konsep Diri
c. Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan,
kelompok yang diikuti dalam masyarakat.
d. Spiritual, mengenal nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah.
6. Status Mental
7. Kebutuhan Persiapan Pulang
a. Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan
b. Klien mampu BAB dan BAK
c. Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien terlihat rapi
8. Mekanisme Koping
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakannya pada
orang-orang lain (lebih sering menggunakan koping menarik diri).
9. Masalah Psikososial dan Lingkungan
Masalah berkenaan dengan ekonomi, dukungan kelompok, lingkungan,
pendidikan, pekerjaan, perumahan, dan pelayanan kesehatan.
10. Pengetahuan
Data didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian tiap bagian yang
dimiliki klien disimpulkan dalam masalah.
11. Aspek Medik
Diagnosa medis yang telah dirumuskan dokter.
Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy farmakologi GCT, Psikomotor,
therapy akopasional, TAk dan rehabilitas.
12. Daftar Masalah
a. Isolasi sosial : menarik diri
b. Ganguan konsep diri : harga diri rendah
c. Resiko perubahan sensori persepsi
d. Koping individu yang efektif samapi dengan ketergantungan pada orang
lain.
e. Ganguan komunikasi verbal, kurang komunikasi verbal
f. Intoleransi aktifitas
g. Perilaku kekerasan
III. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Isolasi Sosial : menarik diri
b. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
c. Resiko perubahan sensori persepsi

IV. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Pasien tetap Setelah. X pertemuan, SP 1.
aman dan pasien mampu : - Identifikasi benda-
selamat - Mengidentifikasi benda yang dapat
benda- benda yang dapat membahayakan pasien.
membahayakan pasien. - Amankan benda-
- Mengendalikan benda yang dapat
dorongan bunuh diri membahayakan pasien

- Lakukan kontrak
treatment
- Ajarkan cara
mengendalikan
dorongan bunuh diri
- Latih cara
mengendalikan
dorongan bunuh diri
Setelah x pertemuan, SP 2
pasien mampu : -
- Mengidentifikasi Identifikasi Aspek Positif
aspek positif dan Pasien
mampu menghargai diri -
sebagai individu yang Dorong pasien untuk
berharga. berfikir positif terhadap
diri
-
Dorong pasien untuk
mengahrgai diri sebagai
individu yang berharga
Setelah x pertemuan SP 3
pasien mampu : - Mengidentifikasi
- Mengidentifikasi pola koping yang biasa
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
pola koping yang diterapkan pasien.
konstruktif dan mampu - Nilai pola koping
menerapkannya yang biasa dilakukan
- Identifikasi pola
koping yang konstruktif
- Dorong pasien
memilih pola koping
yang konstruktif
- Anjurkan pasien
menerapkan pola

koping yang konstruktif


dalam kegiatan harian.
Setelah x pertemuan Sp 4
pasien mampu : - Buat Rencana Masa
- Membuat rencana masa Depan Yang Realitis
depan yang realistis dan Bersama Pasien
mampu melakukan - Identifikasi cara mencpai
kegiatan. rencana masa depan yang
realistis
- beri dorongan pasien
melakukan kegiatan
dalam rangka meraih
masa depan yang realistis.
Keluarga Setelah x pertemuan SP 1
mampu merawat keluarga mampu : - Diskusikan masalah yang
pasien dengan - Merawat pasien dan dirasakan keluarga dalam
resiko bunuh diri mampu menjelaskan merawat pasien.
pengertian tanda dan - Jelaskan pengertian tanda
gejala serta jenis perilaku dan gejala risiko bunuh
bunuh diri. diri dan jenis perilaku
bunh diri yang dialami
pasien beserta proses
terjadinya
- Jelaskan cara-cara
merawat pasien risiko
bunuh diri.
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Setelah x pertemuan SP 2
keluarga mampu : - Latih keluarga
- merawat pasien dan mempraktekkan cara
mampu melakukan merawat pasien dengan
langsung cara merawat risiko bunuh diri
pasien - Latih keluarga melakukan
cara merawat langsung
kepada pasien risiko
bunuh diri.

Setelah x pertemuan SP 3
keluarga mampu : - Bantu keluarga membuat
- Membuat jadwal jadwal aktivitas dirumah
termasuk minum obat
- Jelaskan follow up pasien
setelah pulang.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J 2008. Diagnosa Keperawatan : Aplikasi Praktek Klinik. Jakarta EKg

Isaacs, Ann. (2005). Keperawatan Kesehatan Jiwa Dan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta;
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Yosep, Iyus. (2009). Keperawatan Jiwa (Edisi Revisi). Bandung; Revika Aditama.

Keliat, Anna Budi.2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta;EGC


LAPORAN PENDAHULUAN
WAHAM

Oleh :

E L I Y A S,Kep
149012016132
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI KEPERAWATAN (NERS)
STIKES MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
LAMPUNG
2017

LAPORAN PENDAHULUAN
WAHAM

1. Masalah Utama
Perubahan Isi Fikir : Waham

2. Proses Terjadinya Masalah


a. Pengertian
Waham adalah keyakinan pribadi palsu yang tidak sesuai dengan kecerdasan
seseorang atau latar belakang budaya. Individu terus untuk memiliki
keyakinan meskipun bukti jelas bahwa itu adalah palsu atau tidak rasional
(Townsend, 2014).
Waham adalah keyakinan seseorg yang berdasarkan penilaian realitas yang
salah, keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar
belakang budaya klien (Keliat, 2011).
b. Penyebab
Penyebab secara umum dari waham adalah gangguan konsep diri : harga diri
rendah. Harga diri rendah dimanifestasikan dengan perasaan yang negatif
terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa
gagal mencapai keinginan (3).
c. Akibat akibat dari waham klien dapat mengalami kerusakan komunikasi
verbal yang ditandai dengan pikiran tidak realistis, flight of ideas, kehilangan
asosiasi, pengulangan kata-kata yang didengar dan kontak mata yang kurang.
Akibat yang lain ditimbulkannya adalah beresiko menciderai diri, orang lain
dan lingkungan.
3. a. Pohon Masalah

Kerusakan Resiko Tinggi


Komunikasi Verbal Menciderai diri, orang lain
dan lingkungan

Perubahan isi pikir :


Waham

e. Masalah Keperawatan Dan Data yang Perlu Dikaji


Gangguan Konsep Diri
1. Masalah Keperawatan Harga Diri Rendah
a. Resiko tinggi menciderai diri, orang lain dan lingkungan
b. Kerusakan komunikasi : Verbal
c. Perubahan Isi Fikir : Waham
d. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
2. Data yang Perlu Dikaji
a. Resiko tinggi menciderai orang lain dan lingkungan
1) Data Subjektif
Klien memberi kata-kata ancaman, mengatakan benci dan kesal
pada seseorang, klien suka membentak dan menyerang orang yang
mengusiknya. Jika sedang kesal, atau marah, melukai / merusak
barang-barang dan tidak mampu mengendalikan diri.
2) Data Objektif
Mata merah, wajah agak merah, nada suara tinggi dank eras, bicara
enguasai, ekspresi marah, pandangan tajam, merusak dan
melempar barang-barang.
b. Kerusakan Komunikasi Verbal
1) Data Subjektif
Klien mengungkapkan sesuatu yang tidak realistik
2) Data Objektif
Flight of Ideas, kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata yang
didengar dan ontak mata kurang.
Jangan membantah dan mendukung Waham klien : katakana
perawat menerima keyakinan klien Saya menerima keyakinan
anda: dusertai ekspresi menerima, katakana perawat tidak
mendukung disertai ekspresi ragu dan empati, tidak
membicarakan isi waham klien.
Yakinlah klien dalam keadaan aman dan terlindungi
Observasi apakah wahamnya menganggu aktivitas harian dan
perawatan diri.
3) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
Rasional :
Dengan mengetahui kemampuan yan dimiliki klien, maka akan
mempermudahkan perawat untuk mengarahkan kegiatan yang
bermanfaat bagi klien dari pada hanya memikirkannya.

Tindakan :
Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang
realistis
Diskusikan bersama klien yang dimiliki pada waktu lalu dan
saat ini yang realistis
Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk
melakukannya saat ini (kaitkan dengan aktifitas sehari-hari dan
perawatan diri)
Jika klien selalu bicara tentang wahamnya dengarkan sampai
kebutuhan waham tidak ada. Perlihatkan kepada klien bahwa
klien sangat penting.
4) Klien dapat mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi
Raonal :
Dengan mengetahui kebutuhan klien yang belum terpenuhi
perawat dapat merencanakan untuk memenuhi dan
memperhatikan kebutuhan klien tersebut sehingga klien merasa
nyaman dan aman.
Tindakan :
Observasi kebutuhan klien sehari-hari
Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi
Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya
waham
Tingkatkan aktifitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan
memerlukan waktu dan tenaga (buat jadwal jika mungkin)
Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk
menggunakan wahamnya.
c. Perubahan Isi Pikir : Waham (Paranoid)
1) Data Subjektif
Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama,
kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya) berulangkali secara
berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan.
2) Data Subjektif
Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan,
merusak (diri, orang lain, lingkungan), takut, kadang panic, sangat
waspada, tidak dapat mengenal lingkungan/realitas, ekspresi wajah
klien tegang, mudah tersinggung.
d. Gangguan harga diri Rendah
1) Data Subjektif
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-
apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapakan perasaan
malu terhadap diri sendiri.

2) Data Objektif
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternative tindakan, ingin menciderai diri / ingin mengakhiri
hidup.

4. Diagnosa Keperawatan
a. Kerusakan Komunikasiverbal berhubungan dengan waham
b. Resiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
waham
c. Perubahan isi piker : Waham (Paranoid) berhubungan harga diri rendah

5. Rencana Keperawatan
Diagnosa I : Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan waham
a. Tujuan Umum : Klien tidak terjadi kerusakan komunikasi
b. Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
Rasional : Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran
hubugan interaksinya
Tindakan :
Bina hubungan saling percaya : salam teraupetik, perkenalkan diri,
jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat
kontrak yang jelas topic, waktu, tempat.
2. Klien dapat berhubungan dengan realitas
Rasional : Menghadirkan realitasdapat menbuka pikiran bahwa realita itu
lebih benar daripada apa yang difikirkan klien sehingga klien
dapat menghilangkan waham yang ada.
Tindakan :
Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain, tempat
dan waktu )
Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas
Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien

3. Klien dapat menggunakan obat dengan benar


Rasional : Penggunaan obat yang secara teratur dan benar akan
mempengaruhi proses penyembuhan dan memberikan efek
samping obat
Tindakan :
Diskusikan dengan klien tentang nama obat, dosis, frekuensi, efek dan
efek samping minum obat
Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama pasien,
onat, dosis, cara dan waktu
Anjurkan klien membicrakan efek dan efek samping obat yang
dirasakan
Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.
DAFTAR PUSTAKA

1. Aziz R D dkk. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa. Semarang, RSUD Dr.Amino


Gondo Utomo; 2003
2. Keliat Budi A. Proses Keperawatan Jiwa, Edisi 1. Jakarta; EGC,
1999
3. Tim Direktorat Keswa Standar Asuhan Keperawatan Kesehatan
Jiwa, Edisi 1. Bandung; RSJP.2000.
4. . Pelatihan Asuhan Keperawatan Pada Klien Gaangguan Jiwa,
Semarang. 20 22 November 2004. Un Published
LAPORAN PENDAHULUAN
DEFISIT PERAWATAN DIRI

Oleh :

E L I Y A S,Kep
149012016132
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI KEPERAWATAN (NERS)
STIKES MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
LAMPUNG
2017

DEFISIT PERAWATAN DIRI

A. Definisi
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memnuhi
kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya. Kesehatan dan kesejahteraan
sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan
dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri (Depkes 2000).
Tanda dan Gejala
Menurut Depkes (2000) tanda dan gejala klien dengan DPD adalah :
a. Fisik
- Berpikiran kotor
- Rambut dan kulit kotor
- Gigi kotor disertai mulut bau
- Penampilan tidak rapi
b. Psikologis
- Malas tidak ada inisiatif
- Menarik diri isolasi sosial
- Merasa tidak berdaya, rendah diri dan merasa hina
c. Sosial
- Interaksi kurang
- Kegiatan kurang
- Tidak mampu berperilaku sesuai norma
- Cara makan tidak teratur, BABdan BAK disembarang tempat , gosok
gigi dan mandi tidak mampu mandiri.
Klasifikasi
Jenis-jenis deficit perawatan diri menurut Nurjannah (2004) yaitu :
1. Kurang perawatan diri : mandi / kebersihan
2. Kurang perawatan diri : mengenakan pakaian / berhias
3. Kurang perawatan diri : makan
4. Kurang perawatan diri : toileting
B. Rentang Respon
Rentang respon kognitif asuhan yang dilakukan keluarga bagi klien yang tidak
dapat merawat diri sendiri
1. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri
a. Bina hubungan saling percaya
b. Bicarakan tentang pentingnya kebersihan
c. Kuatkan kemampuan klien merawat diri
2. Membimbing dan menolong klien merawat diri
a. Bantu klien merawat diri
b. Ajarkan keterampilan secara bertahap
c. Buatkan jadwal kegiatan setiap hari
3. Ciptakan lingkungan yang medukung
a. Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk mandi
b. Dekatkan peralatan mandi biar mudah dijangkau oleh klien
c. Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi klien misalnya kamar
mandi yang dekat dan tertutup
C. Faktor Predisposisi
Menurut Depkes (2000), penyebab kurang perawaatan diri adalah :
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan manjakan klien sehingga perkembangan
inisiatif terganggu.
b. Biologis
Penyakit kroni yang menyebabkan klien tidak mampu melkukan perawatan
diri.
c. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidak pedulian dorinya dan lingkungan termasuk perawatan
diri.
d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya,
situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam merawat diri

D. Faktor Presipitasi
Menurut Depkes (2000) yang merupakan faktor Presipitasi defisit perawatan diri
adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual , cemas,
lelah / lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang
mampu melakukan perawatan diri.

E. Intelektualisasi
Masalah keperawatan dari data fokus pengkajian
a. Masalah Keperawatan
1. Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
2. Defisit perawatan diri
3. Isolasi sosial
b. Data Fokus Pengkajian
Pengkajian merupakan tahapan awal dan dasar utamadari proses keperawatan
diri. Tahapan pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan
kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikumpulkan meliputi data biologis,
psikologis, sosial dan spiritual (Stuart dan Sundeen, 1992).
Isi pengkajian meliputi :
- Identitas klien
- Keluhan utama dan alasan masuk
- Faktor predisposisi
- Faktor presipitasi
- Aspek fisik
- Aspek psikososial
- Status mental
- Kebutuhan persiapan pulang
- Mekanisme koping
- Masalah psikososial dan lingkungan
- Pengetahuan
- Aspek medis

Analisa Data
- Data Objektif adalah data yang ditemukan secara nyata. Data ini didapat
melalui observasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat.
- Data Subjektif adalah data yang disampaikan secara lisan oleh klien dan
keluarga. Data ini diperoleh melalui wawancara perawat kepada klien.

Data Subjektif Data Objektif


- Pasien merasa lemah - Rambut kotor, acak-acakan
- Pasien mengatakan malas - Badan dan pakaian kotor dan bau
beraktifitas mulut dan gigi bau
- Pasien merasa tidak berdaya - Kulit kasar dan kotor
- Kuku panjang dan tidak terawat

Rencana Tindakan Keperawatan


Diag
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
nosa
Pasien Mampu: Setelah x SP 1
o Mengidentifikasi pertemuan pasien o
kemampuan dan mampu : Identifikasi kemampuan
aspek positif yang - positif yang dimiliki
dimiliki Mengidentifikasi o
o Menilai - Nilai kemampuan yang
kemampuan yang kemampuan dan dapat dilakukan saat
dapat digunakan - ini
o Menetapkan atau aspek positif yang o
memilih kegiatan dimiliki Pilih kemampuan yang
yang sesuai - akan dilatih
dengan Menilai Diskusikan dengan
kemampuan - pasien beberapa
o Melatih kegiatan kemampuan yang aktivitas yang dapat
yang sudah dipilih dapat digunakan dilakukan dan dipilih
sesuai dengan - sebagian kegiatan
kemampuan Menetapkan atau yang akan pasien
o Merencanakan memilih kegiatan lakukan sehari-hari
kegiatan yang yang sesuai dengan o
sudah dilatihnya kemampuan Bantu pasien menetapkan
- aktivitas mana yang
Melatih kegiatan yang dapat pasien lakukan
sudah dipilih sesuai secara mandiri
kemampuan SP 2
- - Evaluasi kegiatan yang
Merencanakan lalu (SP1)
kegiatan yang sudah - Pilih kemampuan
dilatihnya. yang akan dilatih
- Latih kemampuan
yang dipilih
- Masukkan dalam
jadwal kegiatan pasien
SP 3
- Evaluasi kegiatan yang
lalu (SP 2)
- Memilih kemampuan
ketiga yang dapat
dilakukan
- Masukkan dalam jadwal
kegiatan pasein
Keluarga mampu Setelah x SP 1
merawat pasien pertemuan, keluarga - Identifikasi Masalah
dengan DPD mampu : Yang Dirasakan Dalam
dirumah dan menjadi - Merawat Pasien
system pendukung o - Jelaskan Proses
yang efektif bagi Mengidentifikasi Terjadinya Dpd
pasien kemampuan yang - Jelaskan Tentang Cara
dimiliki pasien Merawat Pasien
o - Main peran dalam
Menyediakan fasilitas merawat pasien DPD
untuk pasien - Susun RTL keluarga /
melakukan jadwal keluarga untuk
kegiatan merawat pasien
o
Mendorong pasien
melakukan SP 2
kegiatan - Evaluasi kemampuan
o SP 1

Memuji pasien saat - Latih keluarga

pasien dapat langsung ke pasien


melakukan - Menyusun RTL
kegiatan keluarga / jadwal
o kegiatan untuk
Membantu melatih merawat pasien
pasien SP 3
o - Evaluasi kemampuan
membantu menyusun keluarga
jadwal kegiatan - Evaluasi kemampuan
pasien pasien
o membantu - RTL keluarga
perkembangan Follow up
pasien Rujukan
DAFTAR PUSTAKA

Depkes,2000. Standar Pedoman Perawatan Jiwa

Keliat, BA. Proses Kesehatan Jiwa. Edisi I. Jakarta; EGC. 1999

Stuart GW, Sundeen, S.J. Buku SAku Keperawatan Jiwa, Edisi 3, Jakarta; EGC, 1998

Nurjanah, Inatansari, S.Kep, 2001. Pedoman Pebanganan Pada Gangguan Jiwa,


Yogyakarta; Raomedia

Tarwoto dan Wartonah, 2000, Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai