Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

KOLELITIASIS (BATU EMPEDU)

Disusun Oleh :
FAUZIAH TRISKA
SN211055

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2021/2022
A. TINJAUAN TEORI

- Definisi

Kolelitiasis atau koledokolitiasismerupakan adanya batu di kandung

empedu, atau pada saluran kandung empeduyang komposisi utamanya adalah

kolesterol, menurut gambaran makroskopis dan komposisi kimianya batu

empedu digolongkan menjadi 3 yaitu : batu kolesterol, batu kalsium bilirubin

(pigmen coklat), batu pigmen hitam. (Wiliams, 2019).

Batu empedu adalah salah satu masalah kesehatan yang terjadi tanpa gejala.

Hampir 50% penderita batu empedu tidak merasakan gejala apaapa, 30%

merasakan gejala nyeri dan 20% berkembag menjadi komplikasi. Sebagian

penderita batu empedu, didiagnosa menderita maag dikarenakan rasa nyeri pada

ulu hati, padahal secara anatomi empedu terletak pada perut sebelah kanan atas

(Syarifudin, 2020).

- Etiologi

Penyebab pasti dari kolelitiasis atau batu empedu belum diketahui, satu teori

meyatakan bahwa kolestreol dapat menyebabkan supersaturasi empedu di

kandung empedu. Setelah beberapa lama, empedu yang telah mengalami

supersaturasi menjadi mengkristal dan memulai membentuk batu. Tipe lain batu

empedu adalah batu pigmen. Batu pigmen tersusun oleh kalsium bilirubin, yang

terjadi ketika bilirubin bebas berkombinasi dengan kalsium (Wiliam, 2019).


- Manifestasi Klinis

Pembentukan batu empedu berlangsung lama, 10-15tahun. Batu empedu

bersifat bisu atau silent stone, sering tanpa keluhan dan gejala nyata.

Bergantung pada ukuran dan jumlah batu empedu yang terbentuk serta

lokasinya, keparahan gejala dapat beragam. Gejala- gejala ini mencangkup :

a. Nyeri berat dibagian perut atas.

b. Sakit kuning ( terjadi ketika penyubatan dalam waktu lama)

c. Demam ( jika timbul komplikasi)

d. Muntah dan mual.

Dalam kebanyakan kasus batu empedu tidak menimbulkan gejala. Bila

menimbulkan gejala, biasanya karena batu empedu menyumbat saluran

empedu sehingga menimbulkan apa yang disebut kolik biler/kolik empedu.

Dalam kondisi tersebut, akan dirasakan nyeri hebat diperut bagian atas

kanan, yang mungkin menyebar hingga ketulang belikat, bahu dan dada.

Rasa sakit biasanya disertai mual dan muntah. Gejala kolik bilier pada

beberapa kasus dimana operasi tidak dapat dilakukan atau berisiko, obat

berbasis asam empedu mungkin diberikan untuk mengencerkan batu

empedu yang terbuat dari kolesterol. Namun, obat tersebut hanya efektif

untuk batu berukuran kecil dan tidak mencegah pembentukan batu empedu

bila pengobatan dihentikan. (Syarifudin, 2017).


- Patofisiologi dan Pathway

Batu pigmen Batu pigmen terdiri dari garam kalisium dan salah satu dari

keempat aniom ini terdiri dari Bilirubinat, Karbonat, fosfat dan Asam lemak.

Pigmen ( Bilirubin) dalam kondisi normal akan terkonjugasi dalam empedu.

Bilirubin terkonjugasi karena adanya enzim glokuroniltranferase bila bilirubin

tak terkonjugasi diakibatkan karena kurang atau tidak adanya enzim glokuronil

tranferase tersebut yang akan meyebabkan presipitase atau pengendapan dari

bilirubin tersebut. Ini disebabkan karena bilirubin tak terkonjugasi tidak larut

dalam air tetapi larut dalam lemak. Sehingga lama kelamaan terjadi

pengendapan bilirubin tak terkonjugasi yang menyebabkan batu empedu tapi

jarang terjadi (Syarifudin, 2017).

Batu Kolesterol Kolesterol merupakan unsur normal pembentukan empedu

dan pengaruh dalam pembentukan empedu. Kolesterol bersifat tidak larut dalam

air, kelarutan kolesterol sangat tergantung dari asam empedu dan lesitin

(Fosflipid). ( Rudi Haryono, 2012).


Pathway

(Rudi Haryono, 2012)


- Penatalaksanaan

Selain untuk memerangi rasa nyeri obat-obatan juga dapat digunakan untuk

memecah batu empedu. Pengobatan memerlukan setidaknya 6-12 bulan untuk

meluruhkan batu pada 40-80% kasus. Penggunaan obat direkomendasikan bila

gejala ringan dan batu-batunya kecil atau operasi dinilai terlalu berisiko (Rudi

Haryono, 2012).

a. Penatalaksanaan Medis

Obat-obatan jarang diberikan untuk mengobati batu empedu. Pada beberapa

kasus dimana operasi tidak dapat dilakukan atau berisiko, obat berbasis

asam empedu mungkin diberikan untuk mengencerkan batu empedu yang

terbuat dari kolesterol. Namun, obat tersebut hanya efektif untuk batu

berukuran kecil dan tidak mencegah pembentukan batu empedu bila

pengobatan dihentikan.

b. Penatalaksanaan Non Medis

Beberapa ahli herbal menyarankan konsumsi 20 ml minyak zaitun yang

dicampur dengan air lemon setengah butir dua kali sehari untuk

menghilangkan batu emepdu


B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Riwayat kesehatan Pengkajian data pada klien batu empedu menurut

Lusinah dan Suratun (2010) adalah

1) Sirkulasi Takikardi, diaporesis, lighteadedness

2) Makanan/Cairan

a) Anoreksia, mual/muntah intoleransi terhadap lemak dan

makanan pemebentukan gas dari makanan, rasa terbakar pada

epigastrik.

b) Obesitas, penurunan berat badan, bising usus normal atau

penurunan.

3) Respirasi Meningkatkan Respiratory rate, nafas pendek dan

dangkal.

4) Keamanan Demam ringan, deman tinggi dan mengigil ( Komplikasi

Septic), jaundice kulit kering dan gatal, tendensi perdarahan (

Defisiensi vitamin K)

5) Nyeri/ketidaknyamanan

a) Nyeri epigastrik berat dan abdmen bagian tas, nyeri menyebar

kebahu kanan dada, nyeri bertambah berat nyeri kadang malam

hari dan berlangsung selama 30 menit, meninggkat dengan

pergerakan, nyeri sehabis makan terutama makanan 10

berlemak.
b) Terdapat pantulan ketegangan atau kekakuan abdomen ketika

kuadran kanan atas abdomen dipalpasi, murphy’s positif.

6) Penyuluhan/ pembelajaran Kecenderungan terjadinya batu, Riwayat

DM, kecenderungan dalam keluarga untuk terjadinya batu empedu

dan diskrasia darah.

7) Aktivitas/ istirahat Klien mengeluh lemah dan tampak kelelahan.

8) Eliminasi

a) Perubahan warna urin dan feses

b) Distensi abdomen, massa terpalpasi di kuadran kanan atas urin

gelap, stool puat, steatorrhea.

2. Diagnosis Keperawatan

a. Nyeri akut b.d agen cidera biologis d.d meringis kesakitan D.0077

b. Gangguan integritas kulit/ jaringan b.d neuropati perifer d.d kerusakan

jaringan (D. 0129)

c. Defisit Nutrisi b.d factor psikologi d.d berat badan menurun(D.0019)

d. Hypovolemia b.d kehilangan cairan aktif d.d nadi melemah (D.0023)


3. Intervensi Keperawatan
Post Operasi
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Keperawatan Hasil
1 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Managemen Nyeri (I. 08238)
agen cidera tindakan keperawatan • O:
biologis d.d 3x24 jam diharapkan nyeri - Identifikasi lokasi, karakter, durasi, frekuensi,
meringis teratasi dengan kriteria kualitas, intensitas nyeri
kesakitan hasil : - Identifikasi skala nyeri
D.0077 Tingkat nyeri (L. 08066)
• Keluhan nyeri
- Identifikasi respon non verbal
• T:
dipertahankan pada
cukup meningkat (4), - Berikan tindakan non farmaklogi
ditingkatkan ke cukup - Control lingkungan yang memperberat nyeri
menurun (2) - Fasilitasi intirahat tidur
• Meringis dipertahankan • E:
pada cukup meningkat - Berikan informasi mengenai nyeri
(4), ditingkatkan ke - Jelaskan periode dan pemicu nyeri
cukup menurun (2)
- Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
• Gelisah dipertahankan
pada cukup meningkat - Ajarkan Teknik non farmakologi
(4), ditingkatkan ke • K:
cukup menurun (2) - Kolaborasi dalam pemberian farmakologi
2 Gangguan Setelah dilakukan Perawatan Integritas Kulit (I. 11353)
integritas kulit/ tindakan kepearawatan • O:
jaringan b.d 3x24 jam diharapkan - Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
neuropati perifer gangguan integritas kulit - T:
d.d kerusakan teratasi dengan kriteria
jaringan (D. hasil : - Ubah posisi tiap 2 jam
0129) Integritas kulit dan - Lakukan pemijatan
jaringan (L14125) : - Bersihkan dengan air hangat
• Kerusakan jaringan - Hindari alcohol pada kulit kering
dipertahankan pada - E:
cukup meningkat (4), - Beri informasi tentang penyakit
ditingkatkan ke cukup
- Beri air minum yang cukup
menurun (2)
• Kerusakan lapisan - Anjurkan jangan terpapar suhu ekstrim
kulit dipertahankan - K:
pada cukup Kolaborasi dalam pemberian obat
meningkat (4),
ditingkatkan ke cukup
menurun (2)
• nyeri dipertahankan
pada cukup
meningkat (4),
ditingkatkan ke cukup
menurun (2)
3 Defisit Nutrisi Setelah dilakuka Manajemen nutrisi (I.0311)
b.d factor tindakan keperawatan •O :
psikologi d.d
berat badan
3x24 jam ekspetasi : - Identifikasi status nutrisi
menurun(D.0019 membaik dengan - Identifikasi factor yang mempengaruhi
) indikasi asupan gizi
Status Nutrisi - Identifikasi perubahan berat badan
(L.03030) - Idnetifikasi kelainan pada kulit
a. Porsi makan - Identifikasi kemampuan menelan
dibahiskan cukup - Monitor mual muntah
meningkat •T :
b. Berat badan cukup - Berikan makanan tinggi kalori dan protein
membaik - Timbang berat badan
c. Nasu makan - Ukur antropometri
cukup membaik - Hitung perubahan berat badan
•E :
- Berikan informasi mengenai nutrisi yang
cukup
jelaskan tujuan pemantauan nutrisi
- Informasikan hasil pemantauan
•K :
- Kolaborasi dengan ahli gizi dalam
pemenuhan kebutuhan nutrisi
4 Hypovolemia b.d Setelah dilakukan Pemantauan cairan (I.03121)
kehilangan tindakan keperawatan • O :
cairan aktif d.d
nadi melemah selama 3x24 jam - Identifikasi tanda-tanda hypovolemia
(D.0023) diharapkan diare - Monitor kekuatan nadi
teratasi dengan - Monitor TD
kriteria hasil Status - Monitor turgor kulit
cairan L.03028 - Monitor urine
a. Frekuensi nadi - Identifikasi tanda-tanda hipovolemia
menurun • T:
b. Perasaan lemah - Atur interval pemantauan sesuai dengan
menurun kondisi pasien
c. Keluhan haus - Dokumentasikan hasil pemantauan
menurun • E:
d. Turgor kulit - Jelaskan tujuan pemantauan
ditingkatkan ke - Informasikan hasil dari pemantauan
cukup meningkat
• K:
e. Intake cairan
- Kolaborasi dengan ahli gizi dalam
ditingkatkan ke
manajemen cairan
cukup meningkat

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana

keperawatan atau intervensi yang telah disusun pada tahap perencanaan

(Nursalam, 2016).
5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terrencana tentang

kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakuan dengan cara

bersinambung dengan melibatkan klien, keluarga dan tenaga kesehatan

lainnya dengan format sumatif yaitu SOAP (subyektif, obyektif, analisis,

perencanaan) (Nursalam, 2016).


DAFTAR PUSTAKA

Adib, M., 2011. Pengetahuan Praktis Ragam Penyakit Mematikan yang Paling
Sering Menyerang Kita. Jogjakarta: BukuBiru
Friedman, M. M., Bowden, V. R., & Jones, E. G., 2010. Buku Ajar Keperawatan
Keluarga: Riset, Teori & Praktik. Alih bahasa oleh Achir Yani S, et al.

Guyton A.C & Hall, John E., 2011. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 11 ed. Jakarta:
EGC.

Kozier, E., Berman & Snyder, 2010. Buku ajar fundamental keperawatan. 7 ed.
Jakarta: EGC.

Nursalam. (2016). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai