Anda di halaman 1dari 21

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( S A P )

HIV / AIDS

Mata Kuliah : Stase Keperawatan Anak

Di susun Oleh :
Kelompok 7
Nama NIM
Devi Selvia P. 1908081
Hardi Firmansyah P. 1908089
Heldi Estiyani P. 1908091
Linawati Dwi Lestari P. 1908100
Muhammad Isran W P. 1908107
Nurlia P. 1908116
Renny Chandra Kumala P. 1908119
Ruyun Wardaniyati P. 1908122
Santi Wijaya P. 1908124

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS

WIYATA HUSADA SAMARINDA

2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

k Bahasan : HIV / AIDS


an : Keluarga Pasien di Poli Anak
pat : Poli Anak Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda
Tanggal : Rabu, 4 Maret 2020
u : 30 Menit
ksana : Mahasiswa Praktek Profesi Ners ITKES Wiyata Husada
Samarinda

A.    LATAR BELAKANG

Seperti yang kita ketahui bahwa penyakit HIV /AIDS semakin lama semakin menjalar
khususnya pada kalangan anak-anak, remaja, dan orang dewasa. untuk itu perlunya penjelasan
serta pengenalan terhadap kalangan anak-anak, remaja dan orang dewasa. Dengan harapan
anak-anak, remaja dan orang dewasa yang terkena maupun yang tidak terkena virus tersebut
mampu mengenal tanda-tanda bagimana HIV/AIDS, setra bahaya daripada HIV/ AIDS. 

B.     TUJUAN

1. Tujuan Instruksional Umum

Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit diharapkan keluarga pasien di Poli Anak
RSUD Abdul Wahab Sjahranie mampu memahami tentang penyakit HIV/AIDS.

2. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah diadakan penyuluhan selama 30 menit keluarga pasien dapat :

1. Menjelaskan pengertian HIV/AIDS


2. Menjelaskan gejala HIV pada anak
3. Menjelaskan pemeriksaan penunjang
4. Menjelaskan tanda dan gejala HIV/AIDS
5. Menjelaskan alasan kenapa HIV bisa menjadi AIDS
6. Menjelaskan vaksin yang diberikan dan lama waktu pemberian vaksin
7. Menjelaskan apa yang dilakukan jika anak terkena HIV dirumah
8. Menjelaskan kenapa HIV dapat terjadi pada anak
C. POKOK BAHASA
Pentingnya mengetahui penyakit HIV/AIDS dan gejala serta cara pencegahan nya.

D. SUB POKOK BAHASAN


1. Pengertian HIV/AIDS
2. Gejala HIV pada anak
3. Pemeriksaan penunjang
4. Tanda dan gejala HIV/AIDS
5. Alasan kenapa HIV bisa menjadi AIDS
6. Vaksin yang diberikan dan lama waktu pemberian vaksin
7. Yang dilakukan jika anak terkena HIV dirumah
8. Kenapa HIV dapat terjadi pada anak

E. METODE
1. Jenis model pembelajaran: pertemuan (tatap muka)
2. Landasan  teori: ceramah, diskusi,
3. Pokok:

a.   Menciptakan  suasana pertemuan yang baik

b.  Mengajukan  masalah

F. MEDIA
1. Powerpoint
2. Leaflet
3. LCD proyektor
4. Laptop
G. KEGIATAN

Tahap
Kegiatan Pemateri/Penyuluh Kegiatan Peserta Media
Kegiatan
Pendahulua 1. Memberi salam, Memperhatikan Power
n memperkenalkan diri, dan point, LCD
membuka penyuluhan Proyektor,dan
2. Menjelaskan materi secara Laptop.
umum
3. Menjelaskan tentang TIU dan
TIK

Penyajian 1. Menjelaskan pengertian Memperhatikan Power


HIV/AIDS point, LCD
2. Menjelaskan gejala HIV pada Proyektor,danL
anak aptop.
3. Menjelaskan pemeriksaan
penunjang
4. Menjelaskan tanda dan gejala
HIV/AIDS
5. Menjelaskan alasan kenapa HIV
bisa menjadi AIDS
6. Menjelaskan vaksin yang
diberikan dan lama waktu
pemberian vaksin
7. Menjelaskan apa yang
dilakukan jika anak terkena HIV
dirumah
8. Menjelaskan kenapa HIV dapat
terjadi pada anak
Penutup 1. Memberikan pertanyaan Menjawab Power
tentang materi yang baru pertanyaan yang point, LCD
dijelaskan. diajukan pemateri Proyektor,dan
2. Menampung jawaban yang Laptop.
diberikan oleh orang tua pasien
3. Mendiskusikan bersama
jawaban dari mahasiswa.
4. Bersama semua memberikan
kesimpulan materi yang telah
dibahas.
5. Menutup pertemuan dan
Memperhatikan dan
memberi salam
membalas salam

H. EVALUASI

Evaluasi yang diberikan berupa pertanyaan terbuka, antara lain:

1. Menjelaskan pengertian HIV/AIDS


2. Menjelaskan gejala pada anak HIV
3. Menjelaskan pemeriksaan penunjang
4. Menjelaskan tanda dan gejala HIV/AIDS
5. Menjelaskan alasan kenapa HIV bisa menjadi AIDS
6. Menjelaskan vaksin yang diberikan dan lama waktu pemberian vaksin
7. Menjelaskan apa yang dilakukan jika anak terkena HIV dirumah
8. Menjelaskan kenapa HIV dapat terjadi pada anak

I.       REFERENSI

1. Marx,J.L. (1982). “New disease baffles medial community”. Science 217 (4560): 618-
621. Pubmed.
2. Divisions of HIV/AIDS Prevention. (2003). HIV and Its Transmission. Centers for
Disease Control and Prevention.
J.      LAMPIRAN

Materi : Penyakit HIV/AIDS

Powerpoint , LCD proyektor, Laptop, leaflet


MATERI HIV DAN AIDS

A. Pengertian HIV dan AIDS

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang menyerang sistem
kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan AIDS. HIV menyerang salah satu jenis
dari sel-sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi.

AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome, yang


kumpulan gejala atau sindroma akibat menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan
infeksi virus HIV.  Tubuh manusia mempunyai kekebalan untuk melindungi diri dari
serangan luar  seperti  kuman, virus, dan penyakit. AIDS melemahkan atau merusak
sistem pertahanan tubuh ini, sehingga akhirnya berdatanganlah berbagai jenis penyakit
lain.

B. Gejala HIV Pada Anak

Infeksi HIV pada anak yang ditularkan oleh ibu sewaktu dalam kandungan atau masa
persalinan biasanya akan menunjukkan tanda dalam rentang waktu 12-18 bulan pertama kehidupan
anak. Meski begitu, ada juga anak yang tidak menunjukkan gejala apa pun hingga usianya lebih dari
5 tahun.

HIV pada anak juga cukup sulit terdeteksi karena gejalanya mirip dengan infeksi virus biasa,
misalnya flu. Kendati demikian, terdapat beberapa gejala yang dapat dicurigai sebagai tanda HIV
pada anak, di antaranya:

1. Berat badan anak tidak bertambah

Tanda HIV pada anak yang cukup jelas adalah berat badan yang sulit bertambah. Idealnya,
berat badan anak usia satu tahun akan mencapai tiga kali berat badan lahir. Namun, anak yang
terinfeksi HIV biasanya akan tampak kurus karena berat badannya tidak kunjung bertambah.

2. Anak mengalami gangguan tumbuh kembang

Anak yang terinfeksi HIV biasanya mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang lebih
lambat. Ini dapat dilihat dari kondisi anak yang sulit atau terlambat duduk, berdiri, berjalan,
terlambat bicara, atau perilaku anak yang tidak seperti anak-anak lain seusianya.

3. Anak sering sakit


Anak-anak memiliki sistem kekebalan tubuh yang masih berkembang. Namun seiring
bertambahnya usia anak, sistem kekebalan tubuhnya akan semakin kuat. Hal ini seharusnya
membuat anak dapat terhindar dari penyakit.

Waspadailah jika anak sering mengalami demam lebih dari 7 hari, batuk pilek,
pembengkakan kelenjar getah bening, sakit perut, dan infeksi telinga yang sangat sering
kambuh dan berlangsung lama. Bisa jadi hal tersebut menandakan adanya kelemahan sistem
kekebalan tubuh yang kemungkinan disebabkan oleh infeksi HIV.

4. Anak sering terkena infeksi

Salah satu tanda HIV pada anak yang paling spesifik adalah anak sering mengalami
infeksi bakteri, virus, jamur, atau parasit akibat sistem kekebalan tubuhnya yang lemah. Infeksi
pada anak atau orang dewasa yang menderita HIV/AIDS ini disebut infeksi oportunistik. Infeksi
ini bisa berupa:

a. Infeksi saluran pernapasan

Infeksi saluran pernapasan pada anak yang sering kambuh dan berat bisa jadi
menandakan tubuhnya lemah karena adanya infeksi virus HIV. Infeksi saluran pernapasan
pada anak ini bisa berupa pneumonia, tuberkulosis, bronkitis, dan bronkiolitis.

b. Infeksi jamur di mulut dan tenggorokan


Disebut juga oral trush  atau sariawan akibat infeksi jamur. Tanda HIV pada anak ini
bisa dilihat dari munculnya bercak putih dan kemerahan di lidah, gusi, dan mulut. Sariawan
pada penderita HIV bisa terjadi lebih dari satu bulan, berulang, dan tidak kunjung sembuh
dengan pemberian obat antijamur. Sariawan ini juga biasanya dapat meluas dan berkembang
menjadi infeksi jamur tenggorokan.
c.Infeksi saluran pencernaan
Anak dengan infeksi HIV sangat rentan terkena infeksi pada saluran cerna. Beberapa
penyakit infeksi pada saluran cerna yang sering dialami oleh anak dengan infeksi HIV ini
bisa berupa diare kronis, infeksi pada hati dan limpa, kolera, disentri, dan demam tifoid
yang sering kambuh atau berulang.

d. Infeksi cytomegalovirus (CMV)


Cytomegalovirus adalah infeksi yang disebabkan oleh salah satu kelompok virus
herpes. Infeksi virus ini lebih rentan terjadi pada orang yang sistem kekebalan tubuhnya
lemah, seperti penderita HIV/AIDS. Infeksi ini dapat menyebabkan kerusakan pada mata,
saluran pencernaan, dan paru-paru.
Selain infeksi-infeksi tersebut, anak dengan HIV juga rentan mengalami penyakit
infeksi lain yang berat, seperti meningitis dan sepsis. Anak-anak yang memiliki sistem
kekebalan tubuh lemah karena infeksi HIV dapat mengalami kekambuhan infeksi hingga
lebih dari 4 kali dalam kurun waktu 6-12 bulan. Infeksi ini seharusnya lebih jarang terjadi
jika anak memiliki daya tahan tubuh yang normal.

5. Masalah pada kulit

Anak-anak yang menderita infeksi HIV juga bisa lebih sering mengalami masalah pada
kulit. Keluhan-keluhan ini bisa berupa adanya ruam, bentol-bentol, dan gatal-gatal di kulit yang
cepat meluas. Gangguan pada kulit ini bisa disebabkan oleh berbagai hal, seperti infeksi
kulit (misalnya infeksi jamur, infeksi bakteri, dan herpes), dermatitis, hingga kelainan kulit
yang disebut sarkoma kaposi.

Setiap anak dengan infeksi HIV bisa saja mengalami gejala yang berbeda atau bahkan tidak
mengalami gejala sama sekali. Munculnya tanda-tanda di atas juga bukan berarti anak pasti
terinfeksi HIV. Tanda tersebut bisa saja muncul karena melemahnya daya tahan tubuh akibat
penyebab lain, seperti gizi buruk atau efek samping pengobatan tertentu.

C. Pemeriksaan Penunjang HIV


Tes HIV terdiri atas beragam jenis dan tidak ada tes HIV yang sempurna. Karena itu, terkadang
perlu dilakukan beberapa tes atau pengulangan terhadap tes untuk memastikan diagnosis. Ada tiga
jenis utama tes HIV, antara lain:
1. Tes antibodi
Tes antibody yaitu jenis pemeriksaan untuk mendeteksi antibodi HIV dalam darah. Antibodi
HIV adalah protein yang diproduksi tubuh sebagai respons terhadap infeksi HIV. Tes antibodi
terdiri atas beberapa jenis, antara lain:

a. ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay)


ELISA merupakan tes HIV yang umumnya digunakan sebagai langkah awal untuk
mendeteksi antibodi HIV. Sampel darah yang telah diambil akan dibawa ke laboratorium dan
dimasukkan ke dalam wadah yang telah diberi antigen HIV. Selanjutnya, enzim akan
dimasukkan ke dalam wadah tersebut untuk mempercepat reaksi kimia antara darah dan
antigen. Jika darah mengandung antibodi HIV, maka darah akan mengikat antigen tersebut di
dalam wadah.
b. IFA (immunofluorescene antibody assay)
Tes yang dilakukan dengan menggunakan pewarna fluoresens untuk mengidentifikasi
keberadaan antibodi HIV. Pengamatan dilakukan dengan bantuan mikroskop beresolusi
tinggi. Tes ini biasanya digunakan untuk mengonfirmasi hasil tes ELISA.
c. Western Blot
Tes yang dilakukan dengan menggunakan metode pemisahan protein antibodi yang
diekstrak dari sel darah. Sebelumnya, tes ini juga digunakan untuk mengonfirmasi hasil tes
ELISA, namun saat ini Western Blot sudah jarang digunakan sebagai tes HIV.
2. Tes PCR (polymerase chain reaction).
Tes yang digunakan untuk mendeteksi RNA atau DNA HIV dalam darah. Tes PCR dilakukan
dengan cara memperbanyak DNA melalui reaksi enzim. Tes PCR dapat dilakukan untuk
memastikan keberadaan virus HIV ketika hasil tes antibodi masih diragukan.
3. Tes kombinasi antibodi-antigen (Ab-Ag test)
Tes yang dilakukan untuk mendeteksi antigen HIV yang dikenal dengan p24 dan antibodi
HIV-1 atau HIV-2. Dengan mengidentifikasi antigen p24, maka keberadaan virus HIV dapat
terdeteksi sejak dini sebelum antibodi HIV diproduksi dalam tubuh. Tubuh umumnya
membutuhkan waktu 2-6 minggu untuk memproduksi antigen dan antibodi sebagai respons
terhadap infeksi.

D. Tanda dan Gejala HIV/AIDS Pada Anak

Banyak anak hidup dengan HIV karena ibunya terinfeksi. Tanda dan Gejala infeksi
HIV bervariasi berdasarkan umur dan inidividu masing-masing, namun berikut ini adalah
gejala yang sering terjadi:

1. Gagal bertumbuh sesuai grafik standar untuk pertumbuhan


2. Masalah otak dan sistem saraf, seperti kejang, susah berjalan, nilai sekolah yang buruk
3. Sering mengalami sakit, seperti flu, infeksi telinga, sakit perut, dan diare
Karena HIV akan semakin parah, anak akan mengalami infeksi oportunistik. Hal ini
adalah infeksi yang jarang terkait kesehatan namun dapat mematikan pada pasien HIV
karena sistem kekebalan tubuhnya tidak bekerja secara layak. Infeksi oportunistik yang
sering terjadi terkait HIV meliputi:

1. Pneumosistis pneumonia – infeksi jamur di paru-paru


2. Infeksi serius terkait sitomegalovirus (CMV)
3. Kondisi jaringan parut pada paru-paru yang disebut dengan limfositik interstitial
pneumonitis (LIP)
4. Oral trush (jamur pada mulut) atau iritasi popok (diaper rash) yang berat karena
infeksi jamur Candida

E. Alasan Kenapa HIV Dapat Menjadi AIDS


1. Tahap pertama (periode jendela)
a. HIV masuk ke dalam tubuh hingga terbentuk antibodi dalam darah.
b. Penderita HIV tampak dan merasa sehat.
c. Pada tahap ini, tes HIV belum bisa mendeteksi keberadaan virus.
d. Tahap ini berlangsung selama 2 minggu sampai 6 bulan.
2. Tahap kedua
a. Pada tahap ini HIV mulai berkembang di dalam tubuh.
b. Tes HIV sudah bisa mendeteksi keberadaan virus karena antibodi yang mulai
terbentuk.
c. Penderita tampak sehat selama 5-10 tahun, bergantung pada daya tahan. Rata-rata
penderita bertahan selama 8 tahun. Namun di negara berkembang, durasi tersebut
lebih pendek.

3. Tahap ketiga
a. Pada tahap ini penderita dipastikan positif HIV dengan sistem kekebalan tubuh
yang semakin menurun.
b. Mulai muncul gejala infeksi oportunistis, misalnya pembengkakan kelenjar limfa
atau diare terus-menerus.
c. Umumnya tahap ini berlangsung selama 1 bulan, bergantung pada daya tahan
tubuh penderita.
4. AIDS
a. Pada tahap ini, penderita positif menderita AIDS.
b. Sistem kekebalan tubuh semakin turun.
c. Berbagai penyakit lain (infeksi oportunistis) menyebabkan kondisi penderita
semakin parah.
Pada tahap ini, penderita harus secepatnya dibawa ke dokter dan menjalani terapi
anti-retroviral virus (ARV). Terapi ARV akan mengendalikan virus HIV dalam tubuh
sehingga dampak virus bisa ditekan.

F. Vaksin Yang Diberikan Dan Lama Waktu Pemberian Vaksin


Berikut adalah beberapa vaksin yang dapat diberikan pada pasien dengan hiv/aids :
1. Pneumonia
Pada orang dengan HIV positif akan meningkatkan resiko orang tersebut untuk
terkena infeksi pneumonia yang disebabkan oleh bakteri pneumococcal. Vaksin
membutuhkan waktu 2 atau 3 minnggu untuk bekerja secara efektif. Vaksin ini harus
diulang sekali lagi setelah 5 tahun.

2. Hepatitis

Hepatitis bisa disebabkan oleh beberapa virus yang berbeda. Pada laki laki yang
berhubungan sex dengan laki laki lainnya atau pada pemakai narkotika suntik
mempunyai resiko yang tinggi terhadap hepatitis A, B atau C. Vaksin yang tersedia
adalah untuk Hepatitis A dan B. Hepatitis A biasanya tidak menimbulakan efek yang
serius kecuali pada orang yang hatinya mengalami gangguan atau lemah. Begitu juga
pada kasus orang yang terinfeksi Hepatitis B atau C. Dua kali suntikan vaksin hepatitis
A sudah mampu memberikan perlindungan selama 20 tahun.

Hepatitis B bisa menimbulkan gejala yang serius jika terinfeksi, termasuk kanker
hati. Jika kamu terpapar virus hepatitis B, tubuh kamu akan membentuk antibodi. Jika
antibodi tidak terbentuk sebaiknya kamu mendapatkan vaksinasi Hepatitis B. untuk
vaksinasi hepatitis B memerlukan 3 kali suntik dan sudah mampu melindungi selama
20 tahun. Pada orang dengan HIV positif , dengan mengetahui level dari antibodi
didalam darah akan diketahui apakah perlu suntikan booster atau tidak.

3. Human Papiloma virus ( HPV )

Vaksin ini digunakan untuk melawan 4 strains HPV, yang menyebabkan warts
atau kutil pada bagian anus dan vaginal atau anal cancer. Vaksin ini sebaiknya
diberikan pada anak laki laki dan perempuan pada usia 11 tahun. vaksin ini akan
efektif bila diberikan pada orang yang belum aktif secara seksual.

4. Influenza ( Flu )
Vaksin flu sebaiknnya dilakukan setiap tahun, tergantung pada tipe flu yang
paling aktif. Vaksinasi Flu direkomendasikan pada semua orang dengan HIV positif.
Orang yang terkena Flu kadang kadang bisa berkembang menjadi pneumonia.
beberapa vaksin flu akan memberikan reaksi alergi pada orang yang alergi terhadap
telur.

5. Tetanus dan Diphtheria ( Td)


Tetanus merupakan penyakit serius yang disebabkan oleh bakteri. Infeksi tetanus
bisa terjadi pada semua luka di kulit. Tidak bisa ditularkan dari satu orang ke orang
lain. Para pengguna narkotika suntik mempunyai resiko besar untuk tertular tetanus.
Diphtheria penyakit yang disebabkan oleh bakteri. bisa menular dari satu orang ke
orang lain terutama pada gelandangan. Diphtheria dan Tetanus selalu merupakan
vaksin kombinasi. Tetanus dan Diphtheria selalu diberikan pada anak anak sebanyak 3
suntikan. Suntikan Booster baisanya diberikan setiap 10 tahun sekali . Orang dengan
HIV positif sebaiknya diberikan lebih dari sekali setiap 10 tahun atau 5 tahun setelah
luka atau cidera
6. Pertusis ( Batuk Rejan )
Penyakit yang disebabkan oleh bakteri yang menyebabkan batuk yang lama.
Vaksin kombinasi antara tetanus, diphtheria dan pertusis merupakan kombinasi vaksin
yang biasa diberikan pada anak anak . Vaksin ini kamu tetap memerlukan booster
untuk vaksin tetanus dan diphtheria saja tidak perlu untuk vaksin pertusis.
7. Measles, Mumps dan Rubella
Tiga macam penyakit ini disebabkan oleh virus . Sangat menular sekali dan bisa
menular melalui batuk atau bersin. Vaksin MMR hanya diberian sekali dan
memberikan perlindungan seumur hidup.

G. Tindakan Yang Dapat Dilakukan Jika Anak Terkena HIV Dirumah

Mengetahui anak terkena HIV adalah hal yang berat dan menakutkan. Salah satu
cara untuk mengatasi rasa takut yang tidak diketahui adalah untuk belajar sebanyak
mungkin tentang HIV/AIDS. Semakin banyak tahu, semakin baik dan dapat mengurus
anak yang menderita HIV dengan baik.

Banyak orangtua yang khawatir anaknya dapat menginfeksi orang lain. Orang tidak
terinfeksi HIV dengan tinggal bersama, bermain, sekolah, atau berbagi makanan/mainan
dengan seseorang yang terinfeksi HIV.  Meskipun demikian, tetap perlu menjaga higiene
dan kebersihan tubuh, seperti mencuci tangan dengan sabun, karena bisa juga terjadi
infeksi dari bakteri atau virus lain.

Yang perlu mendapat perhatian khusus adalah darah, misalnya saat pembersihan
luka, perlu memakai alat perlindungan diri misalnya sarung tangan. Atau jika
terpapar/terkena percikan darah, maka segera bersihkan dengan air secepat mungkin. Bila
terdapat bercak darah pada pakaian, cuci di air dingin terlebih dulu, lalu gunakan deterjen
seperti biasa. Infeksi HIV tidak menular melalui liur, oleh karena itu peralatan bayi seperti
botol susu dan peralatan makan dapat dicuci dan disterilisasi seperti biasa. Bercak darah di
lantai atau perabot dapat dibersihkan dengan kain atau tisu sekali pakai, lalu buang ke
dalam kantung plastik. Gunakan air sabun hangat untuk membersihkan area yang terkena,
lalu buang kain/tisu seperti biasa.

Perlu diperhatikan oleh orangtua bahwa pemberian obat harus tepat. Ada beberapa
masalah yang bisa terjadi dalam hal ini misalnya, pemberian obat yang tidak sesuai
dengan jadwal sekolah atau bermain. Pemberian obat di depan umum atau situasi social
lain dapat menyebabkan perasaan malu dan stress emosional. Liburan atau perjalanan juga
dapat menyebabkan sulitnya pemberian obat yang tepat. Hal-hal tersebut harus dapat
diantisipasi dengan baik dan perlu dilakukan perencanaan ke depannya.

Untuk menghilangkan ketakutan anak, diskusikan penyakit dengan cara yang sesuai
dengan usia anak. Biarkan anak tahu tentang pentingnya minum obat, dapat seumur hidup,
untuk menjaga dari sakit. Kebanyakan kematian HIV/AIDS pada anak adalah sulitnya
membangun kepatuhan minum obat. Ketika komplikasi berkembang, cari tahu bagaimana
memperlakukan dan menjaga anak. Sebagai contoh:

1. Kehilangan selera makan


Tawarkan berbagai makanan sepanjang hari, menghindari makanan seperti
minuman berkarbonasi yang dapat membuat gas di lambung dan membuat anak
merasa kembung.
2. Diare
Berikan anak banyak cairan, termasuk sup, jus buah yang diencerkan dengan air,
dan larutan rehidrasi oral. Menawarkan makanan yang lembut, basah seperti kentang
tumbuk, labu, dan wortel. Hindari lemak, makanan manis.
3. Batuk pilek
Biarkan anak beristirahat. Berikan banyak air dan cairan lainnya. Atasi sumbatan
hidung dengan mengisi mangkuk besar atau panci dengan air yang panas dan biarkan
anak menghirup uap dari air panas tersebut.

H. HIV Dapat Terjadi Pada Anak


Penyebab penyakit HIV adalah infeksi human immunodeficiency virus. Virus
ini menghancurkan sel CD4 (sel T), jenis sel darah putih dalam bagian sistem imun yang
khusus bertugas melawan infeksi. Manusia menghasilkan jutaan sel T setiap hari untuk
menjaga kekebalan tubuh.
Namun di saat yang bersamaan, virus HIV juga terus menggandakan diri untuk
menginfeksi sel T yang sehat. Semakin banyak sel T yang dihancurkan virus
HIV, kekebalan tubuh seseorang akan semakin lemah dan rentan terhadap berbagai
penyakit. Ketika jumlah sel T sangat jauh di bawah normalnya, infeksi HIV dapat
berkembang menjadi penyakit AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome).
Virus HIV itu sendiri rentan menular lewat aktivitas tertentu yang memungkinkan
pertukaran atau perpindahan cairan tubuh dari satu orang ke lainnya. Namun, cairan tubuh
yang menjadi perantara penyebaran virus tidak sembarangan. HIV umumnya terbawa
dalam darah, air mani (cairan ejakulasi pria), cairan pra-ejakulasi, cairan anus (rektum),
dan cairan vagina. Itu sebabnya HIV cenderung lebih mudah menular lewat hubungan
seks yang tidak aman, misalnya tidak memakai kondom.
Penularan HIV/AIDS pada anak dapat terjadi melalui beberapa cara berikut ini:
1. Penularan dari ibu ke anak
Jalur penularan HIV yang paling banyak terjadi pada anak kecil dan bayi adalah
lewat ibunya (mother-to-child transmission). Menurut yayasan nonprofit Pediatric
AIDS Foundation, lebih dari 90% kasus penularan HIV pada anak kecil dan bayi
terjadi saat masa kehamilan.
Seorang perempuan yang terinfeksi HIV sebelum maupun saat hamil dapat
menularkan virusnya pada calon anak mereka sejak dalam kandungan. Badan
Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan, seorang ibu hamil yang positif HIV
berisiko sekitar 15-45% untuk menularkan virus pada anak dalam rahimnya lewat tali
plasenta.
Risiko penularan HIV dari ibu ke anak juga dapat terjadi apabila bayi terpapar
darah, cairan ketuban yang pecah, cairan vagina, atau cairan tubuh ibu lainnya yang
mengandung virus HIV selama proses melahirkan.
Sebagian kasus lainnya dapat pula terjadi dari proses menyusui eksklusif karena
virus HIV dapat terkandung dalam ASI. Maka itu, dokter biasanya akan
mencegah penderita HIV memberikan ASI eksklusif pada bayinya.
2. Tertular dari jarum yang terkontaminasi
Selain penularan pada masa kehamilan, penggunaan jarum suntik bekas
bergantian juga merupakan cara penularan HIV yang mungkin terjadi pada anak.
Risiko ini terutama tinggi di kalangan anak pengguna narkoba suntik.
Virus HIV dapat bertahan hidup di dalam jarum suntik selama kurang lebih 42
hari setelah kontak pertama kali dengan pemakai pertamanya (yang positif HIV).
Maka, ada peluang bagi satu jarum bekas untuk menjadi perantara penularan HIV
kepada banyak anak yang berbeda. Darah mengandung virus yang tertinggal pada
jarum dapat berpindah ke tubuh pemakai jarum selanjutnya melalui luka bekas
suntikan.
3. Aktivitas seksual
HIV rentan menular lewat hubungan seks tidak aman. Penularan HIV berisiko
terjadi pada anak yang mengalami kekerasan seksual dari pelaku yang menderita HIV
(baik disadari maupun tidak).
Penularan HIV lewat hubungan seks rentan terjadi dari kontak darah, air mani,
cairan vagina, atau cairan praejakulasi milik orang yang terinfeksi HIV dengan luka
terbuka atau lecet pada alat kelamin orang sehat, misalnya dinding dalam vagina,
bibir vagina, bagian penis mana pun (termasuk lubang bukaan penis), ataupun
jaringan dubur dan cincin otot anus. Perkawinan anak di bawah umur dengan orang
yang berisiko memiliki HIV juga membuat mereka lebih rentan terkena infeksi.
4. Tranfusi darah
Praktik donor darah dengan jarum yang tidak steril juga dapat meningkatkan
risiko HIV pada anak, terutama di negara-negara yang tingkat kemiskinannya masih
tinggi. Anak yang menerima donor dari orang yang positif HIV juga berisiko
terinfeksi. 
Namun, penularan HIV lewat donor saat ini tergolong langka dan sangat bisa
dihindari karena prosedur pengambilan darah sudah diperketat sejak beberapa dekade
terakhir. Tenaga medis yang bertanggung jawab dalam pendonoran aka menyaring
calon pendonor dengan ketat untuk mencegah hal-hal seperti ini terjadi. Maka itu,
risiko penularan HIV dari donor darah pada anak jauh lebih kecil dibandingkan
penularan karena jarum narkoba dan penularan melalui ibu. 
DAFTAR PUSTAKA

Nasronudin. HIV & AIDS Pendekatan Biologi Molekuler, Klinis dan Sosial. Surabaya: Pusat
penerbit dan Percetakan UNAIR, 2012.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional Pencegahan Penularan HIV


dari Ibu ke Anak. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI 2013.

Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan., Edition 4 ed. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo, 2010.
Apa itu HIV / Gejala dan Tanda
HIV/AIDS ???
HIV / AIDS AIDS ??? Gejala HIV / AIDS

HIV adalah sejenis virus Kebanyakan penderita akan

yang menyerang sistem mengalami gejala mirip sakit

kekebalan tubuh manusia flu. Selain seperti menderita flu

sehingga sel-sel pertahanan parah, gejala awal lainnya

Program Profesi Ners tubuh semakin lama banyak berupa :

ITKES Wiyata Husada yang rusak dan dapat


Berat badan tidak bertambah

Samarinda menimbulkan AIDS.


Anak mengalami gangguan tumbuh
kembang
2020
AIDS adalah kumpulan
Anak sering sakit
Anak sering terkena infeksi
gejala atau sindroma akibat Masalah pada kukit
menurunnya kekebalan tubuh Tanda HIV/AIDS
yang disebabkan infeksi virus Gagal bertumbuh sesuai usia
HIV. seharusnya
Masalah otak dan sistem saraf seperti
kejang, nilai sekolah menurun
Sering mengalami sakit seperti flu,
sakit perut, diare

Menangani nyeri akut atau kronis

Memberikan rasa nyaman

Mengurangi ketergantungan pasien


pada obat-obatan penghilang rasa sakit
Tindakan yang dapat dilakukan
jika anak terkena HIV dirumah Diare
atau di RS??
Berikan anak banyak cairan,
Diskusikan penyakit anak termasuk sup, jus buah yang Kelompok 7
Devi Selvia
dengan sesuai usia. Biarkan diencerkan dengan air, dan Hardi Firmansyah
anak tahu pentingnya minum larutan rehidrasi oral. Heldi Estiyani
Linawati Dwi Lestari
obat dapat seumur hidup, Menawarkan makanan yang
Muhammad Isran W
untuk menjaga dari sakit. lembut, basah seperti kentang Nurlia
tumbuk, labu, dan wortel. Hindari Renny Chandra Kumala
Ketika komplikasi berkembang, Ruyun Wardaniyati
lemak, makanan manis.
seperti ini cara bagaimana Santi Wijaya
Batuk pilek
memperlakukan dan menjaga
Biarkan anak beristirahat. Berikan
anak :
banyak air dan cairan lainnya.
Kehilangan selera makan
Atasi sumbatan hidung dengan
Tawarkan berbagai makanan mengisi mangkuk besar atau
sepanjang hari, menghindari panci dengan air yang panas dan
makanan seperti minuman biarkan anak menghirup uap dari
berkarbonasi yang dapat air panas tersebut.
membuat gas di lambung dan
HIV dapat terjadi pada anak
membuat anak merasa kembung. Penularan dari Ibu keanak
Tertular dari jarum yang sudah
terkontaminasi
Transfusi darah
Aktivitas seksual

Anda mungkin juga menyukai