HIV / AIDS
Di susun Oleh :
Kelompok 7
Nama NIM
Devi Selvia P. 1908081
Hardi Firmansyah P. 1908089
Heldi Estiyani P. 1908091
Linawati Dwi Lestari P. 1908100
Muhammad Isran W P. 1908107
Nurlia P. 1908116
Renny Chandra Kumala P. 1908119
Ruyun Wardaniyati P. 1908122
Santi Wijaya P. 1908124
2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
A. LATAR BELAKANG
Seperti yang kita ketahui bahwa penyakit HIV /AIDS semakin lama semakin menjalar
khususnya pada kalangan anak-anak, remaja, dan orang dewasa. untuk itu perlunya penjelasan
serta pengenalan terhadap kalangan anak-anak, remaja dan orang dewasa. Dengan harapan
anak-anak, remaja dan orang dewasa yang terkena maupun yang tidak terkena virus tersebut
mampu mengenal tanda-tanda bagimana HIV/AIDS, setra bahaya daripada HIV/ AIDS.
B. TUJUAN
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit diharapkan keluarga pasien di Poli Anak
RSUD Abdul Wahab Sjahranie mampu memahami tentang penyakit HIV/AIDS.
E. METODE
1. Jenis model pembelajaran: pertemuan (tatap muka)
2. Landasan teori: ceramah, diskusi,
3. Pokok:
b. Mengajukan masalah
F. MEDIA
1. Powerpoint
2. Leaflet
3. LCD proyektor
4. Laptop
G. KEGIATAN
Tahap
Kegiatan Pemateri/Penyuluh Kegiatan Peserta Media
Kegiatan
Pendahulua 1. Memberi salam, Memperhatikan Power
n memperkenalkan diri, dan point, LCD
membuka penyuluhan Proyektor,dan
2. Menjelaskan materi secara Laptop.
umum
3. Menjelaskan tentang TIU dan
TIK
H. EVALUASI
I. REFERENSI
1. Marx,J.L. (1982). “New disease baffles medial community”. Science 217 (4560): 618-
621. Pubmed.
2. Divisions of HIV/AIDS Prevention. (2003). HIV and Its Transmission. Centers for
Disease Control and Prevention.
J. LAMPIRAN
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang menyerang sistem
kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan AIDS. HIV menyerang salah satu jenis
dari sel-sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi.
Infeksi HIV pada anak yang ditularkan oleh ibu sewaktu dalam kandungan atau masa
persalinan biasanya akan menunjukkan tanda dalam rentang waktu 12-18 bulan pertama kehidupan
anak. Meski begitu, ada juga anak yang tidak menunjukkan gejala apa pun hingga usianya lebih dari
5 tahun.
HIV pada anak juga cukup sulit terdeteksi karena gejalanya mirip dengan infeksi virus biasa,
misalnya flu. Kendati demikian, terdapat beberapa gejala yang dapat dicurigai sebagai tanda HIV
pada anak, di antaranya:
Tanda HIV pada anak yang cukup jelas adalah berat badan yang sulit bertambah. Idealnya,
berat badan anak usia satu tahun akan mencapai tiga kali berat badan lahir. Namun, anak yang
terinfeksi HIV biasanya akan tampak kurus karena berat badannya tidak kunjung bertambah.
Anak yang terinfeksi HIV biasanya mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang lebih
lambat. Ini dapat dilihat dari kondisi anak yang sulit atau terlambat duduk, berdiri, berjalan,
terlambat bicara, atau perilaku anak yang tidak seperti anak-anak lain seusianya.
Waspadailah jika anak sering mengalami demam lebih dari 7 hari, batuk pilek,
pembengkakan kelenjar getah bening, sakit perut, dan infeksi telinga yang sangat sering
kambuh dan berlangsung lama. Bisa jadi hal tersebut menandakan adanya kelemahan sistem
kekebalan tubuh yang kemungkinan disebabkan oleh infeksi HIV.
Salah satu tanda HIV pada anak yang paling spesifik adalah anak sering mengalami
infeksi bakteri, virus, jamur, atau parasit akibat sistem kekebalan tubuhnya yang lemah. Infeksi
pada anak atau orang dewasa yang menderita HIV/AIDS ini disebut infeksi oportunistik. Infeksi
ini bisa berupa:
Infeksi saluran pernapasan pada anak yang sering kambuh dan berat bisa jadi
menandakan tubuhnya lemah karena adanya infeksi virus HIV. Infeksi saluran pernapasan
pada anak ini bisa berupa pneumonia, tuberkulosis, bronkitis, dan bronkiolitis.
Anak-anak yang menderita infeksi HIV juga bisa lebih sering mengalami masalah pada
kulit. Keluhan-keluhan ini bisa berupa adanya ruam, bentol-bentol, dan gatal-gatal di kulit yang
cepat meluas. Gangguan pada kulit ini bisa disebabkan oleh berbagai hal, seperti infeksi
kulit (misalnya infeksi jamur, infeksi bakteri, dan herpes), dermatitis, hingga kelainan kulit
yang disebut sarkoma kaposi.
Setiap anak dengan infeksi HIV bisa saja mengalami gejala yang berbeda atau bahkan tidak
mengalami gejala sama sekali. Munculnya tanda-tanda di atas juga bukan berarti anak pasti
terinfeksi HIV. Tanda tersebut bisa saja muncul karena melemahnya daya tahan tubuh akibat
penyebab lain, seperti gizi buruk atau efek samping pengobatan tertentu.
Banyak anak hidup dengan HIV karena ibunya terinfeksi. Tanda dan Gejala infeksi
HIV bervariasi berdasarkan umur dan inidividu masing-masing, namun berikut ini adalah
gejala yang sering terjadi:
3. Tahap ketiga
a. Pada tahap ini penderita dipastikan positif HIV dengan sistem kekebalan tubuh
yang semakin menurun.
b. Mulai muncul gejala infeksi oportunistis, misalnya pembengkakan kelenjar limfa
atau diare terus-menerus.
c. Umumnya tahap ini berlangsung selama 1 bulan, bergantung pada daya tahan
tubuh penderita.
4. AIDS
a. Pada tahap ini, penderita positif menderita AIDS.
b. Sistem kekebalan tubuh semakin turun.
c. Berbagai penyakit lain (infeksi oportunistis) menyebabkan kondisi penderita
semakin parah.
Pada tahap ini, penderita harus secepatnya dibawa ke dokter dan menjalani terapi
anti-retroviral virus (ARV). Terapi ARV akan mengendalikan virus HIV dalam tubuh
sehingga dampak virus bisa ditekan.
2. Hepatitis
Hepatitis bisa disebabkan oleh beberapa virus yang berbeda. Pada laki laki yang
berhubungan sex dengan laki laki lainnya atau pada pemakai narkotika suntik
mempunyai resiko yang tinggi terhadap hepatitis A, B atau C. Vaksin yang tersedia
adalah untuk Hepatitis A dan B. Hepatitis A biasanya tidak menimbulakan efek yang
serius kecuali pada orang yang hatinya mengalami gangguan atau lemah. Begitu juga
pada kasus orang yang terinfeksi Hepatitis B atau C. Dua kali suntikan vaksin hepatitis
A sudah mampu memberikan perlindungan selama 20 tahun.
Hepatitis B bisa menimbulkan gejala yang serius jika terinfeksi, termasuk kanker
hati. Jika kamu terpapar virus hepatitis B, tubuh kamu akan membentuk antibodi. Jika
antibodi tidak terbentuk sebaiknya kamu mendapatkan vaksinasi Hepatitis B. untuk
vaksinasi hepatitis B memerlukan 3 kali suntik dan sudah mampu melindungi selama
20 tahun. Pada orang dengan HIV positif , dengan mengetahui level dari antibodi
didalam darah akan diketahui apakah perlu suntikan booster atau tidak.
Vaksin ini digunakan untuk melawan 4 strains HPV, yang menyebabkan warts
atau kutil pada bagian anus dan vaginal atau anal cancer. Vaksin ini sebaiknya
diberikan pada anak laki laki dan perempuan pada usia 11 tahun. vaksin ini akan
efektif bila diberikan pada orang yang belum aktif secara seksual.
4. Influenza ( Flu )
Vaksin flu sebaiknnya dilakukan setiap tahun, tergantung pada tipe flu yang
paling aktif. Vaksinasi Flu direkomendasikan pada semua orang dengan HIV positif.
Orang yang terkena Flu kadang kadang bisa berkembang menjadi pneumonia.
beberapa vaksin flu akan memberikan reaksi alergi pada orang yang alergi terhadap
telur.
Mengetahui anak terkena HIV adalah hal yang berat dan menakutkan. Salah satu
cara untuk mengatasi rasa takut yang tidak diketahui adalah untuk belajar sebanyak
mungkin tentang HIV/AIDS. Semakin banyak tahu, semakin baik dan dapat mengurus
anak yang menderita HIV dengan baik.
Banyak orangtua yang khawatir anaknya dapat menginfeksi orang lain. Orang tidak
terinfeksi HIV dengan tinggal bersama, bermain, sekolah, atau berbagi makanan/mainan
dengan seseorang yang terinfeksi HIV. Meskipun demikian, tetap perlu menjaga higiene
dan kebersihan tubuh, seperti mencuci tangan dengan sabun, karena bisa juga terjadi
infeksi dari bakteri atau virus lain.
Yang perlu mendapat perhatian khusus adalah darah, misalnya saat pembersihan
luka, perlu memakai alat perlindungan diri misalnya sarung tangan. Atau jika
terpapar/terkena percikan darah, maka segera bersihkan dengan air secepat mungkin. Bila
terdapat bercak darah pada pakaian, cuci di air dingin terlebih dulu, lalu gunakan deterjen
seperti biasa. Infeksi HIV tidak menular melalui liur, oleh karena itu peralatan bayi seperti
botol susu dan peralatan makan dapat dicuci dan disterilisasi seperti biasa. Bercak darah di
lantai atau perabot dapat dibersihkan dengan kain atau tisu sekali pakai, lalu buang ke
dalam kantung plastik. Gunakan air sabun hangat untuk membersihkan area yang terkena,
lalu buang kain/tisu seperti biasa.
Perlu diperhatikan oleh orangtua bahwa pemberian obat harus tepat. Ada beberapa
masalah yang bisa terjadi dalam hal ini misalnya, pemberian obat yang tidak sesuai
dengan jadwal sekolah atau bermain. Pemberian obat di depan umum atau situasi social
lain dapat menyebabkan perasaan malu dan stress emosional. Liburan atau perjalanan juga
dapat menyebabkan sulitnya pemberian obat yang tepat. Hal-hal tersebut harus dapat
diantisipasi dengan baik dan perlu dilakukan perencanaan ke depannya.
Untuk menghilangkan ketakutan anak, diskusikan penyakit dengan cara yang sesuai
dengan usia anak. Biarkan anak tahu tentang pentingnya minum obat, dapat seumur hidup,
untuk menjaga dari sakit. Kebanyakan kematian HIV/AIDS pada anak adalah sulitnya
membangun kepatuhan minum obat. Ketika komplikasi berkembang, cari tahu bagaimana
memperlakukan dan menjaga anak. Sebagai contoh:
Nasronudin. HIV & AIDS Pendekatan Biologi Molekuler, Klinis dan Sosial. Surabaya: Pusat
penerbit dan Percetakan UNAIR, 2012.