Anda di halaman 1dari 4

0

IKHTISAR DAN KESIMPULAN PEMERIKSAAN PSIKIATRI


(AUTOANAMNESIS DAN OBSERVASI)

KEADAAN UMUM
Kesadaran/Sensorium : Compos Mentis
Perhatian : Adekuat
Sikap : Kooperatif
Inisiatif : Tidak ada
Tingkah Laku Motorik : Normoaktif
Karangan/Tulisan/Gambaran (bila ada lampirkan) Tidak ada pemeriksaan
Ekspresi Fasial : Wajar
Verbalisasi : Jelas Cara Bicara : Lancar
Kontak Psikis : - Kontak Fisik : Ada
- Kontak Mata : Ada
- Kontak Verbal : Ada

KEADAAN KHUSUS (SPESIFIK)


1. Keadaan Afektif (Mood) : Afek : Sesuai ; Mood : eutimik
2. Hidup Emosi
Stabilitas : Stabil Dalam-dangkal : Normal
Pengendalian : Terkendali Adekuat-Inadekuat : Adekuat
Echt-Unecht : Echt Skala Diferensiasi : Normal
Einfuhlung : Bisa dirabarasakan Arus Emosi : Normal
3. Keadaan dan Fungsi Intelek
Daya ingat (amnesia, dsb) : Daya ingat baik; Amnesia tidak ada
Daya Konsentrasi : Baik
Orientasi : Tempat : Baik
Waktu : Baik
Personal : Baik
Luas Pengetahuan umum dan Sekolah :Sesuai taraf pendidikan
Discriminative Judgement : Terganggu
Discriminative Insight : Terganggu
Dugaan taraf intelegensi : Sesuai
Kemunduran intelektual (demensia, dsb) : Tidak ada
4. Kelainan Sensasi dan Persepsi
Ilusi : Tidak ada .
1

Halusinasi : Halusinasi visual (+) pasien melihat bayangan berwarna merah ; Halusinasi
auditorik (+) pasien mendengar bisikan yang mengajak pasien berbicara dan mengatakan
bahwa ingin masuk ke dalam tubuh pasien.
5. Keadaan Proses Berpikir
Psikomotilitas : Baik
Mutu proses berpikir : Baik
Arus Pikiran
Flight of ideas : tidak ada Inkoherensi : tidak ada
Sirkumstansial : tidak ada Tangensial : tidak ada
Terhalang : tidak ada Terhambat : tidak ada
Perseverasi : tidak ada Verbigerasi : tidak ada
Lain-lain : tidak ada

Isi Pikiran
Pola Sentral : tidak ada Rasa permusuhan/dendam : tidak ada
Waham : ada, waham curiga, pasien yakin ada seseorang yang menjelek-jelekkan atau
membicarakan pasien.
Fobia : tidak ada Hipokondria : tidak ada
Konfabulasi : tidak ada Banyak sedikit isi pikiran: Normal
Perasaan inf. : tidak ada Perasaan berdosa/salah : tidak ada
Kecurigaan (belum taraf waham) : tidak ada
Lain-lain : tidak ada
Pemilikan Pikiran
Obsesi : tidak ada
Alienasi : tidak ada
Bentuk Pikiran
Autistik/dereistik ada Simbolik tidak ada
Paralogik tidak ada Simetrik tidak ada
Konkritisasi tidak ada Lain-lain tidak ada
Lain-lain : tidak ada
6. Keadaan Dorongan Instinktual dan Perbuatan
Abulia/Hipobulia tidak ada Vagabondage tidak ada
Stupor tidak ada Pyromania tidak ada
Raptus/Impulsivitas ada (alloanamnesis) Mannerisme tidak ada
Kegaduhan Umum ada (alloanamnesis) Autisme ada
Deviasi Seksual tidak ada Logore tidak ada
Ekopraksi tidak ada Mutisme tidak ada
Ekolalia tidak ada Lain-lain tidak ada
2

7. Kecemasan (anxiety) yang terlihat secara nyata (overt) (ada, tidak ada) tidak ada .
8. Reality Testing Ability terganggu pada pikiran, perasaan, dan perilaku .

Psikopatologi
Keadaan umum:
Compos mentis, perhatian adekuat, sikap kooperatif, ekspresi fasial wajar,
verbalisasi jelas, cara bicara lancar, kontak fisik-mata-verbal ada, tingkah laku
normoaktif.

Keadaan spesifik:
- Keadaan afektif: inappropriate
- Hidup emosi: stabil, terkendali, echt, bisa dirabarasakan
- Keadaan dan fungsi intelek: daya ingat baik, daya konsentrasi baik,
amnesia tidak ada, orientasi baik, discriminative judgement baik,
discriminative insight baik, taraf intelegensi sesuai, tidak ada kemunduran
intelektual.
- Kelainan sensasi dan persepsi: Halusinasi visual (+) melihat bayangan
merah, halusinasi auditorik (+) mendengar ada yang mengajak pasien
berbicara dan mengatakan bahwa ingim menjadi manusia dan masuk ke
badan pasien.
- Keadaan proses berpikir: waham curiga (+), bentuk pikiran autistik (+)
- Keadaan dorongan instinktual dan perbuatan: hipobulia tidak ada, autism
ada.
- Kecemasan (anxiety) yang terlihat secara nyata (covert) tidak ada.
- Reality Testing Ability (RTA) terganggu dalam pikiran, perasaan, dan
perilaku.

Psikoterapi:
- Terapi Individual:
Menjalin komunikasi yang baik dengan pasien agar dapat memotivasi dan memberikan
pemahaman yang baik terhadap pasien mengenai penyakitnya, sehingga pasien dapat
lebih percaya diri dan meningkat kualitas hidupnya. Kemudian dengan adanya
komunikasi yang baik juga dapat memotivasi pasien agar dapat meminum obat secara
teratur.
- Terapi Keluarga:
Memberi penjelasan yang bersifat komunikatif, informatif, dan edukatif tentang penyakit
pasien sehingga keluarga dapat menerima dan memahami keadaan pasien, serta
3

mendukung proses penyembuhannya dengan kontrol dan minum obat secara teratur,
mendukung psikologis pasien, dan mencegah kekambuhan.
- Terapi Lingkungan:
Membiarkan pasien berinteraksi sosial kembali dan meningkatkan komunikasi pasien
dengan orang-orang disekitarnya.
- Terapi Perilaku:
Memodifikasi perilaku yang dianggap aneh dalam masyarakat.
- Terapi Religius:
Bimbingan keagamaan agar pasien selalu menjalankan ibadah sesuai ajaran agama yang
dianutnya, yaitu menjalankan solat lima waktu, menegakkan amalan sunah seperti
mengaji, berzikir, dan berdoa kepada Tuhan YME.
- Terapi Okupasi:
Mengingatkan pasien dan keluarga agar pasien mencari aktivitas dan kesibukan, agar
pasien tidak banyak berdiam diri dirumah.

Anda mungkin juga menyukai