PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Frozen shoulder, atau adhesive capsulitis adalah suatu kelainan di mana terjadi
inflamasi pada kapsul sendi bahu, yaitu jaringan ikat disekitar sendi glenohumeral,
sehingga sendi tersebut menjadi kaku dan terjadi keterbatasan gerak dan nyeri yang
kronis.6
2
Otot-otot pada rotator cuff sangat penting pada pergerakan bahu dan menjaga
stabilitas sendi glenohumeral. Otot ini bermulai dari scapula dan menyambung ke
humerus membuat seperti cuff atau manset pada sendi bahu. Manset ini menjaga
caput humeri di dalam fossa glenoid yang dangkal.Otot-otot pada rotator cuff
menjada “ball” dalam “socket” pada sendi glenohumeral dan memberikan
mobilitas dan kekuatan pada sendi shoulder. Terdapat dua bursa untuk memberi
bantalan dan melingungi dari akromion dan memungkinkan gerakan sendi yang
lancar.
Saat terjadi abduksilengan, rotatorcuff memampatkan sendi glenohumeral,
sebuah istilah yang dikenal sebagai kompresi cekung (concavity compression),
untuk memungkinkan otot deltoid yang besar untuk terus mengangkat lengan.
Dengan kata lain, rotator cuff, caput humerus akan naik sampai sebagian keluar
dari fosa glenoid, mengurangi efisiensi dari otot deltoid.7,8
2.3 Epidemiologi
Nyeri pada bahu merupakan penyebab kelainan muskuloskletal tersering
ketiga setelah nyeri punggung bawah dan nyeri leher. Prevalensi dari frozen
shoulder pada populasi umum dilaporkan sekitar 2%, dengan prevalensi 11% pada
penderita diabetes.
Frozen shoulder dapat mengenai kedua bahu, baik secara bersamaan atau
berurutan, pada sebanyak 16% pasien. Frekuensi frozen shoulder bilateral lebih
sering pada pasien dengan diabetes dari pada yang tidak. Pda 14% pasien, saat
frozen shoulder masih terjadi pada suatu bahu, bahu kontralateral juga terpengaruh.
Frozen shoulder kontralateral biasanya terjadi dalam waktu 5 tahun onset penyakit.
Suatu relapse frozen shoulder pada bahu yang sama jarang terjadi.1
2.4 Etiologi
Frozen shoulder dapat terjadi akibat suatu proses idiopatic atau akibat kondisi
yang menyebabkan sendi tidak dapat digunakan. Idiopatic frozen shoulder sering
terjadi pada dekade ke empat atau ke enam.10
Rotator cuff tendinopati, bursitis subacromial akut, patah tulang sekitar collum
dan caput humeri, stroke paralitic adalah factor predisposisi yang sering
menyebabkan terjadinya frozen shoulder. Penyebab tersering adalah rotator cuff
tendinopati dengan sekitan 10% dari pasien degan kelainan ini akan mengalamai
3
frozen shoulder. Pasien dengan diabetes mellitus dan pasien yang tidak menjalani
fisioterapi juga memiliki resiko tinggi. Penggunaan sling terlalu lama juga dapat
menyebabkan frozen shoulder.
Frozen shoulder dapat terjadi setelah imobilisasi yang lama akibat trauma atau
operasi pada sendi tersebut. Biasanya hanya satu bahu yang terkena, akan tetapi
pada sepertiga kasus pergerkannya yang terbatas dapat terjadi pada kedua lengan.
Adapun beberapa teori yang dikemukakan AAOS tahun 2007 mengenai
frozen shoulder, teori tersebut adalah :4
a. Teori hormonal.
Pada umumnya Capsulitis adhesiveterjadi 60% pada wanita bersamaan dengan
datangnya menopause.
b. Teori genetik.
Beberapa studi mempunyai komponen genetik dari Capsulitis adhesive,
contohnya ada beberapa kasus dimana kembar identik pasti menderita pada
saat yang sama.
c. Teori auto immuno.
Diduga penyakit ini merupakan respon auto immuno terhadap hasil-hasil
rusaknya jaringan lokal.
d. Teori postur.
Banyak studi yang belum diyakini bahwa berdiri lama dan berpostur tegap
menyebabkan pemendekan pada salah satu ligamen bahu.
2.5 Patofisiologi
Patofisiologi frozen shoulder masih belum jelas, tetapi beberapa penulis
menyatakan bahwa dasar terjadinya kelainan adalah imobilisasi yang lama. Setiap
nyeri yang timbul pada bahu dapat merupakan awal kekakuan sendi bahu. Hal ini
sering timbul bila sendi tidak digunakan terutama pada pasien yang apatis dan pasif
atau dengan nilai ambang nyeri yang rendah, di mana tidak tahan dengan nyeri
yang ringan akan membidai lengannya pada posisi tergantung. Lengan yang imobil
akan menyebabkan stasis vena dan kongesti sekunder dan bersama-sama dengan
vasospastik, anoksia akan menimbulkan reaksi timbunan protein, edema, eksudasi,
dan akhirnya reaksi fibrosis. Fibrosis akan menyebabkan adhesi antara lapisan
bursa subdeltoid, adhesi ekstraartikuler dan intraartikuler, kontraktur tendon
subskapularis dan bisep, perlekatan kapsul sendi.7
4
Penyebab frozen shoulder mungkin melibatkan proses inflamasi. Kapsul yang
berada di sekitar sendi bahu menebal dan berkontraksi. Hal ini membuat ruangan
untuk tulang humerus bergerak lebih kecil, sehingga saat bergerak terjadi nyeri.
Penemuan makroskopik dari patofisiologi dari frozen shoulder adalah fibrosis
yang padat dari ligament dan kapsul glenohumeral. Secara histologik ditemukan
proliferasi aktif fibroblast dan fibroblas tersebut berubah menjadi miofibroblas
sehingga menyebabkan matriks yang padat dari kolagen yang berantakan yang
menyebabkan kontraktur kapsular. Berkurangnya cairan synovial pada sendi bahu
juga berkontribusi terhadap terjadinya frozen shoulder.
Pendapat lain mengatakan inflamasi pada sendi menyebabkan thrombine dan
fibrinogen membentuk protein yang disebut fibrin. Protein tersebut menyebabkan
penjedalan dalam darah dan membentuk suatu substansi yang melekat pada sendi.
Perlekatan pada sekitar sendi inilah yang menyebabkan perlekatan satu sama lain
sehingga menghambat full ROM. Kapsulitis adhesiva pada bahu inilah yang
disebut frozen shoulder.
Terdapat pula pendapat yang menyatakan adanya proses perrubahan vaskuler
pada frozen shoulder.5,7
2.8 Diagnosis
1. Anamnesis
Pada penderita didapatkan keluhan nyeri hebat dan atau keterbatasan lingkup
gerak sendi (LGS). Penderita tidak bisa menyisir rambut, memakai baju, menggosok
punggung waktu mandi, atau mengambil sesuatu dari saku belakang. Keluhan lain
pada dasarnya berupa gerakan abduksi-eksternal rotasi, abduksi-internal rotasi,
maupun keluhan keterbatasan gerak lainnya.7
2. Pemeriksaan Fisik
Capsulitis adhesive merupakan gangguan pada kapsul sendi, maka gerakan
aktif maupun pasif terbatas dan nyeri. Nyeri dapat menjalar ke leher lengan atas dan
punggung. Perlu dilihat faktor pencetus timbulnya nyeri. Gerakan pasif dan aktif
terbatas, pertama-tama pada gerakan elevasi dan rotasi interna lengan, tetapi
kemudian untuk semua gerakan sendi bahu.
Tes “appley scratch” merupakan tes tercepat untuk mengevaluasi lingkup
gerak sendi aktif pasien. Pasien diminta menggaruk daerah angulus medialis skapula
dengan tangan sisi kontralateral melewati belakang kepala (gambar 1). Pada
Capsulitis adhesive pasien tidak dapat melakukan gerakan ini. Bila sendi dapat
bergerak penuh pada bidang geraknya secara pasif, tetapi terbatas pada gerak aktif,
maka kemungkinan kelemahan otot bahu sebagai penyebab keterbatasan.
Nyeri akan bertambah pada penekanan dari tendon yang membentuk
muskulotendineus “rotatorcuff”. Bila gangguan berkelanjutan akan terlihat bahu
yang terkena reliefnya mendatar, bahkan kempis, karena atrofi otot deltoid,
supraspinatus dan otot “rotator cuff” lainnya.7
7
Gambar 1: Tes Appley scracth
3. Pemeriksaan Penunjang
Selain dibutuhkan pemeriksaan fisik, dalam mendiagnosa suatu penyakit juga
dibutuhkan suatu pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penujang dilakukan sesuai
dengan masing-masing penyakit. Pada Capsulitis adhesive pemeriksaan penunjang
yang dilakukan yaitu pemeriksaan radiologi (x-ray untuk menyingkirkan arthritis,
tumor, dan deposit kalsium) dan pemeriksaan MRI atau arthrogram (dilakukan bila
tidak ada perbaikan dalam waktu 6-12 minggu), dan pemeriksaan ultrasound.6
2.7 Penatalaksanaan
Medikamentosa
Penatalaksanaan dari frozen shoulder berfokus pada mengembalikan
pergerakan sendi dan mengurangi nyeri pada bahu. Biasanya pengobatan diawali
dengan pemberian NSAID dan pemberian panas pada lokasi nyeri, dilanjutkan
dengan latihan-latihan gerakan. Pada beberpa kasus dilakukan TENS untuk
mengurangi nyeri.
Langkahselanjutnyabiasanyamelibatkansatuatauserangkaiansuntikansteroid(sa
mpaienam) seperti Methylprednisolone. Pengobatan ini dapat perlu dilakukan
dalam beberapa bulan. Injeksi biasanya diberikan dengan bantuan radiologis, bisa
dengan fluoroskopi, USG, atau CT. Bantuan radiologis digunakan untuk
memastikan jarum masuk dengan tepat pada sendi bahu. Kortison injeksikan pada
sendi untuk menekan inflamasi yang terjadi pada kondisi ini. Kapsul bahu juga
dapat diregangkan dengan salin normal, kadang hingga terjadi rupture pada kapsul
untuk mengurangi nyeri dan hilangnya gerak karena kontraksi. Tindakan ini
8
disebut hidrodilatasi, akan tetapi terdapat beberapa penelitian yang meragukan
kegunaan terapi tersebut.Apabila terapi-terapi ini tidak berhasil seorang dokter
dapat merekomendasikan manipulasi dari bahu dibawah anestesi umum untuk
melepaskan perlengketan. Operasi dilakukan pada kasus yang cukup parah dan
sudah lama terjadi. Biasanya operasi yang dilakukan berupa arthroskopi.5,10
a. Terapi dingin 9
Modalitas terapi ini biasanya untuk nyeri yang disebabkan oleh cedera
muskuloskeletal akut. Demikian pula pada nyeri akut Capsulitis adhesivelebih baik
diberikan terapi dingin.
Efek terapi ini diantaranya mengurangi spasme otot dan spastisitas,
mengurangi maupun membebaskan rasa nyeri, mengurangi edema dan aktivitas
enzim destruktif (kolagenase) pada radang sendi. Pemberian terapi dingin pada
peradangan sendi kronis menunjukkan adanya perbaikan klinis dalam hal
pengurangan nyeri.
Adapun cara dan lama pemberian terapi dingin adalah sebagai berikut:
o Kompres dingin
Teknik: masukkan potongan – potongan es kedalam kantongan yang tidak
tembus air lalu kompreskan pada bagian yang dimaksud. Lama: 20 menit, dapat
diulang dengan jarak waktu 10 menit.
o Masase es
Teknik: dengan menggosokkan es secara langsung atau es yang telah
dibungkus. Lama: 5-7 menit. Frekuensi dapat berulang kali dengan jarak waktu
10 menit.
b. Terapi panas3,9
Efek terapi dari pemberian panas lokal, baik dangkal maupun dalam, terjadi
oleh adanya produksi atau perpindahan panas. Pada umumnya reaksi fisiologis
yang dapat diterima sebagai dasar aplikasi terapi panas adalah bahwa panas akan
meningkatkan viskoelastik jaringan kolagen dan mengurangi kekakuan sendi.
Panas mengurangi rasa nyeri dengan jalan meningkatkan nilai ambang nyeri
9
serabut-serabut saraf. Efek lain adalah memperbaiki spasme otot, meningkatkan
aliran darah, juga membantu resolusi infiltrat radang, edema, dan efek eksudasi.
Beberapa penulis menganjurkan pemanasan dilakukan bersamaan dengan
peregangan, dimana efek pemanasan meningkatkan sirkulasi yang bermanfaat
sebagai analgesik.Terapi panas dangkal menghasilkan panas yang tertinggi pada
permukaan tubuh namun penetrasinya kedalam jaringan hanya beberapa milimeter.
Pada terapi panas dalam, panas diproduksi secara konversi dari energi listrik atau
suara ke energi panas didalam jaringan tubuh. Panas yang terjadi masuk kejaringan
tubuh kita yang lebih dalam, tidak hanya sampai jaringan dibawah kulit (subkutan).
Golongan ini yang sering disebut diatermi, terdiri dari:
o Diatermi gelombang pendek (short wave diathermy = SWD)
o Diatermi gelombang mikro (microwave diathermy = MWD)
o Diatermi ultrasound (utrasound diathermy = USD)
PadaCapsulitis adhesive, modalitas yang sering digunakan adalah ultrasound
diathermy (US) yang merupakan gelombang suara dengan frekuensi diatas 17.000
Hz dengan daya tembus yang paling dalam diantara diatermi yang lain. Gelombang
suara ini selain memberikan efek panas/ termal, juga ada efek nontermal/ mekanik/
mikromasase, oleh karena itu banyak digunakan pada kasus perlekatan jaringan.
Frekuensi yang dipakai untuk terapi adalah 0,8 dan 1 MHz. Dosis terapi 0,5-4
watt/cm2, lama pemberian 5-10 menit, diberikan setiap hari atau 2 hari sekali. US
memerlukan media sebagai penghantarannya dan tidak bisa melalui daerah hampa
udara.Menurut penelitian, medium kontak yang paling ideal adalah gel.
Efek US padaCapsulitis adhesive :
Meningkatkan aliran darah
Meningkatkan metabolisme jaringan
Mengurangi spasme otot
Mengurangi perlekatan jaringan
Meningkatkan ekstensibilitas jaringan.
Modalitas lain yang digunakan adalah short wave diathermy. Disini digunakan
arus listrik dengan frekuensi tinggi dengan panjang gelombang 11m yang diubah
menjadi panas sewaktu melewati jaringan.Pada umumnya pemanasan ini paling
banyak diserap jaringan dibawah kulit dan otot yang terletak dipermukaan.
10
c. Elektrostimulasi : TENS (Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation)3
Modalitas terapi fisik ini dapat dipergunakan untuk nyeri akut maupun nyeri
kronis, dan sering digunakan untuk meredakan nyeri pada Capsulitis adhesive.
Untuk peletakan elektroda dan pemilihan parameter perangsangan sampai
sekarang masih lebih banyak bersifat seni dan subyektif. Namun peletakkan
elektrode harus tetap berdasarkan pengetahuan akan dasar-dasar anatomi dan
fisiologi. Letak elektroda yang biasa dipilih yaitu: daerah paling nyeri, dermatom
saraf tepi, motor point, trigger point, titik akupuntur.
Stimulasi dapat juga disertai dengan latihan. Misalnya keterbatasan gerak
abduksi, elektrode aktif (negatif) ditempatkan pada tepi depan aksila dan elektroda
kedua diletakkan pada bahu atau diatas otot deltoid penderita. Pasien berdiri
disamping sebuah dinding dan diminta meletakkan jari-jarinya pada permukaan
dinding. Pada saat stimulasi, jari-jari tangan pasien diminta untuk berjalan ke atas
di dinding tersebut. Lama pemberian stimulasi bervariasi dari 30 menit sampai
beberapa jam dan dapat dilakukan sendiri oleh penderita. Angka keberhasilan
untuk menghilangkan nyeri bervariasi dari 25% sampai 80–95%.
d. Latihan
Merupakan bagian yang terpenting dari terapi Capsulitis adhesive. Pada
awalnya latihan gerak dilakukan secara pasif terutama bila rasa nyeri begitu berat.
Setelah nyeri berkurang latihan dapat dimulai dengan aktif dibantu. Rasa nyeri
yang timbul pada waktu sendi digerakkan baik secara pasif maupun aktif
menentukan saat dimulainya latihan gerak. Bila selama latihan pasif timbul rasa
nyeri sebelum akhir pergerakan sendi diduga masih fase akut sehingga latihan
gerakan aktif tidak diperbolehkan. Bila rasa nyeri terdapat pada akhir gerakan yang
terbatas, berarti masa akut sudah berkurang dan latihan secara aktif boleh
dilakukan. Pada latihan gerak yang menimbulkan/ menambah rasa nyeri, maka
latihan harus ditunda karena rasa nyeri yang ditimbulkan akan menurunkan lingkup
gerak sendi. Tetapi bila gerakan pada latihan tidak menambah rasa nyeri maka
kemungkinan besar terapi latihan gerak akan berhasil dengan baik. Latihan gerak
dengan menggunakan alat seperti shoulder wheel , overhead pulleys, finger ladder,
dan tongkat merupakan terapi standar untuk penderita frozen shoulder.9
11
Gambar 2 : shoulder wheel
12
ekstensi). Makin lama makin jauh gerakannya, kemudian gerakan kesamping,
dilanjutkan gerakan lingkar (sirkuler) searah maupun berlawanan arah dengan
jarum jam. Pemberian beban pada latihan pendulum akan menyebabkan otot
memanjang dan dapat menimbulkan relaksasi pada otot bahu.
13
fleksi dan abduksi. Penderita berdiri menghadap dinding dengan ujung jari-jari
tangan sisi yang terkena menyentuh dinding. Lengan bergerak keatas dengan
menggerakkan jari-jari tersebut (untuk fleksi bahu). Untuk gerakan abduksi
dikerjakan dengan samping badan menghadap dinding.3
Bursitis Subacromialis
Bursitus subacromialis merupakan peradangan dari bursa sub acromialis, keluhan
utamanya adalah tidak dapat mengangkat lengan ke samping (abduksi aktif), tetapi
sebelumnya sudah merasa pegal-pegal di bahu. Lokasi nyeri yang dirasakan adalah
pada lengan atas atau tepatnya pada insertion otot deltoideus di tuberositas
deltoidea humeri. Nyeri ini merupakan nyeri rujukan dari bursitis sub acromialis
yang khas sekali, ini dapat dibuktikan dengan penekanan pada tuberkulum humeri.
Tidak adanya nyeri tekan berarti nyeri rujukan.
Pada pemeriksaan fisik dijumpai adanya “Panfull arc sub acromialis” 700-1200,
tes fleksi siku melawan tahanan pada posisi fleksi 900 terjadi rasa nyeri.
15
Pemeriksaan Spesifik
a. Yergason’s Test.
Tes ini dilakukan untuk menentukan apakah tendon otot biceps dapat
mempertahankan kedudukannya di dalam sulkus intertuberkularis atau tidak.
Pemeriksaan ini dilakukan dengn meminta pasien untuk memfleksikan elbow
sampai 90 dan supinasi lengan bawah dan stabilisasi pada thoraks yang
berlawanan dengan pronasi lengan bawah. Pasien diminta untuk melakukan
gerakan lateral rotasi lengan melawan tahanan.
Hasil positif jika ada tenderness di dalam sulcus bicipitalis atau tendon ke luar
dari sulcus, ini merupakan indikasi tendinitisbicipitalis.
b. Speed Test
Pemeriksa memberikan tahanan pada shoulder pasien yang berada dalam posisi
fleksi, secara bersamaan pasien melakukan gerakan supinasi lengan bawah dan
ekstensi elbow.
16
Tes ini positif apabila ada peningkatan tenderness di dalam sulcus bicipitalis
dan ini merupakan indikasi tendinitis bicipitalis.
17
ini. Bila pasien tidak dapat melakukan karena adanya nyeri maka ada
kemungkinan terjadi tendinitis rotator cuff..
Internal rotasi dan adduksi
Pasien diminta untuk menyentuh angulus inferior scapula dengan sisi
kontralateral, bergerak menyilang punggung. Pada penderita frozen
shoulder akibat capsulitis adhesiva biasanya tidak bisa melakukan gerakan
ini. Pada pemeriksaan ini didapatkan hasil bahwa tangan pasien tidak
mampu menyentuh angulus inferior scapula kiri dikarenakan adanya rasa
nyeri pada daerah bahu kirinya.
18
2.10 Komplikasi
Pada kondisi capsulitis adhesive yang berat dan tidak mendapat penanganan yang
tepat dalam jangka waktu yang lama akan menimbulkan problematic yang lebih
berat antara lain kekakuan sendi bahu, kecenderungan terjadinya penurunan
kekuatan otot – otot bahu, potensial terjadinya deformitas pada sendi bahu, dan
adanya gangguan AKS (Aktivitas Kehidupan Sehari-hari).2
2.11 Prognosis
Pasien dengan frozen shoulder bisa sembuh, namun sebagian besar penderita
frozen shoulder kehilangan sebagian fungsi gerak dari sendi bahu.8
2.12 Edukasi
Edukasi yang diberikan pada pasien dengan kondisi frozen shoulder antara
lain : (1) pasien diminta melakukan kompres hangat ± 15 menit pada bahu yang
sakit untuk mengurangi rasa nyeri yang timbul, (2) pasien dianjurkan agar tetap
menggunakan lengannya dalam batas toleransi pasien untuk menghindari posisi
immobilisasi yang lama yang dapat memperburuk kondisi frozen shoulder, (3)
latihan merambatkan jari lengan yang sakit ke dinding (walking finger), (4)
menghindari posisi menetap yang lama yang dapat memicu rasa nyeri.
19
BAB III
KESIMPULAN
1. Frozen shoulder, atau juga sering disebut sebagai adhesive capsulitis, merupakan
suatu kelainan di mana terjadi inflamasi pada kapsul sendi bahu, yaitu jaringan ikat
disekitar sendi glenohumeral, sehingga sendi tersebut menjadi kaku dan terjadi
keterbatasan gerak dan nyeri yang kronis.
2. Frozen shoulder dapat terjadi akibat suatu proses idiopatic atau akibat kondisi yang
menyebabkan sendi tidak dapat digunakan.
3. Frozen shoulder dapat terjadi setelah imobilisasi yang lama akibat trauma atau
operasi pada sendi tersebut.
4. Frozen shoulder dibagi dalam 3 tahapan yaitu, pain, stiffness, recovery.
5. Penatalaksanaan pada frozen shoulder adalah terapi medikamentosa dan penanganan
rehabilitasi medik
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Binder Al, Bulgen Dy, Hazleman, Roberts S. 1984. Frozen Shoulder : A Long Term
Prospective Study. Ann Rheum Dis. 43(3): 301-4
2. Carolyn TW. Physical Therapy Frozen Shoulder. 23 September 2015. Available from
: http://www.physicaltherapyjournal.com/content/66/12/1878.full.pdf
3. Harso S. 2010. BST Frozen Shoulder. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta :
Yogyakarta.
4. Keith, Strange. 2010. Passive Range of Motion and Codmans Exercise. American
Academy of Orthopedics Surgeons.
5. Patient Information Guide Frozen ShoulderSyndrome (Adhesive Capsulitis) in
Seacost Orthopedics & Sports Medicine. Available online at :
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=rja&u
act=8&ved=0CCoqfjac
6. Ph Laubhscher. 2009. Frozen Shoulder. SA Orthopedy Journal South Afrika.
Available from : http://shoulder.co.za/content/stoj%20frozen%20shoulder.pdf
7. Priguna, Sidharta. 2003. Sakit Neuromuskuloskeletal dalam Praktek Umum. Fakultas
Kedokteran Indonesia: Jakarta.
8. Setianing, Retno., Kusumawati, K., Siswarni. 2011. Pelatihan Ketrampilan Medis
Pemeriksaan Muskuloskeletal Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Medk .
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta: Surakarta.
9. Sianturi, Golfried. 2008. Studi Komparatif Injeksi dan Oral Triamnicolone Acetonide
pada sindroma Frozen Shoulder. Semarang.
10. William E, Morgan, DC& Sarah Ptthoff, DC. Managing the Frozen Shoulder.
Available online at : http://drmorgan.info/data/documents/frozen-shoulder-ebook.pdf
diakses tanggal 24 September 2015.
21