3. Mood afek
Fungsional : identik dengan gangguan
4. Proses pikir : bentuk, arus, isi
mental murni
5. Persepsi
(Skizofrenia, skizoafektif, bipolar) 6. Dorongan instingtual
Psikotik 7. Perilaku psikomotor selama wawancara
Non fungsional : identik berhubungan
dengan gangguan organik Kesan Umum : melihat pasien secara keseluruhan
(Dementia, alzeimer, delirium) (penampilan, perilaku & aktivitas psikomotor, sikap thdp pemeriksa)
- Penampilan wajar/tidak (dinilai berdasar keadaan umum
Hendaya berat dalam menilai realita (RTA) pada suatu tempat berdasar tingkat pendidikan, adat istiadat,
(awareness, insight/tilikan, judgement) norma, aturan)
- Roman muka (sedih/bahagia)
Gangguan fungsi mental yang - Kontak verbal (cukup/kurang)
Trias dipresentasikan dalam gejala + dan - - Kontak visual (cukup/kurang)
Psikotik Hendaya fungsi keseharian dan sosial Kesadaran : identik dengan orientasi waktu, tempat orang
(distress : bisa melakukan kegiatan tapi tidak
tuntas - Bila ada yang mengalami kelainan/kegagalan disebut
disability : benar-benar tidak bisa melakukan disorientasi W/T/O
kegiatan) - Bila ada disorientasi, selalu curiga mengarah ke gangguan
mental organik
Tilikan ada 6 : - Kesadaran bisa fluktuatif : naik turun
1. Denial / tidak merasa sakit
2. Ambivalensi Mood afek : mood adalah perasaan yang ada dan menetap dalam diri
3. Menyalahkan faktor lain pasien, afek adalah yang dinilai oleh pemeriksa
4. Tahu sakit dan butuh bantuan, tp tidak tahu penyebabnya Mood dibagi menjadi 3 : diatas normal (marah dan senang), normal,
(sakit tidak berobat) di bawah normal (sedih)
5. Tahu sakit, penyebab, dan cara pengobatannya; tapi tidak tahu Irritable Marah, ada rangsangan
cara aplikasinya Labil Marah, Tidak ada rangsangan
6. Tahu sakit, penyebab, cara pengaplikasian pengobatannya Ekstasia Tk. kesenangan paling tinggi,
Gejala : (+) gejala yang tidak ada pada orang normal tp ada pada Elasi Banyak bicara identik dg. Bipolar
pasien (waham, halusinasi, disorganized) Euphoria Senang ditunjukkan dg tindakan
(-) gejala yang ada pada orang normal tapi tdak ada pada Hipertimik Senang sedikit tanpa tindakan
pasien (afek tumpul, anhedon, avoid, abulia, anenergi) 5A Eutimik Normal
Distimik Sedikit sedih
Status psikiatri : Perasaan jenuh & tidak nyaman
Disforia
1. Kesan umum Identik membentuk koma (alis, mata, bibir)
Depresif
2. Kesadaran
Di luar mood yang ada di atas, ada mood aleksitimia : tidak f. Sirkumstansial : kata-kata muter-muter dulu baru
meningkat/normal/menurun, tidak mampu mengungkapkan emosi menjawab pertanyaan
dan perasaanya - Cluster bunyi
Afek bila diurutkan dari paling bawah : a. Clang association : kalimatnya membentuk rima
- Datar : lebih parah dari afek tumpul, kehilangan kemampuan b. Verbigerasi : kata-katanya diulang
ekspresi c. Preservasi : kalimatnya diulang (spok)
- Tumpul : penurunan intensitias tonus perasan yang d. Neologisme : membuat kata baru
diungkapkan (ada ekspresi sedikit di ujung bibir) - Psikomotor
- Menyempit : ekspresi terbatas, senang sebentar lalu diam lagi a. Blocking : bicara lalu tiba-tiba diam
- Meluas : afek pada rentang normal, ekspresi emosi luas b. Mutism : tidak mau bicara
- Sesuai mood dan afek c. Logore : banyak bicara
Kesesuaian : Isi pikir : apa yang dipikirkan
- Appropriate : mood dan afek selaras - Waham : keyakinan yang salah, diyakini kebenarannya, tidak
- Inappropriate : mood dan afek tidak selaras bisa terpatahkan
- Adequate : appropriate / inappropriate dan yakin seyakinnya - Ide : keyakinan yang salah dan bisa dipatahkan
- Inadequate : tidak yakin pada mood dan afek - Preokupasi : keinginan yang terpusat di dalam kepala tapi
tidak ingin dilakukan
Proses pikir - Obsesi : pikiran berulang yang menetap dan benar-benar
Bentuk pikir : kesimpulan dari arus dan isi pikir diinginkan
- Logis realis : apa yang disampaikan masuk akal dan mungkin Miskin isi pikir : pikiran yang hanya menghasilkan sedikit
terjadi informasi karena ketidakjelasan pengulangan yang kosong, atau
- Logis non realis : masuk akal dan tidak mungkin terjadi frasa yang tidak dikenal
- Non logis non realis : tidak masuk akal dan tidak mungkin
terjadi Persepsi : proses perubahan rangsang yang didapat menjadi
- Autistic : tidak bisa dipahamai (skizofrenia heberfenik) informasi psikologis
Arus pikir : cara pasien mengungkapkan - Halusinasi : tidak ada impuls eksternal yang nyata,
- Cluster berdasar suku kata dan katanya dikhayalkan sebagai hal yang nyata (tidak ada impuls, tapi
a. Irrelevan : apa yang disampaikan tidak nyambung dengan sensoriknya bekerja)
pertanyaan - Ilusi : persepsi yang keliru dari impuls eksternal yang nyata
b. Inkoherensia : kata-katanya tidak membentuk kalimat (ada impuls tapi ditangkapnya salah atau menyimpang)
(spok) - Depersonalisasi : perasaan subyektif dengan gambaran
c. Asosiasi longgar : antar kalimat tidak bisa membentuk seseorang mengalami atau merasa dirinya tidak nyata
paragraph merasa salah terhadap dirinya, dirinya bukanlah dirinya
d. Flight of ideas : paragraph sudah terbentuk tapi (bedanya dengan waham adalah kalo depeersonalisasi
merupakan 2 ide berbeda (pikiran yang sangat cepat, menyebut nama, waham menyebut pekerjaan)
mudah berpindah dari 1 ide ke ide lainnya) - Derealisasi : perasaan subyektif bahwa lingkungannya tidak
e. Tangensial : kata-kata muter-muter tanpa menjawab nyata lingkungan yang dirasa salah
pertanyaan - Pseudohalusinasi : halusinasi yang terbatas pada perasaan
tanpa melibatkan panca indera
Dorongan instingtual : identik dengan keseharian
- Insomnia : gangguan tidur
a. Tidak bisa memulai tidur/early : orang cemas
b. Sulit mempertahankan tidur/middle : campuran cemas
dan depresi
c. Bangun terlalu cepat dan tidak bisa tidur lagi/late :
depresi
d. Campuran : psikotik
- Hipobulia : gangguan merawat diri termasuk sandang,
pangan, papan
- Raptus : dorongan untuk mengungkapkan marahnya
Psikomotor
- Menurun
a. Hipokinesia : aktivitas motoric menurun
b. Stupor katatonik : penurunan aktivitas motorik tanpa
menyadari lingkungan sekitar
c. Katalepsi : tidak bergerak lama
d. Fleksibilitas cerea : mempertahankan posisi yang dibuat
orang lain, seperti lilin
e. Bradikinesia : keterlambatan gerak anggota tubuh
f. Akinesia : gerakan sangat terbatas
g. Katapleksia : tonus otot menghilang mendadak sejenak
- Meningkat
a. Hyperkinesia
b. Gaduh gelisah katatonik
c. Stereotype : gerakan salah satu anggota badan berulang
tanpa tujuan
d. Mannerism : stereotype terarah
e. Kompulsi : dorongan mendesak berulang untuk berbuat
sesuatu
f. Ekopraksia : meniru gerakan seseorang oleh orang lain
secara patologis
g. Otomatisme : tindakan secara otomatis yang
melambangkan aktivitas simbolik bawah sadar
PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL DAN POLA ASUH
Menurut Eric Erickson ada 8 tahap yang saling berurutan sepanjang - Melakukan sesuatu untuk memastikan generasi penerus di
hidup : masa depan
Tahap 1 : Trust vs Mistrust (0-1 tahun) - Berhasil keterampilan ego yang diperoleh yaitu perhatian
- Bayi berusaha mendapat pengasuhan dan kehangatan - Gagal memiliki pandangan generative yaitu perasaan hidup
- Ibu berhasil anak mampu mempercayai dan tidak berharga dan bosan
mengembangkan asa Tahap 8 : Ego Integrity vs Desire (masa dewasa akhir >60 tahun)
- Tidak terselesaikan kesulitan percaya orang lain - Mengingat masa lalu, melihat makna, ketentraman, integritas
Tahap 2 : Autonomy vs Shame and Doubt (1-3 tahun) - Keberhasilan masa lalu menyenangkan
- Anak belajar bahwa dirinya memiliki kontrol atas tubuhnya - Kegagalan masa lalu muncul rasa putus asa
- Diajarkan untuk mengkontrol keinginannya untuk melatih
otonomi dan menyesuaikan diri dengan aturan sosial Pola asuh dalam perkembangan psikososial :
Tahap 3 : Initiative vs Guilt (3-6 tahun) Pola asuh otoriter
- Anak belajar merencanakan dan melakukan tindakan - Membatasi dan menuntut mengikuti perintah orang tua tanpa
- Berhasil anak memiliki tujuan hidup menjelaskan alasannya
- Gagal anak takut mengambil inisiatif atau keputusan - Sifat anak : cenderung curiga pada orang lain, tidak bahagia
karena takut berbuat salah, rasa percaya diri rendah, tidak dengan dirinya, canggung berhubungan dengan teman
mau mengebangkan harapan sebaya, prestasi belajar rendah
Tahap 4 : Industry vs Inferiority (6-12 tahun) - Agresif, impulsive, pemurung, kurang mampu konsentrasi
- Belajar memperoleh kesenangan dan kepuasan dari Pola asuh demokratis
menyelesaikan tugas - Memperlakukan anak sesuai tingkat perkembangan dan
- Berhasil dapat memecahkan masalah, bangga terhadap mempertimbangkan keinginan anak
diri sendiri, kompetisi - Paling baik
- Gagal tidak dapat menemukan solusi positif, tidak mampu - Anak mengetahui alasan aturan tersebut dan boleh
mencapai yang diraih temannya, merasa inferior mengutarakan perasaannya
Tahap 5 : Identity vs Role Confusion (12-18 tahun) - Sifat anak : mampu bergaul dengan teman sebaya, memiliki
- Perubahan fisik dan jiwa seperti orang dewasa moral standar, kematangan psikologis, rasa harga diri tinggi
- Masa standardisasi diri untuk mencapai identitas seksual, Pola asuh permisif
umur, kegiatan - Anak dituntut sedikit sekali tanggung jawab, tapi memiliki hak
- Peran orang tua sebagai perlindungan dan nilai utama akan yang sama seperti orang dewasa
menurun, teman sebaya yang memiliki peran penting - Anak dibebaskan untuk melakukan apa saja yang diinginkan
Tahap 6 : Intimately vs Isolation (masa muda dewasa 20-30 tahun) sehingga mengharapkan semua keingannya dituruti
- Mempelajari cara berinteraksi secara lebih mendalam - Acceptance orang tua tinggi namun kontrolnya rendah
- Berhasil keterampilan ego yang diperoleh yaitu cinta - Sifat anak : kurang percaya diri, pengendalian diri buruk, rasa
- Gagal tidak mampu membentuk ikatan sosial yang kuat harga diri rendah
Tahap 7 : Generativity vs Stagnation (masa dewasa menengah 45-50
tahun)
- Memberikan balasan kepada dunia
DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Tujuan : a. Avoidan : menghindari kegiatan yang melibatkan kontak
- Mencakup informasi yang komprehensif sehingga dapat interpersonal, takut ditolak pada situasi sosial
membantu dalam pencapaian terapi dan meramalkan b. Dependen : susah membuat keputusan tanpa saran orang
outcome atau prognosis lain, kesulitan mengekspresikan
- Format yang “mudah” dan “sistematis” sehingga membantu c. Obsesif kompulsif : detail, tertata, rapih, perfeksionis
dalam :
a. Menata dan mengkomunikasikan informasi klinis Mekanisme Pertahanan Ego
b. Menangkap kompleksitas situasi klinis - Mature
c. Menggambarkan heterogenitas individu dengan diagnosis a. Altruism : mengorbankan diri sendiri untuk kepentingan
klinis somatic orang lain tanpa merugikan diri sendiri
- Memacu penggunaan model biopsikososial b. Antisipasi : mampu menghadapi kecemasan dengan
membuat rencana yang positif
Aksis I : Gangguan klinis dan kondisi lain yang menjadi fokus c. Asceticism : mampu mengendalikan diri bila mendapat
perhatian klinis musibah atau kegembiraan
Aksis II : Gangguan kepribadian dan retardasi mental d. Humor : bentuk pengalihan yang mengalihkan perhatian
Aksis III : Kondisi medis umum dan penggunaan NAPZA dari masalah afektif (membuat humor agar orang lain
Aksis IV : Masalah psikososial dan lingkungan tertawa tanpa menyinggung dan menyakiti hati orang lain)
Aksis V : Penilaian fungsi secara global e. Sublimasi : nafsu yang tidak terpenuhi disalutkan pada
kegiatan lain yang diterima oleh masyarakat (olahraga,
Ciri Kepribadian pendidikan, kesenian)
- Cluster A (mad) f. Supresi : melupakan kekecewaan atau kegagalan yang
a. Paranoid : curiga dan tidak mudah percaya pada orang dihadapi dengan penuh kesadaran (menerima realita dan
lain, ketakutan tidak berdasar ikhlas)
b. Schizoid : suka menyendiri, tidak merasa senang g. Kompensasi : menutupi kelemahan dengan menonjolkan
beraktivitas, sikap dingiin atau afek datar sifat yang baik
c. Skizotipal : waham, berpikir magis, pemikiran dan bicara - Immature :
aneh a. Acting out : mengurangi kecemasan yang dibangkitkan
- Cluster B (bad) oleh berbagai keinginan terlarang dengan membiarkan
a. Anti sosial : gagal atau tidak mampu bergaul dengan ekspresinya dan melakukannya (membanting piring,
sekitar, mudah marah, agresif membanting pintu, dll)
b. BPD : gangguan identitas, perilaku membahayakan diri, b. Blocking : emosinya dihadang (berdiam diri atau
mood tidak stabil, usaha menghindari kenyataan mematung)
c. Histrionik : senang menjadi pusat perhatian, penampilan c. Hipokondriasis : mengalihkan pada keluhan fisik
mudah berubah, ekspresi berlebih, mendramatisasi diri d. Introyeksi : menyalahkan diri sendiri
d. Narsistik : merasa dirinya “special”, butuh pujian berlebih, e. Pasif agresif : melakukan permusuhan diam-diam atau
empati rendah, arogan menyerang secara pasif
- Cluster C (sad)
f. Regresi : sikapnya tidak sesuai dengan keadaan sekarang k. Rasionalisasi : membuat lebih masuk akal dan dapat
dengan kembali seperti pada fase anak-anak diterima
(mengompol, menghisap jari, berbicara seperti bayi) l. Reaksi formasi : bertahan dengan mengganti impuls yang
g. Fantasi : memuaskan keinginan dalam bentuk imajinasi menimbulkan kecemasan
h. Somatisasi : mengalihkan situasi pada keluhan fisik m. Seksualisasi : obyek atau fungsi ditempel dengan
i. Identifikasi : menyamakan dirinya dengan orang atau hal kepentingan seksual yang tidak dimiliki sebelumnya
yang dikagumi n. Pelepasan : meniadakan pikiran / kecenderungan /
j. Proyeksi : menyalahkan hal atau orang lain tindakan yang disetujui (e.g. suami berselingkung
- Narsistik : membeli banyak hadiah untuk istrinya)
a. Denial : menolak atau tidak mau menerima kenyataan
yang dihadapi Global Assessment of Functioning (GAF) Scale
b. Distorsi : realitas dikaburkan untuk memenuhi keinginan - 100-91 : gejala tidak ada, berfungsi maksimal, tidak ada
internal sehingga timbul waham / halusinasi / ilusi masalah yang tak tertanggulangi
c. Idealisasi primitive : objek eksternal memilki kekuatan - 90-81 : gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih
besar dari masalah harian yang biasa
d. Identifikasi proyektif : aspek yang tidak diinginkan dari diri - 80-71 : gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan
sendiri diendapkan pada orang lain dalam sosial, pekerjaan, sekolah, dll
e. Pembelaan : objek eksternal dapat menjadi “baik” atau - 70-61 : beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan
“jahat” dalam fungsi, secara umum masih baik
- Neurotic : - 60-51 : gejala sedang (moderate), disabilitas sedang
a. Controlling : tingkah laku suka mengawasi atau - 50-41 : gejala berat (serious), disabilitas berat
mengkontrol orang lain dan lingkungan untuk - 40-31 : beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita
kepentingan diri sendiri dan komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsi
b. Penyekatan emosional : mengurangi keterlibatan - 30-21 : disabilitas berat dalam komunikasi dan daya nilai,
emosional dalam berbagai macam bentuk tidak mampu berfungsi hampir semua bidang
c. Isolasi : mengasingkan diri - 20-11 : bahaya mencederai diri/orang lain, disabilitas sangat
d. Intelektualisasi : proses intelektual berlebihan berat dalam komunikasi dan mengurus diri
e. Disosiasi : modifikasi sementara yang drastic - 10-01 : seperti di atas persisten dan lebih serius
f. Displacement : memindahkan obyek emosi pada orang - 0 : informasi tidak adekuat
lain (e.g. anak dimarahi ibunya lalu memukul adiknya)
g. Represi : penekanan ke alam tak sadar karena Axis I : Diagnosis psikiatri (F . . .)
mengancam keamanan ego (e.g. melupakan kejadian
traumatis) Axis II : Ciri Kepribadian dan MPE
h. Simpatisme : berusaha mendaat simpati dengan Axis III : Penyakit fisik dan penggunaan napza
menceritakan kesusahannya Axis IV : Stressor
i. Eksternalisasi : merasakan kepribadian sendiri pada
Axis V : GAF saat ini dan GAF 1 tahun terakhir
dunia luar
j. Inhibisi : pembatasan atau penolakan fungsi ego
GANGGUAN MENTAL ORGANIK
Merupakan gangguan mental yang berkaitan dengan - Tidak ada serangan apoplektik mendadak, atau gejala
penyakit/gangguan sistemik atau otak yang dapat didiagnosis neurologic kerusakan otak fokal seperti hemiparesis,
tersendiri. hilangnya daya sendorik, defek lapang pandang mata,
Gambaran utama : inkoordinasi yang terjadi dalam masa dini dari gangguan itu
- Gangguan fungsi kognitif : daya ingat (memory), daya pikir
(intellect), daya belajar (learning) Demensia pada penyakit Alzheimer onset dini
- Gangguan sensorium : gangguan kesadaran (consciousness), - Demensia yang onsetnya sebelum usia 65 tahun
gangguan perhatian (attention) - Perkembangan gejala cepat dan progresif
- Sindrom dengan manifestasi yang menonjol dalam bidang : - Riwayat keluarga yang berpenyakit Alzheimer (faktor yang
persepsi (halusinasi), isi pikiran (Waham/delusi), suasana menyokong tp tidak harus dipenuhi)
perasaan dan emosi (depresi, gembira, cemas)
Gangguan mental organik : Demensia pada penyakit Alzheimer onset lambat : sama seperti di
a. Demensia : pada penyakit Alzheimer, vascular, pada peyakit atas, namun onset sesudah usia 65 tahun dan perjalanan penyakit
lain, YTT lambat disertai gangguan daya ingat
b. Sindrom amnesik
c. Delirium : tidak bertumpang tindih dengan demensia, Demensia pd penyakit Alzheimer tipe tak khas atau tipe campuran :
bertumpang tindih dengan demensia tidak cocok untuk F00.0 atau F0.1, tipe campuran adalah dementia
Alzheimer + vaskuler
Demensia : sindrom akibat penyakit otak yang bersifat progresif,
terdapat gangguan fungsi luhur kortikal yang multipel, termasuk Demensia pada penyakit Alzheimer ytt
didalamnya daya ingat, daya pikir, orientasi, daya tangkap, berhitung,
kemampuan belajar, berbahasa, dan daya nilai, diawali kemerosotan Demensia Vascular
pengendalian emosi, perilaku sosial, atau motivasi hidup - Gejala demensia
Pedoman diagnostik : - Hendaya fungsi kognitif tidak merata, daya tilik diri (insight)
- Penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir hingga dan daya nilai (judgement) yang relative baik
mengganggu kegiatan harian seseorang (e.g. mandi, - Onset mendadak atau deteriorasi yang bertahap disertai
berpakaian, makan, kebersihan diri, bab, bak) gejala neurologis fokal. Pada beberapa kasus, penetapan
- Tidak ada gangguan kesadaran hanya dapat dilakukan dengan pemeriksaan ct-scan atau
- Paling sedikit selama 6 bulan pemeriksaan neuropatologis
Demensia Pada Penyakit Alzheimer Demensia vascular onset akut : terjadi secara cepat setelah
- Gejala demensia serangkaian stroke akibat thrombosis serebrovaskuler, embolisme,
- Onset bertahap (insidious) dengan deteriorasi lambat perdarahan, satu infark besar
- Tidak ada bukti klinis, atau temuan dari pemeriksaan khusus,
yang menyatakan bahwa kondisi mental itu dapat disebabkan Demensia multi-infark : onset lambat, setelah serangkaian episode
oleh penyakit otak atau sistemik lain yang menyebabkan iskemik minor yang menimbulkan akumulasi infark pada parenkim
demensia (e.g. hipotiroidisme, hiperkalsemia, def. vit B12) otak
Demensia vascular subkortikal : focus kerusakan akibat iskemia Sindrom amnesik organik, bukan akibat alkohol dan zat psikoaktif
pada substansia alba di hemisferi serebral, korteks serebri tetap lainnya
baik - Hendaya daya ingat (berkurangnya daya ingat jangka pendek),
amnesia antegrade dan retrograde, menurunnya kemampuan
Demensia vascular campuran kortikal dan subkortikal : dilihat dari untuk mengingat dan mengungkapkan pengalaman telah lalu
klinis, hasil autopsi, atau keduanya dalam urutan terbalik menurut kejadiannya
- Riwayat atau bukti nyata cedera atau penyakit pada otak
Demensia Pada Penyakit Lain - Tidak berkurangnya daya ingat segera, tidak ada gangguan
Demensia pada penyakit Pick perhatian dan kesadaran, tidak ada hendaya intelektual
- Gejala demensia progresif secara umum
- Gambaran neuropatologis berupa atrofi selektif dari lobus
frontalis yang menonjol disertai euphoria, emosi tumpul, Delirium, bukan akibat alkohol dan zat psikoaktif lainnya
perilaku sosial yang kasar, disinhibisi dan apatis atau gelisah - Gangguan kesadaran dan perhatian
a. Taraf kesadaran berkabut hingga koma
Demensia pada penyakit Creutzfedlt-Jakob b. Menurunnya kemampuan untuk mengarahkan,
- Demensia progresif yang merusak memusatkan, mempertahankan, mengalihkan perhatian
- Penyakit pyramidal dan ekstrapiramidal dengan mioklonus - Gangguan kognitif secara umum
- Elektroensefalogram yang khas (trifasik) a. Distorsi persepsi, ilusi, halusinasi (seringkali visual)
b. Hendaya daya pikir dan pengertian abstrak, dengan atau
Demensia pada penyakit Huntington tanpa waham yang bersifat sementara
- Ada kaitan antara gangguan gerakan koreiform, demensia, c. Hendaya daya ingat segera dan jangka pendek, namun
riwayat keluarga dengan penyakit Huntington daya ingat jangka panjang relative masih utuh
- Gerakan koreiform involunter, terutama pada wajah, tangan, d. Disorientasi W/T/O
bahun, cara berjalan khas - Gangguan psikomotor
- Gejala demensia ditandai gangguan fungsi lobus frontalis a. Hipo atau hiperaktivitas dan pengalihan aktivitas yang
pada tahap dini dengan daya ingat relative masih terpelihara tidak terduga
sampai saat selanjutnya b. Waktu bereaksi lebih panjang
c. Arus pembicaraan bertambah atau berkurang
Demensia pada penyakit Parkinson : demensia yang berkembang d. Reaksi terperanjat meningkat
pada orang dengan penyakit Parkinson yang sudah parah - Gangguan siklus tidur-bangun
a. Insomnia atau tidak tidur sama sekali atau terbaliknya
Demensia pada penyakit HIV : demensia yang berkembang pada siklus tidur bangun (tidur di siang hari, terjaga di malam
seseorang dengan penyakit HIV hari)
b. Gejala memburuk di malam hari
Demensia pada penyakit lain YDT YDK : demensia sebagai manifestasi c. Mimpi yang mengganggu atau mimpi buruk yang dapat
atau konsekuensi beberapa macam kondisi somatic dan serebral berlanjut menjadi halusinasi setelah bangun tidur
lainnya - Gangguan emosional : depresi, ansietas atau takut, lekas
marah, euphoria, apatis, rasa kehilangan akal
- Onset cepat, perjalanan penyakit hilang timbul sepanjang hari e. Kecepatan dan arus pembicaraan berubah dengan nyata,
berlangsung <6 bulan dengan gambaran berputar-putar, banyak bicara, dan
hipergrafia
Delirium, tak bertumpang tindih dengan demensia : delirium yang f. Perilaku seksual yang berubah
tidak bertumpang tindih dengan demensia yang sudah ada
sebelumnya
DEMENSIA DELIRIUM
Delirium, bertumpang tindih dengan demensia : kondisi yang ONSET Lambat (≥6 bulan) Cepat (<6 bulan)
memenuhi kriteria delirium tetapi terjadi saat sudah ada demensia DURASI Bulan s.d tahun Jam s.d minggu
ATENSI Dipertahankan/persisten Fluktuatif
Gangguan mental lainnya akibat kerusakan dan disfungsi otak dan DAYA INGAT Kelemahan daya ingat Kelemahan daya ingat
penyakit fisik jangka pendek semua
- Ada penyakit, kerusakan atau disfungsi otak, atau penyakit PEMBICARAAN Sulit menemukan kata2 Inkoheren
fisik sistemik yang berhubungan dengan salah satu sindrom
SIKLUS TIDUR Tidur terpecah Sering ada gangguan
mental
PIKIRAN Miskin Disorganisasi
- Ada hubungan waktu antara perkembangan penyakit yang
KESADARAN Tidak berubah Menurun
mendasari dengan timbulnya sindrom mental
- Kesembuhan dari ganguan mental setelah perbaikan atau KEWASPADAAN Normal Hipervigilensi/menurun
dihilangkannya penyebab yang mendasari DISARTRIA - Cepat
- Tidak ada bukti yang mengarah pada penyebab alternative HALUSINASI VISUAL - Ada
dari sindrom mental TREMOR - Ada
EEG Perubahan ringan Abnormalitas yang
Gangguan kepribadian dan perilaku akibat penyakit, kerusakan, dan menonjol sehingga
disfungsi otak muncul hiperaktivitas
- Riwayat yang jelas atau hasil pemeriksaan yang mantap fokal
menunjukkan adanya penyakit, kerusakan, atau disfungsi
PENUNJANG MMSE CAM
otak
- Disertai dua atau lebih gambaran berikut
a. Penurunan konsisten dalam kemampuan untuk MMSE cut off <24 maka abnormal
mempertahankan aktivitas yang bertujuan a. Mild : 20-25
b. Perubahan perilaku emosional, ditandai labilitas b. Moderate : 10-20
emosional, kegembiraan dangkal dan tak beralasan, c. Severe : 0-10
Skor MMSE : Range <21 ( odds dementia), >25 ( odds dementia)
mudah berubah menjadi iritabilitas atau cetusan amarah
Education 21 (abnormal for 8th grade), <23 (abnormal for
dan agresi sejenak
high school), <24 (abnormal for collage)
c. Pengungkapan kebutuhan dan keinginan tanpa Severity 24-30 (no cognitive impairment), 18-23 (mild
mempertimbangkan konsekuensi atau kelaziman sosial cognitive impairment), 0-17 (severe cognitive impairment)
d. Gangguan proses pikir, dalam bentuk curiga atau pikiran
paranoid, dan/atau preokupasi berlebihan pada satu tema
yang biasanya abstrak
GANGGUAN PENYALAHGUNAAN ZAT
Narkotika Zat adiktif
- Golongan I: hanya dipergunakan untuk kepentingan - Alkohol: menurut peraturan di Indonesia, golongan alkohol
pengetahuan karena berpotensi tinggi menyebabkan ada 3:
ketergantungan. Contohnya: Heroin (depresan), kokain A: kadar alkohol 1-5%, contohnya bir
(stimulan), dan cannabis/ganja. B: kadar alkohol 5-20%, contohnya wine dan martini
- Golongan II: dapat digunakan untuk terapi dan untuk C: kadar alkohol 20-55%, contohnya whiskey, brandy, dan
pengetahuan, namun tetap memiliki potensi tinggi tequila.
menyebabkan ketergantungan. Contohnya: Morphine - Kafein, pada kopi dan minuman berenergi (kratingdaeng,
(analgetik untuk pasien pasca-op) dan pethidine (analgetik). redbull)
- Golongan III: dapat digunakan untuk pengobatan dan - Nikotin
pengetahuan, berpotensi rendah menyebabkan - Inhalant, seperti toluena, bensin, dan gas nitro oksida.
ketergantungan. Contohnya: kodein (obat batuk).
Istilah-istilah pada penyalahgunaan obat :
Psikotropika - Dependensi (ketergantungan) : pemakaian obat atau zat
a. Golongan I: tidak digunakan untuk pengobatan, hanya untuk secara berulang, baik dengan atau tanpa ketergantungan fisik
ilmu pengetahuan karena berpotensi tinggi menyebabkan (physical dependence)
ketergantungan dan menyebabkan halusinasi (halusinogen). - Penyalahgunaan (abuse) : penggunaan obat secara mandiri,
Contohnya: mescaline, psilobycin pada jamur tahi sapi, LSD tanpa resep dokter, yang menyimpang dari aturan sosial dan
(lysergic acid diethylamide), dan MDMA/ecstasy (4-methylen medis yang berlaku
dioxyamphetamine). - Salah pemakaian (misuse) : penggunaan obat yang tidak
b. Golongan II: dapat digunakan untuk terapi, berpotensi tinggi sesuai resep dokter. misalnya harusnya minum 2 kali sehari,
menyebabkan ketergantungan, merupakan stimulant. malah diminum 4 kali sehari
Contohnya: amphetamine, methamphetamine, phencyclidine, - Adiksi (kecanduan) : penggunaan obat/zat secara kompulsif
secobarbital, dan methylphenidate (untuk ADHD). (berulang) dan dosisnya semakin meningkat
c. Golongan III: digunakan untuk terapi, bersifat sedatif- - Intoksikasi : karena penggunaan dengan dosis berlebihan
hipnotik. Contohnya: amobarbital, flunitrazepam, menimbulkan sindrom reversible yang mempengaruhi satu
buprenorphine, glutetimid, pentazosin. atau lebih fungsi mental (memori, orientasi, mood, penilaian,
d. Golongan IV: digunakan untuk terapi, bersifat anxiolytic perilaku, sosial, pekerjaan)
(menghilangkan rasa cemas). Contohnya: diazepam (juga - Gejala putus obat (sakaw) : sindrom spesifik obat yang terjadi
bisa untuk anastesi), nitrazepam, phenobarbital, alprazolam. karena dosis obat diturunkan/dihentikan secara tiba-tiba
e. Golongan V: digunakan untuk terapi dengan efek antipsikotik, setelah digunakan secara teratur dalam jangka waktu cukup
antidepresan, antimania, dan neurotropic/neurotonic lama
(meningkatkan kerja nerve). Contohnya : Antipsikotik - Toleransi : peningkatan dosis obat agar dapat menimbulkan
(haloperidol, risperidon), Antidepresan (amytriptilin, efek yang sama
sertraline), Antimania (Lithium), Neurotonic (piracetam)
Jika pasien harus pakai obat-obatan ini, harus di KIE bahwa Tingkat pengguna NAPZA :
obat ini diperlukan, dan tidak menyebabkan ketergantungan. - I : Pengguna coba-coba
- II : Pengguna karena budaya sosial atau untuk rekreasi atau Gangguan psikotik (F1X.5)
hiburan - Terjadi selama atau segera setelah penggunaan zat (dalam
- III : Situasional (misalnya pada nightclub) 48 jam) dan bukan merupakan manifestasi keadaan putus zat
- IV : Abuse (penyalahgunaan sendiri tanpa ada pengaruh dari - Gangguan psikotik pada penggunaan obat stimulant (kokain
luar) dan amfetamin), distorsi persepsi atau halusinasi pada
- V : Ketergantungan/toleransi dan putus obat penggunaan halusinogenika primer (lisergide, meskalin,
kanabis dosis tinggi)
Intoksikasi akut (F1X.0)
- Kondisi peralihan akibat penggunaan alkohol atau zat Sindrom amnesik (F1X.6)
psikoaktif lain sehingga terjadi gangguan kesadaran, fungsi - Syarat utama :
kognitif, persepsi, afek atau perilaku a. Gangguan daya ingat jangka pendek (recent memories :
- Berhubungan dg tingkat dosis yang digunakan, individu dalam mempelajari hal baru), gangguan sensasi waktu
dengan kondisi organik yang mendasari yang dalam dosis (time sense : menyusun kembali urutan kronologis
kecil dapat menyebabkan efek intoksikasi meninjau kejadian yang berulang menjadi satu peristiwa)
b. Tidak ada gangguan daya ingat segera, tidak ada
Penggunaan yang merugikan (F1X.1) gangguan kesadaran, tidak ada gangguan kognitif
- Penggunaan zat psikoaktif merugikan kesehatan (fisik dan c. Riwayat atau bukti objektif penggunaan alkohol atau zat
mental) yang kronis
- Dikecam oleh pihak lain dan disertai konsekuensi sosial
Gangguan psikotik residual atau onset lambat (F1X.7)
Sindrom ketergantungan (F1X.2) - Gangguan fungsi kognitif, afek, kepribadian, perilaku yang
- 3 atau lebih gejala dalam masa 1 tahun sebelumnya : disebabkan alkohol atau zat psikoaktif yang terjadi
a. Keinginan kuat atau dorongan memaksa untuk memakai melampaui jangka waktu khasiatnya
zat psikoaktif
b. Kesulitan mengendalikan perilaku menggunakan zat
c. Keadaan putus zat secara fisiologis
d. Terbukti adanya toleransi
e. Mengabaikan menikmati kesenangan atau minat lain
f. Tetap menggunakan zat meski tahu bahwa merugikan
Pain disorders
- Kriteria diagnosis :
a. Rasa sakit di satu atau lebih lokasi anatomis adalah fokus
utama dari presentasi klinis dan tingkat keparahan yang
cukup untuk menjamin perhatian klinis
b. Rasa sakit tersebut menyebabkan gangguan atau
penurunan signifikan secara klinis di area kerja sosial,
pekerjaan, atau bidang penting lainnya.
c. Faktor psikologis dinilai memiliki peran penting dalam
onset, tingkat keparahan, eksaserbasi, atau pemeliharaan
rasa sakit
d. Gejala atau defisit yang dihasilkan tidak sengaja atau
pura-pura (seperti pada gangguan atau malingering
factual)
e. Rasa sakit tidak diperhitungkan dengan baik karena
mood, kegelisahan, atau gangguan psikotik dan tidak
memenuhi kriteria dispareunia.
GANGGUAN SEKSUAL
Penyimpangan seksual/deviasi seksual/paraphilia adalah suatu Bila gagal akan menimbulkan kurangnya kontrol diri dan
penyimpangan perilaku seksual yang tidak sesuai dengan perilaku dapat terjadi gangguan hubungan homoseksual
seksual normal dalam hal arah dan gaya dari seksual tersebut
- Phase genital/ Psychosexual (11-20 tahun) Organ seksual
Fase siklus respons seksual :
mulai aktif, muncul birahi dan ketertarikan pada lawan jenis.
- Phase of Desire: dorongan keinginan (stimulus taktil, visual,
Disini akan terlihat apakah terganggu atau tidak deviasi
olfaktori, fantasi)
seksualnya. Kalo dia gak bisa menyelesaikan kasus oedipus
- Phase of Exitement: perasaan subyektif akan kenikmatan
kompleknya maka pada fase genital akan muncul
seksual ereksi
penyimpangan seksual
- Phase of Orgasm: kenikmatan seksual mencapai puncaknya
(pelepasan) Bila gagal akan menimbulkan kekacauan identitas
- ketegangan, kontraksi otot perineal dan organ reproduksi
Fase odipus kompleks
(koitus)
- Awalnya anak laki-laki sangat mencintai / menyayangi ibunya
- Phase of Resolution: relaksasi otot
namun sangat benci dengan ayahnya (karena persaingan).
Teori perkembangan psikoseksual
Sedangkan sebaliknya anak perempuan sangat mencintai /
- Phase oral (0-2 tahun) apapun semua dimasukin ke mulut
menyayangi ayahnya serta benci ibunya.
(oral gratification), makanya keluhan paling sering pada bayi
- Bila phase Oedipus Complex tidak terselesaikan dengan
adalah mencret
normal maka muncul kasus homoseksual baik pada laki-laki
Tidak terpenuhi : gangguan seksual sadism, paranoid, zat (gay) atau perempuan (lesbian)
Berlebihan : sangat optimistic, narsistik, selalu menuntut - Kalo homo, diibaratkan ibunya sebagai idolanya dan dia
menganggap dirinya perempuan
- Phase anal (2-3 tahun) saraf otot sfingter anus telah - Kalo dia anaknya perempuan, dia bisa menjadi seorang laki-
matang, nikmat saat menahan BAB, orang tua seharusnya laki karena dia sayang sama bapaknya. Jadi role model itu
tidak merasa jijik/memarahi/mengatakan kotor jorok bapaknya
Hambatan : anak tidak konsisten, keras kepala, kikir
Kurang efektif : ambivalen, kurang rapi, suka menentang, Paraphilia : penyimpangan obyek yang disukai
kasar, cenderung sodomsokistik (dorongan untuk menyakiti - Pedophilia - Frotteurisme
dan disakiti) - Eksibisionism - Homoseksual & lesbianism
Berhasil : mandiri, kebebasan, kerjasama baik - Voyeurism - Hiperseks
- Seksual sadism - Incest
- Phase phalik (3-6 tahun) mengerti bahwa kelaminnya
- Seksual masochism - Necrophilia
berbeda Phase oedipus – complex / conflict
- Fetisme - Gerontophilia
Anak laki-laki bila dilarang : takut penis dipotong impoten - Zoofilia - Transvetisme fethistik
primer, homoseksual Onsetnya bila dalam 6 bulan dikatakan ada suatu kondisi lingkungan
yang membuatnya stress sehingga mengalami deviasi seks
- Phase laten (6-11 tahun) perhatian lebih tertuju pada dunia
Paraphilia lainnya :
luar, perlu keterbukaan dengan orang tua
- Telephone and computer scatologia : suara mendesah Etiologi : regresi (masa kanak) infantile, agresif asusila
- Partiaslism cunnilingus : kontak oral dg vagina cemas impoten
- Fallatio : kontak oral dg penis
- Hypoxyphilia : memakai obat (nitosoxide, valatilenitrite) untuk Zoofilia / bestiality : kepuasan seks dengan kontak seksual dengan
meningkatkan rasa percaya diri binatang
- Klismaphilia : memasukkan cairan aneh ke alat vital Etiologi : percaya diri rendah (hewan mudah dikuasai, derajat lebih
- Urophilia : seks melibatkan pipis rendah)
- Koprophilia : seks melibatkan kotoran manusia
Frotteurisme : dorongan untuk menyentuh/ menggesek/ meremas
Pedophilia : obyeknya adalah anak-anak sejenis atau berlainan jenis organ seks orang tidak dikenal
Korban : 8-13 tahun (p), 10-12 tahun (l)
Pelaku : 35-45 tahun (CK : psikopat, alkoholik) Homoseksual dan lebisianisme : relasi seks dengan jenis kelamin
Etiologi : perkawinan tidak bahagia, cerai tidak punya anak, orang yang sama
yang takut gagal dalam berhubungan seksual 3 jenis ekspresi : aktif (pria agresif), pasif (feminism), bergantian
peran
Eksibisionism : dorongan dan kepuasan seksual dengan Etiologi : faktor herediter (ketidakseimbangan hormone seks),
memperlihatkan alat genital di depan umum tanpa niat hubungan lingkungan tidak baik (saat pubertas), pernah sebagai korban
lebih lanjut sebelumnya, laki-laki trauma thdp ibunya / perempuan trauma thdp
Korban : perempuan (anak/dewasa) bapaknya
Etiologi : rasa rendah diri
Hiperseks : tingginya keinginan dan sulit untuk mengontrol seks
Voyeurism / skopofilia : dorongan dengan melihat / mengamati Etiologi : ciri kepribadian tertutup (seks adalah cara komunikasi),
tindakan seksual orang lain dengan cara mengintip pelepasan ketegangan (pekerjaan), obsesi “seks”, rendah diri
Etiologi : PTSD masa kanak karena melihat ortu senggama
Incest : hubungan seks dengan sesam anggota keluarga sendiri
Seksual sadism : kepuasan seksual diasosiasikan dengan (selain suami istri)
penderitaan, kesakitan dan hukuman pada partner seks
Etiologi : pendidikan yang salah, nafsu berkuasa yang ekstrim, Necrophilia : melakukan hubungan seks dengan orang yang sudah
trauma dengan ibu atau perempuan (dendam) menjadi mayat atau orang mati
Etiologi : pengalaman pahit saat kecil merasa bersalah rendah
Seksual masochism : memperoleh kepuasan seks lewat kesakitan diri coitus dengan mutilasi obyek dibunuh
pada diri sendiri
Etiologi : rasa bersalah, pasif, pengibirian Gerontophilia : pelaku jatuh cinta dan mencari kepuasan seksual
dengan orang yang sudah lanjut usia
Fetisme : kepuasan seksual dengan menggunakan benda (sepatu, Etiologi : impoten
BH, celana dalam, kaus kaki, dll)
Masturbasi dengan memegang, memeras, mencium benda tersebut Transvetisme fethistik : memakai pakaian lawan jenis untuk
atau meminta partner memakai benda tersebut membangkitkan keinginan dan pemuasan seksual
Disfungsi seksual
- Gangguan keinginan seksual : kurang/ tidak adanya hasrat
melakukan seks
- Gangguan gairah seksual : gagal mencapai/ mempertahankan
excitement
a. Perempuan : frigiditas (tidak tercapai dan membukanya
vagina)
b. Laki-laki : impotensi/ gangguan ereksi
- Ejakulasi dini : tidak mampu mengkontrol ejakulasi selama
aktivitas seks berlangsung
- Orgasme terhambat : tidak tercapai fase orgasme
- Dyspareunia : nyeri saat berhubungan
- Vaginismus : spasme/ kontraksi otot vagina (reaksi
ketakutan)