Genitourinaria
• Trauma Ginjal
• BSK (Nefrolithiasis, Vesikolithiasis, Uretrolithiasis)
• Hidronefrosis
• BPH
• Fimosis
ANAMNESIS
Secara garis besar kasus genitourinaria yang sering ditemui dapat dibagi menjadi IMS, ISK dan BSK
Time:
• Terus - menerus atau hilang �mbul ?
Excarseba�on:
• Apakah semakin lama semakin berat ?
• Sakit pinggangnya memberat saat apa ?
• Sakit pinggangnya berkurang saat apa ?
Severity:
• Dari 1-10 nyerinya berada di angka berapa?
5. Riwayat Pengobatan
• Sudah minum obat apa aja untuk mengatasi keluhan? Ada perbaikan?
6. Riwayat Kebiasaan
• Sering menahan kencing?
• Jarang minum (min 2 liter/8 gelas perhari)
• Makanan �nggi purin?
• Minum susu �nggi kalsium?
• Kebiasaan hidup sedentary (pekerja kantoran, banyak duduk)?
PEMERIKSAAN FISIK
1. KU dan TTV
3. Status Lokalisata
Hasil pemeriksaan fisik:
1. Nefrolithiasis
Regio Flank
• Inspeksi : Jejas (-), tanda inflamasi (-)
• Palpasi : Nyeri tekan (+), nyeri ketok CVA(+), massa (-) , ballotement (-)
2. Ureterolithiasis
Regio Flank
• Inspeksi : Jejas (-), tanda inflamasi (-)
• Palpasi : Nyeri tekan (+), nyeri ketok CVA(+), massa (-) , ballotement (-)
3. Vesikolithiasis
Regio Flank
• Inspeksi : Jejas (-), tanda inflamasi (-)
• Palpasi : Nyeri tekan (-), nyeri ketok CVA(-), massa (-) , ballotement (-)
4. Uretrolithiasis
Penis
• Inspeksi : Kelainan bentuk (-), tanda inflamasi (-), sirkumsisi (+), OUE normal, sekret (-)
• Palpasi : Nyeri tekan (+/-), massa (+)
5. Hidronefrosis
Regio Flank
• Inspeksi : Jejas (-), tanda inflamasi (-)
• Palpasi : Nyeri tekan (-), nyeri ketok CVA(-), massa (+) , ballotement (+)
6. BPH
Rectal Toucher
• Tonus sfingter ani normal, mukosa licin, massa (-)
• Prostat teraba, konsistensi lunak, permukaan rata, sulcus medianus cembung, pole atas sulit
teraba, nodul (-), nyeri tekan (-)
• Sarung tangan lendir darah (-), feses (-)
7. Trauma ginjal
Regio Flank
• Inspeksi : Jejas (+), tanda inflamasi (+)
• Palpasi : Nyeri tekan (+), nyeri ketok CVA(+), massa (-) , ballotement (-)
Pemeriksaan Penunjang
Lab:
Diagnosis :
Dd :
• Kolelithiasis
• Pielonefri�s
• Sis��s
Terapi
1. BSK
2. BPH
Edukasi
Informed Consent
Karena Bapak mengalami sulit pipis, maka akan saya pasang kateter untuk mengeluarkan urine dari
kandung kemih. Nan� akan saya masukkan selang ke dalam alat kelamin Bapak sehingga mungkin
terasa nyeri dan �dak nyaman. Setelah pipisnya keluar, Bapak akan merasa lebih nyaman.
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi antara lain luka, pendarahan, atau infeksi saluran kemih.
Tetapi, saya akan berusaha ha� - ha� untuk mencegah komplikasi tersebut
Bagaimana, Pak ? Apakah Bapak bersedia ? Kalau bersedia, silakan Bapak mengisi iden�as dan
tanda tangan di surat pernyataan ini.
Alat Steril
• Handscoen steril, langsung dibuka
• Duk steril
• Spuit 10 ml 2 buah
• Kateter Foley ukuran 16 Fr, buka sebagian di ujung percabangan
• Urine bag
• Bengkok
• Cum 3 buah
• Pinset dan klem
• Forceps untuk desinfeksi organ genital
Toilet Penis
• Cuci tangan dan pakai handscoen steril
• Bersihkan glans penis secara melingkar dari sentral ke perifer tanpa menyentuh corpus
• Angkat glans penis ke atas kemudian bersihkan corpus penis seper� mengupas pisang
• Bersihkan daerah peno-scrotal secara melingkar dari sentral ke perifer
• Bersihkan daerah pubis dari bawah ke atas
• Bersihkan regio inguinal kanan dan kiri
• Bersihkan perineum dari atas ke bawah dan langsung buang kapas
• Pasang duk steril dan letakkan bengkok di bawah penis untuk menampung urine
Persiapan
• Ambil lubrikan dengan spuit (jelly 5 ml + lidokain 1 ml)
• Periksa apakah balon kateter dapat mengembang dengan baik
• Ambil 10 - 20 ml akuades untuk mengembangkan balon
• Masukkan lubrikan ke dalam OUE >> Tutup OUE dengan jari >> Tunggu sebentar
Insersi Kateter
• Lepaskan kateter dari pembungkus dan ambil ujungnya dengan jari, bagian kateter yang lain
dilingkarkan pada tangan
• Oleskan sedikit lubrikan pada kateter
• Pegang penis dengan tangan kiri >> Masukkan kateter secara perlahan
• Jika terasa ada tahanan, maka minta pasien menarik napas
• Dorong kateter sampai percabangan kateter mencapai OUE dan urine mengalir keluar
• Klem ujung kateter >> Kembangkan balon >> Tarik kateter keluar sampai terasa ada tahanan
Fiksasi Kateter
• Lepaskan duk steril
• Hubungkan kateter dengan urine bag
• Fiksasi kateter di daerah inguinal (arah jam 2), kateter jangan sampai terlipat
• Letakkan urine bag dengan posisi di bawah kandung kemih
Edukasi
• Urine akan keluar sendiri melalui kateter sehingga �dak perlu mengejan
• Jangan menarik kateter meskipun terasa kurang nyaman
• Jika pasien ingin jalan - jalan, maka pas�kan posisi urine bag selalu di bawah kandung kemih
dan selang kateter maupun selang urine bag �dak ada yang terlipat
• Mengajari keluarga cara mengosongkan urine bag
• Kateter harus digan� paling lambat se�ap 2 minggu untuk mencegah infeksi
PROCSKILL SIRKUMSISI
PANDUAN KETERAMPILAN MEDIK
PROCEDURAL SKILLS SIRKUMSISI
PENDAHULUAN
Sirkumsisi adalah operasi yang bertujuan untuk membuang prepusium, yang merupakan lipatan kulit yang
menutupi glans penis. Sirkumsisi secara luas dilakukan karena alasan religius dan tradisi. Sirkumsisi biasa
dilakukan dalam dua minggu pertama setelah lahir, atau pada awal masa akil balik sebagai tanda
kedewasaan. Sirkumsisi dilakukan juga oleh karena alasan medis untuk menangani masalah yang melibatkan
prepusium.
Sirkumsisi dapat mengurangi risiko beberapa infeksi dan komplikasi yang berhubungan, akan tetapi tidak
menjamin 100 persen perlindungan. Keuntungan sirkumsisi adalah antara lain sebagai berikut; lebih mudah
menjaga kebersihan penis; mengurangi risiko infeksi traktus urinarius pada anak; mencegah inflamasi glans
(balanitis) dan prepusium (posthitis); mencegah potensi jaringan parut pada prepusium yang dapat
menyebabkan fimosis dan parafimosis; mengurangi risiko beberapa penyakit menular seksual khususnya
penyakit ulseratif, misalnya chancroid dan syphilis; mengurangi risiko tertular human immunodeficiency
virus (HIV); mengurangi risiko penyakit kanker penis; mengurangi risiko kanker serviks pada pasangan.
Walaupun demikian selain keuntungan yang diperoleh juga terdapat risiko oleh karena proses pembedahan,
yang antara lain sebagai berikut; nyeri, perdarahan, hematoma, infeksi pada daerah sirkumsisi,
meningkatnya sensitivitas glans selama beberapa bulan setelah operasi, iritasi glans, meatitis, adverse
reaction terhadap obat anastetik yang digunakan. Komplikasi ini jarang terjadi bila sirkumsisi dilakukan oleh
operator yang terlatih dengan baik dan perlatan yang cukup. Biasanya komplikasi ini mudah dan cepat
diatasi.
Peralatan operasi akan mengalami aus oleh karena penggunaan dan oleh desinfeksi serta sterilisasi yang
berulang. Peralatan pemebedahan ini harus secara periodik diperiksa.
SCREENING PASIEN
Tim sirkumsisi penting memastikan bahwa pasien dapat dilakukan pembedahan. Bila terdapat keraguan
maka harus dirujuk ke Rumah Sakit yang lebih lengkap. Tim sirkumsisi harus menanyakan riwayat kesehatan,
dan melakukan pemeriksaan fisik pada penis kemudian hasilnya harus didokumentasikan (rekam medis).
1. Riwayat Kesehatan
Ketika menanyakan mengenai riwayat kesehatan, tanyakan mengenai :
a. Status kesehatan sekarang
b. Apakah pasien sedang menjalani pengobatan
c. Apakah pasien alergi terhadap obat-obat tertentu
d. Apakah pasien memiliki riwayat hemophilia, gangguan perdarahan atau anemia
e. Apakah pasien sedang mengalami infeksi genital, ulkus pada penis atau keluar nanah dari genital
f. Apakah pasien memiliki masalah ereksi atau disfungsi seksual lainnya
Sirkumsisi tidak boleh dilakukan pada seseorang yang menderita gangguan akut, infeksi atau demam.
Pada keadaan ini, operasi harus ditunda sampai gangguan tersebut teratasi.
2. Pemeriksaan fisik penis
Ketika memeriksa penis, tarik prepusium dan inspeksi glans. Meatus uretra harus dekat dengan ujung glans
dan tidak mengalami gangguan. Prepusium harus dengan mudah ditarik dan tidak mengalami peradangan
atau pemendekan. Bila penis, glans, meatus dan prepusium dalam keadaan yang sehat baru dapat dilakukan
operasi.
Kontra indikasi absolut sirkumsisi adalah :
a. Abnormalitas anatomi (mis: hypospadia, epispadia)
b. Parafimosis kronik
c. Penyakit ulkus genitalis
d. Keluarnya nanah dari uretra (urethral discharge)
e. Keadaan patologi lain yang tampak pada penis (mis: kanker penis)
f. Gangguan kronik pada penis (mis. filariasis)
g. Gangguan perdarahan (mis. hemophilia)
Sebelum operasi sirkumsisi, siapapun yang akan menyentuh lapangan operasi yang steril, instrument atau
luka harus menyikat tangan dan lengan sampai ke siku (scrubbing). Scrubbing tidak mensterilkan tangan dan
lengan, tetapi akan menurunkan jumlah bakteri dan risiko kontaminasi pada luka yang berasal dari tangan.
Scrubbing membutuhkan waktu 5 menit, dan proses tersebut harus dilakukan pada saat operasi akan
dimulai, apabila lebih dari satu sirkumsisi yang direncanakan scrubbing dilakukan diantara operasi tersebut.
Scrubbing dapat dilakukan dengan menggunakan sabun antiseptic dan air atau dengan alcohol.
Penggunaan pakaian operasi direkomendasikan, tetapi dalam prakteknya banyak klinik hanya menggunakan
sarung tangan steril.
PROSEDUR PEMBEDAHAN
1. Mempersiapkan kulit dengan povidone iodine
Persiapkan kulit dengan memberikan povidone iodine antiseptic solution, dimulai dari glans dan corpus
penis, kemudian berpindah ke perifer. Menahan penis dengan swab, tarik prepusium agar glans dapat
dibersihkan. Daerah yang dipersiapkan adalah penis, scrotum, daerah yang bedekatan seperti paha dan
abdomen bagian bawah (area suprapubic), sehingga tidak ada risiko apabila operator menyentuh daerah
tersebut selama operasi. Apabila pasien memiliki riwayat alergi terhadap iodine, gunakan larutan alternative,
misalnya chlorhexidine gluconate. Larutan antiseptic tersebut dibiarkan membasahi kulit sedikitnya dua
menit.
3. Anastesia
Sirkumsisi dapat dilakukan dengan anastesi umum atau lokal. Anastesi lokal lebih disukai karena risiko yang
kurang dan tidak mahal, dan pasien dapat kembali ke rumah segera setelah operasi. Ada dua teknik anastesi
lokal yang dapat dilakukan untuk sirkumsisi yaitu: anastesi blok (penile nerve block) dan ring block
anesthesia. Teknik ring block digunakan untuk sirkumsisi orang dewasa dan remaja, sedangkan penile nerve
block digunakan pada anak-anak.
Persyarafan Penis
Persyarafan penis disuplai oleh dua nervus dorsalis penis. Nervus ini berlokasi pada bagian dorsal penis, pada
arah jam 11 dan jam 1 didekat dasar penis.
Penggunaan vasokonstriktor (adrenalin/epinefrin) dapat menyebabkan nekrosis jaringan karena sifat kerja
amin simpatomimetik akan meningkatkan konsumsi oksigen jaringan sedangkan vasokonstriktornya sendiri
dapat menyebabkan hipoksia jaringan setempat. Selain itu dapat juga menimbulkan edem jaringan yang
dapat memperlambat proses penyembuhan. Lidokain dengan epinefrin tidak boleh digunakan karena risiko
konstriksi pembuluh darah penis secara keseluruhan, yang dapat berakibat lanjut yang paling berbahaya
adalah terjadinya ganggren. Sehubungan dengan sifat obat vasokonstriktor tersebut maka tidak dianjurkan
penggunaan obat tersebut untuk organ-organ yang mempunyai end arteri seperti jari-jari tangan, telinga,
hidung dan termasuk penis.
Keunggulan lidokain adalah karena bekerja secara cepat. Dapat pula digunakan campuran 5 ml lidokain 1%
dan 5 ml plain bupivacain 0,25%. Larutan ini lebih mahal tetapi memiliki keunggulan dalam masa kerja obat
yang lama (4-5 jam setelah operasi).
Dilatasi aperture prepusium. Jangan menekan forceps terlalu jauh, untuk mencegah trauma pada uretra.
Bila preputium sudah dapat diretraksikan, lakukan pemisahan secara tumpul bila terjadi adesi
(perlengketan), dan bila perlengketannya terlalu kuat operator dapat memutuskan untuk merujuk pasien ke
spesialis bedah.
Retraksi preputium sehingga glans terlihat sepenuhnya dan pisahkan bila ada adesi.
Pembedahan
Ada tiga metode pembedahan yang secara luas digunakan yaitu: sleeve method, forceps-guided method dan
dorsal slit method.
Sleeve method memberikan hasil yang terbaik, akan tetapi memerlukan keterampilan pembedahan yang
tinggi. Forceps-guided method memberikan hasil yang kurang rapi, tetapi metode ini sederhana dan cocok
untuk diterapkan di klinik. Dorsal slit method merupakan metode yang mungkin paling luas digunakan di
seluruh dunia.
Step 4. Regangkan prepusium pada posisi jam 3 dan jam 9 dengan menggunakan dua artery forceps.
Jepitkan forceps pada ujung prepusium, sedemikian rupa sehingga diperoleh tegangan yang
sama pada permukaan prepusium bagian dalam dan luar. Apabila hal ini tidak dilakukan
dengan benar maka risiko mukosa kulit yang tertinggal terlalu banyak atau sebaliknya terlalu
banyak prepusium yang terbuang.
Step 5. Pasang forsep lurus panjang disepanjang preputium yang telah diberi tanda yang dimulai dari
posisi jam 6 ke arah jam 12. Bila forceps telah berada ditempatnya, raba glans untuk
memeriksa bahwa glans tidak terjepit oleh forceps.
Forceps-guided method of circumcision, hati-hati jangan sampai menjepit glans penis.
Step 6. Dengan menggunakan scalpel, potong preputium yang berada pada bagian luar forceps.
Forceps melindungi glans dari trauma.
Step 7. Lepaskan kembali kulit dari forceps. Klem pembuluh darah yang mengalami perdarahan.
Hati-hati menjepit pembuluh darah harus dilakukan seakurat mungkin dan jangan
mengambil jaringan terlalu banyak. Ikat pembuluh darah dengan menggunakan catgut
kemudian lepaskan dari artery forceps. Ketika menangani perdarahan di daerah frenulum
atau pada sisi bagian bawah dari penis, hati-hati jangan sampai melukai uretra.
Step 8. Lakukan penjahitan mattress secara horizontal pada frenulum. Ketika menjahit frenulum,
harus menempatkan kulit bagian tengah segaris dengan frenulum.
Step 9. Lakukan penjahitan vertical mattress pada posisi jam 12. Penjahitan dilakukan sedemikian
rupa sehingga banyaknya kulit yang tertinggal pada setiap sisi tetap seimbang antara posisi
jam 12 dan jam 6. Lakukan vertical mattress pada posisi jam 3 dan jam 9. Akan membantu
bila meninggalkan benang jahit agak panjang pada posisi jam 12 dan jam 6. Ujung yang
panjang dari benang dapat digunakan untuk menstabilisasi penis selama penjahitan.
Step 10. Setelah melakukan penjahitan pada posisi jam 6, jam 12, jam 3 dan jam 9, lakukan
penjahitan diantara posisi tersebut sebanyak dua buah.
Step 11. Bila semua prosedur telah selesai, periksa perdarahan, bila tidak ada lakukan pembalutan
luka.
Dorsal slit method of circumcision
Metode ini memerlukan keterampilan yang lebih bila dibanding forceps guided method. Sangat membantu
bila ada asisten selama operasi, walaupun dapat dilakukan tanpa seorang asisten. Risiko lebih banyak kulit
yang terpotong pada salah satu sisi sehingga memberikan hasil yang tidak simetris. Teknik ini banyak
digunakan oleh spesialis bedah umum dan urolog.
Step 1. Mempersiapkan kulit, pasang duk dan pemberian anastesia.
Step 2. Retraksikan prepusium dan pisahkan bila ada perlengketan.
Step 3. Tandai daerah yang akan diinsisi.
Step 4 (optional). Beberapa operator lebih menyukai memberikan tanda dengan cara melakukan
insisi halus dengan menggunakan scalpel. Hal ini dilakukan bila seseorang dengan pigmentasi
kulit yang pekat sehingga sangat sulit melihat garis yang dibuat dengan menggunakan
marker.
Memberikan tanda dengan cara malakukan insisi halus dengan menggunakan scalpel.
Step 5. Tarik preputium dengan menggunakan artery forceps pada posisi jam 3 dan jam 9. Dengan
hati-hati menempatkan artery forceps sehingga preputium bagian dalam dan bagian luar
memiliki regangan yang sama.
Pasang dua artery forceps pada preputium dengan posisi jam 11 dan jam 1.
Step 7. Diantara dua artery forceps, pada posisi jam 12, lakukan diseksi dengan menggunakan
gunting diseksi (dorsal slit) sampai pada garis yang telah diberi tanda sebelumnya.
Step 8. Dengan menggunakan gunting diseksi, potong prepusium dengan mengikuti tanda garis yang
telah dibuat sebelumnya.
Step 10. Hentikan setiap perdarahan dan lakukan penjahitan seperti pada forceps-guided method.
Step 11. Periksa adanya perdarahan, bila tidak ada lakukan pembalutan luka.
Pembalutan
Periksa bahwa tidak ada perdarahan. Perdarahan minor di tepi kulit bisanya akan berhenti setelah 5 menit
dengan penekanan menggunakan kasa. Bila semua perdarahan telah dihentikan, tempelkan petroleum-jelly-
impregnated gauze (tulle gras) disekeliling luka. Pasang kasa diatasnya, dan lengketkan dengan adhesive
tape. Hati-hati jangan memasang pembalut terlalu ketat, hal ini akan mengurangi suplai darah dan dapat
menyebabkan nekrosis glans.
Pembalut dibiarkan tidak lebih dari 48 jam. Pasien harus kembali ke klinik untuk follow up dan mengganti
pembalut. Bila pembalut sangat kering maka harus dibasuh dengan larutan antiseptic (aqueous cetrimide,
Savlon) sampai pembalut menjadi lembut. Buka pembalut dengan hati-hati.
.
Pembalutan
A: Setelah membuka kasa; B: Penggunaan cetrimide melepas paraffin gauze yang telah mengering pada luka;
C: Penyembuhan normal 48 hours setelah operasi.
Daftar Pustaka
World Health Organization., Manual for Male Circumcision under Local Anaesthesia Version 2.5C (Jan08).
Syamsir HM., Handojo M., Penuntun praktis sirkumsisi. Penerbit Hipokrates cetakan II. Jakarta 1992.
CHECKLIST PROCEDURAL SKILLS SIRKUMSISI
NILAI
No. ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
A. FASILITAS DAN PERLENGKAPAN
1. Melakukan persiapan ruangan operasi
2. Memilih alat/bahan yang diperlukan untuk sirkumsisi
B. SCREENING PASIEN
3. Memperoleh riwayat kesehatan pasien
4. Melakukan pemeriksaan fisik penis
C. SCRUBBING DAN MEMAKAI PROTECTIVE CLOTHING
5. Melakukan scrubbing dengan benar
6. Memakai protective clothing
D. PROSEDUR PEMBEDAHAN
7. Mempersiapkan kulit dengan povidone iodine
8. Melakukan pemasangan duk (Draping)
9. Memberikan anastesia lokal
Melakukan retraksi prepusium dan penanganan terhadap
10.
perlengketan (adesi)
Melakukan diseksi pada prepusium dengan metode:
11. a. Forceps-guided method of circumcision
b. Dorsal slit method of circumcision
12. Melakukan pembalutan luka
PROCSKILL PEMASANGAN IV LINE (INFUS)
Melakukan pungsi vena
KANULASI INTRAVENA
Indikasi pemasangan kanulasi intravena :
1. Pemberian cairan
2. Pemberian obat, secara kontinyu atau intermiten
3. Pemberian darah atau produk darah
4. Pemberian kontras radioopak atau sedasi
5. Tindakan profilaksis untuk pasien yang tidak stabil atau pada prosedur tertentu.
5
b. Fiksasi
Kanula yang sudah terpasang harus dilakukan fiksasi dengan baik agar tidak bergerak-gerak dan
tercabut, kanula yang bergerak akan :
1. Menembus dinding vena
2. Melukai dinding dalam vena
3. Mengundang infeksi
Fiksasi dilakukan dengan plester hypafix dan plaster coklat sehingga kanula tidak bergerak dan infus
set tidak mudah tercabut.
c. Menghitung tetesan
Jumlah tetesan disesuaikan dengan :
1. Volume cairan infus yang akan diberikan
2. Waktu pemberian (24 jam, 12 jam, 6 jam, dll)
3. Macam penetes (dripper) dari infus set :
untuk dewasa 1 ml = 20 tetes / 15 tetes
untuk anak 1 ml = 60 tetes
6
Pemilihan Vena
Kanulasi intravena dianjurkan pada vena lengan. Mulai dari yang paling distal dan bila gagal, lakukan sebelah
proksimalnya. Pilih vena yang besar, lurus, tidak berkelok-kelok atau bercabang-cabang. Vena yang
dianjurkan adalah vena dorsum manus, vena lengan bawah (sefalika, antekubital, basilika), dan vena pada
lengan bayi.
Bila pada vena-vena di atas gagal, baru dilakukan pada vena dorsum pedis, vena safena magna/brevis pada
tungkai bawah. Pada keadaan darurat dapat digunakan vena jugularis eksterna. Vena pada tungkai bawah
ada klep yang menghambat aliran darah dan memudahkan terjadinya trombus. Jangan dilakukan pungsi dan
kanulasi pada vena yang meradang, tersumbat, ada kerusakan jaringan atau selulitis disekitar vena.
Pemilihan vena untuk kanulasi intravena juga berdasarkan tujuan pemberian cairan, apakah untuk resusitasi
atau maintenance. Pada resusitasi diutamakan vena perifer yang besar, contoh : vena cephalica. Sedangkan
untuk tujuan maintenance, bisa digunakan vena perifer di bagian distal, contoh : vena dorsalis manus.
Mencari vena
Bendung dengan torniquet di bagian proximal vena yang akan dicari. Torniquet diatur sedemikian rupa
sehingga masih teraba nadi di arteri distal. Bila menjerat terlalu kuat sehingga arteri ikut terjerat maka vena
malah tidak terisi. Atau membendung dengan tensimeter yang dipasang antara systole dan diastole. Untuk
membuat vena dilatasi dapat dilakukan dengan cara, meletakkan posisi vena lebih rendah dari jantung,
ditepuk pelan-pelan, digosok-gosok, dihangatkan, menggengam dengan ibu jari di dalam dan membuka
telapak tangan agar darah yang di otot masuk ke vena.
Kateter vena yang digunakan mempunyai ukuran bermacam-macam. Pemilihan kateter vena
didasarkan tujuan dari pemberian cairan. Bila untuk tujuan resusitasi atau pasien dalam kondisi tidak
stabil, dipilih kateter vena dengan ukuran terbesar, contoh : 18 G. Untuk tujuan maintenance dapat
digunakan kateter vena dengan ukuran 20 G dan 22 G. Sedangkan untuk anak -anak dapat digunakan
kateter vena ukuran 24 G.
7
Alat dan cairan yang digunakan dalam pemasangan infus :
1. Cairan infus yang sesuai
2. Standar infus
3. Blood set, infus set makro/mikro
4. IV catheter yang sesuai kebutuhan
5. Tourniquet
6. Desinfektan
7. Sarung tangan
8. Plester coklat, hypafix dan gunting
9. Spidol
8
Pemilihan vena perifer
9
Memasang torniquet di bagian proksimal vena yang akan dipasang
Melakukan desinfeksi
10
Memfiksasi vena yang akan dituju
Meregangkan dan menusuk kulit dengan jarak 0,5 cm dari vena yang dituju
dengan sudut 30°
11
Memastikan bahwa ujung jarum sudah masuk ke dalam vena
12
Melakukan fiksasi kanula dengan hypavix
13
Menyambung dengan infus set
14
Melakukan fiksasi terakhir dengan hypavix
Daftar Pustaka
Boros M. 2006. Surgical Techniques. Textbook for Medical Students. Szeged. Medicina.
Nurbearn T, Daniels R. 2010. ABC of Practical Procedures. UK. Willey-Blackwell.
Rhoads J, Meeker BJ. 2008. Davis’s Guide to Clinical Nursing Skills. Philadelphia. FA Davis Company.
Satria. 2011. Pembekalan Pra Co Ass dalam Power Point Presentation. Samarinda. Bagian Anestesi RS AW
Sjahranie.
15
CHECKLIST KETRAMPILAN PEMASANGAN IV LINE
Keterangan :
0 : tidak dilakukan
1 : dilakukan tetapi tidak sempurna
2 : dilakukan dengan sempurna
17
VULNUS LACERATUM / SCISSUM
ANAMNESIS
6. Riwayat Pengobatan
• Riwayat konsumsi obat pereda nyeri?
PEMERIKSAAN FISIK
1. KU dan TTV
3. Status Lokalisata
• Look : Tampak vulnus laceratum ukuran PxL cm, dasar luka berupa jaringan granulasi, tepi
(�dak rata/rata), jembatan jaringan (+), benda asing (-), sekret (-), jaringan nekro�k (-), kulit
sekitar tampak hiperemis. Bagian distal tampak baik, deformitas (-)
• Feel : A. radialis teraba, CRT < 2 de�k, krepitasi (-), hiposthesia (-)
• Move : Keterbatasan ROM (+), false movement (-)
Dd:
PROCSKILL HECTING
Informed Consent
Karena lukanya cukup lebar dan terbuka, maka akan saya jahit supaya bisa menutup dengan baik
dan �dak infeksi. Nan� lukanya saya bersihkan dulu untuk menghilangkan kotoran dan jaringan
ma� setelah itu baru dijahit dan ditutup dengan perban. Supaya �dak terlalu sakit, saya juga akan
menyun�kkan bius lokal. Bagaimana, Pak ? Apakah Bapak bersedia ?
Alat Steril
• Apron dan masker, langsung dipakai
• Handscoen steril, langsung dibuka
• Spuit 5 ml untuk anestesi
• Spuit 20 - 50 ml untuk irigasi
• Kateter IV ukuran besar untuk irigasi
• Minor set : Needle holder, pinset chirurgis, klem arteri, gun�ng jaringan, gun�ng benang
• Jarum dan benang non-absorbable
• Correintang
• Kasa steril
• Duk steril berlubang
• Cum 2 buah
Irigasi Luka
• Cuci tangan dan pakai handscoen steril
• Anestesi infiltrasi dengan lidokain 2% di tepi luka
• Cek efek lidokain dengan cara menjepit kulit dengan pinset
• Irigasi luka dengan NaCl 0,9%
Luka bersih : Oleskan dengan kassa NaCl 0,9%
Luka kotor : Semprot dengan NaCl 0,9% (pasang kateter IV pada spuit 20 - 50 ml)
Desinfeksi Luka
• Desinfeksi daerah luka dengan povidone iodine + H2O2 dari sentral ke perifer
• Pasang duk steril
Debridement jika terdapat jaringan nekro�k
• Pinset di tangan kiri dan gun�ng di tangan kanan
• Pegang tepi jaringan nekro�k dengan pinset >> Gun�ng sampai muncul pendarahan
Imunisasi Tetanus
• Inj tetanus toksoid 0,5 ml IM (ulangi 4 minggu, 6 bulan, dan 12 bulan kemudian)
• Inj HTIG 250 IU IM pada lokasi yang berbeda
Wound prone tetanus : Onset > 6 jam, tampak kotor, jar nekrotik (+), corpal (+) >> Inj TT + HTIG
No wound prone tetanus : Inj TT jika imunisasi tidak lengkap atau imunisasi terakhir > 10 tahun yll
Edukasi
• Luka dijaga tetap bersih dan kering dalam 24 jam pertama
• Setelah 24 jam, buka perban kemudian bersihkan luka dengan NaCl 0,9% dan keringkan dengan
kassa steril. Setelah itu, pasang sofratulle dan tutup lagi dengan kassa yang baru
• Perban sebaiknya digan� sehari sekali pada tahap awal
• Makanan yang mengandung protein dan vitamin dapat mempercepat penyembuhan luka
• Kontrol lagi setelah 7 hari untuk melepas jahitan
Wajah : Setelah 5 - 7 hari
Tangan atau sendi : Setelah 10 - 14 hari
Tempat lainnya : Setelah 7 - 10 hari
• Segera ke dokter apabila lukanya tambah sakit, bengkak, keluar nanah, atau muncul demam
DAFTAR TILIK KETERAMPILAN MELAKUKAN PENJAHITAN LUKA
DENGAN TEKNIK HORIZONTAL MATTRESS
No. Aspek Penilaian 0 1
1 Memperkenalkan diri
2 Menanyakan identitas pasien
3. Menanyakan mekanisme kajadian (luka terkena apa, berkarat atau tidak, terkena tanah atau tidak,
sudah dilakukan apa saja)
4 Menanyakan riwayat alergi obat dan penyakit dahulu
Prosedur Tindakan Baku
5 Melakukan informed consent lisan dan tertulis
6 Memperagakan teknik cuci tangan yang benar
7 Memperagakan teknik memakai sarung tangan steril
8 Melakukan tindakan asepsis dan antisepsis, pemasangan duk serta anestesi lokal
Melakukan penjahitan dengan teknik horizontal mattress
9 Tusukan jarum 5mm-1cm dari tepi luka. Lengan bawah dalam posisi pronasi selanjutnya lakukan
gerakan rotasi lengan bawah sampai posisi supinasi dengan disertai dorongan pada needle holder oleh
jari kedua dan jari keempat.
10 Tembuskan jarum sampai kurang lebih pertengahan lengkung, jepit jarum dengan pinset. Lepaskan
needle holder dari jarum, jepit kembali jarum pada permukaan dalam tepi luka dengan needle holder
pada posisi pronasi, tarik sambil mempertahankannya dalam rotasi. Siapkan jarum pada posisi semula
(forehand, ujung needle holder, 1/3 bagian distal jarum) untuk memulai maneuver selanjutnya.
11 Tusukan jarum pada permukaan dalam tepi luka sebelahnya yang sejajar. Rotasi lengan bawah seperti
sebelumnya, sasaran keluar jarum 5mm-1cm tepi luka, jepit jarum dengan pinset. Lepaskan needle
holder dari jarum, jepit kembali jarum dan siapkan pada posisi semula (backhand, ujung needle holder,
sepertiga distal jarum).
12 Tusukan kembali jarum pada sisi luka yang sama dengan titik keluar tadi, berjarak 5mm-1cm lateral dari
titik keluarnya. Lengan bawah dalam posisi supinasi selanjutnya lakukan gerakan rotasi lengan bawah
sampai posisi pronasi dengan disertai dorongan pada needle holder oleh jari kedua dan jari kesatu.
14 Tembuskan jarum sampai kurang lebih pertengahan lengkung, jepit jarum dengan pinset. Lepaskan
needle holder dari jarum, jepit kembali jarum pada permukaan dalam tepi luka dengan needle holder
pada posisi pronasi, tarik sambil mempertahankannya dalam rotasi. Siapkan jarum pada posisi semula
(backhand, ujung needle holder, 1/3 bagian distal jarum) untuk memulai maneuver selanjutnya.
15 Tusukan jarum pada permukaan dalam tepi luka sebelahnya yang sejajar. Rotasi lengan bawah seperti
sebelumnya, sasaran keluar jarum 5mm-1cm tepi luka (5mm-1cm sebelah lateral tusukan pertama),
jepit jarum dengan pinset. Lepaskan needle holder dari jarum, jepit kembali jarum. Tarik benang hingga
pangkal, seseuaikan tension untuk merapatkan luka.
16 Buat simpul bedah
Tindakan Pasca Penjahitan
17 Pemberian serum anti tetanus (dan tetanus toksoid bila perlu, sesuai riwayat imunisasi)
18 Pemberian obat-obatan post tindakan
Analgetik dan antibiotik
19 Edukasi kepada pasien kapan kontrol dan bagaimana cara membersihkan luka
DAFTAR TILIK KETERAMPILAN MELAKUKAN PENJAHITAN LUKA
DENGAN TEKNIK VERTICAL MATTRESS
No. Aspek Penilaian 0 1
1. Memperkenalkan diri
2. Menanyakan identitas pasien
3. Menanyakan mekanisme kejadian (luka terkena apa, berkarat atau tidak, terkena tanah atau tidak,
sudah dilakukan apa saja)
4. Menanyakan riwayat alergi obat dan penyakit dahulu
Prosedur Tindakan Baku
5 Melakukan informed consent lisan dan tertulis
6 Mempersiapkan dan menyebutkan instrumen
7 Memperagakan teknik cuci tangan yang benar
8 Memperagakan teknik memakai sarung tangan steril
9 Melakukan tindakan asepsis dan antisepsis, pemasangan duk serta anestesi lokal
Melakukan penjahitan dengan teknik vertical mattress
10 Tusukan jarum 1cm dari tepi luka. Lengan bawah dalam posisi pronasi selanjutnya lakukan gerakan
rotasi lengan bawah sampai posisi supinasi dengan disertai dorongan pada needle holder oleh jari
kedua dan jari keempat.
11 Tembuskan jarum sampai kurang lebih pertengahan lengkung, jepit jarum dengan pinset. Lepaskan
needle holder dari jarum, jepit kembali jarum pada permukaan dalam tepi luka dengan needle holder
pada posisi pronasi, tarik sambil mempertahankannya dalam rotasi. Siapkan jarum pada posisi semula
(forehand, ujung needle holder, sepertiga bagian distal jarum) untuk memulai maneuver selanjutnya.
12 Tusukan jarum pada permukaan dalam tepi luka sebelahnya yang sejajar. Rotasi lengan bawah seperti
sebelumnya, sasaran keluar jarum 1cm tepi luka, jepit jarum dengan pinset. Lepaskan needle holder
dari jarum, jepit kembali jarum dan siapkan pada posisi semula (backhand, ujung needle holder,
sepertiga bagian distal jarum).
13 Tusukan kembali jarum pada sisi luka yang sama dengan titik keluar tadi, berjarak 5mm dari tepi luka
(tepat ditengah antara titik keluar dan tepi luka). Lengan bawah dalam posisi supinasi selanjutnya
lakukan gerakan rotasi lengan bawah sampai posisi pronasi dengan disertai dorongan pada needle
holder oleh jari kedua dan jari kesatu.
14 Tembuskan jarum sampai kurang lebih pertengahan lengkung, jepit jarum dengan pinset. Lepaskan
needle holder dari jarum, jepit kembali jarum pada permukaan dalam tepi luka dengan needle holder
pada posisi pronasi, tarik sambil mempertahankannya dalam rotasi. Siapkan jarum pada posisi semula
(backhand, ujung needle holder, sepertiga bagian distal jarum) untuk memulai maneuver selanjutnya.
15 Tusukan jarum pada permukaan dalam tepi luka sebelahnya yang sejajar. Rotasi lengan bawah seperti
sebelumnya, sasaran keluar jarum 5mm tepi luka (tepat ditengah garis antara tusukan pertama dan
tepi luka), jepit jarum dengan pinset. Lepaskan needle holder dari jarum, jepit kembali jarum. Tarik
benang hingga pangkal, seseuaikan tension untuk merapatkan luka.
16 Buat simpul bedah
Tindakan Pasca Penjahitan
17 Pemberian serum anti tetanus (dan tetanus toksoid bila perlu, sesuai riwayat imunisasi)
18 Pemberian obat-obatan post tindakan
Analgetik dan antibiotik
19 Edukasi kepada pasien kapan kontrol dan bagaimana cara membersihkan luka