Anda di halaman 1dari 13

BAB II

KONSEP DASAR

A. Pengertian

Halusinasi menurut Harold L. Kaplan MD dan Benjamin J. Sadock. Mo,

1998 adalah penginderaan tanpa sumber rangsang eksternal. Hal ini dibedakan

dari distorsi atau ilusi yang merupakan tanggapan salah dari rangsang yang nyata

ada. Pada halusinasi penglihatan objek satu atau banyak dapat berupa yang

menyenangkan atau yang menakutkan seperti monster. Halusinasi mungkin

dimengerti sebagai proses yang diadopsi seseorang karena cemas atau panik.

Pernytaan tersebut diperkuat oleh Yudit M.S Sheila D. 1998, dan

Soewardi. 1999, yang menyatakan bahwa halusinasi adalah persepsi dari stimulus

eksternal tanpa sumber / obyek dari luar terhadap indera tidak nyata tetapi

penderita yakin kalau itu tidak ada.

Stuart dan Sundeen (1998) mengelompokkan jenis dan karakteristik

halusinasi sebagai berikut :

1. Halusinasi pendengaran / auditorik

a. Karakteristik

Mendengar sumber, paling sering suara orang, suara dapat berkisar dari

suara yang sederhana sampai pada suara orang yang berbicara mengenai

klien, untuk menyelesaikan percakapan dua orang atau lebih tentang

orang berhalusinasi.
b. Perilaku klien yang teramati

1) Melirikkan mata ke kiri dan ke kanan seperti mencari siapa atau apa

yang sedang dibicarakan.

2) Mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang lain yang sedang

tidak berbicara atau kepada benda mati.

3) Terlihat percakapan : benda mati atau dengan seseorang yang tidak

tampak.

4) Menggerak-gerakkan mulut seperti sedang bicara atau sedang

menjawab suara.

2. Halusinasi Penglihatan / Visual

a. Karakteristik

Stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambar geometrik,

gambar kartun dan atau panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan

dapat berupa yang menyenangkan atau yang menakutkan seperti monster.

b. Perilaku yang teramati

1) tiba-tiba tampak tergagap ketakutan atau ditakuti oleh orang lain,

benda mati, atau stimulus yang tidak terlihat.

2) Tiba-tiba berlari ke ruang lain.

3. Halusinasi penghidu / olfaktori

a. Karakteristik

Bau busuk (amis dan bau menjijikkan seperti darah, urine atau feces)

kadang-kadang tercium bau harum. Halusinasi penghidu khusunya

berhubungan dengan stroke, tumor, amnesia, dan kejang).


b. Perilaku klien yang teramati

1) Hidung yang dikerutkan seperti menghidu bau yang sangat tidak enak.

2) Menghidu bau busuk .

3) Menghidu bau udara ketika sedang berjalan ke arah orang lain.

4) Berespon terhadap bau dengan panik, seperti menghidu bau api atau

darah.

4. Halusinasi pengecap / gustatorik

a. Karakteristik

Merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan seperti darah, urin

atau feces.

b. Perilaku klien yang teramati

1) meludahkan makanan atau minuman

2) menolak untuk makan, minum atau minum obat

3) tiba-tiba meninggalkan meja makan.

5. Halusinasi peraba / taktil

a. Karakteristik

Mengalami rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat, metas

akan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang lain.

b. Perilaku klien yang teramati

1) menampas diri sendiri seakan sedang memadamkan api

2) melompat-lompat di lantai seperti sedang menghindar nyeri atau

stimulus lain pada kaki.


6. Halusinasi kinetik

a. Karakteristik

Merasakan fungsi tubuh, seperti darah mengalir melalui vena dan arteri,

makanan dicerna atau pembentukan urine.

b. Perilaku yang teramati

1) memverbalisasi dan atau obsesi terhadap proses tubuh

2) menolak untuk menyelesaikan tugas yang memerlukan bagian tubuh

klien yang diyakini klien tidak berfungsi.

Sedangkan menurut W.E. Maramis (1995) jenis dari halusinasi, misalnya :

1. Halusinasi penglihatan (visual, optik) : tak berbentuk (sinar, kilapan atau pola

cahaya) atau berbentuk (orang, binatang atau barang lain yang dikenalnya),

berwarna atau tidak.

2. Halusinasi pendengaran (auditif, akustik) : suara manusia, hewan atau mesin,

barang dan musik.

3. Halusinasi penciuman (olfaktrik) : mencium sesuatu bau.

4. Halusinasi pengecap (bustatorik) : meraba / mengecap sesuatu.

5. Halusinasi peraba (taktil) : merasa diraba, disentuh, ditiup, disinari atau

seperti ada ulat bergerak di bawah kulit.

6. Halusinasi kinetis : merasa badannya bergerak dalam sebuh ruang atau

anggota badannya bergerak.

7. Halusinasi hipragotik : terdapat ada kalanya pada seseorang yang normal,

tepat sebelum tertidur.

8. Halusinasi viseral : perasaan tertentu timbul di dalam tubuh.


9. Halusinasi histerik : timbul pada nerosa histerik karena konflik emosional.

B. Etiologi

Menurut Kaplan dan Sadock (1998) antara lain :

1. Gangguanmental organik

2. Harga diri rendah

3. Sindrome putus obat

4. Manarik diri

5. Keracunan obat

6. Gangguan efektif

7. Gangguan tidur.

C. Faktor Predisposisi

Yang mengakibatkan gangguan orientasi realita adalah aspek sebagai

berikut (Struat dan Sundeen, 1995) :

1. Biologis

Gangguan perkembangan dan funsi otak dapat menimbulkan gangguan

orientasi realitas seperti :

a. Hambatan perkembangan otak, khususnya kontak menilai emosional

gejala yang mungkint mbul adalah hambatan belajar, berbicara, daya ingat

dan mungkin muncul perilaku menarik diri atau kekerasan.

b. Pertumbuhan dan perkembangan individu pada prenatal, neonatus dan

kanak-kanak.
2. Psikologis

Keluarga dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon psikologis klien.

3. Sosial Budaya

Kehidupan sosial budaya dapat mempengaruhi konflik sosial budaya.

4. Faktor genetik

D. Psikopatologi

Menurut Habes, dkk (Keliat, 1991) proses terjadinya halusinasi ada empat

fase yaitu :

1. Fase pertama

Pada fase ini klien mengalami kecemasan, stress, perasaan yang terpisah,

kesepian, klien mungkin melamun atau memfokuskan pikiran pada hal yang

menyenangkan untuk menghilangkan kecemasan atau stress.

2. Fase kedua

Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal dan

eksternal klien berada pada tingkat “listening” pada halusinasi.

3. Fase ketiga

Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrolnya, klien terbiasa dan

tidak berdaya pada halusinasinya. Halusinasi ini memberi rasa aman dan

kesenangan yang sementara.

4. Fase keempat

Klien merasa terpaku dan tidak berdaya melepaskan diri dari kontrol

halusinasi. Halusinasi yang sebelumnya menyenangkan berubah menjadi

mengancam, memerintah dan memarahi.


Tahap-tahap halusinasi :

1. Nyaman

Idividu mengalami kecemasan, takut, merasa bersalah, suka menyendiri, tapi

individu masih sadar, dan hal ini dapat dikontrol jika cemas teratasi.

2. Menyalahkan

Pengalaman yang dilihat sebagai hal yang menakutkan dan mengerikan.

Halusinasi mulai dirasakan di bawah alam sadar, dan mulai menjauhkan

individu dari alam rasa.

3. Kontrol

Isi dari halusinasi datang dan memberi seruan atau ajakan, pada tahap ini

individu akan berada pada kesendirian jika halusinasinya selesai.

4. Penaklukkan

Perasaan individu menjadi suatu ancaman jika tidak dijadikan perintah dan

akan jadi parah jika tidak segera ditangani (Struart – Sundeen, 1995).

Rentang Respon Neurobiologik

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Persepsi akurat Ilusi Halusinasi


emosi konsisten emosi berlebihan kesukaran proses emosi
dengan pengalaman atau kurang Perilaku tidak
perilaku sesuai perilaku tidak biasa terorganisasi
Hubungan sosial menarik diri. Isolasi sosial
harmonis.

Rentang respon Neurobiologik (Struart dan Laraia, 1998)


Struat dan Sundeen (1998) menyebutkan beberapa gejala negatif dan pasif pada

halusinasi, berikut intervensi yang bisa dilakukan :

Relapse (kekambuhan)

Tahap relapse ada 5 :

1. Tahap pertama

Menunjukkan ketegangan yang berlebihan di tahap ini pasien mengeluh

perasaan terbebani. Gejala dari cemas intensif dan energi yang besar

digunakan untuk mengatasi hal ini. Pasien menggambarkan perasaan terlalu

terbeban, tidak dapat konsentrasi pada tugas yang harus diselesaikan dan

kecenderungan untuk melupakan kata ditengah kalimat. Gejala lain dari tahap

ini meliputi meningkatkan usaha mental untuk membentuk aktivitas biasa,

menurunnya penampilan dan mudah terpecah konsentrasinya.

2. Tahap dua

Menunjukkan pada kesadaran yang terbatasi. Gejala sebelumnya dari cemas

digantikan olehp apathetic, obsessional, dan phobic. Somatization mungkin

terjadi. Pasien tampak menarik diri dari kejadian sehari-hari dan membatasi

stimuli eksternal yang berarti untuk mencegah hilangnya kontrol.

3. Tahap tiga

Penampikan pertama tampak pada tahap ini biasanya muncul halusinasi dan

delusi, dimana pasien tidak dapat lagi mengontrol.

4. Tahap keempat

Psikotik disorganization, gejala psikotik sangat jelas terlihat halusinasi dan

delusi intesitasnya meningkat dan pasien kehilangan kontrol. Tahap ini

dicirikan dengan tiga fase berbeda :


a. Pasien tidak mengenal lingkungan atau orang yang familiar dan mungkin

menuduh anggota keluarga menjadi penipu. Agitasi yang ekstrim

mungkin terjadi. Fase ini dikenal sb penghanduran dari dunia luar.

b. Pasien kehilangan identitas personal dan mungkin melihat dirinya sendiri

sebagai orang ketiga. Fase ini menunjukkan kehancuran pada diri.

c. Total fragmention adalah kehilangan total dari kemampuan untuk

membedakan realitas dari psikosis dan mungkin dikenal sebagai “Loudly

Psychotic”. Pasien mengalami kehilangan kontrol lengkap. Perawatan di

rumah sakit sangat diperlukan di sini. Jika ini terjadi maka ini sangat

memalukan keluarga dan pasien. Pada saat “Loudly Psicotik” ini

diharapkan ada anggota keluarga atau staff resident yang menemani

pasien. Periode ini akan berakhir setelah 3 – 4 hari.

5. Tahap lima

Psycotic resolution, biasanya terjadi di RS. Pasien diobati dan masih

mengalami psikosis tapi gejalanya berhenti / diam. Seseorang mungkin

tampak mengikuti instruksi seperti robot dan sering kelihatan linglung.

Sayangnya beberapa pasien dipulangkan pada tahap ini.


Faktor Pemicu Kekambuhan

Kesehatan Lingkungan Attitude / Behavior


- Nutrisi kurang - Lingkungan yang - “kasihan saya”
bermusuhan / kritikal (rendahnya konsep diri)
- Kurang tidur - Ketidakpuasan di rumah - tidak punya harapan
(kurang keprecayaan)
- Ketidakseimbangan - Tekanan kehilangan - saya gagal (kehilangan
ritme circadian. kemerdekaan hidup motivasi untuk
menggunakan skill)
- Lemak - Perubahan dalam - “kurang kontrol”
kejadian hidup, pola (demoralisasi)
sehari-hari dari aktivitas
- Infeksi - Stress (kehilangan - merasa overpowered
kemampuan untuk oleh gejala
survive)
- Obat-obatan sistem - Kesulitan interpersonal, - “tidak ada seorangpun
syaraf pusat gangguan dalam yang menyukaiku”
hubungan interpersonal. (tidak dapat menemui
kebutuhan spiritual)
- Gangguan penyebab - Terlihat bertindak
dan efek reasoning berbeda dari orang lain
yang mempunyai usia
dan kultur yang sama.
- Gangguan proses - Tekanan kerja - Miskinnya kemampuan
informasi (kurangnya kemampuan sosial.
kerja)
- Kurang latihan - Kemiskinan - Perilaku agresif
- Ganguan tingkah laku - Kurang transportasi - Perilaku kekerasan
- Mood tidak normal - Ketidakmampuan untuk - Miskinnya pengelolaan
melakukan kerja pengobatan
- Kecemasan menegah - Miskinnya pengelolaan
atau tinggi gejala
HALUSINASI

Tingkah Laku yang Dapat


Tingkat Karakteristik
Di Observasi
Tahap I : Pengalaraan halusinasi - meringis atau tertawa
Coraporting karena emosi yang yang tampak tidak tepat
Tingkat cemas sedang meningkat seperti cemas, - menggerakkan bibir
halusinasi secara umum kesepian, rasa bersalah dan tanpa membuat suara
adalah sesuatu yang takut dan mencoba untuk - pergerakan mata yang
menyenangkan. berfokus pada pikiran cepat
nyaman untuk melepaskan - respon verbal pelan
cemas. seperti jika sedang asik
Individual mengenal bahwa - diam dan tampak asik
pikiran dan pengalaman
sensori dalam kontrol
kesadaran jika cemas dapat
dikelola, non psycotic.
Tahap II : Pengalaman sensori dari - meningkatnya sistem
Condenning beberapa identifikasi indera syaraf otonom tanda
Tingkat cemas berat terhadap hal yang menjiji- dari cemas seperti
halusinasi secara umum kan dan menakutkan. Halu- meningkatnya HR,
menjadi menjijikan sinator mulai kehilangan pernafasan dan tekanan
kontrol dan ada usaha untuk darah
menjauhkan diri dari sumber - lapang perhatian
stimulus yang diterima. menjadi menyempit
Individu mungkin merasa - asyik dengan
malu dengan adanya pe- pengalaman sensori dan
ngalaman sensori dan mungkin kehilangan
menarik diri dari orang lain. kemampuan untuk
membedakan halusinasi
dari realitas
Tahap III : Halusinasi mencoba - lapang perhatian hanya
Controling memberi perintah, isi dari beberapa deik atau
Tingkat pengalaman halusinasi mungkin menit
sensori mengalami kesepian jika - gejala fisik dari cemas
sensori yang diterima berat seperti
berhenti. berkeringat, tremor,
ketidakmampuan
mengikuti perintah.
Tahap IV : Pengalaman sensori - teror keras pada
Conquering mungkin mengancam jika behavior seperti panik
Tingkat cemas panik indiviu tidak mengikuti - potensi kuat untuk
umumnya halusinasi perintah. Halusinasi bunuh diri
menjadi terperinci dan mungkin memburuk dalam - aktivitas fisik yang
khayalan tampak seperti empat jam atau sehari jika menggambarkan isi dari
kenyataan. tidak ada intervensi halusinasi seperti
terapeutik. kekerasan dan agitasi.

E. Manifestasi Klinis

1. Menarik diri

2. Tersenyum dan bicara sendiri

3. Gelisah

4. Tiba-tiba marah dan kadang menyerang

5. Perhatian dengan lingkungan berkurang

6. Sulit berhubungan dengan orang lain

7. Beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.


F. Pohon Masalah

Kekerasan resiko tinggi

Perubahan sensori-perseptual :
Halusinasi penglihatan

Interaksi sosial kerusakan :


Menarik diri

G. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko tinggi melakukan kekerasan yang berhubungan dengan halusinasi

penglihatan.

2. Perubahan sensori perseptual : halusinasi penglihatan yang berhubungan

dengan menarik diri.

Anda mungkin juga menyukai