Anda di halaman 1dari 14

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Apa saja gejala yang terjadi pada penderita skizofrenia?

1. Kriteria Gangguan Skizofrenia


Individu dengan gangguan skizofrenia memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Berbagai pemikiran tidak saling berhubungan secara logis
b. Persepsi dan perhatian yang keliru
c. Afek yang datar atau tidak sesuai
d. Aktivitas motorik yang bizarre
e. Menarik diri dari orang lain dan kenyataan
1. Simtom Klinis Skizofrenia
Simtom yang dialami pasien skizofrenia mencakup gangguan dalam beberapa hal
penting diantaranya :
1) Pikiran
2) Persepsi
3) Perhatian
4) Perilaku motorik
5) Afek atau emosi
6) Keberfungsian hidup
2. Simtom Umum Skizofrenia
Simtom pada gangguan skizofrenia diantaranya meliputi :
a. Simtom Positif
Simtom positif mencakup hal-hal yang berlebihan dan distorsi. Hal itu
meliputi :
i. Delusi (Waham) : Keyakinan yang berlawanan dengan kenyataan. Waham antara
lain:

 Waham kebesaran, adalah keyakinan secara berlebihan bahwa dirinya memiliki


kekuatan khusus atau kelebihan yang berbeda dengan orang lain, diucapkan
berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Misalnya meyakini bahwa dia
adalah raja sedunia, dia adalah penguasa alam semesta, dan sebagainya.
 Waham agama, adalah keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan,
diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Misalnya mengaku
Tuhan, mengaku nabi atau juru selamat.
 Waham curiga, adalah keyakinan bahwa seseorang atau sekelompok orang mau
merugikan atau mencederai dirinya, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai
dengan kenyataan. Misalnya menganggap semua orang iri akan kemampuannya.
 Waham kejar, adalah keyakinan merasa dirinya dikejar-kejar dan selalu diikuti
oleh orang lain. Waham ini dapat berbentuk sederhana ataupun terperinci, dan
biasanya berupa keyakinan bahwa dirinya difitnah secara kejam, diusik, dihalang-
halangi, diracuni, atau dihalangi dalam mengejar tujuan jangka panjang.
 Waham cemburu, adalah waham yang berkaitan dengan rasa cemburu, misalnya
cemburu terhadap pasangannya. Mulai terjadinya sering mendadak, dan hilang
setelah perpisahan/kematian pasangan. Tipe ini menyebabkan penyiksaan hebat
dan fisik yang bermakna terhadap pasangan, dan kemungkinan dapat membunuh
pasangan akibat waham yang dimilikinya.
 Waham somatik, adalah keyakinan seseorang bahwa tubuh atau sebagian
tubuhnya terserang penyakit, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan. Misalnya meyakini bahwa dirinya mengalami sakit jantung dan segera
meninggal, atau mengalami kanker yang sulit disembuhkan.
 Waham nihlistik, adalah keyakinan seseorang bahwa dirinya sudah meninggal
dunia, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Misalnya
meyakini dirinya telah meninggal dan orang di sekitarnya merupakan roh-roh.

ii. Halusinasi : Suatu pengalaman indrawi tanpa adanya stimulasi dari lingkungan.
Halusinasi tersebut meliputi :
 Halusinasi pendengaran (audio)
Pada penderita skizofrenia, gejala umum adalah mendengar suara orang yang
bercakap-cakap dan berkomentar. Ketika ia mendengar suara-suara berbicara,
biasanya itu adalah suara dua orang atau lebih yang berbicara pada satu sama lain.
Ia mendengar kritikan atau komentar tentang dirinya, perilakunya, atau pikirannya,
dan ia biasanya menjadi orang ketiga (seperti, “tidak, dia bodoh”). Di lain waktu,
suara dapat memberitahunya untuk melakukan sesuatu (hal ini sering disebut
sebagai perintah halusinasi).

 Halusinasi pengecapan (gustatorius)

Ini adalah sebuah persepsi yang salah mengenai rasa. Biasanya, pengalaman ini
tidak menyenangkan. Misalnya, seorang individu mungkin mengeluh telah
mengecap rasa logam secara terus-menerus. Jenis halusinasi ini sering terlihat di
beberapa gangguan medis (seperti epilepsi), dibandingkan dengan penderita
gangguan mental.

 Halusinasi penciuman (olfaktori)

Halusinasi ini melibatkan berbagai bau yang tidak ada. Bau ini biasanya tidak
menyenangkan, seperti bau muntah, urin, feses, asap, atau daging yang membusuk.
Kondisi ini juga sering disebut sebagai phantosmia dan dapat diakibatkan oleh
adanya kerusakan saraf di bagian indra penciuman. Kerusakan mungkin
disebabkan oleh virus, trauma, tumor otak, atau paparan zat-zat beracun atau obat-
obatan. Phantosmia  ini juga dapat disebabkan oleh epilepsi.

 Halusinasi atau sentuhan (taktil)

Ini adalah sebuah persepsi atau sensasi palsu terhadap sentuhan atau sesuatu yang
terjadi di dalam atau pada tubuh. Halusinasi sentuhan ini umumnya merasa seperti
ada sesuatu yang merangkak di bawah atau pada kulit (ini juga dikenal sebagai
formikasi). Contoh lain termasuk perasaan tersetrum pada tubuh, atau merasa
disentuh orang lain tetapi sebenarnya tidak ada orang di sekitarnya. Sensasi fisik
yang berasal dari gangguan medis dan hypochondriacal preoccupations dengan
sensasi fisik normal tidak termasuk sebagai halusinasi somatik.

 Halusinasi penglihatan (visual)


Ini adalah sebuah persepsi yang salah pada pandangan. Isi dari halusinasi dapat
berupa apa saja (seperti bentuk, warna, dan hilatan cahaya), tetapi biasanya orang
atau tokoh-tokoh seperti manusia. Misalnya, seseorang merasa ada orang berdiri di
belakangnya meskipun tidak ada siapa-siapa. Terkadang seseorang mungkin
mengalami persepsi yang salah dari salah satu tokoh yang berkaitan dengan agama
(seperti setan).

 Halusinasi somatik

Ini mengacu pada saat seseorang mengalami perasaan tubuh mereka merasakan
nyeri yang parah, misalnya akibat mutilasi atau pergeseran sendi. Pasien juga
melaporkan bahwa ia mengalami penyerangan oleh hewan pada tubuh mereka,
seperti ular merayap ke dalam perut.

iii. Ilusi : Interpretasi yang salah terhadap suatu obyek yang dilihat. Seolah-olah
seperti melihat seseorang jalan di atas gedung padahal tidak ada yang berjalan.

b. Simtom Negatif

Simtom-simtom negatif cenderung bertahan melampaui suatu episode akut dan


memiliki efek parah terhadap kehidupan penderita. Simtom-simtom ini penting
secara prognostik; banyaknya simtom negatif merupakan prediktor kuat
terhadap kualitas hidup yang rendah.

1. Avolition (Apati)
Merupakan kondisi kurangnya energi dan ketiadaan minat atau
ketidakmampuan untuk tekun melakukan apa yang biasanya merupakan
aktifitas rutin. Misalnya menjaga kebersihan diri dan mengalami kesulitan
untuk tekun dalam beraktifitas seperti sekolah, bekerja, dan pekerjaan rumah
tangga.
2. Alogia
Merupakan suatu gangguan pikiran negatif. Alogia dapat terwujud dalam
beberapa bentuk, misalnya miskin percakapan, jumlah percakapan memadai
namun hanya mengandung sedikit informasi dan cenderung membingungkan
saat diulang-ulang.
3. Anhedonia
Adalah ketidakmampuan untuk merasakan kesenangan yang tercermin dalam
kurangnya minat dalam berbagai aktivitas rekreasional, gagal untuk
mengembangkan hubungan dekat dengan orang lain, kurangnya minat dalam
hubungan seks
4. Afek Datar
Pada pasien yang memiliki afek datar hampir tidak ada stimulus yang dapat
memunculkan respon emosional. Penderita menatap dengan pandangan
kosong, otot-otot wajah kendur, dan mata tidak hidup. Ketika diajak
berbicara, mereka menjawab dengan suara datar dan tanpa nada.
5. Asosialitas
Ketidakmampuan yang parah dalam hubungan sosial, mereka hanya
memiliki sedikit teman, keterampilan sosial yang rendah, dan sangat kurang
berminat untuk berkumpul bersama orang lain.

c. Simtom Disorganisasi
Mencakup disorganisasi pembicaraan dan perilaku aneh (bizarre).
Disorganisasi pembicaraan merujuk pada masalah dalam mengorganisasi
berbagai pemikiran dalam bicara. Disorganisasi pembicaraan meliputi :
 Inkoherensi : Tidak ada saling keterkaitan satu sama lain dalam suatu
percakapannya.
 Asosiasi Longgar atau Derailment : Terlalu banyak ide atau pokok pikiran
dalam suatu percakapan. Sulit fokus pada satu ide pokok pikiran. Perilaku
aneh

d. Simtom Lain
 Katatonia : Para pasien dapat melakukan suatu gerakan berulang kali,
menggunakan urutan yang aneh.
 Imobilitas Katatonia : Menunjukkan berbagai postur yang tidak biasa dan tetap
dalam posisi demikian dalam waktu yang lama.
 Afek yang tidak sesuai : Respon emosional yang tidak sesuai dengan kondisi
yang dihadapi.
3. Etilogi

Dengan beragamnya presentasi gejala dan prognostik, maka tidak ada faktor
etiologi yang dianggap kausatif. Oleh karena itu terdapat berbagai penyebab,
antara lain:

A. Studi Adopsi

Sebanyak 31 anak dari 47 anak yang memiliki ibu skizofrenik (66%)


menerima suatu diagnosis DSM, dibandingkan dengan hanya 9 anak dari 50 peserta
kontrol (18%). Tidak seorang pun dari peserta kontrol mendapat diagnosis
skizofrenia, namun 16,6% dari keturunan para ibu yang menderita skizofrenia juga
mendapatkan diagnosis yang sama. Kelompok kontrol disini adalah kelompok yang
diseleksi dari panti asuhan yang sama dengan yang ditinggali oleh anak-anak dari para
ibu yang menderita skizofrenia. Anak-anak dari para ibu yang menderita skizofrenia
juga lebih mungkin untuk didiagnosis lemah mental, psikopatik dan neurotik. Anak-
anak yang dibesarkan tanpa berhubungan dengan para ibu mereka yang patogenik
juga lebih mungkin menjadi skizofrenik dibandingkan kelompok kontrol.

B. Evaluasi Data Genetik

Data mengindikasikan bahwa faktor-faktor genetik berperan penting dalam terjadinya


skizofrenia. Kita tidak dapat menyimpulkan bahwa skizofrenia adalah gangguan yang
sepenuhnya disebabkan oleh transmisi genetik karena kita harus selalu ingat perbedaan antara
fenotip dan genotip. Skizofrenia ditandai oleh perilaku; yaitu fenotip, dengan demikian
mencerminkan pengaruh gen dan lingkungan. Model diathesis stres tampaknya sesuai untuk
memandu teori dan penelitian mengenaik etilogi skizofrenia. Faktor-faktor geneik hanya
dapat menjadi pemberi predisposisi terhadap skizofrenia.

C. Faktor Biokimia

Peran faktor genetik dalam skizofrenia menunjukkan bahwa faktor-faktor biokimia


perlu diteliti karena melalui kimia tubuh dan proses-proses biologis faktor keturunan tersebut
dapat berpengaruh.
Aktivitas Dopamin. Teori bahwa skizofrenia berhubungan dengan aktivitas berlebihan
neurotransmiter dopamin, terutama didasarkan pada pengetahuan bahwa obat-obatan yang
efektif untuk menangani skizofrenia menurunkan aktivitas dopamin.

Kelebihan reseptor dopamin mungkin tidak berperan dalam semua simtom


skizpfrenia, kondisi itu tampaknya berhubungan terutama dengan simtom-simtom positif.
Amfetamin tidak memperparag simtom itu semua. Simtom secara aktual berkurang setelah
para penderita diberi amfetamin. Obat-obatan antipsikotik ternyata hanya mengurangi
beberapa simtom skizofrenia. Amfetamin memperparah simtom positif dan mengurangi
simtom negatif. Antipsikotik mengurangi simtom positif namun hanya berpengaruh sedikit
atau bahkan tidak berpengaruh bagi simtom negatif.

D. Faktor Sosial
 Kelas Sosial dan Skizofrenia
Beberapa orang percaya bahwa stresor yang berhubungan dengan kelas sosial rendah
dapat menyebabkan atau berkontribusi terjadinya skizofrenia yaitu hipotesis
sosiogenik. Stressor itu diantaranya :
a. Perlakuan merendahkan yang diterima seseorang dari orang lain
b. Tingkat pendidikan yang rendah
c. Kurangnya penghargaan dari orang lain
d. Rendahnya motivasi dan kurangnya kemampuan dalam menghadapi
permasalahan yang ada
 Keluarga dan Skizofrenia.
a. Penyebab itu diantaranya adalah :
b. Hubungan anak dan orangtua
c. Komunikasi yang terjalin antara anak dan orangtua

3.2 Pengaruh skizofrenia terhadap remaja

Usia remaja adalah masanya untuk tumbuh dan berkembang. Tapi para ahli psikologi
tahu bahwa pada masa ini adalah masa ketika beberapa gejala gangguan jiwa, seperti
skizofrenia dan bipolar, muncul.

Kaitan yang jelas antara kesehatan mental dengan masa remaja memang tidak jelas. Menurut
studi terbaru, perubahan otak yang terjadi di usia remaja mungkin dapat menjelaskan
mengapa usia ini menjadi periode kritis dalam kesehatan mental. Pemindaian MRI pada
remaja menunjukkan bahwa bagian otak (cortex) yang terkait dengan gen skizofrenia
berkembang dengan sangat pesat. Ukuran area ini menyusut dan menipis di akhir masa
remaja. Proses ini meningkatkan level mielin, selubung yang melindungi serabut saraf dan
berfungsi setiap sinyal otak dikirim dengan cepat dan efisien. Area cortex tersebut adalah
penghubung yang penting dan mengontrol komunikasi antar bagian otak. Karenanya, ketika
terjadi sesuatu yang keliru, dampaknya sangat luas.

3.2.1 Prestasi

Remaja yang menderita skizofrenia cenderung memiliki tingkat kreatifitas diatas


remaja pada umumnya. Hal itu dikarenakan remaja penderita skizofrenia mengalami
halusinasi sehingga memiliki imajinasi yang tinggi.

Misalnya seorang remaja yang selesai menonton sebuah drama Korea dengan pemain
favorit mereka dan memiliki karakter yang sangat berkesan baginya. Akibatnya ia selalu
berimajinasi bahwa pemain yang telah ia tonton hadir di hadapannya dan melakukan adegan
yang seperti dalam drama itu di depan matanya. Sehingga hal itu menimbulkan halusinasi
yang membuat remaja itu meyakini bahwa pemain itu benar-benar ada dan nyata.

Selain itu, penderita skizofrenia juga dapat mendengar suara-suara yang imajinatif.
Biasanya, suara-suara itu memberikan peringatan tentang sebuah bahaya. Misal

3.2.2 Frustasi

Skizofrenia memberikan lebih banyak dampak negatif dari pada dampak positif
terhadap penderitanya. Di antaranya:

1. Cara bicara yang kacau dan tidak bisa dimengerti


Penderita skizofrenia mengalami gejala pasti yang disadari oleh orang di
sekitarnya karena cara bicaranya yang kacau dan tidak bisa dimengerti.
Seperti yang sudah dijelaskan, penderita skizofrenia akan mengalami
delusi dan halusinasi. Karenanya, ia akan mulai membicarakan hal-hal
yang bersifat imajinatif dan hanya dirinya yang mengetahui tentang itu.
Sebagai contoh, ada pemain drama Korea favoritnya yang baru saja
menemuinya di kamar dan berbincang-bincang dengannya menggunakan
bahasa Indonesia. Logikanya, tidak mungkin seorang artis memasuki
kamarnya jika mereka tidak memiliki hubungan yang benar-benar dekat.
Maka orang yang pertama akan menyadarinya adalah keluarganya, karena
mereka tinggal di satu lingkup yang sama.
2. Menarik diri dari kehidupan sosial
Remaja penderita skizofrenia cenderung akan menarik diri dari lingkungan
sekitar, dikarenakan mereka lebih ingin bersama dengan tokoh atau benda
halusinasinya. Misalnya saja seperti yang dijelaskan diatas, penderita yang
mempunyai pemain favorit dalam suatu drama dan membayangkan pemain
favoritnya tersebut ada bersamanya maka ia bisa menjadi tidak peduli
dengan lingkungan sekitarnya lagi karena penderita skizofrenia akan lebih
terfokus dengan pemain favoritnya padahal itu hanya halusinasinya saja.
3. Rasa takut luar biasa
Bukan hanya tokoh idola saja yang menjadi bahan halusinasi penderita
skizofrenia, tetapi juga bayangan tokoh jahat yang selalu menghantuinya.
Penderita selalu merasa ada yang menguntit, merasa terintimidasi dan
terancam. Sebagai misal mereka yang memang memiliki ketakutan
berlebih terhadap benda tajam, maka ia akan merasa terancam oleh semua
orang di sekitarnya yang tengah memegang benda itu. Atau mereka yang
begitu paranoid terhadap kematian setiap waktu akan selalu merasa
terancam dan tidak aman oleh siapapun dan di manapun. Hal itu juga dapat
membuatnya berhenti bersosialisasi dan tak dapat mempercayai siapapun
selain dirinya sendiri, Tuhan, dan apa yang ia lihat meskipun itu
halusinasi.
4. Prestasi menurun
Bagi remaja terutama pelajar, mendapatkan penyakit skizofrenia benar-
benar berpengaruh terhadap keberlangsungan hidupnya. Hidup mereka
akan disibukkan dengan tokoh imajinasi mereka yang tidak pernah tidur
dan muncul tanpa dapat diprediksi tergantung suasana hati penderita.
Sebagai contoh mereka yang sedang merasa terpuruk karena gagal, lalu
kehadiran tokoh imajinasi yang tidak bisa ia tolak kehadirannya dan justru
mengucapkan perkataan yang semakin membuatnya jatuh. Penderita akan
merasa frustasi karenanya. Itu membuatnya yang merupakan seorang
pelajar menjadi malas karena lelah menghadapi imajinasinya itu.
3.3 Bagaimana cara mengatasi skizofernia?

Mengatasi skizofrenia secara alami

1. Mengatasi Skizofrenia dengan Ginko Biloba

Ginko biloba masih dipelajari oleh komunitas ilmiah sebagai gabungan


pengobatan untuk skizofrenia karena dapat membantu meningkatkan efektivitas
antipsikotik. Hal ini juga diyakini untuk melindungi kerusakan saraf yang disebabkan
oleh antipsikotik. Dosis khas ginkgo biloba adalah 360 mg standar ekstrak ginkgo
biloba sehari dalam dosis yang terbagi sampai 16 minggu.

2. Mengatasi skizofrenia dengan minyak ikan

Orang yang menderita skizofrenia cenderung memiliki tingkat omega-3 asam


lemak yang rendah dalam darah mereka seperti yang dikaitkan dengan menipisnya
asam lemak tertentu. Dengan demikian, suplemen minyak ikan yang tinggi akan
kandungan EPA (asam eicosapentaenoic) dapat membantu mengurangi gejala
skizofrenia. Sebuah studi pada tahun 2010 yang diterbitkan dalam Jurnal Psikiatri
Umum menemukan bahwa omega-3 PUFAs (polyunsaturated fatty acids) dapat
membantu mengurangi pengembangan psikotik penyakit.

o Minum 1 sampai 4 gram suplemen minyak ikan setiap hari. Konsultasikan


pada dokter kamu untuk dosis yang tepat, terutama jika kamu menggunakan
obat pengencer darah, atau obat untuk diabetes atau penyakit kardoivaskular.
o Juga, masukkan ika salmon, sarden, ikan air tawar dan ikan lainnya
dalam diet kamu. Biji rami, biji labu, dan biji lainnya juga mengandung
omega-3 asam lemak.

3. Mengatasi skizofrenia dengan Brahmi


Brahmi, juga disebut dengan bacopa yang popular di pengobatan Ayurvedic
dalam meningkatkan kemampuan kognitif. Penelitian pada hewan menunjukkan
bahwa hal itu juga dapat membantu mengatasi skizofrenia.

Meskipun bagaimana meskanisme yang tepat itu dapat bekerja masih belum
diketahui, tapi diyakini dapat membantu menstabilkan bahan kimia tertentu dalam
otak. Ini juga menunjukkan sifat melindungi saraf. Minum 500 mg ekstrak brahmi
setiap hari, setidaknya selama 1 bulan.

4. Mengatasi skizofrenia dengan Antioksidan

Vitamin antioksidan seperti vitamin A, C dan E dianggap dapat membantu


mengurangi keparahan skizofrenia. Vitamin C juga merupakan vitamin anti-stres.
Penelitian menunjukkan bahwa ada kemungkinan peran untuk stress oksidatif dalam
pengembangan gangguan otak. Antioksidan membantu menetralisir radikal bebas dan
mengurangi stres oksidatif.
o Sertakan makanan yang kaya antioksidan seperti blueberi, stroberi, lemon,
jeruk, gooseberry India (amla), bayam dan wortel dalam menu diet kamu.
o Kamu juga bisa mengkonsumsi multivitamin dan suplemen vitamin.
Konsultasikan dengan doktermu sebelum mengkonsumsi suplemen.

5. Mengatasi skizofrenia dengan olahraga

Olahraga teratur baik untuk menjaga fisik serta mental tetap bagus untuk
penderita skizofrenia. Ini dapat meningkatkan suasana hati kamu dan meringankan
kecemasan serta depresi.

Lakukan aktivitas fisik 30 menit setiap hari. Kamu dapat menjoba berjalan,
lari pagi atau latihan olahraga kekuatan.

Yoga juga dianggap membantu karena merupakan terapi tambahan untuk


skizofrenia yang dapat membantu mengurangi gejala psikotik, menghasilkan
perubahan neurobiologis dan meningkatkan kualitas hidup.
6. Mengatasi skizofrenia dengan ashwagandha

Ashwagandha merupakan ramuan menenangkan lain untuk depresi,


kecemasan, dan gangguan kejiwaan lainnya karena anxiolytic dan efek anti depresi.

Menurut sebuah penelitian tahun 2013 yang diterbitkan di Jurnal Farmakologi


India, ramuan ini dapat menawarkan efek menurunkan gula darah dan kolesterol
untuk memerangi efek samping dari antipsikotik terkait dengan insiden yang lebih
tinggi dari sindrom metabolik. Minum 500 mg kapsul suplemen ashwagandha, 4 kali
sehari selama setidaknya 1 bulan.

7. Mengatasi skizofrenia dengan kamomil

Kamomil memiliki sifat menyejukkan dan menenangkan. Hal ini juga


membuat tidur nyenyak dan berguna bagi mereka yang menderita skizofrenia.

o Tambahkan 1 sendok teh bunga kamomil kering untuk 1 cangkir air panas.


o Tutup dan biarkan terendam selama 5 menit.
o Saring larutan tersebut.
o Minum setiap hari di malam hari.

8. Mengatasi skizofrenia dengan basil

Daun basil memiliki antioksidan yang sangat baik dan juga meningkatkan
fungsi otak untuk mengatasi gejala skizofrenia.

o Rendam beberapa daun basil dalam air panas selama sekitar 5 menit.
o Saring dan tambahkan madu untuk mempermanis.
o Minum teh ini 2 kali sehari.

9. Mengatasi skizofrenia dengan kapulaga hijau

Biji kapulaga hijau juga dapat digunakan untuk membantu mengatasi


skizofrenia karena mereka bagus dalam sistem saraf.
o Rendam 1 sendok teh bubuk biji kapulaga dalam 1 cangkir air panas selama 5
sampai 10 menit.
o Saring dan tambahkan beberapa gula atau madu untuk mempermanis.
o Minum teh ini 2 kali sehari.

Gaya hidup dan pengobatan rumahan berikut mungkin dapat membantu Anda mengatasi
penyakit ini:

 Minum obat Anda setiap hari seperti pada resep dokter


 Saat halusinasi muncul, cobalah untuk mengabaikan halusinasi itu dengan
memfokuskan diri Anda pada hal lain, misalnya dengan membaca buku, mendengarkan
musik, berdoa, atau berbicara dengan teman.
 Ikut berpartisipasi dalam program atau aktivitas yang dianjurkan. Pertimbangkan
untuk ikut dalam support group pekerja sosial
 Hindari alkohol karena alkohol dapat menghambat efek obat
 Jangan biarkan anggota keluarga yang mengidap penyakit ini merasa tertekan. Stres,
kurang tidur, diet yang tidak seimbang, dan kafein dapat menyebabkan gejala kambuh
 Hubungi dokter apabila Anda atau keluarga Anda mendengar suara, merasa paranoid
atau memiliki pikiran-pikiran yang aneh
 Hubungi dokter Anda apabila Anda atau anggota keluarga Anda kurang tidur, terlihat
depresi, atau mempunyai perasaan ingin bunuh diri
 Jangan menggunakan obat-obatan ilegal
 Jangan menggunakan obat di luar resep tanpa sepengetahuan dokter Anda

Dalam menangani skizofrenia, dokter akan mengombinasikan obat-obatan dengan terapi


psikologis. Obat yang biasa diresepkan dalam kasus ini adalah antipsikotik. Antipsikotik
bekerja dengan cara memengaruhi zat neurotransmiter di dalam otak (serotonoin dan
dopamine). Pada penderita skizofrenia, obat ini bisa menurunkan agitasi dan rasa cemas,
menurunkan atau mencegah halusinasi dan delusi, serta membantu menjaga kemampuan
berpikir dan mengingat.
Antipsikotik digunakan dalam dua cara, yaitu oral (umumnya bentuk pil) dan suntik. Pada
pasien yang mudah diatur, dokter biasanya akan memberikan pil antipsikotik. Namun
sebaliknya, pada pasien yang menolak diberikan obat, terpaksa harus disuntik. Untuk
menenangkan pasien yang mengalami agitasi, dokter biasanya akan memberikan
benzodiazepine terlebih dahulu sebelum menyuntikkan antipsikotik.

Ada dua kelompok obat-obatan antipsikotik, yaitu antipsikotik generasi lama (misalnya


fluphenazine, perphenazine, chlorpromazine,  dan haloperidol) dan generasi
baru (misalnyaclozapine, ziprasidone, quetiapine,
olanzapine, risperidone,  aripiprazole, dan paliperidone)
Efek samping yang ada pada kedua kelompok antipsikotik ini adalah peningkatan berat
badan, sembelit, mengantuk, pandangan kabur, mulut kering, dan berkurangnya gairah seks.
Sedangkan efek samping yang hanya ada pada antipsikotik generasi lama adalah otot terasa
berkedut, badan gemetar, dan kejang otot.
Saat ini, antipsikotik generasi baru merupakan obat yang paling sering direkomendasikan
oleh dokter karena terbukti memiliki risiko efek samping yang lebih rendah.

Bagi penderita skizofrenia yang telah melewati episode akut, pemberian antipsikotik harus
tetap dilakukan selama 1-2 tahun untuk mencegah kambuh. Namun selama periode akut
belum reda, biasanya dokter akan menyarankan perawatan di rumah sakit jiwa agar
kebersihan, nutrisi, kebutuhan istirahat, dan keamanan penderita terjamin.

Penanganan melalui terapi psikologis


Setelah gejala skizofrenia reda, penderita membutuhkan terapi psikologis di samping harus
tetap melanjutkan konsumsi obat. Di dalam terapi psikologis, penderita akan diajari cara
mengatasi stres dan mengendalikan penyakit mereka melalui identifikasi tanda-tanda
kambuh. Selain itu, penderita juga akan diajari cara meningkatkan kemampuan komunikasi
agar bisa tetap berinteraksi secara sosial. Terapi ini juga bermanfaat untuk kembali
mengembangkan kemampuan penderita dalam bekerja.

Terapi psikologis tidak hanya diperuntukkan bagi penderita. Ahli terapi juga perlu
memberikan edukasi pada keluarga penderita tentang cara menghadapi skizofrenia.

Anda mungkin juga menyukai