Anda di halaman 1dari 9

Nora Eka Nugraha (20090310150)

Data Problem
Problem Hipotesis Mekanisme Learning Issues Problem Solving
Tambahan Definition
S: # Kejang 6/11/2013 1.Apa 1.Penyebab terjadinya kejang Penegakan diagnosis
Pasien Anak umr 3 tahun Disertai DL penyebab demam adalah infeksi ekstrakranial kejang demam dapat
berat badan 16kg diantar Demam: Hb : 11,5 kejang pada diduga karena otitis media, ditarik dari anamnesis,
orangtuanya ke IGD dengan AL : 14,2 kasus ini? pneumonia, gastroenteritis, pemeriksaan fisik dan
keluhan Kejang sebanyak 2x 1.Kejang AE : 4,3 faringitis, disentri, virus herpes, dan penunjang. Pertama dari
disertai demam sejak 2 hari demam : KDK AT : 255 2. infeksi saluran kencing. Selain itu, anamnesis yang
yang lalu. Kejang pertama & KDS Hmt : 31,2 Bagaimana vaksinasi Measles Mumps Rubella menyatakan demam sejak
pukul 10.30 selama 5 menit, 2.Bukan penatalaksan (MMR), pertusis juga dapat 2 hari yang lalu dengan
kejang kedua berlangsung Kejang Eos : 0 aan kejang? menyebabkan kejang demam. Pada suhu mencapai 40* C,
pada pukul 20.00 kurang Demam : Basofil : 0 beberapa infeksi ekstrakranial diatas kejang berlangsung
lebih 3 menit. Kejang Meningitis, Batang : 0 menimbulkan gejala berupa demam sebanyak 2 kali dalam 24
berlangsung local dan Ensefalitis. Segmen : 70 (Kundu, 2010). jam dan dengan usia anak
diantra 2 bangkitan kejang Lymfosit : 24 3 tahun. Dari
anak masih sadar. Batuk -, # Faringitis Monosit : 6 Pada keadaaan demam kenaikan pemeriksaan fisik tidak
pilek -, muak-, mutah-, Bab suhu 1°C akan mengakibatkan didapatkan meningeal
bak tak ada keluhan. kenaikan metabolisme basal 10% - sign positif, dengan
Semenjak sakit anak jadi 15% dan kebutuhan oksigen akan fontanella nutup datar,
susah makan. Pasien tak ada meningkat 20%. Pada seorang anak dan reflek fisiologis positif
riwayat epilepsy. berumur 3 tahun sirkulasi otak normal. Dari pemeriksaan
RPD : Pasien punya riwayat mencapai 65% dari seluruh tubuh, darah menunjukan
kejang dengan demam 2x dibandingkan dengan orang dewasa adanya leukositosis yang
sekitar 5 bulan yang lalu, yang hanya 15%. Jadi pada kenaikan mengarah adanya suatu
pertama jam 06.00 3 menit suhu tubuh tertentu dapat terjadi proses infeksi yang
dan jam 09.00 2 menit. perubahan keseimbangan dari mendasarinya.
RPK : Ayah pasien waktu membransel neuron dan dalam
kecil sering kejang. waktu yang singkat terjadi difusi dari Diagnosa
ion Kalium maupun ion Natrium Kejang demam kompleks
O: melalui membran tadi, dengan akibat ec faringitis.
KU : compos mentis terjadinya lepas muatan listrik. Lepas
Nadi : 102 x/menit muatan listrik ini demikian besarnya Terapi
RR : 28 x/menit sehingga dapat meluas ke seluruh sel Infus KN3B 10 tpm
Suhu : 40 C maupun ke membrana sel Injeksi ampicilin 3x400mg
tetangganya dengan bantuan bahan Injeksi cefotaxim
Kepala: yang disebut neurotransmiter dan 3x400mg
Nora Eka Nugraha (20090310150)
Fontanella datar nutup. terjadilah kejang. Kejang demam Po Diazepam bila panas
Mata: Cekung -, sclera terbagi atas kejang demam >38 k/p
ikterik-, CA -, secret –, pupil sederhana dan kejang demam Po Paracetamol 1,5 cth
isokor +, reflek cahaya +, kompleks. k/p
Hidung : secret -, nafas Kejang demam sederhana Diet nasi 3 x 1 porsi
cuping hidug -, Kejang demam yang berlangsung
Mulut : Sianosis -, Stomatitis singkat, kurang dari 15 menit, dan
-, faring hiperemis +, Tonsil umumnya akan berhenti sendiri.
T1, Nyeri telan +. Kejang berbentuk umum tonik dan
Telinga : secret -, tragus pain atau klonik, tanpa gerakan fokal.
-, bulging -. Kejang tidak berulang dalam waktu
Leher : Pembesaran 24 jam. Kejang demam sederhana
limfonodi -. merupakan 80% di antara seluruh
kejang demam.
Thorax : Kejang demam kompleks
Vesicular +, simetris +, sonor Kejang demam dengan salah satu ciri
+, Whezing -, ronkhi -, berikut ini:
stridor -. 1. Kejang lama > 15 menit
2. Kejang fokal atau parsial satu sisi,
Abdomen : atau kejang umum didahului
Supel +, timpani +, kejang parsial
peristaltic + N, turgor kulit < 3. Berulang atau lebih dari 1 kali
2 detik + baik, nyeri tekan -, dalam 24 jam

Ekstremitas :
Akral hangat +, Sianosis -, crt 2.
<2 detik +, Biasanya kejang demam berlangsung
singkat dan pada waktu pasien
Meningeal sign : kaku kuduk datang kejang sudah berhenti.
-, kernig sign -, brudzinski I -, Apabila datang dalam keadaan
brudzinski II -, laseque -, kejang obat yang paling cepat untuk
menghentikan kejang adalah
Reflek fisiologis : diazepam yang diberikan secara
+ Normal intravena. Dosis diazepam intravena
adalah 0,3-0,5 mg/kg perlahan-lahan
Status gizi : dengan kecepatan 1-2 mg/menit
16kg/109cm -1SD sampai atau dalam waktu 3-5 menit, dengan
Nora Eka Nugraha (20090310150)
median (status gizi baik) dosis maksimal 20 mg.
Obat yang praktis dan dapat
Imunisasi : diberikan oleh orang tua atau di
Lengkap rumah adalah diazepam rectal. Dosis
diazepam rektal adalah 0,5-0,75
mg/kg atau diazepam rektal 5 mg
untuk anak dengan berat badan
kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk
berat badan lebih dari 10 kg. Atau
diazepam rektal dengan dosis 5 mg
untuk anak dibawah usia 3 tahun
atau dosis 7,5 mg untuk anak di atas
usia 3 tahun.
Bila setelah pemberian diazepam
rektal kejang belum berhenti, dapat
diulang lagi dengan cara dan dosis
yang sama dengan interval waktu 5
menit.
Bila setelah 2 kali pemberian
diazepam rektal masih tetap kejang,
dianjurkan ke rumah sakit. Di rumah
sakit dapat diberikan diazepam
intravena dengan dosis 0,3-0,5
mg/kg.
Bila kejang tetap belum berhenti
diberikan fenitoin secara intravena
dengan dosis awal 10-20 mg/kg/kali
dengan kecepatan 1 mg/kg/menit
atau kurang dari 50 mg/menit. Bila
kejang berhenti dosis selanjutnya
adalah 4-8 mg/kg/hari, dimulai 12
jam setelah dosis awal.
4

1. Kejang Demam
a. Definisi Kejang Demam
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (suhu rectal di atas
38C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada
anak umur enam bulan sampai lima tahun dengan suhu lebih dari 38C yang tidak disebabkan karena
infeksi sistem syaraf pusat atau gangguan metabolisme dan tidak memiliki riwayat kejang tanpa demam.
b. Etiologi Kejang Demam
Kejang demam terjadi tergantung respon otak terhadap demam. Faktor genetik dimungkinkan
menjadi pemicu terjadinya kejang demam. Penyebab terjadinya kejang demam diduga karena infeksi
saluran pernafasan atas, otitis media, pneumonia, gastroenteritis, disentri, virus herpes, dan infeksi
saluran kencing. Selain itu, vaksinasi Measles Mumps Rubella (MMR), pertusis dapat menyebabkan kejang
demam. Hal ini terjadi karena efek demam yang ditimbulkan dari vaksinasi ini.
c. Patofisiologi Kejang Demam
Pada keadaaan demam kenaikan suhu 1°C akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10% -
15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak
mencapai 65% dari seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Jadi pada
kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel neuron dan
dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion Kalium maupun ion Natrium melalui membran tadi,
dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat
meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel tetangganya dengan bantuan bahan yang disebut
neurotransmiter dan terjadilah kejang.
Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak menimbulkan
gejala sisa. Hanya pada kejang yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) yang dapat menyebabkan
kerusakan neuron otak dan epilepsi.
d. Manifestasi Klinis Kejang Demam
1) Kejang demam sederhana
Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit, dan umumnya akan berhenti sendiri.
Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik, tanpa gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam
waktu 24 jam. Kejang demam sederhana merupakan 80% di antara seluruh kejang demam.

1) Kejang demam komplek


1. Kejang lama > 15 menit.
2. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial.
3. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.
e. Faktor Resiko Terjadinya Kejang Demam
Faktor-faktor yang terjadinya kejang demam menurut Friedman (2006) meliputi :
1) Pengalaman demam yang sering
2) Kejang yang terjadi pada suhu yang relatif rendah
3) Gangguan tumbuh kembang
4) Suhu tubuh lebih dari 39C
5) Demam yang terjadi kurang dari dua jam
6) Riwayat kejang pada keluarga terdekat (orang tua dan saudara kandung)
7) Usia anak kurang dari dua tahun
8) Riwayat asfiksia
f. Diagnosis Kejang Demam
Menghadapi seorang anak yang menderita demam dengan kejang, harus dipikirkan apakah
penyebab dari kejang itu didalam atau diluar susunan saraf pusat (otak). Berikut merupakan diagnosa
banding kejang demam menurut Paul (2012) dan WHO (2005) adalah:
1) Infeksi sistem saraf pusat : meningitis, enchepalitis
2) Kejang yang disebabkan oleh demam pada anak yang terdiagnosis epilepsi
3) Reflex anoxic seizure yaitu kejang yang dicetuskan karena anak mengalami nyeri dan anak tiba-tiba
menjadi lemas.
4) Serangan asma yaitu saat anak mengalami gangguan kesadaran sementara
5) Delirium yang disebabkan karena suhu tubuh yang sangat tinggi
5

6) Anak demam yang mengalami pingsan


7) Anak demam yang mengalami kekakuan pada ekstremitas tetapi tidak mengalami penurunan
kesadaran
8) Malaria serebral (hanya pada anak yang terpajan Plasmodium Falsifarum)
9) Gloumonefritis akut dengan ensefalopati

g. Penunjang
Pemeriksaan yang perlu dipertimbangkan setelah anak mengalami kejang demam sederhana
menurut American Academy of Pediatrics (2011) adalah :
1) Identifikasi penyebab demam
2) Pungsi lumbal
Pungsi lumbal perlu dilakukan apabila :
a) Anak mengalami kejang dan demam yang mempunyai gejala klinis meningitis (kernig sign,
brudzinski sign, atau kaku kuduk).
b) Anak usia 6-12 bulan yang kemungkinan kejang tidak disebabkan karena haemophilus influensae
type b (Hib) atau Streptococcus pneumoniae (anak yang belum mendapatkan imunisasi)
c) Anak yang sedang dalam pengobatan antibiotik pada saat sebelum mengalami kejang demam. Hal
ini dilakukan karena antibiotik dapat menyamarkan tanda gejala meningitis.
3) Elektroensefalografi
Secara umum kejang demam sederhana tidak biasanya membutuhkan evaluasi lebih lanjut
khususnya elektroensefalografi

h. Pengobatan Kejang Demam


1) Antipiretik
a) Paracetamol/ asetaminofen
Antipiretik seperti asetaminofen tidak menurunkan resiko terjadinya kejang demam
berulang. Antipiretik ini digunakan hanya untuk menurunkan demam dan meningkatkan
kenyamanan pada anak. Dosis yang digunakan berkisar 10-15 mg/kg/kali, 3-4 kali sehari.
Asetaminofen dapat mengakibatkan sindrom reye terutama pada anak kurang dari 18 bulan.
b) Ibuproven
Ibuproven dapat menyebabkan asidosis metabolik, kerusakan ginjal, gangguan pada sistem
respiratori, dan koma.
c) Diazepam
Diazepam diberikan saat terjadi onset demam secara rektal ataupun oral dapat efektif
menurunkan resiko terjadinya kejang demam berulang. Namun, kekurangannya adalah kejang
demam sering terjadi saat onset demam belum teridentifikasi sehingga kejang demam terjadi
sebelum anak diberikan diazepam. Dosis yang dianjurkan adalah 0,3-0,5 mg/kg dengan dosis
maksimum 10 mg). Efek terapeutiknya sangat cepat, yaitu antara 30 detik sampai 5 menit. Efek
samping diazepam adalah letargi, mengantuk, ataxia, pusing, pembicaraan yang tidak jelas,
hipotensi, bradicardia, penekanan pusat pernafasan, laringospasme dan henti jantung.
2) Pemberian obat rumatan
Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam pemberian obat rumatan menurut Widodo (2005) :
a) Indikasi pemberian obat rumatan
Lama pengobatan diberikan selama satu tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secara
bertahap selama 1-2 bulan. Pemberian obat rumatan hanya dilakukan bila kejang demam
menunjukkan salah satu ciri sebagai berikut :
(1) Kejang lama (>15 menit)
(2) Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau setelah mengalami kejang demam
misalnya cerebral palsy, retardasi mental, hidrochepalus, dan hemiparesis.
(3) Kejang fokal
(4) Pengobatan rumat dipertimbangkan bila :
(a) Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam
(b) Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan
(c) Kejang demam terjadi ≥ 4 kali per tahun
6

(d) Kelainan neurologis tidak nyata seperti keterlambatan perkembangan ringan bukan
merupakan indikasi
b) Macam-macam obat rumatan
(1) Phenobarbitol
Phenobarbitol (5-8 mg/kg/hari untuk anak kurang dari dua tahun dan 3-5 mg/kg/hari
untuk anak usia lebih dari dua tahun) dapat menurunkan terjadinya kejang demam berulang.
Namun, efek sampingnya dapat menyebabkan anak mengantuk, rewel, gangguan
konsentrasi, hiperaktifitas, ititabilitas, letargi, gangguan tidur, gangguan memori, dan
gangguan kognitif anak .
(2) Asam valproat/ sodium valproat
Asam valproat (10-15 mg/kg/hari) dapat menurunkan kemungkinnan terjadinya kejang
demam berulang. Namun, asam valproat ini juga memiliki efek samping yaitu toksisitas renal,
trombositopenia, pencreatitis, dan hepatotoxisitas .
(3) Carbamazepine
Carbamazepine tidak menurunkan kemungkinan terjadinya kejang demam berulang.
Namun, carbamazepine dapat efektif menurunkan resiko berulangnya kejang demam apabila
diberikan dengan profilaksis intermitten lain.
(4) Phenitoin
Phenitoin tidak menurunkan kejadian kejang demam. Selain itu, konsentrasi obat dalam
darah sulit dikontrol.

Faringitis
Definisi
Faringitis adalah suatu peradangan pada tenggorokan (faring) yang biasanya disebabkan oleh infeksi akut.
Biasanya disebabkan oleh bakteri streptokokus grup A. Namun bakteri lain seperti n. gonorrhoeae, c. diphtheria,
h. influenza juga dapat menyebabkan faringitis. Apabila disebabkan oleh infeksi virus biasanya oleh rhinovirus,
adenovirus, parainfluenza virus dan coxsackie virus.

Gejala dan tanda


Yang sering muncul pada faringitis adalah:
 nyeri tenggorokan dan nyeri menelan
 Tonsil (amandel) yang membesar
 Selaput lendir yang melapisi faring mengalami peradangan berat atau ringan dan tertutup oleh selaput yang
berwarna keputihan atau mengeluarkan nanah
 Demam
 Pembesaran kelenjar getah bening di leher
 Peningkatan jumlah sel darah putih.
 Gejala tersebut bisa ditemukan pada infeksi karena virus maupun bakteri, tetapi lebih merupakan gejala khas
untuk infeksi karena bakteri.

Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan terhadap apus tenggorokan
 Skrining terhadap bakteri streptokokus
 leukositosis

Pengobatan
Untuk mengurangi nyeri tenggorokan diberikan obat pereda nyeri (analgetik) seperti asetaminofen, obat hisap
atau berkumur dengan larutan garam hangat. Aspirin tidak boleh diberikan kepada anak-anak dan remaja yang
berusia dibawah 18 tahun karena bias menyebabkan sindroma Reye.
Jika diduga penyebabnya adalah bakteri, diberikan antibiotik. Penting bagi penderita untuk meminum obat
antibiotik sampai habis sesuai anjuran dokter, agar tidak terjadi resistensi pada kuman penyebab faringitis.
7

Untuk mengatasi infeksi dan mencegah komplikasi (misalnya demam rematik), jika penyebabnya streptokokus,
diberikan tablet penicillin. Jika penderita memiliki alergi terhadap penicillin bisa diganti dengan erythromycin atau
antibiotik lainnya.

MENINGITIS
A. Definisi
Meningitis adalah suatu reksi keradangan yang mengenai satu atau semua apisan selaput yang membungkus
jaringan otak dan sumsum tulang belakang, yang menimbulkan eksudasi berupa pus atau serosa. Disebabkan oleh
bakteri spesifik atau nonspesifik atau virus.

B. Insiden
a. Meningitis lebih banyak terjadi pada laki-laki dari pada perempuan.
b. Incident puncak terdapat rentang usia 6 – 12 bulan.
c. Rentang usia dengan angka moralitas tinggi adalah dari lahir sampai dengan 4 tahun.

C. Etiologi
a. Pada nonatus disebabkan oleh organisme primer basal enteria gram negative, batang gram negative,
streptokokus grub B.
b. Pada anak usia 3 bulan sampai dengan 5 tahun diebabkan oleh organisme primer : Haemopilus influenzal tipe
B.
c. Pada anak-anak yang lebih besar disebabkan oleh infeksi neisseria meningitis atau infeksi stafilokokus.

D. Gejala Klinis
a. Neonatus
1) Gejala tidak khas
2) Panak (+)
3) Anak tampak malas, lemah, tidak mau minum, muntah dan kesadaran menurun.
4) Ubun-ubun besar kadang kadang cembung.
5) Pernafasan tidak teratur.

b. Anak Umur 2 Bulan Sampai Dengan 2 Tahun


1) Gambaran klasik (-).
2) Hanya panas, muntah, gelisah, kejang berulang.
3) Kadang-kadang “high pitched ery”.

c. Anak Umur Lebih 2 Tahun


1) Panas, menggigil, muntah, nyeri kepala.
2) Kejang
3) Gangguan kesadaran.
4) Tanda-tanda rangsang meninggal, kaku kuduk, tanda brudzinski dan kering (+).

Enchepalitis
Encephalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri cacing, protozoa, jamur, ricketsia
atau virus

B. Etiologi :
a. Mikroorganisme : bakteri, protozoa, cacing, jamur, spirokaeta dan virus.
Macam-macam Encephalitis virus menurut Robin :
1. Infeksi virus yang bersifat epidermik :
a). Golongan enterovirus = Poliomyelitis, virus coxsackie, virus ECHO.
b).Golongan virus ARBO = Western equire encephalitis, St. louis encephalitis, Eastern equire encephalitis,
Japanese B. encephalitis, Murray valley encephalitis.
8

2. Infeksi virus yang bersifat sporadic : rabies, herpes simplek, herpes zoster, limfogranuloma, mumps,
limphotic, choriomeningitis dan jenis lain yang dianggap disebabkan oleh virus tetapi belum jelas.
3. Encephalitis pasca infeksio, pasca morbili, pasca varisela, pasca rubella, pasca vaksinia, pasca
mononucleosis, infeksious dan jenis-jenis yang mengikuti infeksi traktus respiratorius yang tidak spesifik.

b. Reaksin toxin seperti pada thypoid fever, campak, chicken pox.


c. Keracunan : arsenik, CO.

C. Tanda dan Gejala.


1. Demam.
2. Sakit kepala dan biasanya pada bayi disertai jeritan.
3. Pusing.
4. Muntah.
5. Nyeri tenggorokan.
6. Malaise.
7. Nyeri ekstrimitas.
8. Pucat.
9. Halusinasi.
10. Kaku kuduk.
11. Kejang.
12. Gelisah.
13. Iritable.
14. Gangguan kesadaran.

D. Pemeriksaan Diagnostik.
1. Pemeriksaan cairan serebrospinal.
Warna dan jernih terdapat pleocytosis berkisar antara 50-200 sel dengan dominasi sel limfosit. Protein agak
meningkat sedangkan glucose dalam batas normal.
2. Pemeriksaan EEG.
Memperlihatkan proses inflamasi yang difuse “bilateral” dengan aktivitas rendah.
3. Pemeriksaan virus.
Ditemukan virus pada CNS didapatkan kenaikan titer antibody yang spesifik terhadap virus penyebab.

E. Penatalaksanaan.
1). Pengobatan penyebab :
Diberikan apabila jenis virus diketahui Herpes encephalitis : Adenosine arabinose 15 mg/Kg BB/hari selama 5 hari.
2). Pengobatan suportif.
Sebagian besar pengobatan encephalitis adalah : pengobatan nonspesifik yang bertujuan mempertahankan fungsi
organ tubuh.

Pengobatan tersebut antara lain :


- ABC (Airway breathing, circulation) harus dipertahankan sebaik-baiknya.
- Pemberian makan secara adequate baik secara internal maupun parenteral dengan memperhatikan jumlah
kalori, protein, keseimbangan cairan elektrolit dan vitamin.
- Obat-obatan yang lain apabila diperlukan agar keadaan umum penderita tidak bertambah jelek.
9

Daftar Pustaka

Abdoerrahman. (2002). Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 2. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI

Friedman, M.J.; Shariif, G. (2006). Seizure in children. Pediatric Clinics of North America.53, 257-277

Paul, S; Blaikley, S.; Chintapalli, R. (2012). Clinical update : febrile convulsion in childhood. Community
Practicioner. Swindon, 85(7), 36-38

Kundu, G.K., Rabin, F., Nandi, E., Sheikh, N., Akhtar, S. (2010). Etiology and risk factor febrile seizure – an update.
G.K. Bangladesh J. Child Health, 34, 103-112

Leung, A.& Robson, W. (2007). febrile seizure. J. Pediatr Health Care, 21, 250-255

Lux. (2010). Review article treatment of febrile seizures: historical perspective, current opinions, and potential
future directions. Brain Development, 32, 42-50

Widodo. (2005). Konsensus Kejang Demam. Jakarta: Unit Kerja Koordinasi Neurologi Ikatan Dokter Anak
Indonesia.

www.forbetterhealth.files.wordpress.com/2009/01/ meningitis.pdf

www.files.wordpress.com/.../b005-encephalitis.pdf

Anda mungkin juga menyukai