Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Lansia
Bumil
Deskripsi: Tn. L, 28 tahun datang dibawa oleh keluarga ke Puskesmas Kalideres dengan
tidak mau bicara dan seperti orang ketakutan sejak 2 hari ini. Menurut pengakuan
keluarga pasien, pasien seperti orang bingung dan tidak bisa tidur. Menurut pengakuan
pasien, pasien mendengarkan ada suara yang berbicara kepada pasien, suara-suara itu
seperti menyuruh-nyuruh pasien.
Tujuan: untuk mempelajari penyakit Skizofrenia Paranoid
Tinjauan Pustaka
Riset
Kasus
Audit
Bahan Bahasan:
Presentasi dan Diskusi
Email
Pos
Cara Membahas: Diskusi
Data Pasien
Nama: Tn. L
No Registrasi: 2485/14
Nama Klinik: PKC Kalideres
Telpon: Terdaftar Sejak: -11-2015
Data Utama dan Bahan Diskusi
1. Diagnosis / Gambaran Klinis
Pada pasien terdapat pola perilaku atau psikologis yang secara bermakna dan khas
berkaitan dengan suatu gejala yang menimbulkan hendaya (disfungsi) dalam berbagai
fungsi psikososial. Terdapat pula penderitaan (disstres) yang dialami oleh pasien. Dengan
demikian dapat disimpulkan pasien mengalami gangguan jiwa.
Diagnosis Aksis I :
Berdasarkan anamnesis, pasien memiliki riwayat cedera kepala, riwayat tindakan
operatif, dan riwayat kondisi medik lain yang dapat secara langsung ataupun tidak
langsung mempengaruhi fungsi otak. Berdasarkan pemeriksaan fisik juga tidak
ditemukan kondisi medis umum yang dapat mempengaruhi fungsi otak. Pasien tidak
mengalami gangguan yang bermakna yang menimbulkan gangguan jiwa. Oleh karena
itu, gangguan mental organik (F00-09) dapat disingkirkan.
Pada pasien tidak mempunyai riwayat penggunaan alkohol dan ganja sehingga
diagnosis gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif (F10-19)
dapat disingkirkan.
Berdasarkan ikhtisar penemuan bermakna, maka kasus ini dapat digolongkan kedalam:
Skizofrenia Paranoid (menurut PPDGJ III)
Pedoman diagnostik:
Memenuhi kriteria umum diagnosa skizofrenia.
Sebagai tambahan:
- Halusinasi dan/atau waham harus menonjol;
1
Pada anamnesis tidak didapatkan adanya masalah psikososial dan lingkungan yang
mendahului gejala kekambuhan. Namun, pada riwayat perjalanan penyakit, pada riwayat
gangguan dahulu terdapat masalah yang diduga sebagai pencetus timbulnya gangguan yaitu
pasien ditinggal oleh pacarnya
Diagnosis aksis V
Skala GAF :
GAF HLPY : 52 (gejala sedang, disabilitas sedang)
o Fungsi Pekerjaan
o Fungsi sosial/keluarga
EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I
Aksis II
Aksis III
Aksis IV
Aksis V
:
:
:
:
:
Gangguan Skozofrenia
Ciri kepribadian pramorbid adalah skizoid
Tidak ada diagnosis
Tidak ada diagnosis
GAF HLPY : 52
Current
: 40
2. Riwayat Pengobatan
Pasien 1 tahun bulan Agustus tahun 2014 sempat berobat di RSJ Soeharto Heedjan
dengan keluhan yang sama. Menurut pengakuan keluarga pasien menjadi pendiam dan
seperti orang ketakutan itu karena habis putus dari pacarnya. Menurut keluarganya pasien
ditinggalkan pacarnya dengan lelaki lain. Pasien sempat dirawat di RSJ Grogol selama 1
minggu dan setelah dirawat pasien langsung kerja. Tetapi setelah dirawat pasien tidak
pernah control kembali ke RSJ Soeharto Heedjan Grogol.
3. Riwayat Kesehatan / Penyakit
Riwayat perlakuan seperti ini sebelumnya pernah dialami oleh OS dari pelaku yang sama
Riwayat penyakit paru (-)
3
4. Riwayat Keluarga
Tidak ada riwayat penyakit kronis dalam keluarga
Tidak ada penyakit kejiwaan di keluarga
Daftar Pustaka
1. Kaplan & Sadock: Skizofrenia dalam Sinopsis Psikiatri Jilid 1, edisi 7, Penerbit
Bina Rupa Aksara, Jakarta, 1997, halaman 685-729.
2. Maslim. R: Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia, edisi
3,Direktorat Kesehatan Jiwa Departemen Kesehatan RI, Jakarta, 2002, hal 46-51.
3. W.F. Maramis, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Universitas Airlangga,1980, hal:215-35
4. Maslim. R: Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik, edisi 3, Penerbit
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa, FK Unika Atma Jaya, Jakarta, 2001, hal 14-23.
5. Hawari, Dadang:Skizofrenia dalam Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa,
Penerbit FKUI, Jakarta, 2003.
Hasil Pembelajaran
1. Perjalanan penyakit skizofrenia paranoid
2. Penentuan diagnosis banding etiologi skizofrenia paranoid berdasarkan data klinis serta
penegakkan diagnosis kerja.
3. Penatalaksanaan skizofrenia paranoid
1. Subyektif
Datang dibawa oleh keluarga ke Puskesmas Kalideres dengan tidak mau bicara dan
seperti orang ketakutan sejak 2 hari ini. Menurut pengakuan keluarga pasien,
Tetapi setelah dirawat pasien tidak pernah control kembali ke RSJ Grogol.
2. Objektif
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan:
Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda Vital
:
Keadaan Umum :
Kesadaran
:
Tekanan Darah :
Nadi
:
Pernapasan
:
Suhu
:
Status Generalis
:
Kepala
:
Mata
:
THT
Thorax
Paru
Jantung
Abdomen
:
:
:
:
:
Ekstremitas
Status Psikiatri
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan Umum
Pasien seorang laki-laki berusia 28 tahun, berpenampilan fisik tampak sesuai usinya.
Penampilan cukup rapi. Kebersihan diri cukup.
2. Kesadaran
- Neurologis/biologis : compos mentis
5
- Psikologis
: Berubah
- Sosial
: baik
3. Perilaku dan aktivitas motorik
Saat wawancara pasien duduk di kursi, kontak mata dengan pemeriksa kurang, perhatian
kurang. Selama wawancara pasien kooperatif dalam menjawab pertanyaan, terlihat kaku,
tampak tidak nyaman, konsentrasi baik.
4. Pembicaraan
Pasien mau menjawab pertanyaan, hanya mau bicara bila ditanya,berbicara terputus-putus
dan volume kecil.
5. Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif
B. Alam Perasaan
1. Mood
: Hipothym
2. Afek
: Tumpul
3. Ekspresi afektif
- Kestabilan
: Stabil
- Kesungguhan : Echt
- Keserasian
: Serasi
4. Pengendalian : Cukup
5. Empati
: tidak dapat diraba-rasakan
C. Fungsi Intelektual
1. Taraf pendidikan, pengetahuan dan kecerdasan
Taraf Pendidikan
: SMP
Pengetahuan Umum
Kecerdasan
2. Daya Konsentrasi
3. Orientasi
Daya Orientasi Waktu
4. Daya Ingat
Daya Ingat Jangka Panjang
: Baik (pasien ingat hari ini sarapan apa dan lauk makan
apa saja, serta aktivitas yang dilakukan selama hari
tersebut)
Daya Ingat Sesaat
: Baik (pasien mampu mengingat nama pemeriksa
setelah beberapa menit)
5. Kemampuan Visuospatial
: Baik (pasien dapat menggambar gambar bertumpang
tindih)
6. Pikiran Abstrak
: Baik (pasien dapat menyebutkan persamaan jeruk dan
apel)
7. Kemampuan Menolong Diri : Baik (pasien mau makan dan mandi secara teratur)
D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi
:
Halusinasi auditorik : ada ( terdapat suara-suara yang berbisik di telinga pasien yang
meyuruh pasien untuk marah-marah)
2. Ilusi
: Tidak ada
3. Depersonalisasi
: Tidak ada
4. Derealisasi
: Tidak ada
E. Proses Pikir
1. Arus Pikir
Produktivitas
: Miskin. Pasien hanya menjawab apa yang ditanya
Kontinuitas Pikiran
Hendaya Berbahasa
oleh pemeriksa.
: Koheren
: Tidak ada
Pasien mengunakan bahasa secara lazim sesuai
dengan tata bahasa.
2. Isi Pikir
Preokupasi
Waham
F. Pengendalian Impuls
: tidak ada
: tidak ada
: Pasien tenang selama wawancara (pengendalian
impuls cukup baik).
G. Daya Nilai
1. Daya nilai sosial
Baik (ketika diberi pertanyaan apakah mengamuk itu baik atau tidak, pasien menjawab
tidak baik)
2. Uji daya nilai
Baik (pasien jika menemukan dompet di tengah jalan, maka pasien akan menyerahkan
dompet tersebut ke kantor polisi)
3. Penilaian realita
3. Assessment
Berdasarkan dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik baik secara generalisata maupun
kejiawaannya
A. Definisi
Dalam sejarah perkembangan skizofrenia sebagai gangguan klinis, banyak tokoh psikiatri
dan neurologi yang berperan. Mula-mula Emil Kreaplin (18-1926) menyebutkan
gangguan dengan istilah dementia prekok yaitu suatu istilah yang menekankan proses
kognitif yang berbeda dan onset pada masa awal. Istilah skizofrenia itu sendiri
diperkenalkan oleh Eugen Bleuler (1857-1939) skizofrenia berasal dari bahas Yunani
yaitu schisoz yang artinya terbelah, terpecah dan phren yang artinya pikiran. Jadi secara
harfiah schizophrenia adalah pikiran atau jiwa yang terpecah atau terbelah. Dengan
demikian tidak ada kesesuaian antara pikiran dan emosi, antara persepsi terhadap
kenyataan yang sebenarnya. Bleuler mengindentifikasi simptom dasar dari skizofrenia
yang dikenal dengan 4A antara lain : Asosiasi, Afek, Autisme dan Ambivalensi.
B. Gejala-Gejala Skizofrenia Paranoid
Gejala-gejala skizofrenia dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu:
1) Gejala positif
a) Delusi atau waham
Suatu keyakinan yang tidak rasional (tidak masuk akal). Meskipun telah dibuktikan
secara objektif bahwa keyakinannya itu tidak rasional, namun penderita tetap
meyakini kebenarannya.
b) Halusinasi
Pengalaman panca indera tanpa ada rangsangan (stimulus). Misalnya penderita
mendengar suara-suara/ bisikan-bisikan di telinganya padahal tidak ada sumber dari
suara/ bisikan itu.
c) Kekacauan alam pikiran
Dapat dilihat dari isi pembicaraannya. Misalnya bicaranya kacau, sehingga tidak dapat
diikuti alur pikirannya.
d) Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-mandir, agresif, bicara dengan semangat
dan gembira berlebihan.
e) Merasa dirinya Orang Besar, merasa serba mampu dan sejenisnya.
f) Pikirannya penuh dengan kecurigaan atau seakan-akan ada ancaman terhadap dirinya.
g) Menyimpan rasa permusuhan.
2) Gejala negatif
a) Alam perasaan (affect) tumpul dan mendatar
Gambaran alam perasaan ini dapat terlihat dari wajahnya yang tidak menunjukkan
ekspresi.
b) Menarik diri atau mengasingkan diri, tidak mau bergaul atau kontak dengan orang lain
dan suka melamun.
c) Kontak emosional amat sedikit, sukar diajak bicara dan pendiam.
d) Pasif dan apatis serta menarik diri dari pergaulan sosial.
e) Sulit dalam berpikir nyata.
f) Pola pikir steorotip.
g) Tidak ada/ kehilangan dorongan kehendak dan tidak ada inisiatif.
C. Faktor Resiko Skizofrenia Paranoid
Faktor resiko skizofrenia adalah sebagai berikut:
1. Riwayat skizofrenia dalam keluarga
2. Kembar identik
Kembar identik memiliki risiko skizofrenia 50%, walaupun gen mereka identik 100%
3. Struktur otak abnormal
Dengan perkembangan teknik pencitraan teknik noninvasif, seperti CT scan, Magnetic
Resonance Imaging (MRI), dan Positron Emission Tomography (PET) dalam 25 tahun
terakhir, para ilmuwan meneliti struktur otak dan aktivitas otak individu penderita
skizofrenia. Penelitian menunjukkan bahwa individu penderita skizofrenia memiliki
jaringan otak yang relatif lebih sedikit
4. Sosiokultural
Lingkungan sosial individu dengan skizofrenia di negara-negara berkembang mungkin
menfasilitasi dan memulihkan (recovery) dengan lebih baik daripada di negara maju.
Di negara berkembang, terdapat jaringan keluarga yang lebih luas dan lebih dekat
disekeliling orang-orang dengan skizofrenia dan menyediakan lebih banyak
kepedulian terhadap penderita. Keluarga-keluarga di beberapa negara berkembang
lebih sedikit melakukan tindakan permusuhan, mengkritik, dan sangat terlibat jika
dibandingkan dengan keluarga-keluarga di beberapa negara-negara maju. Hal ini
mungkin membantu jumlah atau tingkat kekambuhan dari anggota-anggota keluarga
penderita skizofrenia.
5. Tampilan emosi
9
pembicaraan. Disertai dengan struktur otak yang normal pada CT dan respon yang
relatif baik terhadap pengobatan.
g. Skizofrenia tipe II
Skizofrenia dengan sebagian besar simptom yang muncul adalah simptom negative
yaitu pendataran atau penumpulan afek, kemiskinan pembicaraan atau isi
pembicaraan, penghambatan (blocking), dandanan yang buruk, tidak adanya
motivasi, anhedonia, penarikan sosial, defek kognitif, dan defisit perhatian.
Disertai dengan kelainan otak struktural pada pemeriksaan CT dan respon buruk
terhadap pengobatan.
5.
Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada (tetapi tidak lagi mendominasi
gambaran klinisnya); dan
Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas di masa lampau yang
memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofenia;
c. Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas dan
frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat berkurang
(minimal) dan telah timbul sindrom negative dari skizofrenia;
d. Tidak terdapat dementia atau penyakit / gangguan otak organik lain, depresi kronis
14
gejala negative yang khas dari skizofrenia residual tanpa didahului riwayat
halusinasi, waham, atau manifestasi lain dari episode psikotik, dan
b.
Halusinasi auditorik :
Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien,
16
atau
Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagai suara
yang berbicara), atau
Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
4. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap
tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau
politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia biasa (misalnya
mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari
dunia lain).
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas :
5. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang mauupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan
afektif yang jelas, ataupun disertai ole hide-ide berlebihan (over-valued ideas)
yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau
berbulan-bulan terus menerus;
6. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisispan (interpolation),
yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme;
7. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisis tubuh
tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor;
8. Gejala-gejala negative seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan
respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan
penarikan diri dari pergaulan social dan menurunnya kinerja social; tetapi harus
jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi
neuroleptika;
Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu
satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal).
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan
(overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadai (personal behaviour),
17
bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu,
sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitude), dan penarikan diri secara
sosial
4.
Plan
Terapi pada pasien skizofrenia
A. Farmakoterapi
Obat antipsikotik diberikan dengan tujuan meredakan gejala Skizofrenia, memperpendek
jangka waktu pasien di rumah sakit jiwa, dan mencegah kekambuhan. Antipsikotik
biasa harus didapatkan hitung darah lengkap dengan indekss sel darah putih, tes fungsi
hati dan ECG khususnya pada wanita yang berusia lebih dari 40 tahun dan laki-laki
yang berusia lebih dari 30 tahun.
Kontraindikasi Utama Antipsikotik:
1. Riwayat respon alergi yang serius
2. Kemungkinan bahwa pasien telah mengingesti zat yang akan berinteraksi dengan
antipsikotik sehingga menyebabkan depresi sistem saraf pusat.
3. Resiko tinggi untuk kejang dari penyebab organic atau audiopatik.
4. Adanya glukoma sudut sempit jika digunakan suatu antupsikotik dengan aktivitas
antikolinergik yang bermakna.
Kegagalan Pengobatan
1. Ketidakpatuhan dengan antipsikotik merupakan alas an utama untuk terjadinya
relaps dan kegagalan percobaan obat.
2. Waktu percobaan yang tidak mencukupi.
Setelah menghilangkan alasan lain yang mungkin bagi kagagalan terapi antipsikotik,
dapat dicoba antipsikotik kedua dengan struktur kimiawi yang berbeda dari obat yang
pertama. Strategi tambahan adalah suplementasi antipsikotik dengan lithium (eskalith),
suatu antikonvulsan seperti carbamazepine atau valproate (depakene), atau suatu
benzodiazepine. Pemakaian terapi antipsikotik dosis-mega jarang diindikasikan,
karena hamper tidak ada data yang mendukung praktek tersebut.
B. ECT (Electro Convulsive Therapy)
C. Psikoterapi
Psikoterapi adalah perawatan dan penyembuhan gangguan jiwa dengan cara psikologis.
1. Terapi psikoanalisa
Merupakan metode terapi berdasarkan konsep Freud yang bertujuan menyadarkan
individu akan konflik yang tidak disadarinya dan mekanisme pertahanan dan mekanisme
20
Psikoterapi
:
- Edukasi
kepada
pasien
bahwa
pasien
mengalami
sakit
jiwa
dan
21
dukungan kepada pasien bahwa gejala yang dialami akan menghilang dan
dapat kembali pulang ke rumah apabila menurut dokter yang merawat
-
terkontrol.
Memberikan pengetahuan tentang kehidupan beragama, berkeluarga, dan
dengan
baik
dan
pendalaman
agama
sesuai
dengan
kepercayaannya.
- Mengingatkan keluarga pasien untuk rajin kontrol ke poliklinik psikiatri dan
mengambil obat secara teratur setelah selesai rawat inap dalam program rawat
jalan.
- Mengajarkan
keterampilan
yang
sesuai
dengan
kemampuan
dan
pendidikannya.
Dengan pengobatan perilaku pasien tidak ada perkembangan maka bisa disarankan
pasien dirujuk ke RSJ Soeharto Heedjan dan dianjurkan untuk dilakukan ECT agar
gejala negatif pada pasien dapat berkurang.
22