Anda di halaman 1dari 11

TUGAS PORTOFOLIO PSIKIATRI

DOKTER INTERNSIP

Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi

Oleh:
Ellen Eroica El Farid, dr.
160/IDI-NGW/IPRA/VI/2014

Pembimbing:
Kardimin, dr., Sp.KJ

RUMAH SAKIT UMUM DOKTER SOEROTO


NGAWI
2014
PORTOFOLIO
No. ID dan Nama Peserta : Ellen Eroica El Farid, dr.
No. ID dan Nama Wahana : 160/IDI-NGW/IPRA/VI/2014
RSU Dr. Soeroto Ngawi
Topik : Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi
Tanggal Kasus : Rabu, 19 November 2014
Nama Pasien : Ny. S
Tanggal Presentasi: Rabu, 10 Desember 2014 Pendamping : Kardimin, dr.,
Sp.KJ
Tempat Presentasi: Ruang Pertemuan Komite Medik
Obyektif Presentasi
O Keilmuan O Keterampilan O Penyegaran O Tinjauan
Pustaka
O Diagnostik O Manajemen O Masalah O Istimewa
O Neonatus O Bayi O Anak O Remaja O Dewasa O Lansia O Bumil
Deskripsi: Perempuan, 34 tahun, merasa sedih dan khawatir, mood depresif dan
cemas, isi pikir preokupasi terhadap pacarnya, motorik agitasi
Tujuan: Mengobati gangguan campuran anxietas dan depresi pasien serta
membantu pasien menemukan sendiri penyelesaian masalahnya
Bahan bahasan O Tinjauan O Riset O Kasus O Audit
Pustaka
Cara membahas O Diskusi O Presentasi & diskusi O E-mail O Pos
Data Pasien Nama : Ny. S
Nama Klinik - Telp. - Terdaftar sejak -
Data utama untuk bahan diskusi

• Diagnosis / Gambaran Klinis :


Keluhan Utama: Merasa sedih dan khawatir
Riwayat penyakit Sekarang:
Autoanamnesis
Pasien wanita, penampilan sesuai umur, mengenakan atasan
merah muda, jaket abu-abu, dan jilbab putih motif bunga merah muda,
datang sendirian ke Poli Jiwa. Saat ditanya apa yang dirasakan, pasien
mulai menangis. Pasien bercerita bahwa dirinya merasa sedih dan
khawatir karena merasa hubungannya digantung oleh pacarnya yang
tidak segera memenuhi janji untuk menikahinya. Pacar pasien beralasan
menunggu diangkat PNS, baru akan menikahi pasien. Satu minggu lalu
pasien juga menemukan sabun hotel di tas pacarnya. Hal ini yang
menyebabkan pasien bertambah sedih dan cemburu.
Pasien pertama kali mengenal pacarnya tiga tahun yang lalu. Ia
adalah seorang pegawai tidak tetap di Perhutani, selisih umurnya enam
tahun lebih tua dari pasien. Saat itu pacar pasien sudah memiliki istri dan
anak. Pacar pasien merasa bahwa pasien lebih baik dari istrinya dan bisa
membimbing dirinya untuk menjadi lelaki yang lebih baik, Pacar pasien
berjanji akan belajar agama dan berubah menjadi lebih baik. Pacar pasien
juga berjanji akan segera menceraikan istrinya, lalu menikahi pasien.
Selama tiga tahun ini, hubungan pasien dan pacarnya sudah layaknya
hubungan suami istri. Mereka biasa melakukan hubungan seksual di hotel
atau di rumah pasien. Pasien juga mendapat dukungan finansial dari

1
pacarnya. Pasien tahu bahwa pacarnya suka mabuk-mabukan dan main
perempuan. Pasien merasa cemburu dan kecewa. Orang tua dan teman-
teman pasien sudah menasihati bahwa pacarnya bukan orang baik-baik
dan sebaiknya segera menghentikan hubungan ini. Tapi pasien enggan
memutuskan pacarnya karena masih cinta dan merasa lemah jika harus
hidup tanpa pacarnya. Pernah pasien minta putus, pacarnya menolak,
marah-marah, dan mengumpat seperti “asu” dan “bajingan”.
Pasien pernah menikah dua kali sebelumnya, tetapi kedua
suaminya meninggal. Saat ini pasien tinggal bersama kedua orang tua dan
dua orang anaknya. Sehari-hari, pasien hanya di rumah karena dilarang
pacarnya bekerja ataupun jalan-jalan dengan alasan tidak mau pasien
kenal laki-laki lain.
Pasien merasa sedih, pesimis, sering melamun, malas beraktivitas,
dan tidak ada harapan hidup. Pasien kerap merasa nyeri ulu hati dan
berdebar jika mulai kepikiran tentang pacarnya. Pasien menyangkal
mendengar bisikan maupun melihat sosok aneh. Selama pemeriksaan,
pasien terus menangis dan gelisah. Beberapa kali pasien menggoyang-
goyangkan kakinya hingga membentur meja.

Riwayat Penyakit Dahulu:


Pasien pernah mengalami kesedihan serupa tiga tahun lalu saat
ditinggal mati suami yang kedua

Riwayat Kelahiran:
Tidak didapatkan

Riwayat Tumbuh Kembang:


Tidak didapatkan

Riwayat Pendidikan:
Tamat SMP, lalu melanjutkan Kejar Paket C

Riwayat Pekerjaan:
Pasien tidak bekerja

Riwayat Pernikahan:
Pasien pernah menikah dua kali.
 Suami pertama meninggal karena kecelakaan. Dari suami pertama
memiliki satu orang anak, saat ini kelas 1 STM
 Suami kedua meninggal karena Diabetes Mellitus. Pasien berstatus
sebagai istri kedua. Dari suami kedua memiliki satu orang anak, saat
ini kelas 2 SD
Riwayat Sosial:
Pasien memiliki banyak teman dan suka bercerita bila ada
masalah
Faktor Keturunan:
Tidak ada keluarga yang memiliki riwayat gangguan jiwa

2
Faktor Pencetus:
Hubungan dengan pacar yang digantung
Faktor Premorbid:
Pasien adalah orang yang terbuka, namun mudah merasa khawatir
dan curiga
Faktor Organik:
Tidak ditemukan

Status Psikiatrik:
1. Kesan Umum: Pasien wanita, penampilan sesuai umur, mengenakan atasan
merah muda, jaket abu-abu, dan jilbab putih motif bunga merah muda. Selama
pemeriksaan, pasien terus menangis dan gelisah.
2. Kontak: (+) verbal, koheren
3. Kesadaran: compos mentis, tidak berubah
4. Orientasi: waktu, tempat, orang dalam batas normal
5. Daya Ingat: dalam batas normal
6. Mood / Afek: mood depresif dan cemas / afek serasi
7. Proses Berpikir: Bentuk: realistik; Arus: logorrhea; Isi : preokupasi terhadap
pacarnya. Waham (-)
8. Intelegensi: cukup
9. Persepsi: halusinasi (-), ilusi (-)
10. Psikomotor: agitasi
11. Kemauan: menurun
12. Insight: baik

Daftar Pustaka
Maramis, Willy F. et Albert A. Maramis. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa
Edisi 2. Surabaya: Airlangga University Press.
Maslim, Rusdi. 2001. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas
dari PPDGJ-III. Jakarta: PT Nuh Jaya.
Maslim, Rusdi. 2003. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik
(Psychotropic Medication) Edisi Ketiga. Jakarta: PT Nuh Jaya.
Tiller, John W. G. 2012. Depression and It’s Comorbidities: Depression and
Anxiety. MJA Open 1 Suppl 4, 1 October 2012, pp 28—31.

Hasil Pembelajaran
1. Mengetahui kriteria diagnosis gangguan campuran anxietas dan depresi
2. Mengetahui tata laksana psikofarmaka maupun psikoterapi untuk kasus
gangguan campuran anxietas dan depresi

SUBJEKTIF
Pasien bercerita bahwa dirinya merasa sedih dan khawatir karena
merasa hubungannya digantung oleh pacarnya yang tidak segera
memenuhi janji untuk menikahinya. Selain itu, pacar pasien suka
mabuk-mabukan dan main perempuan. Orang tua dan teman-teman
pasien sudah menasihati bahwa pacarnya bukan orang baik-baik dan
sebaiknya segera menghentikan hubungan ini. Tapi pasien enggan
memutuskan pacarnya karena masih cinta dan merasa lemah jika

3
harus hidup tanpa pacarnya. Pasien merasa sedih, pesimis, sering
melamun, malas beraktivitas, dan tidak ada harapan hidup. Pasien
kerap merasa nyeri ulu hati dan berdebar jika mulai kepikiran tentang
pacarnya. Pasien menyangkal mendengar bisikan maupun melihat
sosok aneh. Selama pemeriksaan, pasien terus menangis dan gelisah.

OBJEKTIF
Status psikiatri
Kesan umum : pasien kelihatan seusia umurnya, kesehatan fisik baik,
berat badan normal, tinggi badan normal, tidak ada
cacat fisik, berpakaian rapi, ekspresi muka sedih
Kontak : verbal (+), mata (+), relevan (+), lancar (+)
Kesadaran : kualitatif : normal,
Kuantitatif : GCS 4-5-6
Afek emosi : depresi
Proses pikir : bentuk: realistik
Arus : koheren
Isi : preokupasi
Intelegensi : normal
Persepsi : halusinasi (-), ilusi (-).
Kemauan : menurun
Psikomotor : normal

ASSESSMENT
Diagnosis Multiaksial (PPDGJ III)
Axis I: Gangguan campuran anxietas dan depresi (F41.2)
Axis II: Ciri kepribadian paranoid
Axis III: tidak ditemukan
Axis IV: masalah dengan pacarnya
Axis V: GAF scale saat pemeriksaan 80-71
GAF scale 1 tahun terakhir 100-91

PLAN
Diagnosis :
-

Psikofarmaka:
 Kapsul: Trihexyphenidyl 2 mg
Trifluoperazine 1,5 mg
Fluoxetine 10 mg
Alprazolam 0,25 mg
2x1 kapsul

Psikoterapi supportif:
 Menenangkan pasien, mendengarkan pasien bercerita, menunjukkan
empati
 Mengajak pasien untuk menganalisis dan menemukan sendiri solusi dari
permasalahannya

4
 Menyarankan pasien untuk melakukan aktivitas yang disukainya untuk
membantu mengalihkan perhatian pasien dari masalahnya dan
mengurangi kesedihan dan kekhawatiran pasien
 Menyarankan pasien untuk datang lagi ke Poli Jiwa sambil mengajak
kedua orang tuanya

Konsultasi :
Pada pasien ini sebaiknya dikonsultasikan kepada Spesialis Kesehatan Jiwa

Rujukan :
-

Kontrol :
Kontrol ke Poli Psikiatri

5
TINJAUAN PUSTAKA

Ada perdebatan yang panjang apakah gangguan depresi dan gangguan


anxietas merupakan dua kondisi yang berbeda atau keduanya merupakan varian
dari gangguan yang satu atau ada kategori ketiga, yaitu depresi-anxietas yang
berbeda dari depresi dan anxietas murni (Maramis, 2009).
Di Australia, prevalensi gangguan anxietas sebanyak 14,4%. Penelitian
juga menunjukkan bahwa 85% pasien depresi juga mengalami gejala gangguan
anxietas dan hampir 90% pasien depresi memiliki komorbid dengan gangguan
anxietas (Tiller, 2012).
Gangguan campuran anxietas dan depresi dapat menyerang semua
kelompok usia. Hampir 50% orang dewasa dengan riwayat 12 bulan gangguan
cemas menyeluruh juga memiliki kriteria untuk gangguan depresi mayor seumur
hidupnya, hanya 7,4% yang tidak. Pasien kebanyakan datang ke dokter
dikarenakan keluhan fisiknya, bukan kejiwaannya (Tiller, 2012).
Adapun pedoman diagnostik gangguan campuran anxietas dan depresi
antara lain (Masli, 2001):
a. Terdapat gejala-gejala anxietas maupun depresi, di mana masing-
masing tidak menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat untuk
menegakkan diagnosis tersendiri. Untuk anxietas, beberapa gejala
otonomik harus ditemukan walaupun tidak terus-menerus, di samping
rasa cemas atau kekhawatiran berlebihan.
b. Bila ditemukan anxietas berat disertai depresi yang lebih ringan, maka
harus dipertimbangkan kategori gangguan anxietas lainnya atau
gangguan anxietas fobik.
c. Bila ditemukan sindrom depresi dan anxietas yang cukup berat untuk
menegakkan masing-masing diagnosis, maka kedua diagnosis tersebut
harus dikemukakan, dan diagnosis gangguan campuran tidak dapat
digunakan. Jika karena sesuatu hal hanya dapat dikemukakan satu
diagnosis maka gangguan depresif harus diutamakan.
d. Bila gejala-gejala tersebut berkaitan erat dengan stres kehidupan yang
jelas, maka harus digunakan kategori F43.2 gangguan penyesuaian.

Kriteria anxietas sendiri meliputi (Maslim, 2001):

6
a. Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung
tanduk, sulit konsentrasi, dsb.)
b. Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat
santai)
c. Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung
berdebar-debar, sesak napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut
kering, dsb.)

Sindroma anxietas disebabkan hiperaktivitas dari sistem limbik SSP yang


terdiri dari “dopaminergic, noradrenergic, serotoninergic neurons” yang
dikendalikan oleh GABA-ergic neurons (Gamma Amino Butiric Acid, suatu
inhibitory neurotransmitter) (Maslim, 2007). Psikofarmaka untuk sindroma
anxietas antara lain (Maslim, 2007):
a. Benzodiazepine
Diazepam, Chlordiazepoxide, Lorazepam, Clobazam, Bromazepam,
Alprazolam
b. Non-Benzodiazepine
Sulpride, Buspirone, Hydroxyzine

Adapun kriteria depresi meliputi (Maslim, 2001):


a. Gejala utama:
 Afek depresif
 Kehilangan minat dan kegembiraan
 Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah
lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan
menurunnya aktivitas
b. Gejala lainnya:
 Konsentrasi dan perhatian berkurang
 Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
 Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
 Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
 Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri

7
 Tidur terganggu
 Nafsu makan berkurang

Sindrom depresi disebabkan oleh defisiensi relatif salah satu atau beberapa
“aminergic neurotransmitter” (noradrenaline, serotonin, dopamine) pada celah
sinaps neuron di SSP (khususnya pada sistem limbic) sehingga aktivitas reseptor
serotonin menurun (Maslim, 2007). Mekanisme obat anti-depresi adalah
menghambat reuptake aminergic neurotransmitter dan menghambat penghancuran
oleh enzim monoamine oksidase, sehingga terjadi peningkatan jumlah aminergic
neurotransmitter pada celah sinaps neuron tersebut yang dapat meningkatkan
aktivitas reseptor serotonin (Maslim, 2007).
Psikofarmaka untuk depresi antara lain (Maslim, 2007):
a. Obat anti-depresi trisiklik (TCA)
Amitriptyline, Imipramine, Clomipramine, Tianeptine
b. Obat anti-depresi tetrasiklik
Maprotiline, Mianserin, Amoxapine
c. Obat anti-depresi MAOI-reversible (MonoAmin Oksidase Inhibitor)
Moclobemide
d. Obat anti-depresi SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitors)
Sertraline, Paroxetine, Fluvoxamine, Fluoxetine, Duloxetine,
Citalopram
e. Obat anti-depresi atypical
Trazodone, Mirtazapine, Venlafaxine

Selain psikofarmaka, perlu dilakukan psikoterapi pada pasien dengan


gangguan jiwa apapun, termasuk pasien dengan gangguan cemas campur depresi.
Ada banyak jenis psikoterapi, salah satunya adalah psikoterapi supportif.
Psikoterapi supportif ini bertujuan antara lain untuk menguatkan daya mental
yang ada, mengembangkan mekanisme yang baru dan yang lebih baik untuk
mempertahankan kontrol diri, dan mengembalikan keseimbangan adaptif (dapat
menyesuaikan diri). Ada banyak cara yang dapat digunakan, antara lain: ventilasi
atau (psiko-)katarsis, persuasi atau bujukan, sugesti, penjaminan kembali

8
(reassurance), bimbingan dan penyuluhan, terapi kerja, hipnoterapi dan
narkoterapi, psikoterapi kelompok, serta terapi perilaku (Maramis, 2009).

DAFTAR PUSTAKA

9
Maramis, Willy F. et Albert A. Maramis. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa
Edisi 2. Surabaya: Airlangga University Press.
Maslim, Rusdi. 2001. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas
dari PPDGJ-III. Jakarta: PT Nuh Jaya.
Maslim, Rusdi. 2003. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik
(Psychotropic Medication) Edisi Ketiga. Jakarta: PT Nuh Jaya.
Tiller, John W. G. 2012. Depression and It’s Comorbidities: Depression and
Anxiety. MJA Open 1 Suppl 4, 1 October 2012, pp 28—31.

10

Anda mungkin juga menyukai