A. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. J.K
Umur
: 37 tahun
Jenis Kelamin
: Laki - laki
Status Perkawinan
: Belum menikah
Jumlah Anak
:-
Pendidikan Terakhir
: SMP
Suku / Bangsa
: Minahasa / Indonesia
Alamat
Pekerjaan
:-
Agama
: Kristen protestan
Tanggal MRS
: 25 Juli 2013
Tanggal Pemeriksaan
: 10 oktober 2013
Tempat Pemeriksaan
B. RIWAYAT PSIKIATRI
Riwayat psikiatri diperoleh dari:
Autoanamnesis dengan pasien sendiri pada tanggal 10 Agustus 2013
sedangkan yang lainnya diambil dari rekam medis pasien.
1. Keluhan utama :
Marah marah dan mengamuk, dan susah tidur.
2. Riwayat gangguan sekarang:
Autoanamnesis:
Penderita marah-marah sejak kurang lebih 2 hari sebelum masuk
RS. Penderita tidak dapat menjelaskan kenapa sampai
marah-marah,
C. SILSILAH KELUARGA
= Laki-laki
= Perempuan
= Pasien
E.
STATUS MENTAL
1. Deskripsi Umum
a. Penampilan
Pasien adalah seorang Pria, sesuai umur, duduk sopan.
Berpakaian rapi dengan kaos warna coklat, ekspresi wajah datar.
b. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Selama wawancara pasien duduk tenang dan kedua tangan pasien
dikepalkan dan diletakkan diatas kursi. Pasien dapat merespon saat
diucapkan salam, pasien dapat menjawab pertanyaan mengenai identitas
dirinya, pasien juga dapat menjawab pertanyaan lainnya, walaupun saat
menjawab pertanyaan pasien menjawab agak lambat dengan suara
pelan. Selama wawancara pasien menghindari kontak mata dan sering
melirik kearah teman yang duduk disampingnya dan terlihat tegang.
c. Sikap terhadap pemeriksa
Penderita cukup kooperatif dalam menjawab pertanyaan
2. Alam perasaan (mood) dan afek
a. Mood : cemas
b. Afek : tumpul dan tidak terdapat keserasian antara emosi dan isi pikiran
(appropriate)
3. Karakteristik bicara
Selama wawancara, penderita menjawab semua pertanyaan dengan
seadanya, artikulasi jelas, penderita tidak langsung menjawab pertanyaan
tapi masih membutuhkan beberapa saat untuk bisa menjawab pertanyaan
dengan intonasi lemah.
4. Gangguan Persepsi
Pada saat dilakukan pemeriksaan pasien, tidak terdapat halusinasi
auditorik maupun visual. Terdapat riwayat halusinasi auditorik.
5.
Proses Pikir
a. Bentuk pikiran: Koheren. Mampu menjawab pertanyaan sesuai
dengan yang ditanyakanpemeriksa.
b. Isi pikiran : Saat ini tidak ada waham maupun halusinasi. Sebelum
masuk rumah sakit ada riwayat waham kejar dan halusinasi.
: Baik
Diagnosis Aksis I :
Diagnosis gangguan mental organik (F00-F09) dapat disingkirkan
karena pada hasil wawancara pasien tidak memiliki riwayat cedera kepala,
kejang ataupun stroke, dan hasil pemeriksaan fisik semuanya dalam batas
normal.
Berdasarkan pemeriksaan fisik tidak ditemukan kondisi medis
umum yang mempengaruhi otak. Pada pemeriksaan status mental juga
Skizofrenia Paranoid.
- Diagnosis Aksis II
Tidak ada
Diagnosis Aksis III
Dari hasil autoanamnesis serta pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
neurologis, tidak ditemukan kondisi medik yang berhubungan dengan
kondisi pasien pada saat ini, dapat disimpulkan belum ada diagnosis pada
aksis III.
-
Diagnosis Aksis IV
Pasien dan keluarganya memiliki masalah ekonomi. Selain itu,
pasien belum mempunyai pekerjaan sehingga pasien masih dibiayai oleh
kedua orangtua.
Diagnosis Aksis V
Skala GAF saat masuk RS : 50-41 ( gejala berat, disabilitas berat).
a) Fungsi Pekerjaan
: Pasien Tidak bekerja
b) Fungsi Sosial / keluarga : Pasien mengalami gangguan
dalam
Skala GAF saat ini : 80-71 (Gejala sementara dan dapat diatasi,
diasabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik).
Kemampuan pasien untuk bersosialisasi dan berkomunikasi dengan
teman di ruangan baik. Gejala sudah hilang dibawah pengaruh obat.
H. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I
Aksis II
Aksis III
Aksis IV
Aksis V
I.
DAFTAR MASALAH
a. Organobiologik
- tidak ditemukan
b. Psikologi
- Afek tumpul
- Riwayat kekacauan perilaku
- Riwayat halusinasi auditorik
- Riwayat waham kejar
c. Lingkungan dan sosial ekonomi
RENCANA TERAPI
1. Psikofarmaka
- Haloperidol 1,5 mg tablet 3x1
- Tryhexyphenidyl 2 mg tablet 3x1
- Chlorpromazine 100mg 1x1
2. Psikoterapi dan Intervensi Psikososial
a. Terhadap pasien
- Memberikan edukasi terhadap pasien agar memahami gangguannya
lebih lanjut, cara pengobatan, efek samping yang dapat muncul,
pentingnya kepatuhan dan keteraturan minum obat.
- Intervensi langsung dan dukungan untuk meningkatkan rasa percaya
diri individu, perbaikan fungsi sosial dan pencapaian kualitas hidup
yang baik.
- Memotivasi dan memberikan dukungan kepada pasien agar pasien
tidak merasa putus asa dan semangat juangnya dalam menghadapi
hidup ini tidak kendur.
b. Terhadap keluarga
-
K. PROGNOSIS
Ad vitam
Ad fungsionam
: Bonam
: Dubia ad bonam
Ad sanationam
: Dubia ad malam
L. DISKUSI
Diagnosis pasien ini ditegakkan berdasrakan anamnesis. Dari anamnesis
ditemukan gejala-gejala yang bekaitan dengan skizofrenia Paranoid, yaitu
adanya halusinasi auditorik dimana, suara halusinasi tersebut secara terusmenerus memangil-manggil namanya, adanya waham ????.
Berdasarkan PPDGJ III, pedoman diagnostic skizofrenia paranoid harus
memenuhi criteria umum diagnosis skizofrenia dan sebagai tambahan adanya
halusinasi dan /waham yang menonjol, bailk berupa halusinasi auditorik,
halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, halusinasi visual, serta waham
yang dapat berupa hamper setiap jenis. Sedangkan gangguan afektif, dorongan
kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik secara relative tidak
nyata/tidak menonjol.
Pada pasien ini diberikan Haloperidon 1,5 mg tablet 3 kali sehari
Tryhexyphenidyl 2 mg tablet 3 kali sehari, Chlorpromazine 100mg tablet 1
kali sehari.
mencegah
efek
samping
haloperidol
terhadap
kerusakan
ekstrapiramidal.
Pada pasien ini juga diberikan terapi lain berupa psikoterapi.Dalam hal
ini diberikan melalui edukasi terhadap pasien agar memahami gangguannya,
cara pengobatan, efek samping yang dapat muncul, pentingnya kepatuhan dan
keteraturan minum obat sehingga pasien sadar dan mengerti akan sakitnya,
dan menjalankan pengobatan secara teratur, tidak dengan terpaksa.
Hal lain yang dilakukan adalah dengan intervensi langsung dan
dukungan untuk meningkatkan rasa percaya diri individu, perbaikan fungsi
sosial dan pencapaian kualitas hidup yang baik sehingga memotivasi pasien
agar dapat menjalankan fungsi sosianya dengan baik. Keluarga pasien juga
diberikan terapi keluarga dalam bentuk psikoedukasi berupa penyampaian
informasi kepada keluarga mengenai penyebab penyakit yang dialami pasien
serta pengobatannya sehingga keluarga dapat memahami dan menerima
10
kondisi pasien untuk minum obat dan kontrol secara teratur serta mengenali
gejala-gejala kekambuhan secara dini.
Pengertian kepada keluarga akan pentingnya peran keluarga pada
perjalanan penyakit juga penting untuk disampaikan. Prognosis pasien ini
adalah dubia ad bonam . Bila pasien taat menjalani terapi, adanya motivasi
dari pasien sendiri untuk sembuh, serta adanya dukungan pasien dari keluarga
maka akan membantu perbaikan pasien.
M. KESIMPULAN
1.
Diagnosis pasien adalah Skizofrenia paranoid (F20.0)
2.
Keteraturan minum obat perlu diperhatikan dengan mewaspadai efek
samping obat nyang mungkin terjadi.
11
WAWANCARA PSIKIATRI
Keterangan :
A
B
:
:
Pemeriksa
Pasien
Dialog :
A
: Selamat sore, pak
B
: Selamat sore
A
: Perkenalkan, kita dokter muda. Kita pe nama Justtia, kalau boleh
B
A
B
A
B
A
B
A
B
A
B
A
B
A
B
A
B
A
B
A
B
A
B
A
B
A
B
A
B
A
12
B
A
B
A
B
A
B
A
B
A
B
: ada
: itu suara ada bilang apa?
: itu suara ja pangge-pangge kita pe nama
: kong sekarang masih ja ba dengar suara aneh-aneh?
: so nyanda
: Bapak suka ba minum deng teman-teman di kampung?
: iyo
: dari kapan mulai ba minum sampai mabuk?
: dari kita SMP.
: terima kasih neh depa waktu?
: ia sama-sama dok.
13