IDENTITAS PASIEN
Mulut :Bentuk normal, perioral sianosis (-), bibir kering, lidah tidak
kotor, tonsil T1-T1 tenang, Trismus (+)
Leher : tidak terdapat massa, benjolan (-), Hiperemis, tidak ada luka
terbuka(-)
Thoraks
Paru-paru
Inspeksi : Bentuk normal, tampak simetris dan statis-dinamis,
retraksi suprasternal (-)
Palpasi : Nyeri Tekan Dada (-), Vokal fremitus kanan=kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak kelihatan
Palpasi : Ictus cordis teraba i.c.s. V linea midclavicula
sinistra
Perkusi : Batas atas : ICS II linea sternalis sinistra
Batas kanan : ICS V linea sternalis dextra
Batas kiri : ICS V linea midclavicula sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
ABDOMEN
Inspeksi : Datar
Palpasi : Supel (-), kaku (+)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+)
Laboratorium 30-01-2019
Abdomen
Inspeksi : Datar
Palpasi : supel (-), Kaku (+)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+)
Pemeriksaan Penunjang
Trombosit : 703.000 / mm3
DIAGNOSA KERJA
Epilepsi
PEMERIKSAAN PENUNJANG YANG
DISARANKAN
Pewarnaan Gram
TATALAKSANA
Farmakologi:
IVFD RL 500cc + Diazepam 1A
Inj. ATS 6A IM
Inj. Metronidazol 1000mg
Inj. Ceftriaxone 2x1gr
Non farmako terapi:
Pemasangan kateter
Pemasangan kanul nasal 3 lpm
Pemasangan NGT
Tempatkan di ruangan yang tenang dan gelap
TINJAUAN PUSTAKA
TETANUS
• Tetanus: gangguan neuromuskular akut berupa
trismus, kekakuan dan kejang otot disebabkan oleh
eksotosin spesifik Clostridium tetani.
• Akibat komplikasi luka: Vulnus laceratum (luka
robek), Vulnus punctum (luka
tusuk), combustion (luka bakar), fraktur terbuka,
otitis media, luka terkontaminasi, luka tali pusat.
tetanus prone wound
TANDA DAN
GEJALA
• Masa inkubasi: bervariasi antara 2 hari atau beberapa
minggu bahkan beberapa bulan, pada umumnya 8 – 12
hari.
• Suhu tubuh normal hingga subfebris
• Tetanus lokal otot sekitar luka kaku
• Tetanus generalisata
– Trismus: sulit/tidak bisa membuka mulut
– Rhesus sardonicus
– Kaku otot kuduk, perut,anggota gerak
– Sukar menelan
– Opistotonus
• Kejang dalam keadaan sadar dan nyeri hebat.
• Sekujur tubuh berkeringat.
Faktor predisposisi (Luka tusuk dalam dan kotor serta belum terimunisasi,luka karena lalu lintas,
luka bakar, luka tembak, tusuk gigi, perawatan luka/tali pusat yang tidak baik)
Tetanus
Resiko Injuri
Kekakuan dan kejang otot
yang khas pada tetanus
Suplai O2 cerebral
Otot-otot erector Otot pernapasan dan
pada batang menurun
laring
tubuh
Otot mastikatorius
Kebutuhan Nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh
STADIUM
KLINIS
Derajat penyakit tetanus menurut modifikasi dari klasifikasi Albleet’s:
1. Grade 1(ringan)
– Trismus ringan sampai sedang, spamisitas umum, tidak ada penyulit
pernafasan, tidak ada spasme, sedikit atau tidak adadisfagia.
2. Grade 2(sedang)
– Trismus sedang, rigiditas lebih jelas, spasme ringan atausedang
namun singkat, penyulit pernafasan sedang dengantakipneu.
3. Grade 3(berat)
– Trismus berat, spastisitas umum, spasme spontan yang lama dan
sering, serangan apneu, disfagia berat, spasme memanjang spontan
yang sering dan terjadi refleks, penyulit pernafasan disertai dengan
takipneu, takikardi, aktivitas sistem saraf otonom sedang yangterus
meningkat.
4. Grade 4 (sangatberat)
– Gejala pada grade 3 ditambah gangguanotonom yang berat, sering
kali menyebabkan “autonomic storm”.
DIAGNOSIS DAN
KOMPLIKASI
• Diagnosis
– Klinis
– Pewarnaan gram
• Komplikasi
– Anoksia otak
– fraktur vertebra
– Aspirasi, penumonia
– Low intake, Dehidrasi
– Disfungsi otonom: hiper/hipotensi, hiperhidrosis
– Kematian
TETANUS WOUND MANAGEMENT
Manajemen Luka
• Semua luka harus dibersihkan dan jika perlu dilakukan debridemen.
• Riwayat imunisasi tetanuspasien perlu didapatkan.
• TT harus diberikan jika riwayat booster terakhir lebih dari 10 tahun jika
riwayat imunisasi tidak diketahui, TT dapatdiberikan.
• Jika riwayat imunisasi terakhir lebih dari 10 tahun yang lalu, maka
tetanus imunoglobulin (TIg) harus diberikan. Keparahan luka bukan
faktor penentu pemberian TIg
7. ATS
– Skin tes untuk hipersensitif
– Dosis biasa 50.000 iu, diberikan IM diikuti dengan 50.000 unit dengan
infus IV lambat
– Jika pembedahan eksisi luka memungkinkan, sebagian
antitoksin dapat disuntikkan di sekitar luka.
8. Eliminasi bakteri
– DOC: Penisilin berikan prokain penisilin, 1,2 juta unit IM atau IV
setiap 6 jam selama 10 hari.
– Alergi penisilin Tetrasiklin, 500 mg PO atau IV setiap 6 jam selama
10 hari
– dapat mengeradikasi Clostridium tetani tetapi tidak dapat
mempengaruhi proses neurologisnya.
7. Bila dijumpai adanya komplikasi pemberian
antibiotika spektrum luas
– Tetrasiklin, Eritromisin dan Metronidazol dapat
diberikan, terutama bila penderita alergi penisilin
– Tetrasiklin: 30-50 mg/kgBB/hari dalam 4 dosis
– Eritromisin: 50 mg/kgBB/hari dalam 4 dosis, selama 10
hari
– Metronidazol loading dose 15 mg/KgBB/jam selanjutnya
7,5 mg/KgBB tiap 6 jam.
8. Pemberian Tetanus Toksoid (TT) yang pertama
– Dilakukan bersamaan dengan antitoksin tetapi pada sisi
yang berbeda dengan alat suntik yang berbeda
– Dosis inisial 0,5 ml toksoid intramuskular diberikan 24 jam
pertama.
9. Pemberian TT harus dilanjutkan sampai imunisasi
dasar terhadap tetanus selesai.
10. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.
PENCEGAHAN KOMPLIKASI