Anda di halaman 1dari 33

TETANUS

IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. G Suku bangsa : Jawa

Status perkawinan : Belum Menikah Pekerjaan : Pamong Desa

TTL : Kulonprogo, 15-09-1963 (55 tahun) Agama : Islam

Alamat : Karang Patihan Pendidikan : SMP

Tanggal masuk rumah sakit : 30 Jan 2019


ANAMNESIS

Keluhan Utama: kekakuan di muka/rahang sejak 2 hari


SMRS

Keluhan Tambahan : perut berasa kaku


RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Dua minggu SMRS, pasien mengalami kecelakaan


lalu lintas. Terdapat luka di kaki kanan dan dijahit
hingga 6 jahitan. Jahitan sudah dilepas.

Dua hari SMRS, saat bangun tidur, pasien merasa


kekakuan di rahang dan perut.
Riwayat Penyakit Dahulu
(-) Wasir/Hemorrhoid (-) Appendisitis
(-) Hepatitis
(-) Batu Ginjal / Saluran Kemih (-) Tumor
(-) Fistel
(-) Batu ginjal/saluran kemih (-) Penyakit Prostat
(-) Struma tiroid
(-) Hernia (-) Diare Kronis
(-) Penyakit jantung
(-) Typhoid (-) DM
(-) Perdarahan otak
(-) Batu empedu (-) Kelainan kongenital
(-) Gastritis
(-) Tifus abdominalis (-) Colitis
(-) Hipertensi
(-) Ulkus ventrikuli (-) Tetanus
(-) ISK
(-) Abses hati (-) Patah tulang
STATUS GENERALIS

Keadaan umum : Pasien tampak sakit sedang


Kesadaran : Compos Mentis
Tanda-tanda vital : TD : 149/96mmHg, N : 84x/menit,
RR : 20x/menit, S : 36,60C
Kepala:Bentuk normal, rambut berwarna hitam, distribusi merata,
tidak mudah dicabut, tidak ada benjolan, tidak ada memar, tidak ada
jejas trauma, tidak ada luka terbuka(-), Risus sardonicus (+)

Mata : Bentuk normal, kedudukan kedua bola mata simetris,


palpebra superior tidak edema, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak
ikterik, kornea jernih, pupil bulat, isokor.

Telinga : Bentuk normal, liang telinga lapang, sekret -/-,


serumen -/-, deformitas(-), nyeri tekan (-)

Hidung :Bentuk normal, tidak ada deviasi septum nasi, sekret


-/-, krepitasi tidak ada.

Mulut :Bentuk normal, perioral sianosis (-), bibir kering, lidah tidak
kotor, tonsil T1-T1 tenang, Trismus (+)
Leher : tidak terdapat massa, benjolan (-), Hiperemis, tidak ada luka
terbuka(-)
Thoraks

Paru-paru
Inspeksi : Bentuk normal, tampak simetris dan statis-dinamis,
retraksi suprasternal (-)
Palpasi : Nyeri Tekan Dada (-), Vokal fremitus kanan=kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-

Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak kelihatan
Palpasi : Ictus cordis teraba i.c.s. V linea midclavicula
sinistra
Perkusi : Batas atas : ICS II linea sternalis sinistra
Batas kanan : ICS V linea sternalis dextra
Batas kiri : ICS V linea midclavicula sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
ABDOMEN

Inspeksi : Datar
Palpasi : Supel (-), kaku (+)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+)

Tambahan : Episthotonus (+)


PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Laboratorium 30-01-2019

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai


Rujukan
Hemoglobin 14,0 g/dL 13.5-18.0
Jumlah 8.400 10^ 3/uL 4.00-10.50
Leukosit
Hematokrit 42 % 42.0-52.0

Jumlah 703 10^ 3/uL 163-337


Trombosit
RINGKASAN

Pasien laki-laki, 55 tahun, dirujuk dari RS PKU


Gamping dengan keluhan kaku di muka/rahang
dan perut sejak 2 hari SMRS.
Riwayat KLL 2 minggu sebelumnya dengan luka
gores di kaki kanan, dijahit sebanyak 6 jahitan,
dan sudah dilepas.
Mulut
Trismus (+), buka mulut 0 cm, Risus sardonicus (+)

Abdomen
Inspeksi : Datar
Palpasi : supel (-), Kaku (+)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+)

Tambahan : episthotonus (+)

Pemeriksaan Penunjang
Trombosit : 703.000 / mm3
DIAGNOSA KERJA

Tetanus Grade iii


DIAGNOSIS BANDING

Epilepsi
PEMERIKSAAN PENUNJANG YANG
DISARANKAN

Pewarnaan Gram
TATALAKSANA

Farmakologi:
IVFD RL 500cc + Diazepam 1A
Inj. ATS 6A IM
Inj. Metronidazol 1000mg
Inj. Ceftriaxone 2x1gr
Non farmako terapi:

Pemasangan kateter
Pemasangan kanul nasal 3 lpm
Pemasangan NGT
Tempatkan di ruangan yang tenang dan gelap
TINJAUAN PUSTAKA
TETANUS
• Tetanus: gangguan neuromuskular akut berupa
trismus, kekakuan dan kejang otot disebabkan oleh
eksotosin spesifik Clostridium tetani.
• Akibat komplikasi luka: Vulnus laceratum (luka
robek), Vulnus punctum (luka
tusuk), combustion (luka bakar), fraktur terbuka,
otitis media, luka terkontaminasi, luka tali pusat. 
tetanus prone wound
TANDA DAN
GEJALA
• Masa inkubasi: bervariasi antara 2 hari atau beberapa
minggu bahkan beberapa bulan, pada umumnya 8 – 12
hari.
• Suhu tubuh normal hingga subfebris
• Tetanus lokal  otot sekitar luka kaku
• Tetanus generalisata
– Trismus: sulit/tidak bisa membuka mulut
– Rhesus sardonicus
– Kaku otot kuduk, perut,anggota gerak
– Sukar menelan
– Opistotonus
• Kejang dalam keadaan sadar dan nyeri hebat.
• Sekujur tubuh berkeringat.
Faktor predisposisi (Luka tusuk dalam dan kotor serta belum terimunisasi,luka karena lalu lintas,
luka bakar, luka tembak, tusuk gigi, perawatan luka/tali pusat yang tidak baik)

Clostridium tetani masuk ke dalam tubuh dan berpoliferasi

Clostridium tetani mengeluarkan toksik yang bersifat neurotoksik (tetanospasmin)

Tetanus

Menempel pada cerebral


ganglion side Respon inflamasi pada
jaringan otak

Dirangsang oleh cahaya,


Kekakuan dan kejang suara Suhu tubuh meningkat
otot yang khas pada
tetanus
Kejang berulang
Hipertermi

Resiko Injuri
Kekakuan dan kejang otot
yang khas pada tetanus

Suplai O2 cerebral
Otot-otot erector Otot pernapasan dan
pada batang menurun
laring
tubuh
Otot mastikatorius

Penurunan Hipoksia berat


Sulit bernapas
Kaku kuduk kemampuan batuk
Trismus
Kesadaran
Penumpukan Sesak napas menurun
Gangguan
Sulit menelan sekret
mobilitas fisik

Bersihan jalan Pola napas Gangguan


Intake nutrisi tidak napas tidak efektif tidak efektif perfusi jaringan
adekuat serebral

Kebutuhan Nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh
STADIUM
KLINIS
Derajat penyakit tetanus menurut modifikasi dari klasifikasi Albleet’s:
1. Grade 1(ringan)
– Trismus ringan sampai sedang, spamisitas umum, tidak ada penyulit
pernafasan, tidak ada spasme, sedikit atau tidak adadisfagia.
2. Grade 2(sedang)
– Trismus sedang, rigiditas lebih jelas, spasme ringan atausedang
namun singkat, penyulit pernafasan sedang dengantakipneu.
3. Grade 3(berat)
– Trismus berat, spastisitas umum, spasme spontan yang lama dan
sering, serangan apneu, disfagia berat, spasme memanjang spontan
yang sering dan terjadi refleks, penyulit pernafasan disertai dengan
takipneu, takikardi, aktivitas sistem saraf otonom sedang yangterus
meningkat.
4. Grade 4 (sangatberat)
– Gejala pada grade 3 ditambah gangguanotonom yang berat, sering
kali menyebabkan “autonomic storm”.
DIAGNOSIS DAN
KOMPLIKASI

• Diagnosis
– Klinis
– Pewarnaan gram

• Komplikasi
– Anoksia otak
– fraktur vertebra
– Aspirasi, penumonia
– Low intake, Dehidrasi
– Disfungsi otonom: hiper/hipotensi, hiperhidrosis
– Kematian
TETANUS WOUND MANAGEMENT

Clean, minor All other


wounds wounds
Vaccination History Td TIG Td TIG

Unknown or <3 doses Yes No Yes Yes

3+ doses No* No No** No

* Yes, if >10 years since last dose


** Yes, if >5 years since last dose

National Immunization Program Centers for DiseaseControl


and Prevention. Revised March 2002
TATALAKSANA
TETANUS
1. Pemberian antitoksin tetanus
2. Penatalaksanaan luka
3. Pemberian antibiotika
4. Penanggulangan kejang
5. Perawatan penunjang
6. Pencegahan komplikasi
1.

Antikonvulsan diberikan secara titrasi, sesuai kebutuhan dan


respon klinis. Diazepam atau Vankuronium 6-8 mg/hari.
– Bila penderita datang dalam keadaan kejang maka diberikan
diazepam dosis 0,5 mg/kgBB/kali i.v. perlahan-lahan dengan dosis
optimum 10mg/kali diulang setiap kali kejang. Kemudian diikuti
pemberian Diazepam per oral (sonde lambung) dengan dosis
0,5/kgBB/kali sehari diberikan 6 kali. Dosis maksimal diazepam 240
mg/hari.
– Bila masih kejang (tetanus yang sangat berat), harus dilanjutkan
dengan bantuan ventilasi mekanik, dosis diazepam dapat
ditingkatkan sampai 480 mg/hari dengan bantuan ventilasi
mekanik, dengan atau tanpa kurarisasi.
– Magnesium sulfat dapat pula dipertimbangkan digunakan bila ada
gangguan saraf otonom.
TATALAKSANA TETANUS

Manajemen Luka
• Semua luka harus dibersihkan dan jika perlu dilakukan debridemen.
• Riwayat imunisasi tetanuspasien perlu didapatkan.
• TT harus diberikan jika riwayat booster terakhir lebih dari 10 tahun jika
riwayat imunisasi tidak diketahui, TT dapatdiberikan.
• Jika riwayat imunisasi terakhir lebih dari 10 tahun yang lalu, maka
tetanus imunoglobulin (TIg) harus diberikan. Keparahan luka bukan
faktor penentu pemberian TIg

Luka Rentan Tetanus Luka yang tidak rentan tetanus


• > 6-8 jam • < 6 jam
• Kedalaman > 1 cm • Superfisial < 1 cm
• Terkontaminasi • Bersih
• Bentuk stelat, avulsi, atau hancur • Bentuknya linear, tepi tajam
(irreguler) • Neurovaskular intak
• Denervasi, iskemik • Tidak infeksi
• Terinfeksi (purulen, jaringannekrotik)
LANJUTAN...

2. Pengawasan, agar tidak ada hambatan fungsi


respirasi.
3. Ruang Isolasi untuk menghindari rangsang luar
seperti suara, cahaya- ruangan redup dan
tindakan terhadap penderita.
4. Diet cukup kalori dan protein
– 3500-4500 kalori per hari
– 100-150 gr protein
– Bila ada trismus, makanan dapat diberikan per sonde
atau parenteral
5. Oksigen, pernapasan buatan dan trakeostomi bila
perlu.
LANJUTAN...

7. ATS
– Skin tes untuk hipersensitif
– Dosis biasa 50.000 iu, diberikan IM diikuti dengan 50.000 unit dengan
infus IV lambat
– Jika pembedahan eksisi luka memungkinkan, sebagian
antitoksin dapat disuntikkan di sekitar luka.
8. Eliminasi bakteri
– DOC: Penisilin berikan prokain penisilin, 1,2 juta unit IM atau IV
setiap 6 jam selama 10 hari.
– Alergi penisilin Tetrasiklin, 500 mg PO atau IV setiap 6 jam selama
10 hari
– dapat mengeradikasi Clostridium tetani tetapi tidak dapat
mempengaruhi proses neurologisnya.
7. Bila dijumpai adanya komplikasi pemberian
antibiotika spektrum luas
– Tetrasiklin, Eritromisin dan Metronidazol dapat
diberikan, terutama bila penderita alergi penisilin
– Tetrasiklin: 30-50 mg/kgBB/hari dalam 4 dosis
– Eritromisin: 50 mg/kgBB/hari dalam 4 dosis, selama 10
hari
– Metronidazol loading dose 15 mg/KgBB/jam selanjutnya
7,5 mg/KgBB tiap 6 jam.
8. Pemberian Tetanus Toksoid (TT) yang pertama
– Dilakukan bersamaan dengan antitoksin tetapi pada sisi
yang berbeda dengan alat suntik yang berbeda
– Dosis inisial 0,5 ml toksoid intramuskular diberikan 24 jam
pertama.
9. Pemberian TT harus dilanjutkan sampai imunisasi
dasar terhadap tetanus selesai.
10. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.
PENCEGAHAN KOMPLIKASI

• Anoksia otak dengan


– Pemberian antikejang, sekaligus mencegah
laringospasme,
– Jalan napas yang memadai, bila perlu lakukan intubasi
(pemasangan tuba endotrakheal) atau lakukan
rakheotomi berencana, pemberian oksigen.
• Pneumonia
– membersihkan jalan napas yang teratur, pengaturan
posisi penderita berbaring, pemberian antibiotika.
• Fraktur vertebra: pemberian antikejang yang
memadai.

Anda mungkin juga menyukai