Anda di halaman 1dari 44

PRESENTASI KASUS

Para 0 Abortus 1 Usia 17 Tahun dengan Mola Hidatidosa Klinis Ganas

Pembimbing

dr. Aditiyono, Sp.OG


Disusun oleh:
Irham Tahkik S
G4A013069
Anggraini Kuswadaningrum
G4A013070
Hanifan Heru Nugrahadi
G4A013071
Cahyaning Tias
G4A013072
SMF KANDUNGAN DAN KEBIDANAN
RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARDJO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2014

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Mola Hidatidosa merupakan salah satu penyakit trofoblas
gestasional (PTG)
Kehamilan mola secara histologis ditandai dengan kelainan vili
khorionik yang terdiri dari proliferasi trofoblas dengan derajat
bervariasi dan edema stroma vilus.
Mola bisa terletak di rongga uterus, tuba fallopi dan ovarium

Mola Hidatidosa adalah neoplasma jinak dari sel trofoblast.


Mola hidatidosa dapat dialami oleh wanita antara umur 15 tahun
sampai 45 tahun.
Di Amerika Utara, Australia, New Zaeland dan Eropa insidensi mola
hidatidosa 0,57-1,1 per1000 kehamilan sedangkan insidensi di Asia
Tenggara dan Jepang 2,0 per 1000 kehamilan (Lurain, 2010)
Penanganan mola hidatidosa terdiri dari evakuasi mola dan
monitoring untuk memastikan prognosis penyakit tersebut (RCOG,
1999; Cunningham dkk, 2005).

TINJAUAN PUSTAKA

Anatomi dan Fisiologi

Mola Hidatidosa
Definisi

Etiologi

Mola hidatidosa ICD 10 (001,D39.2),


adalah kehamilan abnormal yang
sebagian atau seluruh vili korialisnya
mengalami degenerasi berupa
gelembung yang menyerupai anggur

Faktor ovum : ovum memang sudah patologik


sehingga mati, tetapi terlambat dikeluarkan.
Imunoselektif dari Tropoblast
Keadaan sosioekonomi yang rendah
Paritas tinggi
Kekurangan protein
Infeksi virus dan factor kromosom yang belum
jelas

KLASIFIKASI
Gambaran

Mola Parsial

Mola Sempurna

Kariotipe

Umumnya 69,XXX atau 69,XXY

46,XX atau 46,XY

Janin

Sering dijumpai

Tidak ada

Amnion, sel darah merah


janin

Sering dijumpai

Tidak ada

Edema vilus

Bervariasi, fokal

Difus

Proliferasi trofoblas

Bervariasi, fokal, ringan sampai


sedang

Bervariasi, ringan sampai berat

Diagnosa

Missed abortion

Gestasi mola

Ukuran uterus

Kecil untuk masa kehamilan

50%
besar
kehamilan

Kista teka-lutein

Jarang

25-30%

Penyulis medis

Jarang

Sering

Penyakit pasca mola

Kuang dari 5-10%

20%

Patologi

Gambaran klinis

untuk

masa

Mola Hidatidosa Sempurna

Mola Hidatidosa Parsial

Patogenesis
Teori missed
abortion
Mudigah mati pada
kehamilan 3 5
minggu karena itu
terjadi
gangguan
peredarah
darah
sehingga
terjadi
penimbunan
cairan
masenkim dari villi dan
akhirnya terbentuklah
gelembung-gelembung.

Teori neoplasma dari


Park
Sel-sel trofoblast
adalah abnormal dan
memiliki fungsi yang
abnormal dimana
terjadi reabsorbsi
cairan yang berlebihan
ke dalam villi sehigga
timbul gelembung.

Studi dari Hertig


Studi dari Hertig lebih
menegaskan lagi bahwa
mola
hidatidosa
semata-mata
akibat
akumulasi cairan yang
menyertai degenerasi
awal atau tiak adanya
embrio komplit pada
minggu ke tiga dan ke
lima. Adanya sirkulasi
maternal yang terus
menerus dan tidak
adanya
fetus
menyebabkan
trofoblast berproliferasi
dan
melakukan
fungsinya
selama
pembentukan cairan.

GEJALA KLINIS
Amenore dan tanda tanda kehamilan
Perdarahan pervaginam dari bercak sampai perdarahan berat.
merupakan gejala utama dari mola hidatidosa, sifat perdarahan bisa
intermiten selama berapa minggu sampai beberapa bulan
sehingga dapat menyebabkan anemia defisiensi besi.
Uterus sering membesar lebih cepat dari biasanya tidak sesuai
dengan usia kehamilan.
Tidak dirasakan tanda tanda adanya gerakan janin maupun
ballotement
Hiperemesis,
Pasien dapat mengalami mual dan muntah cuku berat
Preklampsi dan eklampsi sebelum minggu ke 24
Keluar jaringan mola seperti buah anggur, yang merupakan
diagnosa pasti
Tirotoksikosis

PENEGAKAN DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang seperti laboratorium, USG dan histologis.
Pada mola hidatidosa yang sempurna terdapat tanda dan gejala
klasik yakni
Perdarahan vaginal.
Gejala klasik yang paling
sering pada mola sempurna
adalah perdarahan vaginal.
Jaringan mola terpisah dari
desidua,
menyebabkan
perdarahan. Uterus membesar
(distensi) oleh karena jumlah
darah yang banyak, dan cairan
gelap bisa mengalir melalui
vagina. Gejala ini terdapat
dalam 97% kasus.

Hiperemesis.
Hipertiroid.
Penderita juga mengeluhkan
mual dan muntah yang berat. Sekitar 7% penderita memiliki
Hal ini merupakan akibat dari gejala seperti takikardi, tremor
peningkatan secara tajam
dan kulit yang hangat
hormon -HCG.

Hasil Pemeriksaan Fisik


Mola Sempurna
Ukuran yang tidak sesuai dengan umur gestasi.
Pembesaran uterus lebih besar daripada biasanya pada usia gestasi
tanda yang klasik dari mola sempurna.
Preeklampsia. Sekitar 27% pasien dengan mola sempurna
mengalami toksemia, yang ditandai dengan adanya hipertensi
(tekanan darah >140/90 mm Hg), proteinuria (>300 mg/d), dan
edema dengan hiperefleksia. Kejang jarang terjadi.
Kista teka lutein merupakan kista ovarium dengan diameter lebih
besar dari 6cm dan diikuti dengan pembesaran ovarium. Kista ini
berkembang akibat adanya kadar beta-HCG yang tinggi.

Mola Parsial
Lebih sering tidak memperlihatkan tanda fisik.
Paling sering ditemukan dengan USG.
Pembesaran uterus dan preeklampsia dilaporkan terjadi hanya pada
3% kasus.
Kista teka lutein, hiperemesis dan hipertiroidisme jarang terjadi

Mola Kembar
Gestasi kembar dengan mola sempurna dan janin dengan plasenta
normal telah dilaporkan.
Kasus bayi lahir dengan sehat (dengan kembar mola) pada keadaan
seperti ini juga pernah dilaporkan.
Wanita dengan gestasi normal dan mola beresiko untuk menjadi
persisten dan cenderung dapat bermetastasis.
Mengakhiri kehamilan merupakan pilihan yang direkomendasikan.
Kehamilan dapat dilanjutkan selama status maternal stabil, tanpa
perdarahan, thyrotoxikosis, atau hipertensi berat.
Diagnosis genetic prenatal melalui sampling chorionic villus atau
amniosentesis direkomendasikan untuk mengevaluasi kariotipe
fetus.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan antara lain kadar beta
HCG.
Bila didapatkan > 100.000 mIU/mL merupakan indikasi dari
pertumbuhan trofoblastik.
Anemia merupakan komplikasi yang sering terjadi disertai
dengan kecenderungan terjadinya koagulopati.
Tes fungsi hati, BUN dan kreatinin serta tiroksin dan serum
inhibin A dan activin.

Pemeriksaan Radiologi
Kebanyakan mola sudah dapat dideteksi pada trimester awal kehamilan
sebelum onset tanda klasik muncul dengan bantuan alat penunjang
ultrasonografi (USG) yang beresolusi tinggi.
Karakteristik USG mola adanya gambaran badai salju (snowstorm) yang
mengindikasikan villi koriales yang hidrofik.
Pemeriksaan rontgen pulmo harus dilakukan karena paru - paru
merupakan tempat metastasis pertama bagi PTG

Pemeriksaan Histopatologi
Pada mola sempurna:
tidak terdapat jaringan fetus
terdapat proliferasi trofoblastik
vili yang hidropik
peningkatan faktor pertumbuhan, termasuk c-myc, epidermal
growth factor, dan c-erb B-2, dibandingkan pada plasenta yang
normal.
Pada mola parsial:
terdapat jaringan fetus beserta amnion dan eritrosit fetus

Penatalaksanaan
Evakuasi

Perbaiki keadaan umum.


Bila mola sudah keluar spontan dilakukan kuret atau
kuret isap. Bila kanalis servikalis belum terbuka
dipasang laminaria dan 12 jam kemudian dilakukan
kuret.

Memberikan
obat-obatan
Antibiotik,
uterotonika dan perbaiki keadaan umum
penderita.
7-10 hari setelah kerokan pertama, dilakukan
kerokan ke dua untuk membersihkan sisa-sisa
jaringan.
Histerektomi total dilakukan pada mola resiko tinggi usia
lebih dari 30 tahun, Paritas 4 atau lebih, dan uterus yang
sangat besar yaitu setinggi pusat atau lebih

Pengawasan Lanjutan

Ibu dianjurkan untuk tidak hamil dan dianjurkan


memakai kontrasepsi oral pil.
Mematuhi jadwal periksa ulang selama 2-3 tahun .
Setiap minggu pada Triwulan pertama
Setiap 2 minggu pada Triwulan kedua
Setiap bulan pada 6 bulan berikutnya
Setiap 2 bulan pada tahun berikutnya, dan selanjutnya setiap 3
bulan.
Setiap pemeriksaan ulang perlu diperhatikan Gejala klinis:
keadaan umum dan perdarahan
Pemeriksaan dalam: keadaan servik, uterus bertambah kecil atau
tidak
Laboratorium reaksi biologis dan imunologis:
1x seminggu sampai hasil negatif
1x2 minggu selama Triwulan selanjutnya
1x sebulan dalam 6 bulan selanjutnya
1x3 bulan selama tahun berikutnya
Kalau hasil reaksi titer masih (+) maka harus dicurigai adanya
keganasan.

Pengawasan Lanjutan
Ibu dianjurkan untuk tidak hamil dan dianjurkan memakai kontrasepsi oral pil.
Mematuhi jadwal periksa ulang selama 2-3 tahun .
Setiap minggu pada Triwulan pertama
Setiap 2 minggu pada Triwulan kedua
Setiap bulan pada 6 bulan berikutnya
Setiap 2 bulan pada tahun berikutnya, dan selanjutnya setiap 3 bulan.
Setiap pemeriksaan ulang perlu diperhatikan:
gejala klinis: keadaan umum dan perdarahan
pemeriksaan dalam: keadaan servik, uterus bertambah kecil atau tidak
Laboratorium reaksi biologis dan imunologis:
1x seminggu sampai hasil negatif
1x2 minggu selama Triwulan selanjutnya
1x sebulan dalam 6 bulan selanjutnya
1x3 bulan selama tahun berikutnya
Kalau hasil reaksi titer masih (+) maka harus dicurigai adanya keganasan.

Komplikasi

Prognosis

Perdarahan hebat
Keganasan (PTG)
Perdarahan yang hebat sampai syok
Perdarahan berulang-ulang yang dapat
menyebabkan anemia
Infeksi sekunder
Perforasi karena tindakan atau keganasan
Hampir 20% mola hidatidosa komplet
berlanjut menjadi keganasan, sedangkan
mola hidatidosa parsial jarang. Mola yang
terjadi berulang disertai tirotoksikosis atau
kista lutein memiliki kemungkinan menjadi
ganas lebih tinggi. Prognosis Kematian pada
mola hidatidosa disebabkan perdarahan,
infeksi, payah jantung atau tirotoksikosis.
Sebagian dari pasien mola akan segera sehat
kembali setelah jaringannya dikeluarkan,
tetapi ada sekelompok perempuan yang
kemudian menderita degenerasi keganasan
menjadi koriokarsinoma

IDENTITAS----

Laporan Kasus
Nama

: Ny. TT

Umur

: 17 tahun

Jenis kelamin

: Perempuan

Status perkawinan : Menikah


Suku bangsa

: Jawa

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Alamat

: Cilacap Utara

Tanggal masuk

: 6 November 2014

Tanggal periksa

: 7 November 2014

An
a
m
n
e
s
i
s
-

Keluhan Utama

Nyeri perut bagian bawah

Keluhan Tambahan

Nyeri pinggang kiri

Anamnesis----

RPS
Pasien datang ke Poli Kandungan dan Kebidanan RSMS tanggal
6 November 2014 untuk menjalani kemoterapi yang kedua.
Pasien mengeluh nyeri perut di bagian bawah. Keluhan ini
dirasakan sejak bulan Juni 2014. Nyeri hilang timbul terasa
seperti ditusuk-tusuk. Kadang nyeri perut menjalar ke pinggang
kiri. Nyeri memberat saat pasien beraktivitas. Nyeri berkurang
jika pasien beristirahat. Pasien juga mengeluhkan nyeri perut
saat berkemih.

Anamnesis----

Riwayat menstruasi
siklus teratur selama 7 hari, dismenore (+)
Riwayat Obstetrik
P1A0
Riwayat Pernikahan
Menikah 1 x/1 tahun
Riwayat KB
Belum pernah menggunakan KB
Riwayat Ginekologi
Riwayat Operasi : tidak ada
Riwayat Kuret
: Juni 2014 di RS Cilacap
Riwayat Keputihan
: tidak ada

Anamnesis----

RPD

Riwayat keluhan yang sama : Disangkal


Riwayat hipertensi
: Disangkal
Riwayat DM
: Disangkal
Riwayat penyakit jantung
: Disangkal
Riwayat penyakit ginjal : Disangkal
Riwayat alergi / asma
: Disangkal
Riwayat sakit berat lain : Disangkal
Riwayat Infeksi
: Infeksi saluran kemih bulan Agustus 2014
Riwayat Kemoterapi
: 1x bulan Juli 2014

RPK

Keluhan yang sama


: disangkal
Riwayat Hipertensi
: disangkal
Riwayat DM
: disangkal
Riwayat peny. jantung : disangkal
Riwayat peny. ginjal
: disangkal
Riwayat ibu DM gestasional : disangkal

Anamnesis----

RSE

Pasien merupakan ibu rumah tangga dan suaminya


bekerja sebagai karyawan di Pertamina. Kesan sosial
ekonomi keluarga adalah golongan menegah ke
bawah. Pasien menggunakan Jaminan Kesehatan
Masyarakat (Jamkesmas) dalam masalah kontrol
penyakit dan kemoterapi.

Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum
: sedang
Kesadaran
: Compos mentis dengan GCS 15
Tanda Vital
Tekanan Darah : 100/70 mmHg
Nadi
: 84x/menit
Pernapasan
: 20x/menit
Suhu (Peraksiller)
: 36.3 C
TB : 149 cm ; BB : 44,5 kg; IMT : cukup

Status Generalis
Kepala
Bentuk
:Simetris, mesocephal
Rambut
: Distribusi merata
Venektasi temporal : -

Mata
Konjungtiva
:Anemis (-/-)
Sklera
: Ikterik (-/-)
Palpebra
: Oedem (-/-)
Reflek cahaya langsung/tidak langsung: (+/+) / (+/+)

Telinga

Pemeriksaan Fisik

Simetris
Kelainan bentuk
Discharge

: (-)
: (-)

Hidung
Discharge
: (-)
Nafas Cuping Hidung
: (-)

Mulut
Bibir sianosis
Lidah sianosis
Lidah kotor

: (-)
: (-)
: (-)

Leher
Trakhea di tengah
Perbesaran kelenjar tiroid : (-)
Perbesaran limfonodi
: (-)
Peningkatan JVP
: (-), JVP 5 + 2 CmH2O

Pemeriksaan Fisik

Pulmo
Inspeksi : Simetris kanan kiri, retraksi (-), ketinggalan gerak (-)
Palpasi : Vokal fremitus lobus superior kanan sama dengan kiri.
Vokal fremitus lobus inferior kanan sama dengan kiri.
Perkusi : Sonor di seluruh lapangan paru, batas paru hepar di SIC V linea
midclavikula dekstra.
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+)
Suara tambahan : wheezing (-), RBH (-), RBK(-)

Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tampak di SIC V LMCS, pulsasi epigastrium (-).
Palpasi : Ictus cordis di SIC V LMC sinistra dan tidak kuat angkat.
Perkusi : Batas kanan atas SIC II LPS dextra,
Batas kiri atas SIC II LPS sinistra,
Batas kanan bawah SIC IV LPS dextra,
Batas kiri bawah SIC VI 2 jari lateral LMC sinistra.
Auskultasi
: reguler, murmur (-), gallop (-).

Pemeriksaan Fisik

Abdomen
Inspeksi
: Cembung,venektasi (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal.
Palpasi : Nyeri tekan (+) suprapubik
hepar tidak teraba,
lien tidak teraba,
undulasi (-)
Perkusi: Timpani, pekak alih (-), pekak sisi (-)

Genitalia Eksterna
Inspeksi
Mons pubis, labia mayor dan minor, introitus, perineum: warna tidak
hiperemis, tidak tampak ada benjolan maupun edema, ukuran normal,
tidak ada darah,
Palpasi
Tidak didapatkan nyeri tekan

Pemeriksaan Fisik

Genitalia Interna
Cairan vagina
:Dinding vagina : licin, massa (-), tanda radang (-)
Portio/ cervix
: ukuran sebesar ibu jari kaki, lokasi posterior, permukaan
rata, tanda radang (-)
OUE
: tertutup

Ekstremitas
Superior dekstra/sinistra : Oedem (-/-)
Inferior dekstra/sinistra : Oedem (-/-)

Pemeriksaan Penunjang

Patologi Anatomi
Hasil pemeriksaan patologi anatomi tanggal 26 Juni 2014 adalah
tak tampak tanda ganas, sesuai dengan Mola Hidatidosa.
Laboratorium
Kadar -HCG serum tanggal 17 Oktober 2014 = 135,9 mIU/L

Diagnosa Kerja :
P0A1, usia 17 tahun, dengan Mola Hidatidosa Klinis Ganas

Terapi
Metotrexat 17 mg i.m
Asam Mefenamat 3x 500 mg
Injeksi vitamin C 1 ampul i.m

Perkembangan Pasin Selama Perawatan

Diskusi Masalah

APAKAH DIAGNOSIS PADA PASIEN INI SUDAH BENAR?


Pasien datang tanggal 6 November 2014 pukul 10.00 ke Poli
Kandungan dan Kebidanan untuk kontrol dan rencana kemoterapi
yang kedua setelah kuret pada bulan Juni 2014 karena Mola
hidatidosa. Di poli pasien didiagnosis P0A1 usia 17 tahun dengan Mola
Hidatidosa Klinis Ganas. Menurut kami diagnosis tersebut tepat
karena:
Pasien memiliki riwayat obstetri P0A1, yang artinya pasien memiliki
riwayat abortus sebanyak 1 kali dan dikuret pada Juni 2014 di RS
Cilacap.
Pada pemeriksaan fisik, ukuran uterus pasien dalam batas normal,
sebesar telur ayam.
Hasil pemeriksaan histopatologi jaringan hasil kuret tanggal 26 Juni
2014 adalah tak tampak tanda ganas, sesuai dengan Mola Hidatidosa.
Kadar -HCG yang diperiksa pada 17 Oktober 2014 adalah
135,19mIU/L. Kadar HCG masih tinggi setelah evakuasi mola .

APAKAH PENEGAKKAN DIAGNOSIS PADA PASIEN INI


SUDAH BENAR?
Diagnosis di Poli Kandungan dan Kebidanan adalah Para 0 Abortus
1 usia 17 tahun dengan Mola Hidatidosa Klinis Ganas.
Anamnesis:
Pasien datang ke Poli Kandungan dan Kebidanan RSMS tanggal 6
November 2014 untuk menjalani kemoterapi yang kedua.
Pasien mengeluh nyeri perut di bagian bawah.
Nyeri hilang timbul terasa seperti ditusuk-tusuk.
Kadang nyeri perut menjalar ke pinggang kiri.
Nyeri memberat saat pasien beraktivitas.
Nyeri berkurang jika pasien beristirahat.
Pasien juga mengeluhkan nyeri perut saat berkemih.
Pasien pernah menjalani kuret pada bulan Juni 2014.

Pemeriksaan Fisik
Hasil pemeriksaan fisik di Poli Kandungan dan Kebidanan yaitu
tekanan darah 100/60 mmHg, nadi 80x/menit, respiration rate
20x/menit, suhu 360C.
Hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan di Ruang Teratai
menunjukkan bahwa status generalis pasien dalam batas normal.
Status ginekologis pasien juga dalam batas normal. Ukuran
uterus pasien normal, yaitu sebesar telur ayam. Tidak ada
perdarahan per vaginam maupun keputihan.

Pemeriksaan Penunjang
Pasien membawa hasil pemeriksaan -HCG yang dilakukan 4
bulan setelah evakuasi mola, yaitu tanggal 17 Oktober 2014.
Kadar -HCG masih tinggi, yaitu 135,19 mIU/L.
Pemeriksaan darah lengkap ureum darah dan kreatini dilakukan
di Ruang Teratai untuk persiapan kemoterapi.
Hasil pemeriksaan laboratorium darah dalam batas normal.
Hasil pemeriksaan histopatologi jaringan yang dilakukan tanggal
23 Juni 2014 yaitu tak tampak tanda ganas, sesuai dengan Mola
Hidatidosa.

APAKAH PENATALAKSANAAN PADA PASIEN INI SUDAH


BENAR?
Pemberian Metotrexat 17 mg i.m sudah tepat.
Metotrexat diberikan sebagai profilaksis kemoterapi setelah
evakuasi mola hidatidosa yang dihubungkan dengan penurunan
insidensi terjadinya penyakit trofoblastik post molar dari 15-20%
menjadi 3-8%.
Semua pasien yang menjalani pemeriksaan hCG serial setelah
evakuasi mola dan ditemukan tetap, dapat menjalani dengan
kemoterapi.
Dosis metotrexat 0,4mg/kg (maksimum 30 mg) i.v atau i.m setiap
hari selama 5 hari pada 1 siklus terapi.
Berat badan pasien 44,5 kg sehingga dosis metotrexat untuk pasien
adalah 17 mg.
Pemberian asam mefenamat untuk anti nyeri.
Pemberian vitamin C sebagai antioksidan.

Daftar Pustaka

Abdullah M.N. dkk. Mola Hidatidosa. Pedoman Diagnosis dan Terapi Lab. Kebidanan Dan
Penyakit Kandungan. Rsud Dokter Soetomo Surabaya. 1994. Hal 25-28.
Berends MAM, Snoek J, De Jong EMGJ, Van de Kerkhof PCM, Van Oijen MGH, Van Krieken JH,
Drenth JPH. 2006. Liver Injury In Long-Term Methotrexate Treatment In Psoriasis Is Relatively
Infrequent. Aliment Pharmacol Ther. 24: 805-811.
Bilijana L dan Milenkovic V. 2010. Treatment Of Gestational Trophoblastic Disease Review Of
Literature. Acta Medica Medianae. 49(1): 64-69.
Cuninngham. FG., Gant NF., Leveno KJ., Gilstrap LC., Hauth JC., Wenstrom KD. 2005. Mola
Hidatidosa Penyakit Trofoblastik Gestasional. Obstetri Williams. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran. EGC. Hal 930-938.
Lurain JR. 2010. Gestational Trophoblastic Disease I: Epidemiology, Pathology, Clinical
Presentation And Diagnosis Of Gestational Trophoblastic Disease, And Management Of
Hydatidiform Mole. American Journal of Obstetrics & Gynecology. Hal. 531-539.
Mansjoer, A. dkk. Mola Hidatidosa. Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jilid I.Media Aesculapius. Jakarta.2001. Hal 265-267.
Martaadisoebrata D, & Sumapraja, S. 2002. Penyakit Serta Kelainan Plasenta& Selaput Janin.
Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. Hal 341-348.
Mochtar. R. Penyakit Trofoblas. 1998. Sinopsis Obstetri. Jilid I. Edisi2.Penerbit Buku
Kedokteran. ECG. Jakarta. Hal. 238-243.
Moore L. 2008, Hydatidiform Mole, available at www.e-medicine.com

Ningrum DM dan Emilia O. 2010. Mola Hidatidosa. Available at


http://theeyebrow.blogspot.com/2008/01/mola-hidatidosa.html.
Prawirohadjo S dan Wiknjosastro H. 1999. Mola Hidatidosa. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina
Pustaka Sarwonoprawirohadjo. Jakarta. Hal . 262-264.
Price SA dan Wilson LM. 2006. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses Proses Penyakit. Edisi 6
Volume 1 dan 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sastrawinata, S.R. Mola Hidatidosa. Obsetetri Patologik. Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas
Kedokteran Universitas Padjajaran. Elstar Offset. Bandung. 1981. Hal38-42.
Syafii, Aprianti S., Hardjoeno. 2006. Kadar b-hcg Penderita Mola Hidatidosa Sebelum dan Sesudah
Kuretase. Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory. 13(1): 1-3.
The royal colegge of obstetrician and gynaecologists. 1999. A Guidline Manajemen Trophoblastic
Neoplasia. available at www.RCOG.com.
Velicer CM dan Ulrich CM. 2008. Vitamin and Mineral Supplement Use Among US Adult After
Cancer Diagnosis: A Systemic Review. J Clin Oncol. 26(4): 665-673.
Wilson B. 2008. Sonography of the Placenta And Umbilical Cord. Radiologic Technology. 79(4):
333S-45S.

Prayitno, A., Ruben D., Istar Y., & Ambar M. 2005. Ekspresi Protein p53, Rb, dan c-myc
pada Kanker Serviks Uteri dengan Pengecatan Immunohistokimia. Biodiversitas, 6(3):
157-9
Randall, M. E., Michael, H., Ver Morken, J., & Stehman, F. Uterine cervix. Hoskins, W. J.,
Perez, C. A., & Young, R. C., et al. (Eds.). (2005). Principles and Practice of Gynecologic
Oncology. (4th Edition). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 22: pp. 743-822.
Rasjidi, I. 2009. Epidemiologi Kanker Serviks. Indonesian Journal of Cancer, 3(3): 103-8
Ries LA, Melbert D, Krapcho M, Stinchcomb DG, Howlander N, Horner MJ, et al.
2009. SEER cancer statistics review. Bethesda (MD): National Cancer Institute.
RJ Kurman. 1994. Blausteins Pathology of the Female Genital Tract / Fourth Edition. Ed.
Springer-Verlag, New York.
Romadhoni, Noor Y., & Dian A. 2012. Penyerapan Pengetahuan Tentang Kanker Serviks
Sebelum dan Sesudah Penyuluhan. Jurnal Kedokteran Muhammadiyah, 1(1): 38-42
Srivastava, S., Sadhana G., & Jagat KR. 2012. High Prevalence of Oncogenic HPV-16 in
Cervical Smears of Asymptomatic Women of Eastern Uttar Pradesh, India: A
Population-based Study. Journal of Biosciences, 37(1):63-72
World Health Organization. 2013. Comprehensive Cervical Cancer Prevention and
Control: a Healthier Future for Girls and Women

Anda mungkin juga menyukai