Pembimbing
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Mola Hidatidosa merupakan salah satu penyakit trofoblas
gestasional (PTG)
Kehamilan mola secara histologis ditandai dengan kelainan vili
khorionik yang terdiri dari proliferasi trofoblas dengan derajat
bervariasi dan edema stroma vilus.
Mola bisa terletak di rongga uterus, tuba fallopi dan ovarium
TINJAUAN PUSTAKA
Mola Hidatidosa
Definisi
Etiologi
KLASIFIKASI
Gambaran
Mola Parsial
Mola Sempurna
Kariotipe
Janin
Sering dijumpai
Tidak ada
Sering dijumpai
Tidak ada
Edema vilus
Bervariasi, fokal
Difus
Proliferasi trofoblas
Diagnosa
Missed abortion
Gestasi mola
Ukuran uterus
50%
besar
kehamilan
Kista teka-lutein
Jarang
25-30%
Penyulis medis
Jarang
Sering
20%
Patologi
Gambaran klinis
untuk
masa
Patogenesis
Teori missed
abortion
Mudigah mati pada
kehamilan 3 5
minggu karena itu
terjadi
gangguan
peredarah
darah
sehingga
terjadi
penimbunan
cairan
masenkim dari villi dan
akhirnya terbentuklah
gelembung-gelembung.
GEJALA KLINIS
Amenore dan tanda tanda kehamilan
Perdarahan pervaginam dari bercak sampai perdarahan berat.
merupakan gejala utama dari mola hidatidosa, sifat perdarahan bisa
intermiten selama berapa minggu sampai beberapa bulan
sehingga dapat menyebabkan anemia defisiensi besi.
Uterus sering membesar lebih cepat dari biasanya tidak sesuai
dengan usia kehamilan.
Tidak dirasakan tanda tanda adanya gerakan janin maupun
ballotement
Hiperemesis,
Pasien dapat mengalami mual dan muntah cuku berat
Preklampsi dan eklampsi sebelum minggu ke 24
Keluar jaringan mola seperti buah anggur, yang merupakan
diagnosa pasti
Tirotoksikosis
PENEGAKAN DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang seperti laboratorium, USG dan histologis.
Pada mola hidatidosa yang sempurna terdapat tanda dan gejala
klasik yakni
Perdarahan vaginal.
Gejala klasik yang paling
sering pada mola sempurna
adalah perdarahan vaginal.
Jaringan mola terpisah dari
desidua,
menyebabkan
perdarahan. Uterus membesar
(distensi) oleh karena jumlah
darah yang banyak, dan cairan
gelap bisa mengalir melalui
vagina. Gejala ini terdapat
dalam 97% kasus.
Hiperemesis.
Hipertiroid.
Penderita juga mengeluhkan
mual dan muntah yang berat. Sekitar 7% penderita memiliki
Hal ini merupakan akibat dari gejala seperti takikardi, tremor
peningkatan secara tajam
dan kulit yang hangat
hormon -HCG.
Mola Parsial
Lebih sering tidak memperlihatkan tanda fisik.
Paling sering ditemukan dengan USG.
Pembesaran uterus dan preeklampsia dilaporkan terjadi hanya pada
3% kasus.
Kista teka lutein, hiperemesis dan hipertiroidisme jarang terjadi
Mola Kembar
Gestasi kembar dengan mola sempurna dan janin dengan plasenta
normal telah dilaporkan.
Kasus bayi lahir dengan sehat (dengan kembar mola) pada keadaan
seperti ini juga pernah dilaporkan.
Wanita dengan gestasi normal dan mola beresiko untuk menjadi
persisten dan cenderung dapat bermetastasis.
Mengakhiri kehamilan merupakan pilihan yang direkomendasikan.
Kehamilan dapat dilanjutkan selama status maternal stabil, tanpa
perdarahan, thyrotoxikosis, atau hipertensi berat.
Diagnosis genetic prenatal melalui sampling chorionic villus atau
amniosentesis direkomendasikan untuk mengevaluasi kariotipe
fetus.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan antara lain kadar beta
HCG.
Bila didapatkan > 100.000 mIU/mL merupakan indikasi dari
pertumbuhan trofoblastik.
Anemia merupakan komplikasi yang sering terjadi disertai
dengan kecenderungan terjadinya koagulopati.
Tes fungsi hati, BUN dan kreatinin serta tiroksin dan serum
inhibin A dan activin.
Pemeriksaan Radiologi
Kebanyakan mola sudah dapat dideteksi pada trimester awal kehamilan
sebelum onset tanda klasik muncul dengan bantuan alat penunjang
ultrasonografi (USG) yang beresolusi tinggi.
Karakteristik USG mola adanya gambaran badai salju (snowstorm) yang
mengindikasikan villi koriales yang hidrofik.
Pemeriksaan rontgen pulmo harus dilakukan karena paru - paru
merupakan tempat metastasis pertama bagi PTG
Pemeriksaan Histopatologi
Pada mola sempurna:
tidak terdapat jaringan fetus
terdapat proliferasi trofoblastik
vili yang hidropik
peningkatan faktor pertumbuhan, termasuk c-myc, epidermal
growth factor, dan c-erb B-2, dibandingkan pada plasenta yang
normal.
Pada mola parsial:
terdapat jaringan fetus beserta amnion dan eritrosit fetus
Penatalaksanaan
Evakuasi
Memberikan
obat-obatan
Antibiotik,
uterotonika dan perbaiki keadaan umum
penderita.
7-10 hari setelah kerokan pertama, dilakukan
kerokan ke dua untuk membersihkan sisa-sisa
jaringan.
Histerektomi total dilakukan pada mola resiko tinggi usia
lebih dari 30 tahun, Paritas 4 atau lebih, dan uterus yang
sangat besar yaitu setinggi pusat atau lebih
Pengawasan Lanjutan
Pengawasan Lanjutan
Ibu dianjurkan untuk tidak hamil dan dianjurkan memakai kontrasepsi oral pil.
Mematuhi jadwal periksa ulang selama 2-3 tahun .
Setiap minggu pada Triwulan pertama
Setiap 2 minggu pada Triwulan kedua
Setiap bulan pada 6 bulan berikutnya
Setiap 2 bulan pada tahun berikutnya, dan selanjutnya setiap 3 bulan.
Setiap pemeriksaan ulang perlu diperhatikan:
gejala klinis: keadaan umum dan perdarahan
pemeriksaan dalam: keadaan servik, uterus bertambah kecil atau tidak
Laboratorium reaksi biologis dan imunologis:
1x seminggu sampai hasil negatif
1x2 minggu selama Triwulan selanjutnya
1x sebulan dalam 6 bulan selanjutnya
1x3 bulan selama tahun berikutnya
Kalau hasil reaksi titer masih (+) maka harus dicurigai adanya keganasan.
Komplikasi
Prognosis
Perdarahan hebat
Keganasan (PTG)
Perdarahan yang hebat sampai syok
Perdarahan berulang-ulang yang dapat
menyebabkan anemia
Infeksi sekunder
Perforasi karena tindakan atau keganasan
Hampir 20% mola hidatidosa komplet
berlanjut menjadi keganasan, sedangkan
mola hidatidosa parsial jarang. Mola yang
terjadi berulang disertai tirotoksikosis atau
kista lutein memiliki kemungkinan menjadi
ganas lebih tinggi. Prognosis Kematian pada
mola hidatidosa disebabkan perdarahan,
infeksi, payah jantung atau tirotoksikosis.
Sebagian dari pasien mola akan segera sehat
kembali setelah jaringannya dikeluarkan,
tetapi ada sekelompok perempuan yang
kemudian menderita degenerasi keganasan
menjadi koriokarsinoma
IDENTITAS----
Laporan Kasus
Nama
: Ny. TT
Umur
: 17 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
: Jawa
Agama
: Islam
Pekerjaan
Alamat
: Cilacap Utara
Tanggal masuk
: 6 November 2014
Tanggal periksa
: 7 November 2014
An
a
m
n
e
s
i
s
-
Keluhan Utama
Keluhan Tambahan
Anamnesis----
RPS
Pasien datang ke Poli Kandungan dan Kebidanan RSMS tanggal
6 November 2014 untuk menjalani kemoterapi yang kedua.
Pasien mengeluh nyeri perut di bagian bawah. Keluhan ini
dirasakan sejak bulan Juni 2014. Nyeri hilang timbul terasa
seperti ditusuk-tusuk. Kadang nyeri perut menjalar ke pinggang
kiri. Nyeri memberat saat pasien beraktivitas. Nyeri berkurang
jika pasien beristirahat. Pasien juga mengeluhkan nyeri perut
saat berkemih.
Anamnesis----
Riwayat menstruasi
siklus teratur selama 7 hari, dismenore (+)
Riwayat Obstetrik
P1A0
Riwayat Pernikahan
Menikah 1 x/1 tahun
Riwayat KB
Belum pernah menggunakan KB
Riwayat Ginekologi
Riwayat Operasi : tidak ada
Riwayat Kuret
: Juni 2014 di RS Cilacap
Riwayat Keputihan
: tidak ada
Anamnesis----
RPD
RPK
Anamnesis----
RSE
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
: sedang
Kesadaran
: Compos mentis dengan GCS 15
Tanda Vital
Tekanan Darah : 100/70 mmHg
Nadi
: 84x/menit
Pernapasan
: 20x/menit
Suhu (Peraksiller)
: 36.3 C
TB : 149 cm ; BB : 44,5 kg; IMT : cukup
Status Generalis
Kepala
Bentuk
:Simetris, mesocephal
Rambut
: Distribusi merata
Venektasi temporal : -
Mata
Konjungtiva
:Anemis (-/-)
Sklera
: Ikterik (-/-)
Palpebra
: Oedem (-/-)
Reflek cahaya langsung/tidak langsung: (+/+) / (+/+)
Telinga
Pemeriksaan Fisik
Simetris
Kelainan bentuk
Discharge
: (-)
: (-)
Hidung
Discharge
: (-)
Nafas Cuping Hidung
: (-)
Mulut
Bibir sianosis
Lidah sianosis
Lidah kotor
: (-)
: (-)
: (-)
Leher
Trakhea di tengah
Perbesaran kelenjar tiroid : (-)
Perbesaran limfonodi
: (-)
Peningkatan JVP
: (-), JVP 5 + 2 CmH2O
Pemeriksaan Fisik
Pulmo
Inspeksi : Simetris kanan kiri, retraksi (-), ketinggalan gerak (-)
Palpasi : Vokal fremitus lobus superior kanan sama dengan kiri.
Vokal fremitus lobus inferior kanan sama dengan kiri.
Perkusi : Sonor di seluruh lapangan paru, batas paru hepar di SIC V linea
midclavikula dekstra.
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+)
Suara tambahan : wheezing (-), RBH (-), RBK(-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tampak di SIC V LMCS, pulsasi epigastrium (-).
Palpasi : Ictus cordis di SIC V LMC sinistra dan tidak kuat angkat.
Perkusi : Batas kanan atas SIC II LPS dextra,
Batas kiri atas SIC II LPS sinistra,
Batas kanan bawah SIC IV LPS dextra,
Batas kiri bawah SIC VI 2 jari lateral LMC sinistra.
Auskultasi
: reguler, murmur (-), gallop (-).
Pemeriksaan Fisik
Abdomen
Inspeksi
: Cembung,venektasi (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal.
Palpasi : Nyeri tekan (+) suprapubik
hepar tidak teraba,
lien tidak teraba,
undulasi (-)
Perkusi: Timpani, pekak alih (-), pekak sisi (-)
Genitalia Eksterna
Inspeksi
Mons pubis, labia mayor dan minor, introitus, perineum: warna tidak
hiperemis, tidak tampak ada benjolan maupun edema, ukuran normal,
tidak ada darah,
Palpasi
Tidak didapatkan nyeri tekan
Pemeriksaan Fisik
Genitalia Interna
Cairan vagina
:Dinding vagina : licin, massa (-), tanda radang (-)
Portio/ cervix
: ukuran sebesar ibu jari kaki, lokasi posterior, permukaan
rata, tanda radang (-)
OUE
: tertutup
Ekstremitas
Superior dekstra/sinistra : Oedem (-/-)
Inferior dekstra/sinistra : Oedem (-/-)
Pemeriksaan Penunjang
Patologi Anatomi
Hasil pemeriksaan patologi anatomi tanggal 26 Juni 2014 adalah
tak tampak tanda ganas, sesuai dengan Mola Hidatidosa.
Laboratorium
Kadar -HCG serum tanggal 17 Oktober 2014 = 135,9 mIU/L
Diagnosa Kerja :
P0A1, usia 17 tahun, dengan Mola Hidatidosa Klinis Ganas
Terapi
Metotrexat 17 mg i.m
Asam Mefenamat 3x 500 mg
Injeksi vitamin C 1 ampul i.m
Diskusi Masalah
Pemeriksaan Fisik
Hasil pemeriksaan fisik di Poli Kandungan dan Kebidanan yaitu
tekanan darah 100/60 mmHg, nadi 80x/menit, respiration rate
20x/menit, suhu 360C.
Hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan di Ruang Teratai
menunjukkan bahwa status generalis pasien dalam batas normal.
Status ginekologis pasien juga dalam batas normal. Ukuran
uterus pasien normal, yaitu sebesar telur ayam. Tidak ada
perdarahan per vaginam maupun keputihan.
Pemeriksaan Penunjang
Pasien membawa hasil pemeriksaan -HCG yang dilakukan 4
bulan setelah evakuasi mola, yaitu tanggal 17 Oktober 2014.
Kadar -HCG masih tinggi, yaitu 135,19 mIU/L.
Pemeriksaan darah lengkap ureum darah dan kreatini dilakukan
di Ruang Teratai untuk persiapan kemoterapi.
Hasil pemeriksaan laboratorium darah dalam batas normal.
Hasil pemeriksaan histopatologi jaringan yang dilakukan tanggal
23 Juni 2014 yaitu tak tampak tanda ganas, sesuai dengan Mola
Hidatidosa.
Daftar Pustaka
Abdullah M.N. dkk. Mola Hidatidosa. Pedoman Diagnosis dan Terapi Lab. Kebidanan Dan
Penyakit Kandungan. Rsud Dokter Soetomo Surabaya. 1994. Hal 25-28.
Berends MAM, Snoek J, De Jong EMGJ, Van de Kerkhof PCM, Van Oijen MGH, Van Krieken JH,
Drenth JPH. 2006. Liver Injury In Long-Term Methotrexate Treatment In Psoriasis Is Relatively
Infrequent. Aliment Pharmacol Ther. 24: 805-811.
Bilijana L dan Milenkovic V. 2010. Treatment Of Gestational Trophoblastic Disease Review Of
Literature. Acta Medica Medianae. 49(1): 64-69.
Cuninngham. FG., Gant NF., Leveno KJ., Gilstrap LC., Hauth JC., Wenstrom KD. 2005. Mola
Hidatidosa Penyakit Trofoblastik Gestasional. Obstetri Williams. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran. EGC. Hal 930-938.
Lurain JR. 2010. Gestational Trophoblastic Disease I: Epidemiology, Pathology, Clinical
Presentation And Diagnosis Of Gestational Trophoblastic Disease, And Management Of
Hydatidiform Mole. American Journal of Obstetrics & Gynecology. Hal. 531-539.
Mansjoer, A. dkk. Mola Hidatidosa. Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jilid I.Media Aesculapius. Jakarta.2001. Hal 265-267.
Martaadisoebrata D, & Sumapraja, S. 2002. Penyakit Serta Kelainan Plasenta& Selaput Janin.
Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. Hal 341-348.
Mochtar. R. Penyakit Trofoblas. 1998. Sinopsis Obstetri. Jilid I. Edisi2.Penerbit Buku
Kedokteran. ECG. Jakarta. Hal. 238-243.
Moore L. 2008, Hydatidiform Mole, available at www.e-medicine.com
Prayitno, A., Ruben D., Istar Y., & Ambar M. 2005. Ekspresi Protein p53, Rb, dan c-myc
pada Kanker Serviks Uteri dengan Pengecatan Immunohistokimia. Biodiversitas, 6(3):
157-9
Randall, M. E., Michael, H., Ver Morken, J., & Stehman, F. Uterine cervix. Hoskins, W. J.,
Perez, C. A., & Young, R. C., et al. (Eds.). (2005). Principles and Practice of Gynecologic
Oncology. (4th Edition). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 22: pp. 743-822.
Rasjidi, I. 2009. Epidemiologi Kanker Serviks. Indonesian Journal of Cancer, 3(3): 103-8
Ries LA, Melbert D, Krapcho M, Stinchcomb DG, Howlander N, Horner MJ, et al.
2009. SEER cancer statistics review. Bethesda (MD): National Cancer Institute.
RJ Kurman. 1994. Blausteins Pathology of the Female Genital Tract / Fourth Edition. Ed.
Springer-Verlag, New York.
Romadhoni, Noor Y., & Dian A. 2012. Penyerapan Pengetahuan Tentang Kanker Serviks
Sebelum dan Sesudah Penyuluhan. Jurnal Kedokteran Muhammadiyah, 1(1): 38-42
Srivastava, S., Sadhana G., & Jagat KR. 2012. High Prevalence of Oncogenic HPV-16 in
Cervical Smears of Asymptomatic Women of Eastern Uttar Pradesh, India: A
Population-based Study. Journal of Biosciences, 37(1):63-72
World Health Organization. 2013. Comprehensive Cervical Cancer Prevention and
Control: a Healthier Future for Girls and Women