Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN KASUS

DIARE DISENTRI

Disusun Oleh :
PIERRE HANS
(1620221156)

Pembimbing :
dr. Tundjungsari Ratna, M.Sc, Sp.A

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA
FK UPN “Veteran” Jakarta
2016
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS
Diare Disentri

Diajukan untuk memenuhi syarat mengikuti Kepaniteraan Klinik di bagian

Ilmu KesehatanAnak Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa

Telah dipresentasikan pada tanggal Februari 2018

Disusun oleh :
Pierre Hans 1620221156

Ambarawa, Februari 2018


Pembimbing

dr.  Tundjungsari Ratna, M.Sc, Sp. A


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan
laporan kasus dengan judul “Diare Disentri Pada Anak”. Laporan kasus ini merupakan
salah satu syarat dalam mengikuti ujian kepaniteraan klinik Pendidikan Profesi Dokter
di Bagian Ilmu KesehatanAnakRumah Sakit Umum Daerah Ambarawa.
Laporan kasus ini sedikit banyak membahas mengenai penyakit yang menjadi
masalah-masalah di berbagai negara berkembang termasuk Indonesia. Hanya sebagian
masalah kecil yang penulis bahas, namun diharapkan laporan kasus ini bisa memberikan
sedikit pengetahuan kepada para pembaca mengenai penyakit ini.
Dalam menyelesaikan tugas ini penulis mengucapkan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepadadr. Tundjung Sari, Sp.A selaku dokter pembimbing dan teman-
teman Co-Ass yang telah membantu dalam proses pembuatan laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini banyak terdapat
kekurangan dan juga masih jauh dari kesempurnaan, sehingga penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca.Semoga laporan kasus ini dapat
bermanfaat bagi teman-teman dan semua pihak yang berkepentingan bagi
pengembangan ilmu kedokteran. Amin.

Ambarawa, Januari 2018

Penulis
BAB I
KASUS

I.1 IDENTITAS
I.1.1 Identitas Pasien
- Nama Pasien : An. IS
- Jenis Kelamin : Laki-laki
- Tanggal Lahir : 24 April 2017
- Umur : 2 tahun 8 bulan
- Alamat : Patoman
- Suku Bangsa : Jawa
- Tanggal Masuk RS : 19 Januari 2018
- Tanggal Keluar RS : 21 Januari 2018

I.2 ANAMNESIS
Dilakukan alloanamnesis (ibu pasien) dan anamnesis pada pasien pada
tanggal 19 Januari 2018

I.2.1 Keluhan Utama


Bab berdarah

I.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang dengan keluhan bab berdarah,bab berdarah sejak 12 jam
smrs,diare sudah >2x, demam (+) naik turun, mual (-), muntah (+), perut
kembung(+),lendir(+)
I.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu
Ibu pasien mengatakan bahwa 2 hari sebelum masuk rumah sakit,anaknya
jajan batagor dan cilok dekat rumahnya,setelah itu,anaknya mengeluhkan nyeri
perut tanpa disertai bab berdarah namun disertai diare,sehari kemudian pada
pagi harinya pasien mengeluh badannya demam,nyeri perut memberat,diare
bertambah makin sering dan ada darahnya.

I.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga


Anggota keluarga yang lain tidak ada yang memiliki keluhan yang sama
dengan pasien yaitu keluhan diare, muntah, panas dan nyeri perut.

I.2.5 Riwayat Kehamilan


- Morbiditas kehamilan : selama masa kehamilan, ibu pasien menyatakan
bahwa dalam keadaan sehat, tidak mengkonsumsi alkohol, tidak
mengkonsumsi obat-obatan dan tidak merokok.
- Perawatan antenatal : rutin dilakukan satu kali pada Trimester I, dua kali
pada Trimester II dan tiga kali pada Trimester III ke bidan. Dan di USG
pada usia 7 bulan.
- G2P2A0

I.2.6 Riwayat Kelahiran


- Tempat Bersalin : Tempat bersalin bidan
- Penolong : Bidan
- Cara persalinan : Spontan
- Berat Badan Lahir : 3100 gram
- Masa Gestasi : 39 minggu (aterm)
- Keadaan Setelah Lahir : Langsung menangis, tidak pucat dan
tidak kuning.
- Kelainan Bawaan : Tidak Ada
- Anak ke : 2 dari 2 bersaudara
Kesimpulan : tidak ditemukan adanya riwayat kelaianan pada kehamilan dan
kelahiran.

I.2.7 Riwayat Perkembangan


- Motorik Kasar
Tengkurap : ibu lupa
Duduk : ibu lupa
Berdiri : ibu lupa
Berjalan : kurang lebih umur 1 tahun
Naik tangga dan berlari: kurang lebih usia 1,5 tahun
Belajar makan minum sendiri: kurang lebih usia 1,5 thn
- Bahasa
Bicara : kurang lebih umur 1 tahun
Meniru kata sederhana seperti mama papa: kurang lebih usia 9 bulan
Menyebut 3-6 kata yang punya arti seperti bola,piring,dll= kurang lebih usia
1,5 tahun
Anak dapat berbicara lancar, tidak terbata-bata saat diajak berbicara
- Motorik halus dan kognitif
Mencoret-coret di kertas = kurang lebih usia 1,5 tahun
Memegang cangkir sendiri = kurang lebih usia 1 tahun
- Sosial
Pasien mampu berinteraksi dan bergaul dengan teman sebayanya.
Kesimpulan : tidak ada kelaiannan dalam riwayat perkembangan anak

I.2.8 Riwayat Makanan

Umur
ASI
(Bulan)
0 – 6 bulan ASI
6 bulan – 1 tahun ASI + nasi tim + susu frisian flag
>1tahun Bubur nasi, nasi, sayur, dan lauk
Saat ini Nasi + lauk seperti dewasa
Kesimpulan : pada anak 0-6 bulan wajib diberikan ASI. Pada anak ini
pemberian ASI sesuai dengan usianya, namun seharusnya pada anak dibawah 1
tahun tidak diberikan susu frisian flag (susu kaleng). Lebih baik diberikan susu
khusus anak dibawah 1 tahun

I.2.9 Riwayat Imunisasi


Imunisasi lengkap:
- 0 bulan : hepatitis B 0
- 1 bulan : BCG, polio 1
- 2 bulan : DPT/HB 1, polio 2
- 3 bulan : DPT/HB 2, polio 3
- 4 bulan : DPT/HB 3, polio 4
- 9 bulan : campak
Kesimpulan : pasien mengikuti imunisasi lengkap yang diadakan
puskesmas.

I.2.10 Genogram

Kesimpulan : pasien adalah anak laki-laki pertama dari dua bersaudara.

I.2.11 Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien dirawat di ruang kelas III. Pasien tinggal bersama kedua orang tua
dan adiknya. Tinggal perumahan yang tidak padat penduduk.

I.3 PEMERIKSAAN FISIK


Dilakukan di Bangsal Anggrek pada tanggal 19 Januari 2018 pukul 8.00
- Kesadaran : Compos mentis ( GCS 15)
- Keadaan Umum : Tampak sakit sedang, lemah.
Tanda – tanda vital :
- Frekuensi Nadi : 135 mmHg
- Frekuensi Nafas : 24 kali/menit, teratur
- Suhu : 38,8oC (axilla)
- Tekanan darah : 110/60 mmHg
Data Antopometri :
- Berat Badan : 12 Kg
- Tinggi Badan : 88 cm
- Berat badan ideal menurut usia : 11 Kg (berdasarkan kurva CDC)
- Tinggi badan ideal menurut usia : 85 cm (berdasarkan kurva CDC)

Status Gizi :
Berdasarkan kurva WHO gender laki-laki :
Berdasarkan BB/TB = BB Aktual
x 100%
BB Baku utk TB Aktual
= 12
x 100%
11
= 109,00 % (gizi baik)Waterlow 1972

Kepala : Normocephal, distribusi rambut merata, tidak mudah


dicabut, kulit kepala sehat, ubun-ubun menutup.
Wajah : Tidak tampak adanya edema, tidak pucat, tidak kuning.
Mata : Tampak simetris, palpebra superior dan inferior kanan dan kiri
tidak edema, tidak terdapat perdarahan subkonjungtiva,
konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil bulat,
isokor, reflex cahaya langsung (+/+), reflex cahaya tidak
langsung (+/+).
Hidung : Bentuk dan posisi normal, napas cuping hidung tidak ada, tidak
terdapat deviasi septum nasi, tidak ada sekret.
Telinga : Bentuk normal, liang telinga lapang, tidak ada sekret,
, tidak ada tanda-tanda peradangan.
Mulut : Mukosa bibir tidak kering, bibir tidak sianotik, lidah tidak
kotor.
Leher : Tidak terdapat tanda tanda rangsang meningens, tidak ada
kelainan bentuk leher, kelenjar getah bening tidak membesar,
tidak teraba massa lainnya.
Thoraks : Bentuk normal, pergerakan napas simetris kanan dan kiri,
tidak terdapat jaringan parut.

Paru :
- Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris kanan dan kiri,
tidak ada retraksi, tidak ada otot bantu napas tambahan.
- Palpasi : simetris kiri dan kanan, vokal fremitus dalam batas
normal.
- Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru
- Auskultasi : Suara napas vesikuler, tidak ada ronkhi dan wheezing.

Jantung :
- Inspeksi : Ictus cordis tidak nampak
- Palpasi :lIctus kordis tidak kuat angkat
- Perkusi : Tidak ada pembesaran jantung
- Auskultasi :Bunyi jantung reguler

Abdomen :
- Inspeksi : Datar, tidak ada tanda deformitas
- Auskultasi : Bising usus normal
- Perkusi : Timpani di 4 kuadran abdomen.
- Palpasi : Supel, dan terdapat nyeri tekan pada abdomen regio
epigastrium.

Ekstremitas :
Akral hangat, tidak ada sianosis, CRT < 2 detik

Kesimpulan: pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda dehidrasi yaitu bibir


kering, namun mata tidak cekung, dan ditemukan peningkatan suhu disertai
nyeri tekan epigastrium

I.4 RENCANA PEMERIKSAAN


Laboratorium :
- Darah rutin
- Feses
- IgM anti Salmonella

I.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG


I.5.1 Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium klinik tanggal 19 Januari 2018
HASIL
JENIS PEMERIKSAAN Nilai Rujukan
Saat Ini
HEMATOLOGI
Hematologi Rutin
Hemoglobin 12,2 10,8 – 15,6 g/dL
Hematokrit 36,1 35-47%
Eritrosit 4,17 4,0- 5,4 juta/µL
Leukosit 9,6 4,5 – 13,5 ribu
Trombosit 223 150.000-400.000/ µL
MCV 86,6 82-98 fL
MCH 29,3 27-32pg
MCHC 33,8 32-37 g/dL
Limfosit 6,1 (L) 25-40 %
Monosit 0,3 (L) 2-8 %
Neutrofil 92,6 (H) 50-70 %
Eosinofil 0,9 (L) 2-4%
Basofil 0,1 0-1%
Hasil pemeriksaan laboratorium klinik tanggal 19 Januari 2018
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Serologi
Anti Salmonella IgM 2 <=2 : Negatif
3 : Borderline
4-5 : Positif Lemah
>= 5: Positif kuat

Hasil Pemeriksaan Feses pada Tanggal 19 Januari 2018


Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Sekresi dan Eksresi
Feses Rutin
Makroskopis
Warna Kuning hijau

Konsistensi Cair
Positif Negatif
Lendir
Negatif Negatif
Darah
Mikroskopis
Penuh Negatif
Leukosit
Eritrosit 4-7
Negatif
Amoeba Negatif

Telur cacing Negatif

Sisa makanan Positif

Lain-lain Negatif

Kesimpulan : ditemukan adanya feses yang cair, lendir (+), leukosit penuh,
eritrosit 4-7, dan sisa makanan (+)
I.5 RESUME
Anak laki-laki berusia 2 tahun 8 bulan datang dengan bab berdarah sejak 12
jam smrs,bab berdarah >2 kali,demam (+),demam hari ke 2,nyeri perut(+),mual
muntah (+)
Pada pemeriksaan fisik didapatkan hasil :
- Berat Badan : 12 kg
- Tinggi Badan : 88cm
- Kesan Gizi : Gizi baik (perhitungan pada halaman sebelumnya)
- Frekuensi Nadi : 135 kali/menit
- Frekuensi Nafas : 24 kali/menit
- Suhu : 38,8oC (axilla)
- Tekanan darah : 110/60 mmHg
- Nyeri tekan abdomen (+)

Pada pemeriksaan laboratorium darah tanggal 19 Januari 2018 ditemukan :


- Penurunan limfosit
- Penurunan monosit
- Penurunan eosnofil
- Peningkatan neutrofil

Pada pemeriksaan IgM Salmonella tanggal 19 Januari 2018 ditemukan :


- IgM AntiSalmonella 2  Negatif

Pada pemeriksaan feses tanggal 19 Januari 2018 ditemukan:


- Feses warna kuning hijau, konsistensi cair, lendir (+), darah (-), leukosit
penuh, eritrosit 4-7, sisa makanan (+)

I.6 DIAGNOSIS BANDING


1. Diare akut
- bakteri: Shigella sp., Salmonella, Vibro Cholera, E. Coli
- virus : rotavirus, adenovirus.
- parasit : Giardia sp., Entamoeba sp.
2. Demam tifoid

I.7 DIAGNOSIS KERJA


Diare Disentri
Gizi baik

I.9 PENATALAKSANAAN
- Infuse kaen 3b 10 tpm
- Inj metronidazole 200mg/8jam
- Zinc 1 x 1 cth
- L-bio 1 x 1 sachet
- Inj. Ondancetron 4mg/8jam
- Paracetamol syr 130 mg/4 jam

I.10 PROGNOSIS
- Qua ad vitam : dubia ad bonam
- Qua ad functionam : dubia ad bonam
- Qua ad sanationam : dubia ad bonam
I.11 FOLLOW UP
Tanggal Catatan Integrasi Instruksi
19/01/18 S :lemas, perut sakit, pusing, mual (+), muntah (-), P:
Pukul panas hari ke2, BAB cair 4x. Ampas sedikir, air - Infuse kaen 3b 10
12.00 lebih banyak. BAK banyak dan bening, BAK dalam tpm
batas normal. - Inj metronidazole
O : KU: Tampak sakit sedang, lemah 200mg/8jam
Kes: CM GCS 15 : E4M6V5 - Zinc 1 x 1 cth
TTV: N: 93x/menit - L-bio 1 x 1 sachet
RR: 30x/menit - Inj. Ondancetron
T: 36,5oC 4mg/8jam
Pemeriksaan Fisik - Paracetamol syr 130
Nyeri tekan abdomen (+) mg/4 jam
A: Diare disentri

20/01/18 S : lemas, BAB cair 3x semalam, hari ini dari pagi P:


Pukul hingga siang belum BAB, hari ini bebas panas, - Infuse kaen 3b 10
13.00 sudah tidak sakit perut. BAB ampas > air. Mual (-) tpm
O : KU: Tampak sakit sedang, lemas - Inj metronidazole
Kes: CM GCS 15 : E4M6V5 200mg/8jam
TTV: N: 82x/menit - Zinc 1 x 1 cth
RR: 28x/menit - L-bio 1 x 1 sachet
T: 36,4oC
Pemeriksaan FisikGRY0=
Nyeri tekan abdomen (-)
A: Diare Disentri
21/01/18 S : lemas, BAB 1x semalam, ampas > air. Mual (-), P :
Pukul nyeri perut (-) Boleh pulang,terapi
12.00 O : KU: Tampak sakit sedang A: Diare Disentri - Metronidazole
Kes: CM GCS 15 : E4M6V5 200mg/8 jam selama
TTV: N: 86x/menit 3 hari
RR: 28x/menit - Zinc 1 x 1 cth
T: 36oC - L-bio 1 x 1 sachet
- Paracetamol syr 130
mg/4 jam

-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Diare Akut


II.1.1 Definisi
Diare akut adalah perubahan konsistensi tinja yang terjadi akibat kandungan air
dalam tinja melebihi normal (10 mL/KgBB/hari) dengan peningkatan frekuensi
defekasi lebih dari 3 kali dalam 24 jam dan berlangsung kurang dari 14 hari.

II.1.2 Etiologi
1. Infeksi
a. Virus : rotavirus, adenovirus, norwalk.
b. Bakteri : Shigella sp., Salmonella sp., E.coli, Vibrio sp.,
c. Parasit : protozoa ( E. Hytolytica, G. Lambia, Balantidium coli), cacing
(Ascaris sp., Trichuris sp.), Jamur (Candida sp.), infeksi ekstrausus (otitis
media akut, infeksi saluran kemih, pneumonia)
2. Alergi makanan
Alergi susu sapi, protein kedelai, alergi multipel
3. Malabsorpsi
Karbohidrat (intoleransi laktosa), lemak, dan protein
4. Keracunan makanan
Misalnya makanan kaleng akibat Botulinum sp.
5. Lain-lain: obat-obatan
II.1.3 Klasifikasi Berdasarkan Derajat Dehidrasi

Klasifikasi Tanda dan Gejala


Dehidrasi Berat Dua atau lebih tanda berikut:
(kehilangan cairan > 10% berat badan) - Kondisi umum lemah, letargis/tidak
sadar
- Ubun-ubun besar, mata sangat
cekung
- Malas minum/tidak dapat minum
- Cubitan diperut kembali sangat
lambat (>=2detik)
Dehidrasi Ringan-Sedang Dua atau lebih tanda berikut:
(kehilangan cairan 5-10% berat badan) - Rewel, gelisah, cengeng
- Ubun ubun besar, mata sedikit
cekung
- Tampak kehausan, minum lahap
- Cubitan perut kembali lambat
Tanpa dehidrasi Tidak ada cukup tanda untuk diklasifikasikan
(kehilangan cairan < 5% berat badan) ke dua kriteria di atas.

II.1.4 Diagnosis
a. Anamnesis
Deskripsi diare (frekuensi lama diare berlangsung, warna, konsistensi tinja,
adanya lendir/darah dalam tinja), adanya muntah, tanda dehidrasi (rasa haus,
anak rewel/lemah, BAK terakhir), demam, kejang, jumlah cairan masuk, riwayat
makan dan minum, penderita sekitar, pengobatan yang diterima.
b. Pemeriksaan fisis
- Periksa keadaan umum, kesadaran, tanda vital, dan berat badan
- Selidiki tanda dehidrasi: rewel/gelisah, letargis/kesadaran berkurang, mata
cekung, cubitan perut kembali lambat, haus /minum lahap, malass/tidak dapat
minum, ubun ubun cekung, air mata berkurag/ tidak ada, keadaan mukosa
mulut.
- Tanda-tanda ketidakseimbangan asam basa dan elektrolit: kembung akibat
hipokalemia, kejang akibat gangguan natrium, napas cepat dan dalam akibat
asidosis metabolik.
c. Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan tinja, namun tidak rutin dilakukan. Kecuali ada tanda-tanda
intoleransilaktosa dan kecurigaan amubiasis.
- Dehidrasi berat: elektrolit serum, analisis gas darah, nitrogen urea, kadar gula
darah.

II.1.5 Penatalaksanaan
Pada prinsipnya ada 5 tata laksana diare menurut WHO
1. Rehidrasi
2. Dukungan nutrisi
3. Pemberian antibiotik sesuai
4. Pemberian zink
5. Edukasi orang tua

 Diare tanpa dehidrasi ( rencana terapi A)


1. Berikan cairan lebih banyak dari biasanya
- Teruskan ASI lebih sering dan lebih lama
- Anak yang mendapat ASI ekslusif, beri oralit atau air matang sebagai
tambahan
- Anak yang tidak mendapat ASI eksklusif, beri susu yang biasa diminum
dan oralit atau cairan rumah tangga sebagai bahan tambahan (kuah sayur,
air tajin, air matang, dsb)
- Beri oralit sampai diare berhenti. Bila muntah, tunggu 10 ment dan
dilanjutkan sedikit demi sedikit (umur < 1 tahun diberi 50 -100 ml tiap kali
BAB, umur > 1 tahun diberi 100 – 200 ml tiap kali BAB)
- Anak harus diberi oralit untuk digunakan dirumah bila telah diobati
dengan rencana terapi B atau C / tidak dapat kembali kepada petugass
kesehatan jika diare memburuk
- Ajari ibu cara mencampurdan memberikan oralit. Berikan ibu 6 bungkus
oralit untuk digunakan dirumah
2. Beri zink
Beri zink 10 hari berturut-turut walaupun diare sudah berhenti. Dapat
diberikan dengan cara dikunyah atau dilarutkan dalam 1 sendok air matang
atau ASI (umur < 6 bulan diberi 10 mg(1/2 tablet) per hari, umur > 6 bulan
diberi 20 mg (1 tablet) perhari.
3. Beri anak makanan untuk mencegah kurang gizi
- Beri makanan seusai umur anak dengan menu yang sama pada waktu anak
sehat
- Tambahkan 1-2 sendok teh minyak sayur setiap porsi makan (beri
makanan yang kaya akan kalium sepertisari buah segar, pisang, beri makan
lebih sering dari biassanya dengan porsi lebih kecil (setiap 3-4 jam)
- Setelah diare berhenti, beri makanan yang sama dan makanan tambahan
selama 2 minggu
4. Antibiotik hanya diberikan sesuai indikasi, misalnya disentri, kolera, dll
5. Edukasi orang tua
Edukasi orang tua untuk membawa anak kembali ke petugas kesehatan bila:
berak cair lebih sering, muntah berulang, sangat haus, makan dan minum
sangat sedikit, timbul demam, berak darah, tidak membaik dalam 3 hari.

 Diare Dehidrasi Ringan-Sedang (Rencana Terapi B)


Jumlah oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama disarana kesehatan

Oralit yang diberikan = 75 ml x berat badan anak

Bila BB tidak diketahuiberikan oralit sesuai tabel dibawah ini:


Umur sampai 4 bulan 4-12 bulan 12-24 bulan 2-5 tahun
Berat badan < 6 kg 6-10 kg 10-12 kg 12-19 kg
Jumlah cairan 200-400 400-700 700-900 900-1400
(ml)
- Lanjutkan pemberian ASI
- Periksa kembali dan klasifikasi ulang setelah 3 jam

 Diare Dehidrasi Berat ( Rencana Terapi C)


a. Berikan cairan intravena segera
Ringer laktat atau Nacl 0,9%(bila RL tidak tersedia) 100ml/kgBB dibagi
berikut

Pemberian I Selanjutnya, diberikan


70 ml/kgBB dalam:
< 1 tahun 1 jam 5 jam
>1tahun 30 menit 2,5 jam

- Diulangi bila denyut nadi melemah atau tidak teraba


- Nilai tiap 15-30 menit. Bila nadi belum teraba beri tetesan lebih cepat
- Juga beri oralit (5ml/kg/jam) bila penderita bisa minum, biasanya setelah
3-4 jam pada bayi atau 1-2 jam pada anak
- Berikan obat zinc selama 10 hari berturut-turut
- Setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam (anak) nilai lagi derajat dehidrasi
kemudian pilihlah rencana terapi yang sesuai (A, B, atau C) untuk
melanjutkan terapi.
b. Rujuk penderita untuk terapi intravena
Bila penderita bisa minum, sediakan oralit dan tunjukan cara memberikan
selama perjalanan
c. Mulai rehidrasi dengan oralit melalui pipa nasogastrik/orogastrik. Berikan
sedikit demi sedikit, 20 ml/KgBB/jam selama 6 jam
-nilai setiap 1-2 jam (bila muntah atau kembung berikan cairan lebih lambat.
Bila rehidrasi tak tercapai setelahh 3 jam, rujuk untuk terapi intravena)
- setelah 6 jam nilai kembali dan pilih rencana terapi yang sesuai
d. mulai mulai rehidrasi dengan oralit melalui mulut, berikan sedikit demi
sedikit, 20 ml/KgBB/jam selama 6 jam. Nilai 1-2 jam

Bagan Rencana Terapi C

Dapatkah saudara A*
memberikan cairan iv?
Ya
Tidak

Adakah terapi terdekat B*


(dalam 30 menit)?
Ya
Tidak

Apakah saudara dapat


menggunakan pipa C*
nasogastrik / orogastrik
untuk rehidrasi Ya

Tidak

Apakah penderita bisa


D*
minum?
Ya
Tidak

Segera rujuk anak untuk


rehidrasi melalui pipa
nasogastrik / orogastrik
atau intravena

Catatan : lihat huruf A/B/C/D* pada halaman sebelumnya.

II.1.6 Komplikasi
Dehidrasi, gangguan elektrolit, penurunan berat badan, gagal tumbuh, serta diare
yang lebih berat dan sering terjadi.

II.1.7 Langkah Promotif/Preventif


- ASI tetap diberikan
- Menjaga kebersihan perorangan, cuci tangan sebelum makan
- Menjaga kebersihan lingkungan, BAB dijamban
- Imunisasi
- Memberikan makanan penyapihan yang benar
- Penyediaan air minum yang bersih
- Makanan selalu dimasak secara matang.

Perbedaan klinis
Perbedaan Hasil Laboratorium dan Feses

II.2.Disentri
II.2.1 Definisi
Disentri adalah diare yang disertai darah, terutama disebabkan oleh Shigella
sp., dan memerlukan antibiotik untuk pengobatan.
II.2.2 Etiologi
- Sebagian besar kasus disebabkan oleh Shigella, khususnya S. flexneri dan
S.dysentriae
- Penyebab lainnya antara lain Yersinia enterocolica, Campylobacter jejuni,
Salmonella sp., E.coli, E. Hystolitica
- Penyebab non infeksi, antara lain invaginasi (gejala dominan lendir dan darah,
kesakitan dan gelisah, massa intraabdominal, muntah), alergi susu sapi,
gangguan hematologi seperti defisiensi vitamin K dan gangguan imunologis
(penyakit chron, kolitis ulseratif)

II.2.3 Diagnosis
- Manifestasi klinis
BAB yang cair, frekuensi sering, dan disertai darah yang dilihat jelas. Feses
hitam atau darah mikroskopis menandakan darah pada saluran cerna atas dan
bukan diare berdarah. Pada beberapa episode, pertama-tama tinja cair kemudian
berdarah setelah 1-2 hari. Selanjutnya dapat timbul gejala dan tanda komplikasi.
- Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan tinja untuk identifikasi trofozoit
pada amuba dan Giardia sp.

II.2.4 Tatalaksana
1. Terapi medikamentosa
- Antibiotik. Semua diare berdarah diobati sebagai shigelosis dan diberikan
kotrimmoksazol (trimetoprim 4mg/KgBB dan sulfametoksazol 20 mg/KgBB
PO 2kali sehari). Jika dalam 2 hari tidak membaik, berikan sefiksim 8
mg/KgBB PO selama 5 hari terbagi 4 dosis untuk dosis awal, dilanjutkan
33mg/KgBB/hari terbagi 4 dosis lanjutan.
- Apabila amuba vegetatif pada pemeriksaan tinja, berikan metronidazol dengan
dosis 50mg/kgBB dibagi dosis selama 5 hari
- Jangan berikan obat simtomatis untuk keluhan nyeri perut, nyeri anus, maupun
untuk mengurangi frekuensi BAB karena dapat memburukkan kondisi.
- Tangani dehidrasi
- Pemantauan ketat 24-48 jam. Evaluasi tanda perbaikan.
2. Terapi non-medikamentosa
- Lanjutkan peberian makan

II.2.5 Indikasi Rawat Inap


Anak dengan gizi buruk, bayi muda < 2 bulan, keracunan, letargis, perut
kembung, dan nyeri tekan, kejang, resiko sepsis.

II.2.6 Komplikasi
Perforasi usus, megakolon toksik, kekurangan kalium, demam tinggi, prolaps
rekti, sindrom hemolitik-uremik, serta hiponatremi berkepanjangan.
BAB III
KESIMPULAN

Pasien An. Umur 9 tahun 9 bulan datang dengan keluhan diare cair lebih dari
10 kali dalam sehari, pada anamnesis diare cair, lendir (-), darah (-), muntah 3 kali,
panas hari kedua disertai nyeri pada abdomen. Dari gejala klinis menunjukan
adanya diare akut yaitu kurang dari 14 hari dan menunjukan adanya diare inflamasi,
hanya belum diketahui sebab inflamasinya, diare inflamasi dapat disebabkan oleh
virus, bakteri, dan parasit, oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut
seperti pemeriksaan darah rutin dan feses.
Pemeriksaaan feses menunjukan adanya lendir, leukosit pada feses, dan sel
darah merah, hal ini memperkuat dugaan adanya diare bakteri yaitu diare disentri.
Dimana pada disentri gejala awal adalah demam, diare cair, BAB tanpa darah, lalu
3 -5 hari kemudian diikuti oleh gejala feses berdarah. Pada anak ini belum
ditemukan BAB berdarah karena masih < 3 hari dan diperkuat oleh pemeriksaan
feses yaitu adanya leukosit dan sel darah merah pada feses. Sehingga terapi yang
tepat adalah dengan memberikan metronidazol dan terapi cairan.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan 2013, Riset kesehatan dasar 2013, Jakarta, hlm.69


Harsono (ED). 2007. Kapita Selekta Neurologi Second Ed. Yogyakarta: Gajah
MadaUniversity Press.
Ikatan Dokter Anak Indonesia 2013, Formularium spesialistik ilmu kesehatan anak,
Jakarta: IDAI 2013, hlm.16,83
Laboratorium UPF Ilmu Kesehatan Anak, Pedoman Diagnosis dan Terapi, Fakultas
Kedokteran UNAIR Surabaya, 199
Manjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3 Jilid 2. Jakarta:
MediaAesculapius FKUI.
Ngastiyah, Perawatan Anak Sakit, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1997
Rahman M, Petunjuk Tentang Penyakit, Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium,
Kelompok Minat Penulisan Ilmiah Kedokteran Salemba, Jakarta, 1986
Sacharian, Rosa M, Prinsip Keperawatan Pediatrik, Edisi 2 Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta ,1993
Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Buku
kuliah Ilmu Kesehatan Anak, vol.3, cetakan-7, penervit : Percetakan
Infomesdika: Jakarta, hlm.10.
Sutjinigsih (1995), Tumbuh kembang Anak, Penerbit EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai