DIARE DISENTRI
Disusun Oleh :
PIERRE HANS
(1620221156)
Pembimbing :
dr. Tundjungsari Ratna, M.Sc, Sp.A
LAPORAN KASUS
Diare Disentri
Disusun oleh :
Pierre Hans 1620221156
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan
laporan kasus dengan judul “Diare Disentri Pada Anak”. Laporan kasus ini merupakan
salah satu syarat dalam mengikuti ujian kepaniteraan klinik Pendidikan Profesi Dokter
di Bagian Ilmu KesehatanAnakRumah Sakit Umum Daerah Ambarawa.
Laporan kasus ini sedikit banyak membahas mengenai penyakit yang menjadi
masalah-masalah di berbagai negara berkembang termasuk Indonesia. Hanya sebagian
masalah kecil yang penulis bahas, namun diharapkan laporan kasus ini bisa memberikan
sedikit pengetahuan kepada para pembaca mengenai penyakit ini.
Dalam menyelesaikan tugas ini penulis mengucapkan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepadadr. Tundjung Sari, Sp.A selaku dokter pembimbing dan teman-
teman Co-Ass yang telah membantu dalam proses pembuatan laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini banyak terdapat
kekurangan dan juga masih jauh dari kesempurnaan, sehingga penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca.Semoga laporan kasus ini dapat
bermanfaat bagi teman-teman dan semua pihak yang berkepentingan bagi
pengembangan ilmu kedokteran. Amin.
Penulis
BAB I
KASUS
I.1 IDENTITAS
I.1.1 Identitas Pasien
- Nama Pasien : An. IS
- Jenis Kelamin : Laki-laki
- Tanggal Lahir : 24 April 2017
- Umur : 2 tahun 8 bulan
- Alamat : Patoman
- Suku Bangsa : Jawa
- Tanggal Masuk RS : 19 Januari 2018
- Tanggal Keluar RS : 21 Januari 2018
I.2 ANAMNESIS
Dilakukan alloanamnesis (ibu pasien) dan anamnesis pada pasien pada
tanggal 19 Januari 2018
Umur
ASI
(Bulan)
0 – 6 bulan ASI
6 bulan – 1 tahun ASI + nasi tim + susu frisian flag
>1tahun Bubur nasi, nasi, sayur, dan lauk
Saat ini Nasi + lauk seperti dewasa
Kesimpulan : pada anak 0-6 bulan wajib diberikan ASI. Pada anak ini
pemberian ASI sesuai dengan usianya, namun seharusnya pada anak dibawah 1
tahun tidak diberikan susu frisian flag (susu kaleng). Lebih baik diberikan susu
khusus anak dibawah 1 tahun
I.2.10 Genogram
Status Gizi :
Berdasarkan kurva WHO gender laki-laki :
Berdasarkan BB/TB = BB Aktual
x 100%
BB Baku utk TB Aktual
= 12
x 100%
11
= 109,00 % (gizi baik)Waterlow 1972
Paru :
- Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris kanan dan kiri,
tidak ada retraksi, tidak ada otot bantu napas tambahan.
- Palpasi : simetris kiri dan kanan, vokal fremitus dalam batas
normal.
- Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru
- Auskultasi : Suara napas vesikuler, tidak ada ronkhi dan wheezing.
Jantung :
- Inspeksi : Ictus cordis tidak nampak
- Palpasi :lIctus kordis tidak kuat angkat
- Perkusi : Tidak ada pembesaran jantung
- Auskultasi :Bunyi jantung reguler
Abdomen :
- Inspeksi : Datar, tidak ada tanda deformitas
- Auskultasi : Bising usus normal
- Perkusi : Timpani di 4 kuadran abdomen.
- Palpasi : Supel, dan terdapat nyeri tekan pada abdomen regio
epigastrium.
Ekstremitas :
Akral hangat, tidak ada sianosis, CRT < 2 detik
Konsistensi Cair
Positif Negatif
Lendir
Negatif Negatif
Darah
Mikroskopis
Penuh Negatif
Leukosit
Eritrosit 4-7
Negatif
Amoeba Negatif
Lain-lain Negatif
Kesimpulan : ditemukan adanya feses yang cair, lendir (+), leukosit penuh,
eritrosit 4-7, dan sisa makanan (+)
I.5 RESUME
Anak laki-laki berusia 2 tahun 8 bulan datang dengan bab berdarah sejak 12
jam smrs,bab berdarah >2 kali,demam (+),demam hari ke 2,nyeri perut(+),mual
muntah (+)
Pada pemeriksaan fisik didapatkan hasil :
- Berat Badan : 12 kg
- Tinggi Badan : 88cm
- Kesan Gizi : Gizi baik (perhitungan pada halaman sebelumnya)
- Frekuensi Nadi : 135 kali/menit
- Frekuensi Nafas : 24 kali/menit
- Suhu : 38,8oC (axilla)
- Tekanan darah : 110/60 mmHg
- Nyeri tekan abdomen (+)
I.9 PENATALAKSANAAN
- Infuse kaen 3b 10 tpm
- Inj metronidazole 200mg/8jam
- Zinc 1 x 1 cth
- L-bio 1 x 1 sachet
- Inj. Ondancetron 4mg/8jam
- Paracetamol syr 130 mg/4 jam
I.10 PROGNOSIS
- Qua ad vitam : dubia ad bonam
- Qua ad functionam : dubia ad bonam
- Qua ad sanationam : dubia ad bonam
I.11 FOLLOW UP
Tanggal Catatan Integrasi Instruksi
19/01/18 S :lemas, perut sakit, pusing, mual (+), muntah (-), P:
Pukul panas hari ke2, BAB cair 4x. Ampas sedikir, air - Infuse kaen 3b 10
12.00 lebih banyak. BAK banyak dan bening, BAK dalam tpm
batas normal. - Inj metronidazole
O : KU: Tampak sakit sedang, lemah 200mg/8jam
Kes: CM GCS 15 : E4M6V5 - Zinc 1 x 1 cth
TTV: N: 93x/menit - L-bio 1 x 1 sachet
RR: 30x/menit - Inj. Ondancetron
T: 36,5oC 4mg/8jam
Pemeriksaan Fisik - Paracetamol syr 130
Nyeri tekan abdomen (+) mg/4 jam
A: Diare disentri
-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1.2 Etiologi
1. Infeksi
a. Virus : rotavirus, adenovirus, norwalk.
b. Bakteri : Shigella sp., Salmonella sp., E.coli, Vibrio sp.,
c. Parasit : protozoa ( E. Hytolytica, G. Lambia, Balantidium coli), cacing
(Ascaris sp., Trichuris sp.), Jamur (Candida sp.), infeksi ekstrausus (otitis
media akut, infeksi saluran kemih, pneumonia)
2. Alergi makanan
Alergi susu sapi, protein kedelai, alergi multipel
3. Malabsorpsi
Karbohidrat (intoleransi laktosa), lemak, dan protein
4. Keracunan makanan
Misalnya makanan kaleng akibat Botulinum sp.
5. Lain-lain: obat-obatan
II.1.3 Klasifikasi Berdasarkan Derajat Dehidrasi
II.1.4 Diagnosis
a. Anamnesis
Deskripsi diare (frekuensi lama diare berlangsung, warna, konsistensi tinja,
adanya lendir/darah dalam tinja), adanya muntah, tanda dehidrasi (rasa haus,
anak rewel/lemah, BAK terakhir), demam, kejang, jumlah cairan masuk, riwayat
makan dan minum, penderita sekitar, pengobatan yang diterima.
b. Pemeriksaan fisis
- Periksa keadaan umum, kesadaran, tanda vital, dan berat badan
- Selidiki tanda dehidrasi: rewel/gelisah, letargis/kesadaran berkurang, mata
cekung, cubitan perut kembali lambat, haus /minum lahap, malass/tidak dapat
minum, ubun ubun cekung, air mata berkurag/ tidak ada, keadaan mukosa
mulut.
- Tanda-tanda ketidakseimbangan asam basa dan elektrolit: kembung akibat
hipokalemia, kejang akibat gangguan natrium, napas cepat dan dalam akibat
asidosis metabolik.
c. Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan tinja, namun tidak rutin dilakukan. Kecuali ada tanda-tanda
intoleransilaktosa dan kecurigaan amubiasis.
- Dehidrasi berat: elektrolit serum, analisis gas darah, nitrogen urea, kadar gula
darah.
II.1.5 Penatalaksanaan
Pada prinsipnya ada 5 tata laksana diare menurut WHO
1. Rehidrasi
2. Dukungan nutrisi
3. Pemberian antibiotik sesuai
4. Pemberian zink
5. Edukasi orang tua
Dapatkah saudara A*
memberikan cairan iv?
Ya
Tidak
Tidak
II.1.6 Komplikasi
Dehidrasi, gangguan elektrolit, penurunan berat badan, gagal tumbuh, serta diare
yang lebih berat dan sering terjadi.
Perbedaan klinis
Perbedaan Hasil Laboratorium dan Feses
II.2.Disentri
II.2.1 Definisi
Disentri adalah diare yang disertai darah, terutama disebabkan oleh Shigella
sp., dan memerlukan antibiotik untuk pengobatan.
II.2.2 Etiologi
- Sebagian besar kasus disebabkan oleh Shigella, khususnya S. flexneri dan
S.dysentriae
- Penyebab lainnya antara lain Yersinia enterocolica, Campylobacter jejuni,
Salmonella sp., E.coli, E. Hystolitica
- Penyebab non infeksi, antara lain invaginasi (gejala dominan lendir dan darah,
kesakitan dan gelisah, massa intraabdominal, muntah), alergi susu sapi,
gangguan hematologi seperti defisiensi vitamin K dan gangguan imunologis
(penyakit chron, kolitis ulseratif)
II.2.3 Diagnosis
- Manifestasi klinis
BAB yang cair, frekuensi sering, dan disertai darah yang dilihat jelas. Feses
hitam atau darah mikroskopis menandakan darah pada saluran cerna atas dan
bukan diare berdarah. Pada beberapa episode, pertama-tama tinja cair kemudian
berdarah setelah 1-2 hari. Selanjutnya dapat timbul gejala dan tanda komplikasi.
- Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan tinja untuk identifikasi trofozoit
pada amuba dan Giardia sp.
II.2.4 Tatalaksana
1. Terapi medikamentosa
- Antibiotik. Semua diare berdarah diobati sebagai shigelosis dan diberikan
kotrimmoksazol (trimetoprim 4mg/KgBB dan sulfametoksazol 20 mg/KgBB
PO 2kali sehari). Jika dalam 2 hari tidak membaik, berikan sefiksim 8
mg/KgBB PO selama 5 hari terbagi 4 dosis untuk dosis awal, dilanjutkan
33mg/KgBB/hari terbagi 4 dosis lanjutan.
- Apabila amuba vegetatif pada pemeriksaan tinja, berikan metronidazol dengan
dosis 50mg/kgBB dibagi dosis selama 5 hari
- Jangan berikan obat simtomatis untuk keluhan nyeri perut, nyeri anus, maupun
untuk mengurangi frekuensi BAB karena dapat memburukkan kondisi.
- Tangani dehidrasi
- Pemantauan ketat 24-48 jam. Evaluasi tanda perbaikan.
2. Terapi non-medikamentosa
- Lanjutkan peberian makan
II.2.6 Komplikasi
Perforasi usus, megakolon toksik, kekurangan kalium, demam tinggi, prolaps
rekti, sindrom hemolitik-uremik, serta hiponatremi berkepanjangan.
BAB III
KESIMPULAN
Pasien An. Umur 9 tahun 9 bulan datang dengan keluhan diare cair lebih dari
10 kali dalam sehari, pada anamnesis diare cair, lendir (-), darah (-), muntah 3 kali,
panas hari kedua disertai nyeri pada abdomen. Dari gejala klinis menunjukan
adanya diare akut yaitu kurang dari 14 hari dan menunjukan adanya diare inflamasi,
hanya belum diketahui sebab inflamasinya, diare inflamasi dapat disebabkan oleh
virus, bakteri, dan parasit, oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut
seperti pemeriksaan darah rutin dan feses.
Pemeriksaaan feses menunjukan adanya lendir, leukosit pada feses, dan sel
darah merah, hal ini memperkuat dugaan adanya diare bakteri yaitu diare disentri.
Dimana pada disentri gejala awal adalah demam, diare cair, BAB tanpa darah, lalu
3 -5 hari kemudian diikuti oleh gejala feses berdarah. Pada anak ini belum
ditemukan BAB berdarah karena masih < 3 hari dan diperkuat oleh pemeriksaan
feses yaitu adanya leukosit dan sel darah merah pada feses. Sehingga terapi yang
tepat adalah dengan memberikan metronidazol dan terapi cairan.
DAFTAR PUSTAKA