Anda di halaman 1dari 34

Ikrom Mullah

Pembimbing : dr. Toton Suryotono, Sp.PD

KEPANITERAAN KLINIK
ILMU PENYAKIT DALAM RSUD CIANJUR
FKK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
JAKARTA
2016
Kasus

Ny. E, 32 tahun, dari Kopo Sukamanah, seorang


Ibu Rumah Tangga, dibawa ke IGD RSUD Cianjur
tanggal 05 September 2016 karena mengeluh
sesak napas sejak 3 bulan SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang

 Pasien saat ini mengaku sesak sejak 3 bulan yang lalu.


Sesak dirasakan terus-menerus dan semakin bertambah.
 3 bulan SMRS sesak dirasakan terutama setelah
beraktivitas, setelah jalan (±50 m), setelah dari kamar
mandi. Pasien sering terbangun di malam hari karena
sesak.
 Pasien lebih nyaman saat sesak dengan posisi setengah
duduk.
 Pasien juga mengaku sesak dirasakan memberat ketika
berbaring dibandingkan duduk, sesak dirasakan
berkurang bila tidur menggunakan 3 bantal.
 Pada saat pasien sesak tidak terdengar suara “ngik-
ngik”, pasien juga tidak merasa sesak nafas apabila
terkena debu, bulu ataupun cuaca dingin.
 Pasien mengaku merasakan sesak napas dan kaki
bengkak pada saat 3 hari setelah melahirkan. Pasien
melakukan persalinan secara normal.
 Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat sesak napas sebelumnya dan pada hamil
anak pertama disangkal
Riwayat asma disangkal
Hipertensi, DM disangkal

 Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada keluarga yang memiliki keluhan dan penyakit
yang sama seperti pasien.

 Riwayat Alergi
Tidak mempunyai alergi terhadap obat-obatan
maupun makanan
Pasien merupakan Ibu Rumah Tangga yang sehari-
harinya melakukan pekerjaan Rumah Tangga. Pasien
merasakan cepat lelah ketika melakukan aktivitas
seperti mencuci baju.
 Ny. I tampak sesak dan lemah ketika dibawa ke IGD, dan
pasien masih dapat diajak bicara. TD 110/70 mmHg, Nadi
98x/menit, RR 30x/menit, suhu 36,5ºC, akral hangat

 Mata
Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik, refleks pupil
isokor
 Leher
Tidak ditemukan pembesaran KGB & tiroid. JVP 5+3 cmH2O.

 Thorax
Pergerakan dada simetris, ictus cordis teraba pada ICS V linea
axillaris anterior, BJ I-II murni reguler, gallop dan murmur
tidak ada. Terdapat bunyi ronkhi di basal, tidak ada wheezing.
 Abdomen
Cembung, bising usus normal, tidak terdapat nyeri
tekan. Hepar dan Lien tidak teraba. Nyeri ketok CVA
tidak ada.
 Extremitas
Akral hangat, RCT< 2”, tidak ada edema, tidak ada
sianosis, tidak ada clubbing finger.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Tanggal 05 September 2016
Elektrolit Hasil Nilai Rujukan Satuan

Natrium 133,7 135-148 mEq/L

Kalium 5,91 3,5 -5,3 mEq/L

Calcium Ion 1,03 1.15-1,29 Mmol/L


PEMERIKSAAN PENUNJANG
EKG
EKG (2-6-2010)

 Irama : Sinus takikardi  Axis : RAD


 RR : 125x/menit  Q Patologis : Lead III
 PR : 0,12  T inverted : Lead III, AVF, V1-V5
 QRS : 0,08  Hipertrofi : (-)
 QT : 0,24
Foto Rontgen Thorax
 Kardiomegali dengan bendungan paru
kranialisasi (+), Pinggang jantung mendatar
 Tidak tampak TB Paru Aktfi/BP
 Tidak tampak gambaran bronkitis
 Diafragma sinusis, pleura dan skeletal
tampaknya masih baik.
 Decompensasi Cordis FC III ec PPCM

 Gastropati
ASSESMEN
DECOMPENSASI CORDIS
 Pada pasien ini ditegakkan atas dasar anamnesis sesak
napas sejak 5 bulan, sesak terus-menerus, bertambah
berat bila setelah melakukan aktivitas ringan, tidur
dengan menggunakan 2 bantal, sering terbangun di
malam hari karena sesak.
 Pada PF didapatkan JVP 5+4 cmH2O, ictus cordis teraba
pada ICS V linea axillaris anterior, BJ I-II murni reguler,
gallop dan murmur tidak ada. Terdapat bunyi ronkhi di
basal.
Definisi

 Gagal jantung (HF) adalah sindrom klinis di mana


suatu kelainan struktur jantung atau fungsi yang
bertanggung jawab atas ketidakmampuan jantung
untuk memompa darah.

Horrison’s Principles of Internal Medicine 17th Edition


Kriteria Framingham
 Kriteria Major  Kriteria Minor
 Paroksismal nokturnal dipsnea  Edema ekstremitas
 Distensi vena leher  Batuk malam hari
 Ronkhi paru  Dipsnea d’effort
 Kardiomegali  Hepatomegali
 Edema paru akut  Efusi pleura
 Penurunan kapasitas vital 1/3
 Gallop S3
dari normal
 Peninggian tekanan  Takikardi (>120x/menit)
vena jugularis
 Refluks hepatojugular

Mayor atau minor :


Penurunan BB ≥ 4,5 kg dalam 5 hari pengobatan
Diagnosis gagal jantung  min 1 kriteria Major dan 2 kriteria minor

Horrison’s Principles og Internal Medicine 17th Edition


Klasifikasi Fungsional
(NYHA)
 Kelas I : Tidak ada batasan aktifitas fisik
[tingkat kematian perinatal 5%]
 Kelas II : Sedikit batasan pada aktifitas (rasa lelah, dspneu)
[tingkat kematian perinatal 10-15%]
 Kelas III : Batasan aktifitas bermakna (nyaman saat istirahat
namun sedikit aktifitas menyebabkan gejala)
[tingkat kematian perinatal 35%]
 Kelas IV : (gejala saat istirahat)
[tingkat kematian perinatal 50%]

Cunningham FG, MacDonald PC, Gant NF. Obstetri William Edisi 22. Jakarta: EGC, 2007
Etiologi
 Hipertensi (10-15%)  Precipitating Causes
 Infeksi
 Kardiomiopati (dilatasi, hipertrofi,
restriktif)  Aritmia
 Fisik, diet, cairan, lingkungan,
 Penyakit katup jantung (mitral dan emosional
aorta)
 Infark miokard
 Kongenital (ASD, VSD)  Emboli paru
 Aritmia  Anemia
 Tirotoksikosis dan Kehamilan
 Alkohol
 Bertambah dari Hipertensi
 Kondisi curah jantung tinggi
 Rematik, virus, dan Formulir Lain
 Perikard (konstriksi atau efusi) miokarditis
 Hipertensi pulmonal (Gray H, 2005)  Infektif endokarditis

Horrison’s Principles of Internal Medicine 17th Edition


Pengobatan

1. Tindakan umum
2. Koreksi penyebab yang mendasari
3. Menghilangkan precipitating cause
4. Pencegahan dari kerusakan fungsi jantung
5. Kontrol tingkat CHF

Horrison’s Principles og Internal Medicine 17th Edition


Terapi Medikamentosa :
 ACE-inhibitor atau ARB dosis berkala
 Diuretik oral maupun parenteral  edema hilang (tercapai
euvolemik)
 Β-Blocker diberikan setelah diuretik dan ACE-inhibitor
diberikan
 Aritmia atau ke-3 obat diatas tidak menunjukkan hasil 
Digitalis hati2 bila fungsi ginjal menurun atau Kalium
rendah
 Aldosteron antagonis  memperkuat efek diuretik atau
pada pasien hipokalemi
 Brain Natriuretik Peptide (masih dalam penelitian)
IPD UI, Jilid III
Terapi Farmakologi

 ACE-inhibitor
 Lini pertama (I,A)
 Terapi awal (tanpa retensi cairan), bila dengan retensi cairan
diberikan bersama diuretik.
 Dosis dititrasi – dianggap bermanfaat sesuai dengan bukti klinis

IPD UI, Jilid III


Farmakologi dan Terapi, UI
 Diuretik
 Penting untuk pengobatan simtomatik bila ditemukan
beban cairan berlebihan, kongesti paru dan adema perifer.
(1 A)
 Kehamilan : Tidak dianjurkan karena dapat membahayakan
penyaluran darah ke janin.
  Tidak Diberikan

 Digitalis
 Indikasi pada fibrilasi atrium (I B)
 Kombinasi dengan B-blocker > tunggal
 Dianggap aman bagi bumil, yang setelah digunakan
selama jangka waktu panjang tidak menampilkan efek
buruk pada janin.

Farmakologi dan Terapi, UI


Prognosis
 Mortalitas 1 tahun cukup tinggi (20-60%)
 >60%  kelas IV
 Klinis  semakin buruk gejala pasien,kapasitas aktifitas,
dan gambaran klinis, semakin buruk prognosis
 Hemodinamik  semakin rendah indeks jantung, isi
sekuncup, dan fraksi ejeksi, semakin buruk prognosis
 Biokimia  terdapat hubungan terbalik yang kuat antara
norepinefrin, renin, vasopresin, dan peptida natriuretik
plasma. Hiponatremia dikaitkan dengan prognosis yang
lebih buruk.
PPCM (Peripartum
Cardiomiopathy)
 Kardiomiopati postpartum (PPCM) adalah
terjadinya gagal jantung pada bulan terakhir
kehamilan atau dalam 5 bulan setelah
melahirkan tanpa penyebab yang dapat
diidentifikasi pada wanita yang sebelumnya
sehat.
Etiologi

 Penyebab pasti dari PPCM tidak diketahui,


namun berbagai infeksi virus dan
autoantibodi telah terlibat dalam patogenesis
penyakit ini. Selain itu, ibu usia lanjut,
multiparitas, keturunan Afrika, kehamilan
kembar, hipertensi yang diinduksi kehamilan
dan keguguran yang berlangsung lama juga
ditemukan terkait dengan PPCM, tapi tidak
ada hubungan kausal yang telah ditunjukkan.
Diagnosis
 Kriteria diagnostik PPCM telah dijelaskan
secara jelas dan temuan ekokardiografi dari
penurunan berkurang fungsi sistolik ventrikel
kiri dan penurunan fraksi ejeksi
 Pembesaran ventrikel kiri.
 Foto dada : ia menunjukkan kardiomegali
dengan efusi pleura minimal bilateral;
kongesti vena pulmonal dan infiltrat bibasilar
sering dijumpai.
terimakasih

Anda mungkin juga menyukai