Anda di halaman 1dari 18

CONGESTIVE HEART FAILURE

(CHF)
Pembimbing :
Letkol CKM dr. Wendy Budiawan, Sp.PD-FINASIM

Oleh :
Ririn Riwayati
LATAR BELAKANG
• Gagal jantung dikenal dalam beberapa istilah yaitu gagal jantung kiri,
kanan, dan kombinasi atau kongestif.
• Gagal jantung  masalah kesehatan yang progresif dengan angka
mortalitas dan morbiditas yang tinggi  menjadi pembunuh nomor
satu.
• Insiden:
 Pada usia < 45 tahun  1/1000
 Pada usia > 65 tahun  meningkat menjadi 10/1000
 Pada usia > 85  meningkat menjadi 30/1000.
DEFINISI

merupakan penyakit progresif,


kronis, karena otot jantung tidak
mampu memompa cukup darah
CHF dari jantung untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi dan oksigen
seluruh tubuh.

PERKI, 2014
EPIDEMIOLOGI
• Menurut World Health Organization (WHO), penyakit
kardiovaskular akan menjadi penyebab terbanyak kasus kematian
di seluruh dunia. Di Indonesia, penyakit gagal jantung kongestif
telah menjadi pembunuh nomor satu
• Prevalensi HF sekitar 1-2% dari populasi orang dewasa di negara
maju, meningkat menjadi ≥ 10% di antara orang-orang yang
berusia > 70 tahun. Risiko seumur hidup dari gagal jantung pada
usia 55 tahun adalah 33% pria dan 28% wanita

• Menurut data Kemenkes RI (2014) di Indonesia prevalensi penyakit


gagal jantung tahun 2013 sebesar 0,13% atau diperkirakan sekitar
229.696  dari tahun ke tahun semakin meningkat
• Distribusi penyakit CHF meningkat pada usia 40 tahun keatas
ETIOLOGI
Heart Failure-Reduce Ejection Fraction (< 40%)

 Penyakit arteri koroner: infark miokard, iskemia miokard


 Overload tekanan kronis: hipertensi, penyakit katup obstruktif
 Overload volume kronis: penyakit katup regurgitasi, shunt
intrakardiak (kiri ke kanan), shunt ekstrakardiak
 Non-iskemik kardiomiopati dilatasi: penyakit genetik, penyakit
infiltratif
 Kerusakan akibat toksin atau obat: penyakit metabolik, viral
 Penyakit chagas: kelainan ritme dan frekuensi jantung,
bradiaritmia kronis, takiaritmia kronis

Liwang dan Wijaya, 2014


ETIOLOGI
Heart Failure-Preserved Ejection Fraction (40-50%)

 Hipertrofi patologis: primer (kardiomiopati hipertrofi), sekunder (hipertensi)


 Penuaan (aging)
 Fibrosis jantung
 Penyakit jantung pulmonal
 Kor pulmonal
 Penyakit vaskular pulmonal
 Kondisi high-output
 Kelainan metabolik: tirotoksitosis, kelainan nutrisi (beri-beri)
 Kardiomiopati restriktif: penyakit infiltratif (amioliodosis, sarkoidosis), stroge
disease (hemokromatosis)
 Kelainan endomiokardial
 Kebutuhan aliran darah yang berlebihan: shunt arteriovena sistemik, anemia
kronis

Liwang dan Wijaya, 2014


KLASIFIKASI
BERDASARKAN KELAINAN STRUKTURAL BERDASARKAN KAPASITAS FUNGSIONAL
JANTUNG (NYHA)
STADIUM A Memiliki risiko tinggi untuk KELAS I Tidak terdapat batasan dalam
berkembang menjadi gagal jantung. melakukan aktifitas fisik. Aktifitas fisik
Tidak terdapat gangguan struktural sehari-hari tidak menimbulkan
atau fungsional jantung, tidak kelelahan, palpitasi atau sesak nafas.
terdapat tanda atau gejala.
STADIUM B Telah terbentuk penyakit struktur KELAS II Terdapat batasan aktifitas ringan. Tidak
jantung yang berhubungan dengan terdapat keluhan saat istrahat, namun
perkembangan gagal jantung, tidak aktifitas fisik sehari-hari menimbulkan
terdapat tanda atau gejala. kelelahan, palpitasi atau sesak nafas.
STADIUM C Gagal jantung yang simtomatik KELAS Terdapat batasan aktifitas bermakna.
berhubungan dengan penyakit III Tidak terdapat keluhan saat istrahat,
struktural jantung yang mendasari tetapi aktfitas fisik ringan
menyebabkan kelelahan, palpitasi atau
sesak.
STADIUM D Penyakit jantung struktural lanjut KELAS Tidak dapat melakukan aktifitasfisik
serta gejala gagal jantung yang IV tanpa keluhan. Terdapat gejala saat
sangat bermakna saat istrahat istrahat. Keluhan meningkat saat
walaupun sudah mendapat terapi melakukan aktifitas.
7
medis maksimal (refrakter). PERKI, 2015
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI
KLINIS

PERKI, 2015
DIAGNOSIS
Diagnosis berdasarkan:
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan penunjang
a. Elektrokardiografi
b. Foto toraks
c. Ekokardiografi
d. Pemeriksaan laboratoriumPemeriksaan
troponin I atau T

PERKI, 2015

10
KRITERIA DIAGNOSIS
KRITERIA FRAMINGHAM
Kriteria Mayor Kriteria Minor
 Paroksismal nokturnal dispnea  Edema ekstremitas
 Distensi vena jugularis  Batuk malam hari
 Ronki paru  Dispnea d’effort
 Kardiomegali  Hepatomegali
 Edema paru akut  Efusi pleura
 Gallop S3  Penurunan kapasitas vital 1/3 dari
 Peninggian tekanan vena jugularis normal
 Refluks hepatojugular  Takikardia (> 120x/menit)
Mayor atau minor
Penurunan berat badan > 4,5 kg dalam 5 hari pengobatan.
Diagnosis gagal jantung ditegakkan minimal 1 kriteria mayor dan 2 kriteria minor.

PERKI, 2015
DIAGNOSIS BANDING
1. Pneumonia
2. Asma bronkial akut
3. PPOK dengan eksaserbasi akut

PERKI, 2015
PENATALAKSANAAN
PENATALAKSANAAN
TERAPI NON-FARMAKOLOGI

• Diet rendah garam


• Mengurangi berat badan
• Mengurangi lemak
• Mengurangi stress psikis
• Menghindari rokok
• Olahraga teratur

TERAPI FARMAKOLOGI

PERKI, 2015
13
PENATALAKSANAAN
TERAPI FARMAKOLOGI

1. Diuretik (diuretic tiazid dan loop diuretic


2. Antagonis aldosteron
3. Obat inotropik
4. Glikosida digitalis
5. Vasodilator (captopril, isosorbid dinitrat)
6. ACE-inhibitor
7. Angiotensin
8. -blocker

PERKI, 2015
14
KOMPLIKASI
 Efusi pleura
 Aritmia
 Pembentukan trombus pada ventrikel kiri
 Pembesaran hati (hepatomegaly)

Damayanti, 2013
PROGNOSIS

Prognosis pasien gagal jantung buruk walaupun


dengan terapi yang adekuat.

Rachma, 2014
Congestive Heart Failure (CHF) atau sering dikenal dengan gagal jantung
merupakan keadaan dimana jantung mengalami kegagalan dalam memompa
darah untuk mencukupi kebutuhan nutrien dan oksigen sel-sel tubuh secara
adekuat.

Klasifikasi gagal jantung ditentukan berdasarkan kelainan struktural jantung


dan kapasitas fungsionan jantung (NYHA).

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan


pemeriksaan penunjang.

Penatalaksanaan gagal jantung terdiri dari terapi non farmakologis dan terapi
farmakologis.

Prognosis pasien gagal jantung: buruk.

Anda mungkin juga menyukai