Lapkas DR Toton Luludk
Lapkas DR Toton Luludk
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. T
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 30 tahun
Alamat : Cibeber
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Status : Sudah menikah
No. RM : 73 xx xx
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Bengkak pada kedua tungkai bawah
0
kuning sedikit keruh, jumlah sekitar satu gelas aqua tiap kali BAK. Nyeri saat
BAK disangkal. Riwayat kencing batu disangkal. Os sudah 2 hari tidak BAB
sejak sebelum masuk rumah sakit. Os tidak pernah menderita hipertensi maupun
penyakit gula. Riwayat berhubungan dengan orang lain selain suaminya
disangkal, os juga jarang berpergian keluar kota.
Riwayat Pengobatan:
Os mengaku tidak pernah mengkonsumsi jamu-jamuan. Sebelum MRS os tidak
pernah meminum obat-obatan untuk mengobati keluhan bengkak dan nyerinya.
Riwayat psikososial:
Os seorang ibu rumah tangga yang sehari-hari beraktivitas seperti menyapu
mengepel mencuci memasak dan saat ini os sedang menyusui anak keduanya,
namun semenjak os dirawat os sudah tidak menyusui anaknya lagi. Semenjak
sakit nafsu makan os menurun, os makan - porsi/hari. Dahulu os mengaku
suka makan goreng-gorengan, jeroan, makanan yang asin gurih, bersantan atau
berlemak, Os menyangkal kebiasaan merokok, minum alkohol dan kopi.
Riwayat alergi
Riwayat alergi obat, makanan, cuaca dan debu disangkal.
1
III. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis/E4V5M6
Tanda Vital
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 76 x / menit, regular, kuat angkat, isi cukup
Pernapasan : 20 x / menit, regular
Suhu : 36,5 C (aksilla)
Antropometri
Berat Badan : 60 kg
Status Generalis
Sistem Deskripsi
Kepala Bentuk normocephal, warna rambut hitam, distribusi rambut
merata, rambut tidak mudah rontok, Puffy face (+)
Mata Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil bulat
isokhor, refleks cahaya (+/+), kornea jernih (+/+)
Hidung Sekret (-/-), epistaksis (-/-), septum deviasi (-/-), nafas cuping
hidung (-)
Mulut Mukosa mulut lembab (+), tidak terdapat sianosis, faring
hiperemis (-), tonsil (T1-T1), stomatitis (-), lidah kotor (-)
Telinga Normotia, simetris, serumen (-/-)
Leher Tidak didapatkan pembesaran KGB, pembesaran kelenjar
tiroid (-), JVP tidak terlihat adanya peningkatan
Jantung Inspeksi: iktus kordis tidak tampak
Palpasi: iktus kordis teraba di sela iga 5 linea
midclavicularis sinistra
Perkusi: Batas kanan jantung: linea parasternalis dextra
Batas kiri jantung: linea midclavicularis sinistra
Auskultasi: BJ I dan BJ II normal, murmur(-), gallop (-)
Paru Inspeksi: dada simetris (+/+), retraksi dinding dada (-/-)
penggunaan otot bantu pernafasan (-/-)
Palpasi: Vokal fremitus sama di kedua lapang paru
Perkusi: Sonor pada ke 2 lapang paru, batas paru dan
2
hepar setinggi ICS 5
Auskultasi: suara dasar vesikuler (+/+), ronkhi (-/-),
wheezing (-/-)
Abdomen Inspeksi: supel, datar, scar (-)
Auskultasi: bising usus (+) normal
Palpasi: nyeri tekan epigastrium (-), nyeri tekan
suprapubic (+), hepar dan lien tak teraba
Perkusi: timpani (+), shifting dullness (-)
Ekstremitas akral hangat, CRT < 2 detik, edema (-/-), sianosis (-/-)
atas
Ekstremitas akral hangat, CRT <2 detik, pitting edema pretibia dan
bawah dorsum pedis dextra et sinistra, sianosis (-/-)
3
Kimia Klinik
Glukosa Darah 98 < 180 mg/dL
Sewaktu
Elektrolit
Na 136.7 135-148 mEq/L
K 2.92 3.50-5.30 mEq/L
Ca 1.03 1.15-1.29 mmol/L
Urin
Makroskopis
Warna Kuning Kuning
Kejernihan Agak keruh Jernih
Berat jenis 1.015 1.013-1.030
pH 8.0 4.6-8.0
Nitrit Negatif Negatif
Protein urin 500/4+ Negatif mg/dL
Glukosa
Normal Normal mg/dL
(reduksi)
Keton Negatif Negatif mg/dL
Urobilinogen Normal Normal UE
Bilirubin Negatif Negatif mg/dL
Eritrosit Negatif Negatif /L
Leukosit Negatif Negatif /L
Mikroskopis
Leukosit 1-2 1-4 /LPB
Eritrosit Negatif 0-1 /LPB
Epitel 1-2
Kristal Negatif Negatif
Silinder Granula kasar
Negatif /LPK
(+)
Lain-lain Negatif Negatif
4
Trigliserida 198 < 150 mg%
Faal Ginjal
Ureum 14.4 10-50 mg%
Kreatinin 0.6 0-1 mg%
Faal Hati
SGOT (ALT) 31 14-59 U/L
Albumin 0.71 3.4-5.0 g/dL
V. RESUME
Ny. T 30 tahun datang dengan edema tungkai bawah dan wajah sejak 10
hari sebelum MRS. Os juga mengeluh rasa nyeri suprapubic sejak 10 hari terakhir.
Urine sedikit keruh (+) sejak sekitar 1 minggu sebelum MRS dan nafsu makannya
menurun sejak sebelum MRS. Pada pemeriksaan fisik tampak puffy face, pitting
edema dorsum pedis dan pretibial dextra et sinistra, dan nyeri tekan suprapubic.
Pada pemeriksaan laboratorium: Leukosit 13.4 10^3/ul, Protein urin 500/4+
mg/dL, Kolesterol total 664 mg/dL, Kolesterol LDL Direk 491 mg%, Trigliserida
198 mg%, Albumin 0.71 g/dL, Elektrolit (K 2.92 mEq/L dan Ca 1.03 mmol/L),
Diff count (LYM% 9.5 %).
VII. ASSESSMENT
1. Sindrom Nefrotik Atipikal
- Anamnesis: Keluhan utama berupa bengkak tungkai bawah dan
wajah, mendadak, tidak diketahui penyebabnya.
- Pemeriksaan fisik: edema dorsum pedis dan pretibial dextra et sinistra,
edema fasialis
5
- Pemeriksaan laboratorium: Protein urin 500/4+ mg/dL, Kolesterol
total 664 mg/dL, Kolesterol LDL Direk 491 mg%, Trigliserida 198 mg
%, Albumin 0.71 g/dL.
2. Leukositosis e.c Sindrom Nefrotik Atipikal
- Pemeriksaan laboratorium: Leukosit 13.4 10^3/ul,
3. Hipokalemia dan Hipokalsemia
- Elektrolit (K 2.92 mEq/L dan Ca 1.03 mmol/L)
4. Limfopenia
- Diff count (LYM% 9.5 %)
4.Limfopenia
- Perlu dilakukan VCT untuk menyingkirkan kemungkinan HIV
X. PROGNOSIS
- Quo Ad Vitam : Ad bonam
- Qou Ad Functionam : Dubia ad bonam
- Quo Ad Sanactionam : Dubia ad bonam
XI. FOLLOW UP
S O A/P
6
21/09/2016 Os mengeluh KU: sedang, 1. Sindrom nefrotik atipikal
bengkak pada Kesadaran: CM, Diet tinggi kalori
tungkai bawah TD: 90/70 mmHg, cukup protein rendah
dan wajah RR: 20 x/menit, garam kolesterol
N:80x/menit, S: IVFD NaCl 0,9% 500
36,5C (aksilla) cc/24 jam
Status generalis: Furosemide 2x40 mg
puffy face, pitting (IV)
edema dorsum Spironolakton 1x25
pedis dan pretibial mg (PO)
dextra et sinistra. 2. Leukositosis e.c Sindrom
Nefrotik Atipikal
Ceftriaxone 1x1
gram/hari
3. Hipokalemia dan
Hipokalsemia
KSR 1X600 mg(PO)
4. Limfopenia
VCT
S O A/P
7
22/09/201 Os mengeluh KU: sedang, Os atas permintaan sendiri meminta pulang
6 bengkak pada Kesadaran: CM, 1. Sindrom nefrotik atipikal
tungkai bawah TD: 110/70 Diet tinggi kalori cukup protein
dan wajah mmHg, RR: 20 rendah garam dan kolesterol
sudah x/menit, Furosemide 2x40 mg (PO)
berkurang N:80x/menit, S: Spironolakton 1x25 mg (PO)
36,5oC (aksilla) Prednison 60 mg/hari sama 5-3-4
Status generalis: tab (PO)
puffy face, 2. Leukositosis e.c Sindrom Nefrotik
pitting edema Atipikal
pretibial dextra Cefixime 2X100 mg
et sinistra. 3. Hipokalemia dan Hipokalsemia
Pemeriksaan KSR 1X600 mg(PO)
lab: Kolesterol 4. Limfopenia
total 664 Ke klinik VCT (saat dirawat os
mg/dL, belum sempat dikonsulkan ke
Kolesterol LDL VCT)
Direk 491 mg
%, Trigliserida
198 mg%,
Albumin 0.71
g/dL.
8
BAB II
ANALISA KASUS
DEFINISI
Dikutip dari: Christian, Martin. Guideline for the assessment and management of
nephrotic syndrome in children and young people. Nottingham: Nottingham
Unversity Hospitals. 2013.
KLASIFIKASI
Kriteria Typical SN Atypical SN
Usia 1-11 tahun <1 atau >11 tahun
Fungsi ginjal kreatinin normal peningkatan kreatinin
Hematuria Mikroskopis Mungkin terjadi makroskopis
Hipertensi Biasanya Meningkat
normotensi
Riwayat keluarga dengan Biasanya tidak ada Mungkin ada
SN
Dikutip dari: Christian, Martin. Guideline for the assessment and management of
nephrotic syndrome in children and young people. Nottingham: Nottingham
Unversity Hospitals. 2013.
9
Dikutip dari: Berger, T.G, et. al. CURRENT Medical Diagnosis and Treatment
Fifty-four edition. McGraw-Hill Medical, New York; London. 2015.
ETIOLOGI
10
Dikutip dari: Kodner, Charles. Nephrotic Syndrome in Adults: Diagnosis and
Management. Kentucky: Am Fam Physician. 2009;80(10):1129-1134
11
1. Edema
Dikutip dari: Christian, Martin. Guideline for the assessment and management of
nephrotic syndrome in children and young people. Nottingham: Nottingham
Unversity Hospitals. 2013.
2. Proteinuria
Diet
Jenis diet yang direkomendasikan ialah diet seimbang dengan protein dan kalori
yang adekuat. Kebutuhan protein dewasa sekitar 0,6-0,8 g/kg/hari. Kebutuhan
protein anak ialah 1,52 g/kg, namun anak-anak dengan proteinuria persisten yang
seringkali mudah mengalami malnutrisi diberikan protein 22,25 g/kg per hari.
Maksimum 30% kalori berasal dari lemak. Karbohidrat diberikan dalam bentuk
12
kompleks seperti zat tepung dan maltodekstrin. Restriksi garam tidak perlu
dilakukan pada SNSS, namun perlu dilakukan pada SN dengan edema yang nyata
yaitu <3 gram/hari untuk membuat keseimbangan negatif natrium dan restriksi
intake cairan <1,5 L/hari.
Dikutip dari: Christian, Martin. Guideline for the assessment and management of
nephrotic syndrome in children and young people. Nottingham: Nottingham
Unversity Hospitals. 2013.
3. Hiperlipidemia
13
PENATALAKSANAAN
14
Dikutip dari: Kidney Disease Improving Global Outcome. KDIGO Clinical
Practice Guideline for Glomerulonephritis Kidney International Suplement
Volume 2. 2012
PROGNOSIS
Pengobatan SN dan komplikasinya saat ini telah menurunkan morbiditas
dan mortalitas yang berhubungan dengan sindrom. Saat ini, prognosis pasien
dengan SN bergantung pada penyebabnya. Remisi sempurna dapat terjadi dengan
atau tanpa pemberian kortikosteroid.7
15
Orang dewasa dengan minimal-change nephropathy memiliki
kemungkinan relaps yang sama dengan anak-anak. Namun, prognosis jangka
panjang pada fungsi ginjal sangat baik, dengan resiko rendah untuk gagal ginjal.
Pemberian kortikosteroid memberi remisi lengkap pada 67% kasus SN nefropati
lesi minimal, remisi lengkap atau parsialpada 50% SN nefropati membranosa dan
20%-40% pada glomerulosklerosis fokal segmental. Efek samping pemakaian
kortikosteroid jangka lama seperti nekrosis aseptik, katarak, osteoporosis,
hipertensi, diabetes mellitus perlu diperhatikan.7
Respon yang kurang terhadap steroid dapat menandakan luaran yang
kurang baik. Prognosis dapat bertambah buruk disebabkan (1) peningkatan
insidens gagal ginjal dan komplikasi sekunder dari SN, termasuk episode
trombotik dan infeksi, atau (2) kondisi terkait pengobatan, seperti komplikasi
infeksi dari pemberian imunosupressive. Penderita SN non relaps dan relaps
jarang mempunyai prognosis yang baik, sedangkan penderita relaps sering dan
dependen steroid merupakan kasus sulit yang mempunyai risiko besar untuk
memperoleh efek samping steroid. SN resisten steroid mempunyai prognosis yang
paling buruk.7
Pada SN sekunder, prognosis tergantung pada penyakit primer yang
menyertainya. Pada nefropati diabetik, besarnya proteinuria berhubungan
langsung tingkat mortalitas. Biasanya, ada respon yang baik terhadap ACE
inhibitor, dengan penurunan proteinuria, dan level subnefrotik. Jarang terjadi
remisi nyata. Risiko penyakit kardiovaskular meningkat seiring penurunan fungsi
ginjal, beberapa osakan membutuhkan dialisis atau transplantasi ginjal. Pada
amiloidosis primer, prognosis tidak baik, bahkan dengan kemoterapi intensif. Pada
amiloidosis sekunder, remisi penyebab utama, seperti rheumatoid arthritis, diikuti
dengan remisi amiloidosis dan ini berhubungan dengan SN.7
16
17
DAFTAR PUSTAKA
18