• Nama : Ny. E
• Umur : 50 tahun
• Jenis kelamin : Perempuan
• Status : Menikah
• Alamat : Sukamulya
• Tgl Masuk RS : 30/09/16
• Dokter yang merawat : dr. Tety Suratika, Sp.PD
ANAMNESIS
Keluhan
• Nyeri pinggang
Utama
• Satu bulan yang lalu, pasien mengeluh nyeri perut hingga menjalar ke pinggang dan
terasa pegal-pegal, nyeri pinggang disertai dengan nyeri dan terasa panas saat BAK,
BAK berwarna kuning pekat, pasien juga mengeluhkan kadang-kadang demam, dan
terasa mual hingga muntah, muntah setiap kali makan, tidak disertai darah, dan nafsu
makan pasien menurun. Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien lebih menyukai
minum air teh dibandingkan dengan air putih. Dan pasien pun sempat berobat ke
dokter dan di diagnosis sakit ginjal.
• Dua minggu yang lalu, pasien masih merasakan nyeri pada pinggangnya namun lebih
ringan dibandingkan dengan sebelumnya, keluhan mual dan muntah sudah lebih ringan
dari sebelumnya, keluhan batuk dan sesak disangkal. Pusing dan pandangan kabur
disangkal.
• Satu minggu yang lalu, pasien mengeluhkan pinggang makin terasa sakit kembali, dan
BAK terasa panas dan nyeri, pasien mengaku sudah tidak teratur mengkonsumsi obat
dari dokter klinik dan lebih sering mengkonsumsi obat neuremasil dan obat setelan
sejak 2 tahun yang lalu. Pasien juga mengeluhkan nyeri dada, nyeri dada tidak menjalar,
nyeri dada disertai dengan sesak nafas, dan sesak nafas lebih berkurang saat pasien
tidur dengan posisi bantal 3 tumpuk, pasien menyangkal adanya batuk dan jantung
berdebar, dan pasien mengeluhkan adanya pusing dan pandangan kabur. Pasien juga
masih mengeluhkan mual dan muntah, namun tidak seberat saat sebulan yang lalu, dan
pasien mengeluhkan adanya demam.
• Sejak 8 jam sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluhkan
nyeri pinggang yang semakin memberat, nyeri dan panas saat
BAK, dan warna urin berwarna coklat pekat, keluhan tersebut
disertai dengan sesak yang semakin memberat, lemas, tidak ada
nafsu makan, dan pasien tidak bisa tidur.
• 1 hari saat di rumah sakit, pasien mulai mengalami penurunan
kesadaran, pasien tampak gelisah dan tidak nyambung saat
diajak bicara, dan warna urin semakin keruh dari sebelumnya.
• 2 hari saat di rumah sakit, pasien masih sulit diajak
berkomunikasi. Warna urin keruh. Pemberian makanan melalui
NGT. Keluhan tidak dapat diketahui karena kesadaran pasien
masih menurun.
• 3 hari saat di rumah sakit, pasien masih sulit diajak
berkomunikasi, pasien meracau dengan nilai GCS E4M4V3.
Warna urin keruh, pemberian makanan melalui NGT.
Riwayat Penyakit Dahulu
•Riwayat DM disangkal
•Riwayat hipertensi disangkal
•Riwayat batuk lama disangkal, asma disangkal
•Riwayat menjalani pengobatan paru yang 6 bulan disangkal
•Pasien mengeluhkan sering sakit gigi dan gigi berlubang sejak 2 bulan yang
lalu
Riwayat Penyakit Keluarga
Os menyangkal keluarganya memiliki riwayat hipertensi (-), riwayat DM (-),
batuk lama (-), asma (-), penyakit jantung (-)
Riwayat Pengobatan
Untuk keluhan saat ini pasien sudah ke dokter mengobatinya, namun tidak
ada perubahan
Riwayat Alergi
Riwayat alergi makanan, debu, obat dan cuaca disangkal
Riwayat Psikososial
Pasien sebelumnya suka mengkonsumsi obat rheumacyl sejak 2 tahun yang
lalu, apabila tidak diminum pasien merasa badan pegal-pegal.
Pasien jarang minum air putih kira-kira hanya 1 gelas /hari, setiap harinya
pasien selalu minum air teh.
Riwayat merokok (+) dan sudah berhanti sejak 2 tahun yang lalu. Alkohol (-),
jarang berolahraga.
PEMERIKSAAN FISIK
DC (+)
FOLLOW UP
Tanggal S O A P
13 Oktober Demam (-). CM, Tampak sakit sedang -Poliuri -Rawat ruang
2016 Warna urin Abses a/r submandibula -Submandibular biasa
keruh. (+) abses -IVFD Nacl 0,9%
TD = 110/86 -Susp TB ginjal 3500cc/24jam
N = 103 -Meropenem
R = 20 3x1gr
S=- -Metronidazole
Mata : CA-/- SI-/- 3x500
Mulut : bengkak (+) -Vit k 3x1
Thorak : rh -/- wz -/- -Omz 1x40
Abdomen : BU (+),
Ekstremitas : akral -Px LED
hangat, CRT < 2 dtk,
Edema (-)
DC (+)
Kata Kunci
Pielonefritis Uncompliclated
Merupakan pielonefritis sederhana yang terjadi pada penderita dengan
pyelum dan parenkim ginjal baik anatomik maupun fungsi dalam
keadaan normal.
Pielonefritis Compliclated
pielonefritis yang sering menimbulkan masalah karena kuman
penyebab sulit diberantas, kuman penyebab sering resisten
terhadap beberapa macam antibiotika, sering terjadi bakterimia,
sepsis dan syok dan sering menyebabkan insufisiensi ginjal
kronik yang berakhir dengan gagal ginjal terminal.
Etiologi
Patofisiologi
Sumbatan
Bakteri Mencapai
Kandung kemih trans Disfungsi Neurogenik Kandung
Uretra Kemih
Faktor Genetik
Naiknya Bakteri ke
parenkim Ginjal
Refluks Vesikouretral
Diagnosis
• Anamnesis
Manifestasi Klinik
- Demam – jarang melebihi 39,4oC
- Nyeri sudut kostovertebral
- Mual dan/atau muntah
Gejala Lain
- Gross Hematuria 30-40% pada kasus wanita
- Nyeri panggul (Flank pain) dapat terjadi unilateral atau
kadang-kadang bilateral.
- Kekakuan, dan menggigil, bisa ada tanpa adanya
demam
- Malaise & lemah;
Pemeriksaan Fisik
Sepsis merupakan proses infeksi dan inflamasi yang kompleks dimulai dengan
rangsangan endo atau eksotoksin terhadap sistem imunologi, sehingga terjadi aktivasi
makrofag, sekresi berbagai sitokin dan mediator,
aktivasi komplemen dan netrofil, sehingga terjadi disfungsi dan kerusakan endotel,
aktivasi sistem koagulasi dan trombosit yang menyebabkan gangguan perfusi ke
berbagai jaringan dan disfungsi/kegagalan organ multipel
Severe Sepsis
Apabila ADO turun lebih rendah lagi, maka akan terjadi penurunan konsumsi
oksigen secara proporsional
PENGARUH PENURUNAN (ADO) TERHADAP
METABOLISME OTAK
Jika terjadi kelainan pada kedua sistem ini, baik yang melibatkan sistem
anatomi maupun fungsional akan mengakibatkan terjadinya penurunan
kesadaran dengan berbagai tingkatan.
Ascending Reticular Activating System
merupakan suatu rangkaian atau network system yang dari kaudal berasal dari medulla
spinalis menuju rostral yaitu diensefalon melalui brain stem sehingga kelainan yang
mengenai lintasan ARAS tersebut berada diantara medulla, pons, mesencephalon
menuju ke subthalamus, hipothalamus, thalamus dan akan menimbulkan penurunan
derajat kesadaran
Penyebab Metabolik atau Toksik pada Kasus Penurunan
Kesadaran5
Respon inflamasi terhadap infeksi atau non infeksi yang ditandai gejala:
Derajat Sepsis
Epidemiologi
1. Resusitasi cairan
Tujuan :
a.Tekanan A. Pulmonalis : 12 – 15 mm Hg
3. Antibiotik
- Antibiotika spektrum luas tanpa menunggu hasil kultur.
- Obat yang dianjurka :
- Seftriakson 1 gr tiap 12 jam
- Imipenem 4 x ½ gr tiap 6 jam
- Meropenem 3 x 1 gr tiap 8 jam
- Seftazidim 2 gr setiap 8 jam, pasien netrofil < 500 mm3
4. Transfusi
Nama Dosis
Epinefrin 5 – 20 /mn
Norepinefrin 5 – 20 g/mnt
Dopamin 2-20g/KgBB/mnt
Dobutamin 5-15g/KgBB/mnt
Fenilefrin 2 – 20 g/mnt
6. Gangguan koagulasi
-Disebabkan defisiensi protein faktor pembekuan (protein C,
AT III, inhibitor faktor jaringan dan sistim kinin.
- Pemberian faktor-faktor mengatasi defisiensi yg terjadi
saat ini masih dalam penelitian
7. Antiinflamasi
-Antibodi TNF,
-Interleukin I Ra,
-Antagonis PAF,
-NO synthase inhibator,
-Antiendotoksin Ig M (E 5)
8. Nutrisi
◦ Faktor penyebab
◦ Perusak endogen (HCl, pepsinogen/pepsin, dan garam
empedu)
◦ Perusak eksogen (obat-obatan, alkohol dan bakteri).
Gejala klinis
◦ Rasa kembung
◦ Nyeri ulu hati
◦ Mual sampai rasa nyeri pada
◦ Rasa tidak nyaman/discomfort yang
daerah lambung dan ulu hati
biasanya timbul saat pasien merasa
dengan derajat yang sangat lapar dan terasa sakit sebelah kiri
variatif sampai pada yang sebelah garis tengah perut.
terberat misalnya perdarahan
◦ Adapun tukak akibat OAINS dan tukak
lambung.
pada usia lanjut / manula biasanya
◦ Muntah tidak menimbulkan keluhan, hanya
diketahui melalui komplikasinya
berupa perdarahan dan perforasi.
◦ Muntah
Patofisiologi akibat Penggunaan
OAINS
◦ Endoskopi
◦ Lesi kecil diameter < 0.5 cm dapat dilihat, dilakukan
pembuatan foto dokumentasi adanya tukak.
◦ Lesi yang ditutupi oleh gumpalan darah dengan
penyemprotan air dapat dilihat
◦ Biopsi
◦ Diambil dari pinggiran dan dasar tukak minimal 4 sampel.
◦ Untuk mengetahui ada tidaknya kemungkinan kearah
keganasan.
Penatalaksanaan Medikamentosa
Perasaan nyeri pada dada akibat suatu
rangsangan yang merusak yang
disebabkan oleh trauma atau kelainan
pada dinding dada, jantung, selaput
paru (pleura), sekat rongga badan
(diafragma), kerongkongan atau
lambung.
CARDIAC
› Kardiovaskular
NON CARDIAC
› Pulmonary
› Gastrointestinal tract
› Other : muskuloskeletal (trauma, overuse,
costochondritis), infeksi herpes zoster,
keganasan, idiopathic.
Karakteristik dari nyeri koroner Deskripsi nyeri bukan dari koroner
Lokasi: dimana saja pada dada kiri bagian Dibawah payudara kiri, setempat.
depan, lengan kiri/bahu kiri, leher(depan dan
Coronary pain tidak pernah timbul dan hilang
bagian lainnya)
dengan bernafas, jika nyeri bertambah parah
Sangat jarang: pada dada kanan bagian dengan bernafas dan jika nyeri berkurang
depan. dengan pasien menhan nafasnya, ini bukan
coronary pain
Penyebab: anginal pain, hampir selalu timbul Coronary pain tidak pernah timbul dari batuk.
dengan latihan fisik, mengangkat beban berat Jika pasien mengatakan terasa nyeri saat
setinggi diatas kepala. batuk maka nyeri bukan berasal dari coronary
pain.
Prizemetal angina: tidak ada hubungannya
dengan exercise, seringkali timbul saat pasien
tidur.
Key points - -
PNEUMOTORAKS PLEURITIS TROMBOEMBOLI
PARU
Sifat Tajam, terlokalisir, Tajam, terlokalisir, Pleuritik
nyeri bertambah nerat pada bertambah nerat
dada saat nafas dalam, pada saat nafas
bergerak, batuk atau dalam, bergerak,
bersin. batuk atau bersin.
Diag -Nyeri dada unilateral -Bisa asimptomatik, -Predisposisi untuk
nosis dan dyspnea dengan nyeri dada sering trombosis vena,
esensi onset akut pada pleuritis, biasanya pada
al - pada pemeriksaan trauma, infeksi. extremitas bawah
didapatkan gerak nafas Dyspnea pada efusi -Disertai satu atau
tertinggal, vocal fremitus yang berat lebih: dyspnea,
menurun, hipersonor, - redup pada perkusi, nyeri dada,
suara nafas menurun, suara nafas menurun hemoptysis,
dan mediastinal shift, - foto rontgen syncope
syanosis dan hipotensi ditemukan efusi -Takipnea dan
pada tension pleura perbedaan PO2
pneumotoraks. - diagnosa alveolar-arterial
- pada foto ditemukan didapatkan dengan yang lebar
adanya udara pada thoracocentesis
pleura
PNEUMOTORAKS PLEURITIS TROMBOEMBOLI
PARU
Meka Udara dalam rongga Iritasi pada Emboli →
nisme pleura → efek desakan → pleura parietal gangguan
paru kolaps → nyeri dada menyebabkan pefusi → iskemi
nyeri → nyeri dada
Key •Gejala paling sering - -
point adalah nyeri dada dan
dyspnea
•PF: suara nafas melemah
sampai menghilang,
perkusi hipersonor
•Diagnosis definitif di
konfirmasi dengan
radiografi
CAP (community acquired HAP (hospital acquires
pneumonia) pneumonia)
Sifat nyeri Tajam, terlokalisir, bertambah Tajam, terlokalisir, bertambah
dada nerat pada saat nafas dalam, nerat pada saat nafas dalam,
bergerak, batuk atau bersin. bergerak, batuk atau bersin.
Diagnosis - Gejala dan tanda dari infeksi -Terjadi 48 jam setelah rawat
esensial paru akut: demam atau inap dan
hipotermi, batuk dengan atau - setidaknya ada dua gejala
tanpa dahak, dyspnea, chest penyerta: demam, batuk,
discomfort, berkeringat. leukositosis, sputum purulen.
-Auskultasi: suara nafas bronkial -Foto torax: infiltrat baru pada
, ronkhi parenkim paru atau progresif.
-Foto torax: infiltratpada -Terutama sering pada pasien
parenkim paru ICU atau pada penggunaan
-Onset keluhan tidak terjadi ventilasi mekanik.
pada pasien yang rawat inap,
atau pasien yang mengalami
rawat jalan selama lebih dari 14
hari
Pneumonia
Penyebab
Depresi
Psikogenik
Cardiac
neurosis
Definisi Nyeri
•Mekanisme proteksi tubuh yang
bertujuan untuk memberikan
peringatan akan adanya
penyakit , luka atau kerusakan
jaringan sehingga dapat segera
di identifikasi penyebabnya dan
dilakukan pengobatan.
Lokasi Jenis gangguan
Bervariasi Depresi
ANEMIA
Pada kasus :
1. 30-09-2016 (IGD) Hb: 8.6 g/dL, Ht: 24,2%, MCV: 80,9 fL, MCH:28,8 pg
2. 04-10-2016 (Follow up 1 di ICU) Hb: 5,4 g/dL, Ht: 15,2% , MCV 80,2 fL,
MCH: 28,4 pg
3. 06-10-2016 (Follow up 3 di ICU) Hb: 8,3 g/dL (post transfusi), Ht: 24,1%,
MCV: 76,3 fL, MCH: 26,3 pg
4. 07-10-2016 ( Follow up 4 di ICU) Hb: 10,8 g/dL (post transfusi), Ht: 31, 6% ,
MCV: 79,3 fL, MCH: 27,1 pg
ANEMIA Wanita Hb: 12g/dL, Ht: 36%, MCV <80 fl, MCH <27pg
DEFINISI
Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah eritrosit (red cell mass)
sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup
ke jaringan perifer (penurunan oxygen carrying capacity).
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal jumlah SDM, kuantitas hemoglobin, dan volume packed red blood cells
(hematokrit) per 100 ml darah. Dengan demikian anemia bukan suatu diagnosis melainkan suatu cerminan perubahan patofisiologik
yang mendasar yang diuraikan melalui anamnesis yang seksama, pemeriksaan fisik dan konfirmasi laboratorium. (Sylvia A.Price,
2005).
Parameter paling umum yang digunakan
untuk menyatakan anemia :
• Hb NO KELOMPOK KRITERIA ANEMIA (WHO 2001)
Meliputi pemeriksaan kadar Hb, Ht, leukosit, dan trombosit, nilai absolut <MCV, MCH,
MCHC>, hitung retikulosit dan eritrosit.
MCV dapat menentukan klasifikasi anemia berdasarkan morfologi sel eritrositnya yaitu :
a. Anemia mikrositik MCV < 80 pg
b. Anemia normositik MCV 80 – 100 pg
c. Anemia makrositik MCV > 100 pg
Indeks mantzer untuk membedakan anemia def. Besi dengan talasemia.
Whatever the cause of increased destruction of circulationg red blood cells, the
erythroid marrow has the capacity to compensate by increasing production by
more than 3-to-5 fold. This compensation is equal to a transfusion of a unit of
red blood cells every 2-3 days. This fact, coupled with the innate ability of red
blood cells to increase the oxygen delivery to tissues, allows patients to survive
disease states where the red blood cells lifespan is as little as 20-30 days. The
capacity to compensate depends, however, on the ability of the marrow to
respond and the patient’s cardiovascular status.
As with any anemia, an increase in red blood cell production depends on an
adequate supply of essential substrates, a normal marrow structure, and an
appropriate erythropoietin response. Patients who develop kidney or marrow
damage as a part of their disease will be unable to respond and therefore will
need transfusion to survive. Adequate iron and folic acid supplies are extremely
important. The patient with intravascular hemolysis who loses iron into the urine
will be unable to increase red bl All hemolytic anemia patients have an increased
requirement for folic acid and need to be chronically supplemented (1 mg of folic
acid twice a day by mouth). Otherwise, erythropoiesis will become ineffective and
red blood cell production will decrease.
TATALAKSANA ANEMIA DEF.BESI
Tujuan terapi :
-Mencapai Hb normal
-Mencapai MCV normal
-Memenuhi cadangan besi tubuh
Kemampuan absorbsi usus maksimal : 25mg zat besi/hari, sementara > 1000 iron IV dapat diberikan/harinya.
INDIKASI TRANSFUSI
PENYAKIT KRONIS
• Tidak diperlukan perawatan dan manajemen utama mengatasi kondisi anemia e.c penyakit kronis
• Jika anemia parah , mempengaruhi kualitas hidup transfusi sel darah merah atau erythropoetin rekombinasi
parenteral (epoitin alfa atau darbepotein) (menjaga hb 10 g/dL-12 g/dL), beresiko tromboemboli vena
• indikasi erytrhropoetin hb < 10 g/dL, anemia e.c RA, penyakit radang usus, HCV, HIV, penyakit ginjal kronik
( CFR : < 60 mL/menit)
• Penyakit ginjal kronik efektif diperbaiki dengan menambah pirosfofat besi larut ke dialisat daripada
suplementasi Fe IV
SUBMANDIBULA ABSES
Putri Rafika Zahra
2011730080
DEFINISI
1. Laboratorium
Pada pemeriksaan darah rutin, didapatkan leukositosis. Aspirasi material yang bernanah (purulent) dapat dikirim untuk dibiakkan guna uji resistensi antibiotik.
2.Pemeriksaan Bakteriologi
• Desinfeksi , aspirasi memakai jarum aspirasi atau dilakukan insisi untuk pengambilan pus.
• sebaiknya tidak terkontaminasi dengan flora normal yang ada di daerah saluran nafas atas atau rongga mulut.
• Aspirasi dilakukan dari daerah yang sehat dan dilakukan lebih dalam Masukkan ke dalam media transfortasi yang steril.
• Pembiakan kuman anaerob diperlukan media transfortasi yang suasana anaerob.
• Biakan cair yang dianjurkan untuk kuman aerob dan anerob adalah thioglukonat. Formulasi ini berisi substansi reduksi yang akan menciptakan lingkungan
anaerob.
• Biakan kuman aerob dan fakultatif dapat dilakukan dengan menggunakan agar darah, agar coklat, eosin-methilene blue (EMB).
• Tempat pembiakan ini diinkubasi pada suhu 370C, 5% CO2 dan dinilai 48-72 jam
3. Radiologis
a. Rontgen servikal lateral
b. Rontgen panoramik
c. Rontgen thoraks
d. CT-Scan
CT-scan pasien dengan keluhan trismus, pembengkakan
submandibula yang nyeri dan berwarna kemerahan
selama 12 hari. CT-scan axial menunjukkan pembesaran
musculus pterygoid medial (tanda panah), peningkatan
intensitas ruang submandibular dan batas yang jelas dari
musculus platysmal (ujung panah).
Axial CT-scan menunjukan infeksi pada ruang submandibula. Tampak abses mul
PENATALAKSANAAN
1. Antibiotik (parenteral)
Berdasarkan uji kepekaaan, kuman aerob memiliki
angka sensitifitas tinggi terhadap terhadap
ceforazone sulbactam, moxyfloxacine, ceforazone,
ceftriaxone, yaitu lebih dari 70%. Metronidazole dan
klindamisin angka sensitifitasnya masih tinggi
terutama untuk kuman anaerob gram negatif.
2. Bila abses telah terbentuk, maka evakuasi abses
dapat dilakukan.
3. Mengingat adanya kemungkinan sumbatan jalan
nafas, maka tindakan trakeostomi perlu
dipertimbangkan.
4. Pasien dirawat inap 1-2 hari hingga gejala dan
tanda infeksi membaik.
KOMPLIKASI
• Proses peradangan dapat menjalar secara hematogen, limfogen atau langsung (perkontinuitatum) ke daerah sekitarnya.
• Infeksi dari submandibula paling sering meluas ke ruang parafaring karena pembatas antara ruangan ini cukup tipis sekitarnya.
A. Komplikasi infeksi:
Defisit neurologi yang terdiri dari: Horner Syndrome, pada nervus kranial IX dan XII
Edema paru
Mediastinitis
Perikarditis
Aspirasi
Sepsis
B. Komplikasi pembedahan:
Luka parut
Aspirasi
PROGNOSIS
Infark lokal
dan
gangrene
Perdarahan
luka dan
hematom
subkutan
Trombosis
DIAGNOSIS
Laboratorium : sangat bervariasi dan dapat dipengaruhi oleh penyakit yang mendasari
-Leukositosis
-Granulositopenia akibat ketidakmampuan sumsum tulang untuk mengimbangi kerusakan neutrofil yang
cepat
Trombositopenia sering ditemukan yang dapat disebabkan oleh :
1) Kerusakan trombosit yang meningkat
2) Perlekatan trombosit pada endotel mikrovaskular dan pembentukan mikroagreget yang menyumbat
kapiler
3) Produksi sumsum tulang yang kurang
4) Pooling yang berlebihan pada limpa
- Anemia perdarahan, pemendekan umur eritrosit pada keadaan sepsis, gangguan hematopoiesis dan
hemodilusi pasca resusitasi cairan
Pemeriksaan koagulasi serial berkurang nya jumlah trombosit atau memanjang nya PT (prothrombin time)
dan APTT (active partial thromboplastin time) merupakan petanda DIC yang sensitive
PENATALAKSANAAN
• Penyebab trombositopenia:
• Sumsum tulang menghasilkan sedikit trombosit
- Leukemia
- Anemia aplastik
- Hemoglobinuria nokturnal paroksismal
- Pemakaian alkohol yang berlebihan
- Anemia megaloblastik
- Kelainan sumsum tulang
•Menghambat pertumbuhan
sel darah merah di sumsum
tulang trombosit lansia
KRISIS ADRENAL
BUDISUKMAWIJAYA
(2011730016)
INSUFISIENSI ADRENAL
Metabolic
Acidosis HCO3– PaCO2
Alkalosis HCO3– PaCO2
ASIDOSIS METABOLIK
• keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai dengan
rendahnya kadar bikarbonat dalam darah
• Jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jika mengkonsumsi
suatu asam atau suatu bahan yang diubah menjadi asam
• Tubuh dapat menghasilkan asam yang lebih banyak melalui
metabolisme
• Asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak mampu untuk
membuang asam dalam jumlah yang semestinya. Kelainan
fungsi ginjal ini dikenal sebagai asidosis tubulus renalis (ATR) atau
rhenal tubular acidosis (RTA), yang bisa terjadi pada penderita gagal
ginjal atau penderita kelainan yang mempengaruhi kemampuan
ginjal untuk membuang asam
PENYEBAB UTAMA
• Gagal ginjal
• Asidosis tubulus renalis (kelainan bentuk ginjal)
• Ketoasidosis diabetikum
• Asidosis laktat (bertambahnya asam laktat)
• Bahan beracun seperti etilen glikol, overdosis salisilat, metanol,
paraldehid, asetazolamid atau amonium klorida
IV. Persisten
Berat Kontinyu APE 60%
* Gejala terus menerus * Sering * VEP1 60% nilai
* Sering kambuh prediksi
* Aktiviti fisik terbatas APE 60% nilai terbaik
* Variabiliti APE > 30%
Saat serangan
DIAGNOSIS
Pemeriksaan Fisik
Diagnosis asma didasarkan pada riwayat
penyakit, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.
Pada riwayat penyakit akan dijumpai • Auskultasi mengi,
keluhan batuk, sesak, mengi, atau rasa
berat di dada. • Pada asma berat
Tetapi kadang-kadang pasien hanya dengan eksaserbasi,
mengeluh batuk-batuk saja yang umumnya mengik dapat tidak
timbul pada malam hari atau sewaktu ditemukan,
kegiatan jasmani.
• Gejala fisik lainnya
Adanya penyakit alergi yang lain pada
pasien maupun keluarganya seperti rinitis
seperti sianosis,
alergi, dermatitis atopik membantu diagnosis kesadaran menurun,
asma. kesulitan berbicara,
Gejala asma sering timbul pada malam hari, takikardia.
tetapi dapat pula muncul sembarang waktu.
Pemeriksaan Penunjang
• Dilakukan sebelum dan sesudah
pemberian bronkodilator hirup (inhaler
Spiromet atau nebulizer) golongan adrenergik
ri beta. Peningkatan VEP1 atau KVP
sebanyak 20% menunjukkan diagnosis
Pemeriks • asma.
Jumlah eosinofil total dalam darah
aan sering meningkat pada pasien asma dan
Eosinofil hal ini dapat membantu dalam
Total membedakan asma dari bronkitis
• kronik..
Menyingkirkan penyebab lain obstruksi
saluran napas dan adanya kecurigaan
Foto terhadap proses patologis di paru atau
Dada komplikasi asma seperti pneumotoraks,
pneumomediastinum, atelektasis dan
lain-lain.
DIAGNOSA BANDING
http://www.aaaai.org/conditions-and-treatments/asthma.aspx
PENATALAKSANAAN
Obat
Beklometason dipropionat 200-500 ug 500-1000 ug >1000 ug
Budesonid 200-400 ug 400-800 ug >800 ug
Flunisolid 500-1000 ug 1000-2000 ug >2000 ug
Flutikason 100-250 ug 250-500 ug >500 ug
Triamsinolon asetonid 400-1000 ug 1000-2000 ug >2000 ug
Obat
Beklometason dipropionat 100-400 ug 400-800 ug >800 ug
Budesonid 100-200 ug 200-400 ug >400 ug
Flunisolid 500-750 ug 1000-1250 ug >1250 ug
Flutikason 100-200 ug 200-500 ug >500 ug
Triamsinolon asetonid 400-800 ug 800-1200 ug >1200 ug
Cara pemberian pengobatan
Melalui berbagai cara yaitu inhalasi, oral dan parenteral
(subkutan, intramuskular, intravena). Kelebihan pemberian
pengobatan langsung ke jalan napas (inhalasi) adalah 13:
• lebih efektif untuk dapat mencapai konsentrasi tinggi di
jalan napas
• efek sistemik minimal atau dihindarkan
• beberapa obat hanya dapat diberikan melalui inhalasi,
karena tidak terabsorpsi pada pemberian oral
(antikolinergik dan kromolin). Waktu kerja bronkodilator
adalah lebih cepat bila diberikan inhalasi daripada oral.
Eksaserbasi Ringan Eksaserbasi Sedang Eksaserbasi Berat
• Oksigen untuk mencapai saturasi = Eksaserbasi Ringan + = Esaserbasi Ringan +
O2 90% (95% pada anak) • Inhalasi antikolinergik setiap 60 • Inhalasi antikolinergik setiap 60
• Inhalasi β2-agonis kerja cepat 2 to menit menit
4 puffs (atau nebulasi) setiap 20 • Teruskan terapi untuk 1-3 jam • Glukokortikosteroid oral
menit dalam satu jam. hingga perbaikan prednisolon 40-50 mg, atau
• Bila tidak ada respon segera, atau metilprednisolon 60-80 mg dosis
bila sebelumnya mendapat tunggal, atau hidrokortison 300-400
glukokortikosteroid oral beri mg dosis terbagi selama 5-10 hari
Glukokortikosteroid oral: tanpa tappering.
prednisolon 40-50 mg, atau • Magnesium intravena, infus 2g
metilprednisolon 60-80 mg dosis selama 20 menit satu kali pemberian
tunggal, atau hidrokortison 300-400
mg dosis terbagi selama 5-10 hari
tanpa tappering.
• Sedasi kontra indikasi pada terapi
eksaserbasi
Pengobatan dirumah:
• Teruskan inhalasi β2-agonis
Kriteria berobat jalan • Pertimbangkan glukokortikosteroid
• PEF > 60% prediksi inhalasi/oral
• Bertahan pada pengobatan • Pertimbangkan penambahan
oral/inhalasi inhalasi kombinasi.
• Edukasi Pasien: Gunakan obat
dengan tepat
KOMPLIKASI
• Pneumotoraks
• Pneumomediastinum dan emfisema
subkutis
• Atelektasis
• Aspergillosis bronkopulmoner alergik
• Gagal napas
• Bronkitis
• Fraktur iga
PROGNOSIS
Mortalitas akibat asma sedikit nilainya. Gambaran
yang paling akhir menunjukkan kurang dari 5000
kematian setiap tahun dari populasi beresiko yang
berjumlah kira-kira 10 juta. Sebelum dipakai
kortikosteroid, secara umum angka kematian
penderita asma wanita dua kali lipat penderita
asma pria
Pada penderita yang mengalami serangan
intermitten angka kematiannya 2%, sedangkan
angka kematian pada penderita yang dengan
serangan terus menerus angka kematiannya 9%.
TERIMAKASIH