kasus
Pneumonia
Disusun oleh : dr. M Hanif Arfiananda
Pembimbing: dr. M Ade Armansyah S
DPJP: dr. Bimantoko Hadi S, Sp.PD
03
pembahasan
0
1
Ilustrasi kasus
identitas Keluhan utama
Nama : Tn. R Demam sejak 3 hari SMRS
Usia : 55 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Menteng Dalam, Tebet
No. RM : 186866
Tanggal Masuk RS : 15 April 2023
Riwayat penyakit
sekarang
Demam sejak 3 hari smrs. Demam hanya membaik sesaat dengan
paracetamol. Batuk berdahak sejak 1 minggu yll. Dahak berwarna kuning
kehijauan. Sesak napas hilang timbul, saat ini sedang sesak. Riwayat
asma berulang +. Sesak napas dipicu aktivitas berat disangkal. Paroxysmal
Nocturnal Dyspnea (-), Dyspnea on effort (-), Orthopnea (-). Keringat malam
tanpa aktivitas (-), Nafsu makan menurun (+), nafsu minum masih baik,
penurunan BB drastis dalam 1 bulan terakhir (-). Mual (+), muntah (-).
Pasien sudah berobat ke PKM mendapatkan hasil lab leukositosis 22.000
dan mendapatkan terapi amoxicillin dan paracetamol tetapi keluhan belum
membaik. Riwayat kontak erat dengan orang lain penderita TB dan COVID-
19 disangkal. Ada riwayat HT, asma, dan DM tetapi semenjak ada keluhan
tidak mengkonsumsi obat rutin karena mual. riw merokok sudah 30 th 1/2
bungkus/hari, 2 tahun ini sudah berhenti
RPO: Amlodipin 1x10 mg, metformin 3x500 mg
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit HT (+), Asma (+), dan DM (+). Riwayat penyakit jantung, stroke, TB, dan kanker
disangkal.
Tata laksana
Primary Survey
Tata Laksanana Kegawatdaruratan
Airway : Clear
- O2 NK 2 lpm
Breathing : Pergerakan dada simetris, RR meningkat, NCH (-), retraksi
- Inh Combivent + Pulmicort 1x
(-)
Circulation : Akral hangat, takikardia (120x/menit), CRT < 2s - IV drip Paracetamol 1 gr kp demam
O/ O/
KU : E4M6V5 KU : E4M6V5
TD : 107/86 mmHg TD : 129/76 mmHg
HR : 85x/menit HR : 96x/menit
RR : 22x/menit RR : 22x/menit
Suhu : 37,9 C Suhu : 36 C
SpO2 : 99% dengan O2 NK 3 lpm SpO2 : 97% dengan O2 NK 2 lpm
A/ Obs Febris H3 ec BI + Pneumonia + Asma + Susp TB + A/ Pneumonia dd susp TB + Asma + Hiponatremia + Hipertensi + DM Tipe 2
Hiponatremia + Hipertensi + DM Tipe 2
P/ Inh Pulmicort /8 jam → /12 jam
P/ Terapi lanjut Nebu NaCl 3% 5cc/ 8 jam sampai dapat sampel dahak (+)
Koreksi dengan NaCl 3% 500cc/24 jam
Inj Dexametason 2x1 amp
Lainnya terapi lanjut
Follow up
18 april 2023 19 april 2023
S/ Keluhan batuk masih ada dan merasa meriang. Sesak napas (-) S/ Keluhan batuk masih ada, sesak napas tidak ada, lemas tidak ada. Nafsu makan
minum baik. Demam tidak ada. Meriang tidak ada.
O/
KU : E4M6V5 O/
TD : 129/78 mmHg KU : E4M6V5
HR : 106x/menit TD : 129/78 mmHg
RR : 21x/menit HR : 100x/menit
Suhu : 37.4 C RR : 20x/menit
SpO2 : 97% room air Suhu : 37 C
SpO2 : 99% room air
Kepala : normocephal
Mata : CA -/-, SI -/- Kepala : normocephal
Cor : BJ I dan II reg, murmur (-), gallop (-) Mata : CA -/-, SI -/-
Pulmo : SN Ves +/+. Rh -/-, Wh -/- Cor : BJ I dan II reg, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : Supel, BU (+) N, NT (-) Pulmo : SN Ves +/+. Rh -/-, Wh -/-
Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2 detik Abdomen : Supel, BU (+) N, NT (-)
Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2 detik
Hasil Tes Cepat Molekuler BTA Gen Expert : Negatif
A/ Pneumonia + Asma + Riw. Hiponatremia perbaikan + Hipertensi + DM Tipe 2
Hasil Na/K/Cl post koreksi NaCl 3% per 24 jam 1x (131/4.5/100)
P/ BLPL
A/ Pneumonia + Asma + Riw. Hiponatremia perbaikan + Hipertensi PO Levofloxacin 1x500 mg (3 hari)
+ DM Tipe 2 PO NAC tab 3x200 mg
Symbicort 2x1
P/ terapi lanjut Obat rutin DM dan Hipertensi dilanjutkan
Pindah ruangan biasa Foto toraks saat kontrol ke poli IPD minggu depan (26/4/2023)
0
2
Tinjauan
pustaka
Definisi, klasifikasi pneumonia
PDPI: Peradangan akut parenkim paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit)
selain Mycobacterium tuberculosis.
Berdasarkan lokasi
Berdasarkan status imun Berdasarkan etiologi
Community acquired Didapatkan dari
pneumonia (CAP) komunitas (di luar RS) Immunokompeten Virus
Gagal Jantung
Bronkitis akut
Kongestif
Asma
Pneumonitis
Bronkiolitis
aspirasi
Tata laksana
Penetuan derajat keparahan dan kebutuhan rawat inap dengan skor CURB-65
atau PSI
CURB-65
PSI
Rawat inap non ICU ● Fluorokuinolon respirasi (levofloksasin 750 mg, moksifloksasin) ATAU
● Beta-laktam ditambah makrolid
Pemilihan antibiotik
ICU ● Tidak ada faktor risiko infeksi pseudomonas:
○ Betalaktam (sefotaksim, seftriakson atau ampisilin sulbaktam) ditambah makrolid
baru atau fluorokuinolon respirasi intravena (lV)
Tatalaksana
Farmakologis
Tatalaksana Non-
farmakologis
Tata laksana farmakologis
Pengontrol (Controller)
Anti IgE
● Inhalasi
● Efek maksimal: 30-60 menit
● Contoh: Ipratropium bromida
● Kombinasi dengan SABA → terapi awal serangan asma berat / serangan
asma yang kurang respon dengan SABA saja
● Alternatif reliever pada pasien yang menunjukkan efek samping terhadap
SABA inhalasi
● Efek samping: mulut kering, rasa pahit
Tata laksana farmakologis
Pemantauan respon pengobatan
● Pasien datang 1-3 bulan setelah pengobatan dimulai → setelahnya tiap 3-12 bulan
● Pantau:
○ Kontrol gejala
○ Faktor risiko
○ Kejadian serangan
○ Respon pengobatan
○ Kepatuhan
○ Teknik inhalasi
● Peningkatan berkelanjutan (min. 2-3 ● Gejala asma terkontrol dan fungsi paru stabil selama ≥3 bulan,
bulan) kecuali pasien memiliki faktor risiko eksaserbasi / keterbatasan
● Peningkatan jangka pendek (1-2 aliran udara yang menetap
minggu) ● Waktu sesuai
● Penyesuaian hari ke hari ● Pencapaian tiap tahap sebagai percobaan terapi
● Penurunan kortikosteroid inhalasi 25%-50% dalam 3 bulan
Tata laksana non farmakologis
Olahraga Berhenti atau Tidak Merokok
● Tujuan merokok → mempercepat
○ meningkatkan kebugaran perburukan fungsi paru, risiko
fisik bronkitis kronik dan/atau emfisema,
○ menambah rasa percaya diri kecacatan, tidak produktif,
○ meningkatkan ketahanan menurunkan kualitas hidup
tubuh
● Senam Asma Indonesia
○ Yayasan Asma Indonesia Lingkungan Kerja
○ melatih dan menguatkan Bekerja pada lingkungan yang tidak
otot-otot pernapasan, mengandung bahan-bahan pencetus
meningkatkan VO2 maks, asma → polusi udara, asap rokok,
meningkatkan nilai ACT bahan-bahan iritan
Tata laksana
eksaserbasi asma di
ugd
Lini pertama: SABA+ICS dosis tinggi atau SABA+SCS
Pemeriksaan
Anamnesis Pemeriksaan Fisik
Penunjang
• Batuk • Frekuensi napas • -
• Sesak napas dengan 24x/menit,
bunyi ngik ngik • Rhonki disertai mengi
• Riwayat sesak napas pada kedua lapang
berulang dan paru.
mengakui ada riwayat
asma berulang tetapi
tidak mengkonsumsi
obat rutin
hIPONATREMIA
Atas dasar hasil pemeriksaan penunjang Natrium 128 mg/dL.
Hipertensi terkontrol
Atas dasar pemeriksaan fisik tekanan darah 134/75 mmHg dan keterangan pasien riwayat pengobatan
rutin amlodipine 1x10 mg.
Dm T2 terkontrol
Atas dasar anamnesis pasien memiliki riwayat DM tipe 2 terkontrol dengan mengkonsumsi obat
metformin 3x500 mg dan hasil pemeriksaan penunjang GDS 118 mg/dl.
Tata laksana pneumonia
● Pemberian antibiotik segera levofloxacin intravena 1x750 mg selama di Rumah sakit selama 4
hari dan dilanjutkan pemberian PO levofloxacin 1x500 mg selama 3 hari untuk rawat. Hal ini
sesuai dengan pedoman PDPI pneumonia untuk kasus rawat inap non-ICU adalah fluorokuinolon
respirasi (levofloksasin 750 mg, moksifloksasin) atau Beta-laktam ditambah makrolid
● Evaluasi antibiotik dinilai dengan adanya perbaikan klinis dalam 72 jam pertama dan pengobatan
antibiotik diberikan minimal 5 hari dan tidak demam dalam 48-72 jam.
● Terapi suportif terapi oksigen, infus rehidrasi/ koreksi elektrolit dan kalori, mukolitik dan
antipiretik jika diperlukan. Pada kasus ini, sudah sesuai dengan diberikan terapi oksigen O2 NK 2
lpm, IV drip paracetamol 1 gr sebagai antipiretik, PO ambroksol tab 3x1 sebagai mukolitik.
Tatalaksana asma eksaserbasi akut
● Saat pasien di IGD diberikan inhalasi combivent + Pulmicort 1x sebagai pelega, lalu dilanjutkan
terapi inhalasi pengontrol saat rawat inap, yaitu pulmicort per 12 jam. Untuk terapi pulangnya
adalah symbicort 2x1.
● Pada kasus ini diberikan combivent (Kombinasi ipratropium bromide dengan SABA) yang
merupakan terapi awal serangan asma berat atau serangan asma yang kurang respon dengan SABA
saja. Selain itu Pulmicort atau nama lainnya budesonide adalah kortikosteroid inhalasi yang pada
kasus ini digunakan sebagai pelega dan pengontrol serta merupakan terapi pengontrol paling efektif.
Tatalaksana hiponatremia
● Untuk tata laksana hiponatremia sedang (128) yang diberikan pada pasien ini adalah IVFD NaCl 3%
500 cc/ 24 jam sebanyak 1x dan cek ulang elektrolit pasca koreksi. Berdasarkan alur tatalaksana
hiponatremia sedang, terapi yang diberikan infus saline 3% dengan dosis 0,5‒2 mL/kgBB/jam dan
evaluasi serum natrium setiap 2 jam hingga serum natrium mencapai normal
prognosis
Penyakit pneumonia dapat terjadi karena riwayat asma kronis yang merusak jaringan paru sehingga
infeksi lebih mudah terjadi. Peran penyakit komorbid seperti DM tipe 2 dan Hipertensi dapat
mengakibatkan sistem imun melemah sehingga tubuh khususnya paru lebih rentan terkena infeksi.
Untuk hiponatremia sendiri belum ada penyebab yang jelas hubungannya dengan pneumonia, tetapi
diduga sindrom sekresi hormon antidiuretik yang terganggu dianggap memainkan peran penting
terhadap terjadinya pneumonia.