Anda di halaman 1dari 71

CONGESTIVE HEART

FAILURE (CHF)

Dokter Pembimbing:
Dr. Zuhri Dirgantoro, Sp. PD

Disusun Oleh:
Dr. Jacky Shinto
IDENTITAS PASIEN
• Nomor Rekam Medis : 11.62.41
• Nama : Ny. W
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Usia : 43 tahun
• Tanggal Masuk : 25 November 2019
• Jam : 10.45 WIB
• Ruangan : IRNA 2
• Alamat : Jl. Jenderal Sudirman KM. 105, Rungau Raya (Rangau
Raya), Danau Seluluk, Seruyan, Kalimantan Tengah
ANAMNESA
• Keluhan Utama : Sesak nafas sejak 3 hari SMRS

• RPS:

Pasien datang dengan keluhan sesak napas yang dirasakan memberat sejak 3 hari SMRS, sesak terasa
semakin memberat saat beraktivitas, sesak berkurang dengan posisi duduk bersandar, semakin sesak jika posisi
pasien berbaring, sesak tidak di pengaruhi oleh udara dingin. Os tidak dapat melakukan kegiatan sehari-hari
seperti biasa karena merasa cepat lelah, naik 2-3 anak tangga, mandi, berjalan ± 10 meter, os sudah merasa
sesak napas dan jantung terasa berdebar-debar. Os mengatakan tidur pada malam hari menggunakan 2 bantal.
Os juga mengeluhkan batuk, batuk sejak ± 1 bulan ini, batuk berdahak (-), batuk darah (-), demam (-), berat
badan menurun (-), nafsu makan menurun (+), dan os sering terbangun saat malam hari karena batuk.
Keringat dingin (+) dirasakan sejak 1 minggu ini, keringat dingin biasanya sering dirasakan
saat malam hari. Nyeri dada (-). Suara nafas berbunyi (-), Kaki terasa semakin membengkak (+),
BAK (+) Normal, BAB (+) Normal. Riwayat HT (+). Riwayat DM disangkal. Riwayat hepatitis
disangkal.

Riwayat Penyakit Dahulu : Efusi Pleura

Riwayat Penggunaan Obat : Disangkal


PEMERIKSAAN FISIK:

• Keadaan Umum : TSB, Tampak Sesak


• Kesadaran : Compos Mentis; GCS 15 (E4V5M6)

• Tekanan darah : 110/80 mmHg

• HR : 100 x/ menit, reguler

• RR : 30 x/ menit, reguler

• Temperatur : 36,2°C

• SpO₂ : 98 %
Mata:
Konjungtiva pucat (+/+)

Paru Depan: Leher:


I :Simetris statis; Sela iga tidak melebar TVJ = CVP R+4 cmH2O
P: Sulit dinilai
P: Sonor / Sonor Abdomen:
A: Paru kanan : suara dasar bronkovesikuler (+), ronki I : Datar; Caput medusa (-); Kolateral vein (-)
basah halus (+) pada basal paru, wh (-). P: Soepel; Nyeri tekan (+); Nyeri lepas (-)
Paru kiri : suara dasar bronkovesikuler (+), ronki +| +|-
basah halus (+) pada basal paru, wh (-). +| - |-
- | - |-
P: Timpani
Paru Belakang: A: Bising Usus (+) Normal
I :Simetris statis; Sela iga tidak melebar
P: Sulit dinilai Anggota Gerak Bawah Kanan:
P: Sonor / Sonor Edema Tungkai (+); Akral Hangat (+),
A: Paru kanan : suara dasar bronkovesikuler (+), Arteri Dorsali Pedis (+) reguler
ronki basah halus (+) pada basal paru, wh (-).
Paru kiri : suara dasar bronkovesikuler (+), Anggota Gerak Bawah kiri:
ronki basah halus (+) pada basal paru, Edema Tungkai (+); Akral Hangat (+),
wh (-/-),. Arteri Dorsali Pedis (+) reguler
PEMERIKSAAN
LABORATORIUM
DATA PENUNJANG
Laboratorium 25 November Nilai Normal Satuan
2019
Hb 10.4 12.0-16.0 g/dL Eosinofil 1 0-3 g/dL
Leukosit 4.7 3.2-10.0 x 103 uL Basofil 0 0-1 uL
LED 18 < 20 mm/jam Neutrofil 3 2-6 mm/jam
Batang
Trombosit 340 150–400 x 103 uL
Neutrofil 66 50-70 uL
Hct 31 35-45 % Segmen
Eritrosit 3.5 3.8-5.0 uL Limfosit 26 20-40 %
MCV 89 80-100 fL Monosit 4 2-8 uL
MCH 30 28-34 pg
GDS 119 < 140 mg/dL
MCHC 33 32-36 g/dL
Urea 86 10-50 mg/dL
Kreatinin 1.0 < 0.9 mg/dL
EKG
25 NOVEMBER
2019
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
RONTGEN THORAX PA,
25 NOVEMBER 2019
• Cor: tidak valid dinilai
• Trachea di tengah
• Sinus kostofrenikus tumpul kanan dan kiri

Kesimpulan :
Efusi pleura bilateral
Oedem pulmonal
DIAGNOSA KERJA

CHF NYHA IV
Oedem Pulmonal
Efusi Pleura bilateral
Dispepsia
PENATALAKSANAAN

• IVFD RL 10 tpm
• Resp. Nebul Combivent / 8 jam
• Inj. OMZ 40 mg/ 12 jam/ IV
• Inj. Furosemid 40 mg dilanjutkan SP Furosemid 200 mg kec 10 mg/jam (10 amp kec 1cc/jam)
• Ambroxol 3x1
• ISDN 3x5 mg
FOLLOW UP
Tanggal S O A P
Senin, 25 - Sesak nafas (+) , KU: TSB - CHF - IVFD RL 10 gtt/
November berkurang dengan menit
Kes: CM, GCS 15 E4V5M6 - Oedem Pulmonal
2019 posisi bersandar,
TD: 110/80 mmHg - Resp. Nebul
(12.00 WIB) memberat dengan - Efusi Pleura
Combivent / 8 jam
posisi berbaring. HR: 100 x/ menit Bilateral
RR: 30 x/ menit - Inj. OMZ 40 mg/ 12
- Batuk (+), - Dispepsia
jam/ IV
T: 36oC
- Nafsu Makan
SpO2: 98% - Syringe Pump
Menurun (+),
Furosemid 10 amp
- Keringat dingin Kepala: CA +/+ SI -/- (200 mg), kec. 1 cc/
(+) Leher: KGB dan Tiroid dbn jam (10 mg/jam)
- Jantung berdebar Tho: - Ambroxol 3x1
(+) Insp: Simetris - ISDN 3x5 mg
Pal: SF sulit dinilai
Per: Sonor
Aus: Bronkovesikuler (+/+), rh (+/+), wh (-/-)
Cor: BJ I & II reg M (-) G (-)
Tanggal S O A P
Abd:
Insp: Datar, Asites (-)
Pal: Soepel
Nyeri Tekan (+)
+| +|-

+| - |-

- | - |-

Per: Timpani
Aus: BU (+) N
Ekstremitas:
Akral Hangat + | +
+|+
Oedem -|-
+|+
Tanggal S O A P
Selasa, 26 - Sesak nafas (+) , KU: TSS - CHF - IVFD RL 10 gtt/
November berkurang dengan menit
Kes: CM, GCS 15 E4V5M6 - Oedem Pulmonal
2019 posisi bersandar,
TD: 120/80 mmHg - Syringe Pump
(07.30 WIB) memberat dengan - Efusi Pleura
Furosemid 10 amp
posisi berbaring. HR: 60 x/ menit Bilateral
(200 mg), kec. 1 cc/
- Batuk (+), RR: 32 x/ menit - Dispepsia jam (10 mg/jam)
T: 36,2oC (perbaikan)
- Nafsu Makan - Ambroxol 3x1
Menurun (-), SpO2: 99%
- ISDN 3x5 mg
- Keringat dingin Kepala: CA +/+ SI -/-
(-) Leher: KGB dan Tiroid dbn
- Jantung berdebar Tho:
(-) Insp: Simetris
Pal: SF sulit dinilai
Per: Sonor
Aus: Bronkovesikuler (+/+), rh (+/+), wh (-/-)
Cor: BJ I & II reg M (-) G (-)
Tanggal S O A P
Abd:
Insp: Datar, Asites (-)
Pal: Soepel
Nyeri Tekan (-)
- | -|-

- | - |-

- | - |-

Per: Timpani
Aus: BU (+) N
Ekstremitas:
Akral Hangat + | +
+|+
Oedem -|-
+|+
Tanggal S O A P
Rabu, 27 - Sesak nafas (+) , KU: TSS - CHF - IVFD RL 10 gtt/
November berkurang. menit
Kes: CM, GCS 15 E4V5M6 - Oedem Pulmonal
2019
- Batuk (+), TD: 110/80 mmHg - Syringe Pump
(07.15 WIB) - Efusi Pleura
Furosemid 10 amp
HR: 87 x/ menit Bilateral
(200 mg), kec. 1 cc/
RR: 22 x/ menit - Dispepsia jam (10 mg/jam)
T: 36,4oC (perbaikan)
- Ambroxol 3x1
SpO2: 99%
- ISDN 3x5 mg
Kepala: CA +/+ SI -/-
Leher: KGB dan Tiroid dbn
Tho: Plan : BLPL

Insp: Simetris Th Pulang:


Pal: SF sulit dinilai - Furosemid 40 mg 1-
Per: Sonor 1-0-0

Aus: Vesikuler (+/+), rh (+/+), wh (-/-) - ISDN 3x5 mg


Cor: BJ I & II reg M (-) G (-) - Captopril 2x12.5mg
Tanggal S O A P
Abd:
Insp: Datar, Asites (-)
Pal: Soepel
Nyeri Tekan (-)
- | -|-

- | - |-

- | - |-

Per: Timpani
Aus: BU (+) N
Ekstremitas:
Akral Hangat + | +
+|+
Oedem -|-
+|+
CONGESTIVE HEART
FAILURE (CHF)
DEFINISI

Gagal jantung adalah kumpulan gejala yang kompleks dimana seorang pasien
harus memiliki tampilan berupa: Gejala gagal jantung (nafas pendek yang tipikal
saat istrahat atau saat melakukan aktifitas disertai / tidak kelelahan); tanda retensi
cairan (kongesti paru atau edema pergelangan kaki); adanya bukti objektif dari
gangguan struktur atau fungsi jantung saat istrahat.
KLASIFIKASI
ETIOLOGI

• Coronary artery disease → 50 %


• Hipertensi
• Valvular disease
• Cardiomyopathies
• Tiroid disease
FAKTOR RISIKO
• Usia (> 70 tahun) • Atherosclerotic disease

• Jenis kelamin (♂ > ♀ ) • Diabetes

• Genetik • Alkohol

• Ras • Merokok
• Sindrom Metabolik
• Connective tissue disease
• Systemic lupus erythematous (SLE)
• Peripartum cardiomyopathy
• Aritmia
• Obat kemoterapi (Anthracycines (Doxorubicin, Trastuzumab)
• Miokarditis
• Infeksi yang di akibatkan HIV
EPIDEMIOLOGI

Estimasi Penderita Penyakit Gagal


JantungUmur ≥15 Tahun
Menurut Provinsi Tahun 2013
Estimasi Penderita Penyakit
Gagal Jantung ≥15 Tahun
Menurut Kelompok Umur
Tahun 2013
GEJALA DAN
TANDA KLINIS
PATOGENESIS
PATOGENESIS
DIAGNOSIS BANDING

• PPOK
• Asma
• Sirosis
• Sindrom nefrotik
• Insufisiensi vena
• Emboli paru
• ARDS (Adult Respiratory Distress Syndrome)
• Pneumonia
• Overdosis heroin
DIAGNOSIS
Pemeriksaan Penunjang:
• Elektrokardiogram (EKG)
Abnormalitas EKG memiliki nilai prediktif yang kecil dalam mendiagnosis gagal jantung, jika
EKG normal, diagnosis gagal jantung khususnya dengan disfungsi sistolik sangat kecil (< 10%).
• Foto Toraks
Rontgen toraks dapat mendeteksi kardiomegali, kongesti paru, efusi pleura dan dapat
mendeteksi penyakit atau infeksi paru yang menyebabkan atau memperberat sesak nafas.
• Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin pada pasien diduga gagal jantung adalah darah perifer lengkap
(hemo-globin, leukosit, trombosit), elektrolit, kreatinin, laju filtrasi glomerulus (GFR), glukosa, tes
fungsi hati dan urinalisis.
• Peptida Natriuretik
Konsentrasi peptida natriuretik yang normal sebelum pasien diobati mempunyai nilai prediktif
negatif yang tinggi dan membuat kemungkinan gagal jantung sebagai penyebab gejala-gejala yang
dikeluhkan pasien menjadi sangat kecil. Kadar peptida natriuretik yang tetap tinggi walaupun
terapi optimal mengindikasikan prognosis buruk.
• Troponin I atau T
Pemeriksaan troponin dilakukan pada penderita gagal jantung jika gambaran
klinisnya disertai dugaan sindroma koroner akut.
• Ekokardiografi
Semua teknik pencitraan ultrasound jantung termasuk pulsed and continuous wave
Doppler, colour Doppler dan tissue Doppler imaging (TDI). Pengukuran fungsi
ventrikel untuk membedakan antara pasien disfungsi sistolik dengan pasien dengan
fungsi sistolik normal adalah fraksi ejeksi ventrikel kiri (normal > 45 - 50%).
• Ekokardiografi Transesofagus
Direkomendasikan pada pasien dengan ekokardiografi transtorakal tidak adekuat (obesitas,
pasien dengan ventlator), pasien dengan kelainan katup, pasien endokardits, penyakit jantung
bawaan.
• Ekokardiografi Beban
Digunakan untuk mendeteksi disfungsi ventrikel yang disebabkan oleh iskemia dan menilai
viabilitas miokard pada keadaan hipokinesis atau akinesis berat.
PENATALAKSANAAN

Non-Farmakologi
 Pemantauan berat badan mandiri (> 2 kg dalam 3 hari)
 Asupan cairan (1,5-2 L/ hari)
 Pengurangan berat badan (IMT > 30 kg/ m2)
 Latihan fisik
Farmakologi
• Hydralazine dan Isosorbide Dinitrate (H-ISDN)
Dosis awal: hydralazine 12,5 mg dan ISDN 10 mg, 2 - 3 x/hari. Naikan dosis secara titrasi.
Pertimbangkan menaikan dosis secara titrasi setelah 2 – 4 minggu. Jangan naikan dosis jika
terjadi hipotensi simtomatik.
Jika toleransi baik, dosis dititrasi naik sampai dosis target (hydralazine 50 mg dan ISDN 20
mg, 3-4 x/hari)
• Digoksin
Dosis awal: 0,25 mg, 1 x/hari pada pasien dengan fungsi ginjal normal. Pada pasien usia
lanjut dan gangguan fungsi ginjal dosis diturunkan menjadi 0,125 atau 0,0625 mg, 1 x/hari.
Periksa kadar digoksin dalam plasma segera saat terapi kronik. Kadar terapi digoksin
harus antara 0,6 - 1,2 ng/mL.
• Diuretik
• Terapi Alat Non Bedah Pada Gagal Jantung Sistolik
ICD (Implantable cardioverter-defibrillator) dan CRT (Cardiac resynchronization therapy)
merupakan alat yang direkomendasikan pada gagal jantung lanjut ( advanced heart failure )
simtomatik, yang sudah mendapatkan terapi farmakologis gagal jantung secara optimal.
KOMPLIKASI

• Aritmia
Atrial Fibrilasi
Aritmia Ventrikel
• Stroke & Tromboemboli
• Hepatomegali dan gangguan fungsi hepar
• Muscle wasting
• Edem Pulmo
• Kelemahan otot pernapasan
• Hipertensi pulmonal
PROGNOSIS

Jumlah kematian akibat gagal jantung terus meningkat secara stabil di Amerika Serikat.
Kematian selama 5 tahun pertama setelah diagnosis gagal jantung mendekati 50%. Faktor-faktor
yang terkait dengan prognosis yang buruk meliputi peningkatan nitrogen urea darah dan kadar
kreatinin, hiponatremia, hipokalemia, EF yang sangat tertekan, BNP endogen tingkat tinggi,
toleransi olahraga sangat terbatas, dan adanya kontraksi ventrikel prematur multifokal.
• Edukasi pasien CHF saat pulang ?
• Aktivitas dan olahraga apa yang bisa dilakukan oleh pasien?
• Cara membedakan edema paru kariogenik dan non – kardiogenik ?
• Aktifitas seksual untuk pasien CHF?
• Knp terjadi peningkatan ureum dan kreatinin ?
• Pasien sudah memenuuhi kriteria diagnosis CKD (?)

Anda mungkin juga menyukai