Anda di halaman 1dari 42

Hemofilia B

Oleh
dr. Ratu Tria Nandya

DPJP
dr.
RESUME KASUS
IDENTITAS PASIEN

Nama : Sdr. YMM


Usia : 17 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Desa loa raya
Pekerjaan : Pelajar
Tanggal Masuk : 9 juni 2022
Ruangan : Enggang 3

Anamnesis yang dilakukan berupa autoanamnesis


ANAMNESIS

Keluhan Utama
Nyeri tenggorokan dan nyeri menelan

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien mengeluhkan nyeri tenggorokan dan nyeri ketika menelan sejak 2
minggu yang lalu. Demam (+) sejak 2 minggu yang lalu naik turun terus
menerus. Buka mulut terasa susah (+) keluar lendir darah berwarna merah
segar sejak 1 hari yang lalu. Darah segar keluar bersamaan dengan air liur
yang keluar kurang lebih sebanyak setengah gelas aqua. Nyeri telinga
kanan(+) cairan dari telinga (-), penurunan fungsi pendengaran (-), telinga
berdenging (-). sakit tenggorokan sebelumnya (-), batuk pilek (-), sakit gigi (-)
gigi geraham kanan bawah berlubang (+) tidak pernah dibawa ke dokter gigi
sebelumnya. Sempat dibawa ke IGD 3 hari SMRS diberi antibiotic, obat
penurun panas dan obat pereda nyeri.
ANAMNESIS

Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat Penyakit Keluarga


- Keluhan serupa (-) - Keluhan serupa (-)
- Riwayat op pasang arch bar dan plating (+) - Penyakit jantung (-)
- Penyakit jantung (-) - hipertensi (-)
- hipertensi (-)
- Penyakit hati (-)
- Diabetes Mellitus (-)
- Diabetes Mellitus (-)
- Asma (-)
- Asma (-)
- Alergi (-)
- Alergi (-)
ANAMNESIS

Riwayat Pengobatan Riwayat Lifestyle

Konsumsi antibiotic, antipiretik Riwayat merokok (+) selama 2


dan analgetik dari IGD tahun, 4 batang/hari.
PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : tampak sakit sedang


Kesadaran : compos mentis, GCS E4V5M6
Tanda – Tanda Vital
- Tekanan darah : 120/80 mmHg
- Frekuensi nadi : 82x/menit
- Frekuensi napas : 20x/menit
- Suhu : 36.2 C
Berat Badan : 52 kg
Tinggi Badan : 165 cm
Indeks Massa Tubuh : 19.1 (Normal)
STATUS GENERALIS

Kepala • Mulut
 Bentuk : Normocephali  Trismus (+), foetor ex ore (+), Hot potato
 Mata : voice (+)
 Karies dentis pada gigi geraham bawah
 Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-) kanan
 pupil isokor 3mm/3mm, refleks cahaya (+/+)
: • Leher
 Hidung  Pembesaran KGB dextra(+)
:
 Nafas cuping hidung (-/-) , sekret (-)  Massa (-), Nodul (-)
• Telinga
• Hiperemis (-), cairan (-), penurunan
pendengaran (-)
THORAKS

Pulmo Cor
• Inspeksi: • Inspeksi :
• Gerakan simetris, retraksi intercostal (-) • Ictus cordis tidak tampak
• Palpasi: • Palpasi :
• Tactile vocal fremitus simetris • Ictus cordis tidak teraba
• pergerakan dinding dada simetris • Perkusi :
• Perkusi: Kanan : ICS IV parasternal dextra
• Sonor di seluruh lapang paru Kiri : ICS V midclavicula sinistra
• Auskultasi: • Auskultasi:
• Vesikuler (+/+) , Rhonki (-/-) , Wheezing (-/-) • S1S2 reguler , murmur (-) , gallop (-)
ABDOMEN DAN EKSTREMITAS

• Abdomen
• Inspeksi : Bentuk normal , simetris , datar
• Auskultasi : Bising Usus (+) kesan normal
• Palpasi : Supel , Nyeri tekan (-), organomegali (-)
• Perkusi : Timpani di seluruh lapang abdomen

• Ekstremitas
• Superior : Akral hangat , CRT <2 detik, edema (-)
• Inferior : Akral hangat , CRT <2 detik, edema (-)
STATUS LOKALIS

Tampak oedem pada peritonsil


dextra yang mendesak uvula ke
sisi kontralateral, menonjol ke
bagian depan (+) hiperemis (+),
nyeri (+). Tonsil T4/T1, Kripta
kanan melebar, detritus kanan (+),
terdapat perlengketan pada tonsil
dextra, daerah tersebut
berfluktuasi.
XRAY
THORAKS
(09/6/22)
Cor : CTR <50%

Bentuk dan letak jantung normal

Pulmo : Corakan bronchovasculer tampak


normal
Tak Tampak bercak pada kedua lapangan paru
Hemidiafragma kanan setinggi costae 10
posterior
Sinus kostofrenikus kanan kiri lancip

Kesan:

Cor tak membesar

Pulmo tak tampak infiltrat


Jenis Pemeriksaanc Hasil Satuan Nilai Normal
Masa Pembekuan / CT 4’30’’ Menit 1–6
Masa Perdarahan / BT 2’0’’ Menit 1–3
Hemoglobin 15.1 Gr/100ml 13 – 16
Hematokrit 44 Vol % 40 – 48
Leukosit 22.200 /mm3 5.000 - 10.000
Granulosit 89.8 % 50 – 70
Limfosit 5.0 % 20 – 40
Monosit 5.2 % 2–8
LABORATORIU Thrombosit 423.000 /mm3 150.000 - 450.000
M (09/06/22) GDS 82 Mg/dl 60 – 150
Albumin 3.4 g/dl 3.5 – 5.2
Ureum 23 Mg/dl 17 – 43
Creatinin 0.9 Mg/dl 0.7 – 1.2
Natrium 134 Mmol/L 135 – 155
Kalium 4.0 Mmol/L 3.4 – 5.3
Chlorida 102 Mmol/L 98 – 106
HBSAG NEGATIF (-) -
DIAGNOSIS KERJA

ABSES QUINSY DEXTRA


PENATALAKSANAA
N

PRE-OP POST-OP
• IVFD RL 20 tpm • IVFD RL 20 tpm
• Inj Ceftriaxone 2x1 gr • Inj Ceftriaxone 2x1 gr
• Inf Metronidazole 3x500 mg • Inf Paracetamol 3x500mg
• Inj Dexamethasone 3x1 Amp • Sucralfat Syrup 3xC I
• Inj Ketorolac 2x1 Amp
• Pro Tonsilektomi
FOLLOW UP
09/6/22 10/6/22 11/6/22
S Nyeri pada leher bagian dalam sebelah kanan (+) Nyeri pada leher bagian dalam sebelah kanan (+) Nyeri pada leher bagian dalam sebelah kanan (+)
sulit membuka mulut, nyeri menelan dan nyeri sulit membuka mulut, nyeri menelan dan nyeri sulit membuka mulut, nyeri menelan dan nyeri
tenggorokan. Nyeri telinga kanan (+) tenggorokan. Nyeri telinga kanan (+) tenggorokan. Nyeri telinga kanan (+)
O TD : 120/80 TD : 120/80 TD : 120/80
N : 86x/m N : 84x/m N : 85x/m
R : 20x/m R : 20x/m R : 20x/m
T : 36.5 C T : 36.3 C T : 36.6 C
SpO2 : 99% on RA SpO2 : 99% on RA SpO2 : 99% on RA
K/L : pembesaran KGB dextra (+), trismus (+), K/L : pembesaran KGB dextra (+), trismus (+), K/L : pembesaran KGB dextra (+), trismus (+),
odinofagia (+), disfagia (+), otalgia (+), odinofagia (+), disfagia (+), otalgia (+), odinofagia (+), disfagia (+), otalgia (+),
hipersalivasi (+), hot potato voice (+). hipersalivasi (+), hot potato voice (+). hipersalivasi (+), hot potato voice (+).
Status Lokalis : Status Lokalis : Status Lokalis :
Tampak oedem pada peritonsil dextra yang Tampak oedem pada peritonsil dextra yang Tampak oedem pada peritonsil dextra yang
mendesak uvula ke sisi kontralateral, menonjol mendesak uvula ke sisi kontralateral, menonjol ke mendesak uvula ke sisi kontralateral, menonjol
ke bagian depan (+) hiperemis (+), Tonsil T4/T1, bagian depan (+) hiperemis (+), nyeri (+). Tonsil ke bagian depan (+) hiperemis (+), nyeri (+).
Kripta kanan melebar, Detritus kanan (+), T4/T1, Kripta kanan melebar, Detritus kanan (+), Tonsil T4/T1, Kripta kanan melebar, Detritus
terdapat perlengketan pada tonsil dextra, daerah terdapat perlengketan pada tonsil dextra, daerah kanan (+), terdapat perlengketan pada tonsil
tersebut berfluktuasi. tersebut berfluktuasi. dextra, daerah tersebut berfluktuasi.

A Abses quincy dextra Abses quincy dextra Abses quincy dextra


P • IVFD RL 20 tpm • IVFD RL 20 tpm • IVFD RL 20 tpm
• Inj Ceftriaxone 2x1 gr • Inj Ceftriaxone 2x1 gr • Inj Ceftriaxone 2x1 gr
• Inf Metronidazole 3x500 mg • Inf Metronidazole 3x500 mg • Inf Metronidazole 3x500 mg
• Inj Dexamethasone 3x1 Amp • Inj Dexamethasone 3x1 Amp • Inj Dexamethasone 3x1 Amp
• Inj Ketorolac 2x1 Amp • Inj Ketorolac 2x1 Amp • Inj Ketorolac 2x1 Amp
• Pro Tonsilektomi • Pro Tonsilektomi • Pro Tonsilektomi
12/6/22 13/6/22 14/6/22
S Nyeri pada leher bagian dalam sebelah kanan (+) sulit Nyeri pada leher bagian dalam sebelah kanan (+) sulit Nyeri pada tenggorokan pasca
membuka mulut, nyeri menelan dan nyeri tenggorokan. membuka mulut, nyeri menelan dan nyeri operasi (+)
Nyeri telinga kanan (+) tenggorokan. Nyeri telinga kanan (+)

O TD : 120/80 TD : 120/80 TD : 110/80


N : 86x/m N : 86x/m N : 90x/m
R : 20x/m R : 20x/m R : 20x/m
T : 36.5 C T : 36.5 C T : 36.3 C
SpO2 : 99% on RA SpO2 : 99% on RA SpO2 : 99% on RA
K/L : pembesaran KGB dextra (+), trismus (+), odinofagia K/L : pembesaran KGB dextra (+), trismus (+),
(+), disfagia (+), otalgia (+), hipersalivasi (+), hot potato odinofagia (+), disfagia (+), otalgia (+), hipersalivasi
voice (+). (+), hot potato voice (+).
Status Lokalis : Status Lokalis :
Tampak oedem pada peritonsil dextra yang mendesak uvula Tampak oedem pada peritonsil dextra yang mendesak
ke sisi kontralateral, menonjol ke bagian depan (+) uvula ke sisi kontralateral, menonjol ke bagian depan
hiperemis (+), Tonsil T4/T1, Kripta kanan melebar, Detritus (+) hiperemis (+), Tonsil T4/T1, Kripta kanan
kanan (+), terdapat perlengketan pada tonsil dextra, daerah melebar, Detritus kanan (+), terdapat perlengketan
tersebut berfluktuasi. pada tonsil dextra, daerah tersebut berfluktuasi.

A Abses quincy dextra Abses quincy dextra Post tonsilektomi H1 ec Abses


quincy dextra
P • IVFD RL 20 tpm • IVFD RL 20 tpm • IVFD RL 20 tpm
• Inj Ceftriaxone 2x1 gr • Inj Ceftriaxone 2x1 gr • Inj Ceftriaxone 2x1 gr
• Inf Metronidazole 3x500 mg • Inf Metronidazole 3x500 mg • Inf Paracetamol 3x500mg
• Inj Dexamethasone 3x1 Amp • Inj Dexamethasone 3x1 Amp • Sucralfat Syrup 3xC I
• Inj Ketorolac 2x1 Amp • Inj Ketorolac 2x1 Amp
• Pro Tonsilektomi • Pro Tonsilektomi
15/6/22 16/6/22 17/6/22
S Nyeri pada tenggorokan pasca operasi (+) Nyeri pada tenggorokan pasca operasi Nyeri pada tenggorokan pasca operasi
berkurang berkurang
O TD : 120/80 TD : 120/80 TD : 120/80
N : 87x/m N : 85x/m N : 88x/m
R : 20x/m R : 20x/m R : 20x/m
T : 36.6 C T : 36.5 C T : 36.3 C
SpO2 : 99% on RA SpO2 : 99% on RA SpO2 : 99% on RA

A Post tonsilektomi H2 ec Abses quincy dextra Post tonsilektomi H3 ec Abses quincy dextra Post tonsilektomi H4 ec Abses quincy dextra
P • IVFD RL 20 tpm • IVFD RL 20 tpm • IVFD RL 20 tpm
• Inj Ceftriaxone 2x1 gr • Inj Ceftriaxone 2x1 gr • Inj Ceftriaxone 2x1 gr
• Inf Paracetamol 3x500mg • Inf Paracetamol 3x500mg • Inf Paracetamol 3x500mg
• Sucralfat Syrup 3xC I • Sucralfat Syrup 3xC I • Sucralfat Syrup 3xC I

18/6/22
S Nyeri pada tenggorokan pasca operasi berkurang

O TD : 110/80
N : 90x/m
R : 20x/m
T : 36.3 C
SpO2 : 99% on RA

A Post tonsilektomi H5 ec Abses quincy dextra


P • IVFD RL 20 tpm
• Inj Ceftriaxone 2x1 gr
• Inf Paracetamol 3x500mg
• Sucralfat Syrup 3xC I
TINJAUAN PUSTAKA
PENDAHULUAN

Abses peritonsil adalah salah satu dari abses leher dalam yang paling sering ditemukan.
Abses leher dalam terbentuk di dalam ruang potensial di antara fasia leher dalam
sebagai akibat penjalaran infeksi dari berbagai sumber seperti gigi, mulut, tenggorok
dan sekitarnya.

Pada abses peritonsil ditemukan kumpulan pus yang berlokasi antara kapsul fibrosa tonsil palatina
(biasanya di pul atas) dan otot konstriktor faringeal superior. Daerah ini terdiri atas jaringan ikat
longgar, infeksi dapat menjalar dengan cepat membentuk cairan yang purulen. Inflamasi yang
progresif dapat meluas secara langsung ke arah palatum mole dan pada dinding lateral faring.
ANATOMI
 Tonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh  jaringan
ikat dengan kriptus di dalamnya. Terdapat tiga macam tonsil yaitu tonsil faringeal
(adenoid), tonsil palatina, dan tonsil lingual yang ketiga-tiganya membentuk
lingkaran yang disebut cincin Waldeyer.
Fisiologi Tonsil

Peran imunitas tonsil  pertahanan primer


untuk menginduksi sekresi bahan imun dan
mengatur produksi dari imunoglobulin
sekretoris.

Tonsil memegang peranan dalam


menghasilkan IgA, yang menyebabkan
jaringan-jaringan local resisten terhadap
organisme pathogen.
EPIDEMIOLOGI

20-40 LAKI-LAKI : PEREMPUAN


tahun 1 : 1

penelitian di seluruh
Di Amerika Serikat sekitar 30 kasus
dunia dilaporkan
per 100.000 orang per tahun, dan
insidens abses
menunjukkan sekitar 45.000 kasus
peritonsil
baru setiap tahun
ditemukan 10 -37
per 100.000 orang.
ETIOLOG
I
Streptococcus B-Hemoliticus Grup A

Aerobic Anaerobic Dilaporkan bahwa penyakit gigi dapat


memegang peranan dalam etiologi abses
Streptococcus pyogenes Fusobacterium peritonisl. Fried dan Forest menemukan
27% adanya riwayat infeksi gigi. Abses
Staphylococcus aureus Peptostreptococcus peritonsil mengalami peningkatan pada
penyakit periodontal dibandingkan
Haemophilus influenza Prevotella tonsilitis rekuren.
Neisseria species Bacteroides
PATOFISIOLOGI
komplikasi tonsillitis
akut  Abses peritonsil

Bila proses terus berlanjut,


peradangan jaringan di sekitarnya Infeksi  kapsul tonsil 
akan menyebabkan iritasi pada m. peritonsilitis  pembentukan
pterigoid interna, sehingga timbul nanah
trismus.

Daerah superior dan lateral fosa


tonsilaris merupakan jaringan ikat
Pembengkakan peritonsil akan
longgar, oleh karena itu infiltrasi
mendorong tonsil ke tengah, depan,
supurasi ke ruang potensial peritonsil
bawah, dan uvula bengkak terdorong
tersering menempati daerah ini,
ke sisi kontra lateral.
sehingga tampak palatum mole
stadium infiltrate  membengkak.
pembengkakan, permukaan
hiperemis  supurasi  lebih
lunak dan berwarna kekuning-
kuningan.
kelenjar Weber
Mengeluarkan cairan ludah ke dalam kripta kripta tonsil,

membantu untuk menghancurkan sisa-sisa makanan dan debris yang terperangkap di dalamnya

dievakuasi dan dicerna

infeksi berulang  sumbatan terhadap sekresi kelenjar Weber yang mengakibatkan terjadinya
pembesaran kelenjar.

Jika tidak diobati secara maksimal, akan terjadi infeksi berulang selulitis peritonsil atau infeksi
kronis pada kelenjar Weber dan sistem saluran kelenjar tersebut akan membentuk pus sehingga
menyebabkan terjadinya abses
GEJALA KLINIS

• Odinofagia
• Hot Potato Voice
GEJAL • Otalgia
• Regurgitasi
A • Foeter ex Ore
KLINIS •

Hipersalivasi
Trismus
DIAGNOSIS

1. Diagnosis dibuat berdasarkan riwayat penyakit, gejala klinis, dan pemeriksaan fisik.

2. “gold standar” untuk mendiagnosis abses peritonsil adalah insisi dan drainase  kultur dan resistensi test.

3. Pada pemeriksaan penunjang dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium seperti darah lengkap, terutama adanya
leukositosis sangat membantu diagnosis.

4. pemeriksaan CT scan pada tonsil dapat terlihat daerah yang hipodens, yang menandakan adanya cairan pada tonsil
yang terkena, di samping itu juga dapat dilihat pembesaran yang asimetris pada tonsil.

5. ultrasonografi telah dikenal dapat mendiagnosis abses peritonsil secara spesifik dan mungkin dapat digunakan
sebagai alternatif pemeriksaan. Mayoritas kasus yang diperiksa menampakkan gambaran cincin isoechoic dengan
gambaran sentral hypoechoic.
Aspirasi
jarum
KOMPLIKASI

1. Abses pecah
aspirasi paru
spontan

Perjalanan Penjalaran ke
Abses
infeksi dan mediastinum
2. abses ke daerah Parafaring mediastinitis
parafaring

Bila terjadi penjalaran Trombosis sinus cavernosus,


3. ke daerah intracranial meningitis dan abses otak.
DIAGNOSIS BANDING

Tumor tonsil unilateral


Tumor pada kelenjar parotis yang menyebabkan pergeseran tonsil dan
pembengkakan parafaring
PENATALAKSANAAN

1. Medikamentosa
• Antibiotika sebaiknya diberikan sesuai dengan hasil kultur
dan diberikan secara iv karena efektivitasnya lebih baik
daripada peroral.

2. Drainase
• Jika terbentuk abses, memerlukan pembedahan drainase,
baik dengan teknik aspirasi jarum atau dengan teknik insisi
dan drainase.

3. Tonsillectomy
Waktu pelaksanaan tonsilektomi

 1. Tonsilektomi a chaud: dilakukan segera / bersamaan dengan drainase


abses.
 2. Tonsilektomi a tiede : dilakukan 3-4 hari setelah insisi dan drainase.
 3. Tonsilektomi a froid : dilakukan 4-6 minggu setelah drainase
Keuntungan tonsilektomi

 1. Penanganan penderita dilakukan dalam satu tahap pada saat sakit.


 2. Memberikan drainase pus yang lengkap.
 3. Mengurangi kesulitan tonsilektomi selang waktu yang kadang-kadang timbul.
 4. Mengurangi waktu perawatan (bila penderita dirawat inap di rumah sakit)
 5. Mengurangi rasa sakit dengan segera dan menghilangkan perasaan tidak enak
mengalami prosedur yang lain (insisi dan drainase).
Kerugian tonsilektomi

 1. Dapat terjadinya perdarahan pada saat tindakan tonsilektomi.


 2. Dapat terjadi trombosis sinus kavernosus, aspirasi paru, dan meningitis.
Indikasi tonsilektomi

 Abses peritonsil yang tidak dapat diinsisi dan drainase karena trismus atau abses yang
berlokasi di kutub bawah.
 Abses peritonsil yang berulang
 Abses peritonsil yang meluas dari hipofaring ke daerah parafaring, dengan resiko
meluas ke daerah leher dalam.
 Penderita dengan DM (Diabetes Melitus) yang memerlukan toleransi terhadap terapi
berbagai antibiotika.
 Penderita diatas 50 tahun dengan tonsil-tonsil yang melekat, karena abses akan sangat
mudah meluas ke daerah leher dalam.
PROGNOSIS

Pemberian antibiotik yang adekuat dan


drainase abses merupakan penanganan
yang kebanyakan hasilnya baik, dalam
beberapa hari terjadi penyembuhan.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai