Oleh
dr. Ratu Tria Nandya
DPJP
dr.
RESUME KASUS
IDENTITAS PASIEN
Keluhan Utama
Nyeri tenggorokan dan nyeri menelan
Kepala • Mulut
Bentuk : Normocephali Trismus (+), foetor ex ore (+), Hot potato
Mata : voice (+)
Karies dentis pada gigi geraham bawah
Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-) kanan
pupil isokor 3mm/3mm, refleks cahaya (+/+)
: • Leher
Hidung Pembesaran KGB dextra(+)
:
Nafas cuping hidung (-/-) , sekret (-) Massa (-), Nodul (-)
• Telinga
• Hiperemis (-), cairan (-), penurunan
pendengaran (-)
THORAKS
Pulmo Cor
• Inspeksi: • Inspeksi :
• Gerakan simetris, retraksi intercostal (-) • Ictus cordis tidak tampak
• Palpasi: • Palpasi :
• Tactile vocal fremitus simetris • Ictus cordis tidak teraba
• pergerakan dinding dada simetris • Perkusi :
• Perkusi: Kanan : ICS IV parasternal dextra
• Sonor di seluruh lapang paru Kiri : ICS V midclavicula sinistra
• Auskultasi: • Auskultasi:
• Vesikuler (+/+) , Rhonki (-/-) , Wheezing (-/-) • S1S2 reguler , murmur (-) , gallop (-)
ABDOMEN DAN EKSTREMITAS
• Abdomen
• Inspeksi : Bentuk normal , simetris , datar
• Auskultasi : Bising Usus (+) kesan normal
• Palpasi : Supel , Nyeri tekan (-), organomegali (-)
• Perkusi : Timpani di seluruh lapang abdomen
• Ekstremitas
• Superior : Akral hangat , CRT <2 detik, edema (-)
• Inferior : Akral hangat , CRT <2 detik, edema (-)
STATUS LOKALIS
Kesan:
PRE-OP POST-OP
• IVFD RL 20 tpm • IVFD RL 20 tpm
• Inj Ceftriaxone 2x1 gr • Inj Ceftriaxone 2x1 gr
• Inf Metronidazole 3x500 mg • Inf Paracetamol 3x500mg
• Inj Dexamethasone 3x1 Amp • Sucralfat Syrup 3xC I
• Inj Ketorolac 2x1 Amp
• Pro Tonsilektomi
FOLLOW UP
09/6/22 10/6/22 11/6/22
S Nyeri pada leher bagian dalam sebelah kanan (+) Nyeri pada leher bagian dalam sebelah kanan (+) Nyeri pada leher bagian dalam sebelah kanan (+)
sulit membuka mulut, nyeri menelan dan nyeri sulit membuka mulut, nyeri menelan dan nyeri sulit membuka mulut, nyeri menelan dan nyeri
tenggorokan. Nyeri telinga kanan (+) tenggorokan. Nyeri telinga kanan (+) tenggorokan. Nyeri telinga kanan (+)
O TD : 120/80 TD : 120/80 TD : 120/80
N : 86x/m N : 84x/m N : 85x/m
R : 20x/m R : 20x/m R : 20x/m
T : 36.5 C T : 36.3 C T : 36.6 C
SpO2 : 99% on RA SpO2 : 99% on RA SpO2 : 99% on RA
K/L : pembesaran KGB dextra (+), trismus (+), K/L : pembesaran KGB dextra (+), trismus (+), K/L : pembesaran KGB dextra (+), trismus (+),
odinofagia (+), disfagia (+), otalgia (+), odinofagia (+), disfagia (+), otalgia (+), odinofagia (+), disfagia (+), otalgia (+),
hipersalivasi (+), hot potato voice (+). hipersalivasi (+), hot potato voice (+). hipersalivasi (+), hot potato voice (+).
Status Lokalis : Status Lokalis : Status Lokalis :
Tampak oedem pada peritonsil dextra yang Tampak oedem pada peritonsil dextra yang Tampak oedem pada peritonsil dextra yang
mendesak uvula ke sisi kontralateral, menonjol mendesak uvula ke sisi kontralateral, menonjol ke mendesak uvula ke sisi kontralateral, menonjol
ke bagian depan (+) hiperemis (+), Tonsil T4/T1, bagian depan (+) hiperemis (+), nyeri (+). Tonsil ke bagian depan (+) hiperemis (+), nyeri (+).
Kripta kanan melebar, Detritus kanan (+), T4/T1, Kripta kanan melebar, Detritus kanan (+), Tonsil T4/T1, Kripta kanan melebar, Detritus
terdapat perlengketan pada tonsil dextra, daerah terdapat perlengketan pada tonsil dextra, daerah kanan (+), terdapat perlengketan pada tonsil
tersebut berfluktuasi. tersebut berfluktuasi. dextra, daerah tersebut berfluktuasi.
A Post tonsilektomi H2 ec Abses quincy dextra Post tonsilektomi H3 ec Abses quincy dextra Post tonsilektomi H4 ec Abses quincy dextra
P • IVFD RL 20 tpm • IVFD RL 20 tpm • IVFD RL 20 tpm
• Inj Ceftriaxone 2x1 gr • Inj Ceftriaxone 2x1 gr • Inj Ceftriaxone 2x1 gr
• Inf Paracetamol 3x500mg • Inf Paracetamol 3x500mg • Inf Paracetamol 3x500mg
• Sucralfat Syrup 3xC I • Sucralfat Syrup 3xC I • Sucralfat Syrup 3xC I
18/6/22
S Nyeri pada tenggorokan pasca operasi berkurang
O TD : 110/80
N : 90x/m
R : 20x/m
T : 36.3 C
SpO2 : 99% on RA
Abses peritonsil adalah salah satu dari abses leher dalam yang paling sering ditemukan.
Abses leher dalam terbentuk di dalam ruang potensial di antara fasia leher dalam
sebagai akibat penjalaran infeksi dari berbagai sumber seperti gigi, mulut, tenggorok
dan sekitarnya.
Pada abses peritonsil ditemukan kumpulan pus yang berlokasi antara kapsul fibrosa tonsil palatina
(biasanya di pul atas) dan otot konstriktor faringeal superior. Daerah ini terdiri atas jaringan ikat
longgar, infeksi dapat menjalar dengan cepat membentuk cairan yang purulen. Inflamasi yang
progresif dapat meluas secara langsung ke arah palatum mole dan pada dinding lateral faring.
ANATOMI
Tonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan
ikat dengan kriptus di dalamnya. Terdapat tiga macam tonsil yaitu tonsil faringeal
(adenoid), tonsil palatina, dan tonsil lingual yang ketiga-tiganya membentuk
lingkaran yang disebut cincin Waldeyer.
Fisiologi Tonsil
penelitian di seluruh
Di Amerika Serikat sekitar 30 kasus
dunia dilaporkan
per 100.000 orang per tahun, dan
insidens abses
menunjukkan sekitar 45.000 kasus
peritonsil
baru setiap tahun
ditemukan 10 -37
per 100.000 orang.
ETIOLOG
I
Streptococcus B-Hemoliticus Grup A
membantu untuk menghancurkan sisa-sisa makanan dan debris yang terperangkap di dalamnya
infeksi berulang sumbatan terhadap sekresi kelenjar Weber yang mengakibatkan terjadinya
pembesaran kelenjar.
Jika tidak diobati secara maksimal, akan terjadi infeksi berulang selulitis peritonsil atau infeksi
kronis pada kelenjar Weber dan sistem saluran kelenjar tersebut akan membentuk pus sehingga
menyebabkan terjadinya abses
GEJALA KLINIS
• Odinofagia
• Hot Potato Voice
GEJAL • Otalgia
• Regurgitasi
A • Foeter ex Ore
KLINIS •
•
Hipersalivasi
Trismus
DIAGNOSIS
1. Diagnosis dibuat berdasarkan riwayat penyakit, gejala klinis, dan pemeriksaan fisik.
2. “gold standar” untuk mendiagnosis abses peritonsil adalah insisi dan drainase kultur dan resistensi test.
3. Pada pemeriksaan penunjang dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium seperti darah lengkap, terutama adanya
leukositosis sangat membantu diagnosis.
4. pemeriksaan CT scan pada tonsil dapat terlihat daerah yang hipodens, yang menandakan adanya cairan pada tonsil
yang terkena, di samping itu juga dapat dilihat pembesaran yang asimetris pada tonsil.
5. ultrasonografi telah dikenal dapat mendiagnosis abses peritonsil secara spesifik dan mungkin dapat digunakan
sebagai alternatif pemeriksaan. Mayoritas kasus yang diperiksa menampakkan gambaran cincin isoechoic dengan
gambaran sentral hypoechoic.
Aspirasi
jarum
KOMPLIKASI
1. Abses pecah
aspirasi paru
spontan
Perjalanan Penjalaran ke
Abses
infeksi dan mediastinum
2. abses ke daerah Parafaring mediastinitis
parafaring
1. Medikamentosa
• Antibiotika sebaiknya diberikan sesuai dengan hasil kultur
dan diberikan secara iv karena efektivitasnya lebih baik
daripada peroral.
2. Drainase
• Jika terbentuk abses, memerlukan pembedahan drainase,
baik dengan teknik aspirasi jarum atau dengan teknik insisi
dan drainase.
3. Tonsillectomy
Waktu pelaksanaan tonsilektomi
Abses peritonsil yang tidak dapat diinsisi dan drainase karena trismus atau abses yang
berlokasi di kutub bawah.
Abses peritonsil yang berulang
Abses peritonsil yang meluas dari hipofaring ke daerah parafaring, dengan resiko
meluas ke daerah leher dalam.
Penderita dengan DM (Diabetes Melitus) yang memerlukan toleransi terhadap terapi
berbagai antibiotika.
Penderita diatas 50 tahun dengan tonsil-tonsil yang melekat, karena abses akan sangat
mudah meluas ke daerah leher dalam.
PROGNOSIS