Anda di halaman 1dari 67

Hemoptisis ec TB Paru Relaps

Elsy oktamulyanisa
20174039
Ryan yunandar
20174052
 
Pembimbing :
dr. Nurfitriani, Sp.P

Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama/


RSUD MEURAXA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi pada parenkim


paru yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
tuberculosis. Sumber penularan penyakit ini adalah pasien
tuberkulosis BTA positif.

• Indonesia merupakan negara dengan peringkat ketiga


setelah India dan Cina dalam kasus TBC paru, ditunjukkan
dari dua per tiga jumlah kasus TBC di dunia diduduki
delapan negara, diantaranya India 27%, Cina 9%, Indonesia
8%, Filipina 6%, Pakistan 5%, Nigeria dan Bangladesh
masing-masing 4% dan Afrika Selatan 3% .

Sumber : Kristini TD, Hamidah R, Masyarakat FK, Semarang UM, Kesehatan D, Jawa P, et al. Potensi Penularan Tuberculosis Paru
pada Anggota Keluarga Penderita. Indones J Public Heal. 2020;15(1):24–8 .
Batuk darah / hemoptisis adalah suatu keadaan
yang dialami oleh seseorang ketika batuk, darah
tersebut biasanya berasal dari paru-paru akibat
infeksi atau batuk yang berkepanjangan.
Sedangkan darah yang bewarna gelap dan
disertai noda hitam seperti bubuk kopi biasanya
berasal dari saluran pencernaan.
BAB II
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn.IM
Umur/tgl Lahir : 30 tahun/9-11-1991
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Medan,deli Serdang
Agama : Islam
No RM : 144944
Tanggal Pemeriksaan : 11-04-2021
ANAMNESA
Keluhan Utama
- Batuk berdarah

Keluhan Tambahan

- Batuk, nyeri dada dan demam


Riwayat Penyakit sekarang

Pasien datang ke poli paru RSUD Meuraxa dengan keluhan


batuk darahbatuk dirasakan ± sejak 2 minggu SMRS. Frekuensi
Batuk dirasakan ˃10x dalam sehari, Batuk sering Dirasakan
pada malam hari. Batuk bewarna darah segar (+).
2 hari di RS batuk berubah menjadi plak-plak kecoklatan. batuk
sudah dirasakan sejak 2 bulan yang lalu dan memberat dalam 2
minggu ini,
demam juga dirasakan oleh pasien naik turun dan tidak terlalu
tinggi. Pasien mengalami penurunan berat badan (+) dalam satu
tahun ini sekitar 5 kg,
Disertai nafsu makan menurun (+) pasien mengatakan
sering berkeringat pada malam hari (+) walaupun tanpa
melakukan aktifitas fisik, BAB dan BAK tidak ada keluhan
Riwayat transfusi dan penggunaan jarum suntik
disangkal,mual muntah (-) riwayat trauma dada (-),
pasien mengaku sebagai perokok aktif dan
menghabiskan rokok 16 batang/hari selama 20 tahun
dan riwayat konsumsi obat OAT selama 6 bulan tuntas.
Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien memiliki riwayat TB paru sejak tahun 2020 lalu. Riwayat DM


disangkal, hipertensi disangkal, penyakit jantung disangkal, tuberkulosis
paru disangkal dan penyakit ginjal disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat penyakit yang sama/berkaitan dalam


keluarga disangkal.riwayat diabetes melitus dan
Hipertensi disangkal.
Riwayat Penggunaan
obat
-Riwayat konsumsi obat anti tuberculosis tuntas selama 6 bulan.

Riwayat Alergi
- Disangkal
Riwayat kebiasaan
sosial
 Pasien seorang perokok aktif, sekitar 16 batang per hari selama
20 tahun terakhir dan sudah berhenti sejak 5 bulan terakhir.
 Riwayat mengkonsumsi alkohol disangkal
 Pasien sangat jarang melakukan aktivitas terutama berolahraga
Keadaan Umum

Keadaan umum : Baik


Kesadaran : Compos Mentis
BB : 75 Kg (di IGD)
TB : 168 cm
IMT : 26,6 (Berat badan lebih)
Tanda-tanda Vital

Tekanan Darah : 140/80 mmHg


Nadi : 120 kali/ menit
Pernapasan : 20 kali/ menit
Suhu : 37,2 ̊ C
Status Generalisata

Kepala : Normocephali
Rambut : hitam,tidak mudah rontok
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Telinga : Normotia (+/+), nyeri tekan tragus (-/-)
Hidung : Deviasi septum (-), skret (-), konka hiperemis (-)
Mulut :Bibir sianosis (-),atropi papila lidah (-), gigi Karies (-),gigi
palsu(-) Hiperemis pharing (-), pembesaran tonsil (-).
Leher
Trakea : Deviasi trakea (-)
JVP : Dalam Batas Normal
KGB : Pembesaran (-), jejas (-)
Toraks

Paru depan
Inspeksi : simetris statis dan dinamis, kelainan bentuk dinding dada(-), jejas (-)
Palpasi : tidak ada massa atau benjolan (-), Stem fremitus kanan sama dengan kiri
Perkusi : Sonor seluruh lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+), ronki basah kasar di lobus superior (+/-),
Wheezing (-/-)

Paru Belakang
Inspeksi : Normochest (+), pergerakan dada simetris (+/+), jejas
(-/-), kelainan bentuk tulang belakang (-/-)
Palpasi : Stem fremitus taktil kanan sama dengan kiri
Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+), ronki basah kasar di lobus superior (+/-),
Wheezing (-/-)
 
 
Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus cordis teraba pada 2 jari lateral ICS V linea
midclavicularis
Perkusi : Batas Jantung tidak lateralisasi
Auskultasi : BJ 1 BJ ll reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen
Inspeksi : Datar (+), distensi (-), jejas (-), scar (-)
Auskultasi : Bising Usus (+) normal.
Perkusi : Timpani (+)
Palpasi : Soepel (+), nyeri tekan (-), hepar dan lien normal tidak teraba
Ektremitas Superior
Edema : Tidak ditemukan
Clubbing finger : Tidak ditemukan
Sianosis : Tidak ditemukan
Akral : Akral hangat
 
Inferior
Edema : Tidak ditemukan
Clubbing finger : Tidak ditemukan
Sianosis : Tidak ditemukan
Akral : Akral hangat

Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan


 
Pemeriksaan Penunjang
Darah rutin

Darah Lengkap Hasil Nilai Rujukan

Hemoglobin 14.0 gr/dl 13.0 – 18.0 g/dl

Eritrosit 4.97x106 /µl 4.4 – 5.9 juta/µL

Hematokrit 40.7 % (L) 42 - 52 %

MCV 81.9 fl 80 - 96 fl

MCH 28.2 pg 28 - 33 pg

MCHC 34.4 gr/dl 33 - 36 g/dl

RDW-SD 38.7 fl 35 - 47 fl

RDW-CV 13.1 % 11.5 - 14.5%

Leukosit 12.1 x 103 /µl (H) 4000 - 10.000/µL


Hitung Jenis Hasil  Nilai Rujukan 
Eosinofil 0.3 % (L) 2.4 – 4.0 %
Basofil 0.4% 0–1%
Neutrofil 80.9% (H) 40 – 70 %
Limfosit 14.8% (L) 20 – 40 %
Monosit 3.6% 2–8%
Trombosit 226 X 103 / µL 150000-450000/µL
PCT 0.21% 0.150 – 0.400%
P-LCR 18.9% 15 – 25%

Kimia Klinik    
Glukosa Ad 115 mg/dl 70 – 160 mg/dl
Random
Natrium 132 mmol/L 135 145 mmol/L
Klorida 96 mmol/L 95 – 108 mmol/L
PEMERIKSAAN MIKROBIOLOGI
Tgl 14/04/2021
Pemeriksaan Hasil
BTA sewaktu Positif 3
BTA Pagi Positif 3
MTB Deteksi Tinggi
SWABRT-Qpcr Covid19 Negatif
Foto Thoraks AP

Tampak fibro infiltrate paru kanan Corakan bronkovaskular meningkat 2/3 medial
Tampak bercak berawan apex paru kanan.
Diagnosis
Hemoptoe EC Tb Paru Relaps
 
Diagnosis Banding
TB paru Relaps
TB putus Obat
Bronkhitis
 
Penatalaksanaan
Medikamentosa
IVFD RL 20gtt/i
Inj Ranitidin Ia/12 j
Inj vit k la extra
Inj Transamin Ia/extra
OAT 4FDC 1x4 tab
inj streptomisin 500 mg
Curcuma 1x1 tab
Codein 3x1 m
Paracetamol 500 mg (3x1) 1 tab

 
Non medikamentosa
Diet tinggi kalori dan tinggi protein
Edukasi tentang penyakit Tuberkulosis paru dan lama pengobatan
Edukasi untuk kontrol ulang sebelum berobat habis untuk mengambil obat
Edukasi tentang bahaya rokok dan kandungan yang berbahaya didalam rokok
Olahraga dan melakukan aktifitas ringan
 
Planing
Cek sputum BTA + TCM
Swab Nasofaring SARS Cov – 2

Prognosis

Sanationam : Dubia ad malam


Fungsionam : Dubia ad malam
Vitam : Dubia ad bonam
 
Follow Up
Hari/Tanggal Subjektif Objektif Assesment Planning
12/04/2021 Batuk darah (+) TD : 110/60 Hemoptisis - IVFD : RL
Nyeri dada (+) HR : 81x/mnt ec TB paru 20gtt/i
Demam (-) RR : 20x/mnt relaps - Inj. Ranitidine
SpO2 : 98% - Inj. Asam
T : 36,5 0C tranexamat
Cor : BJ I,BJ 250mg
II reg, gallop - Inj. Vit K
(-) - Codein 10 mg
Pulmo : ves (3x1) 1 tab
+/+, rh basah - Sputum
kasar dilobus BTA+TCM
superior +/-,
wh -/-
13/04/2021 Batuk darah (+) TD : 120/70 Hemoptisis ec - IVFD : RL 20gtt/i
Nyeri dada (+) HR : 86x/mnt TB paru relaps - Inj.Ranitidine
Demam (-) RR : 20x/mnt - Inj. Vit K
SpO2 : 96% - Inj. Asam
T :36,70C tranexamat 500
Cor : BJ I,BJ II mg
reg, gallop (-) - Codein 10 mg
Pulmo : ves +/+, (3x1)
rh basah kasar
dilobus superior
+/-, wh -/-
14/04/2021 Batuk plak-plak TD : 125/82 Hemoptisis ec - IVFD : NaCL 0,9
coklat HR : 97x/mnt TB paru relaps %
Nyeri dada (+) RR : 18x/mnt - Inj. Ranitidine
Demam (-) SpO2 : 97% - Inj. Asam
Cor : BJ I,BJ II tranexamat 500
reg, gallop (-) mg
Pulmo : ves +/+, - Inj.Carbazochro-
rh basah kasar me
+/-, wh -/- - Inj. Vit c 1000 gr
- Inj. Vit K
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI

Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi pada


parenkim paru yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Sumber penularan
penyakit ini adalah pasien tuberkulosis BTA
positif. Penularan terjadi melalui udara pada
waktu seseorang dengan BTA positif batuk atau
bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara
dalam bentuk percik dahak (droplet nuclei)

Sumber: Nego A, Sebayang O. Perawatan Diagnostik dan Konservatif Hidropneumotoraks


karena Tuberkulosis pada Anak Laki-Laki Berusia 17 Tahun : Laporan Kasus. SRIPTA SCORE
Sci Med J. 2020;2(1).
• TB Paru Relaps atau TB Paru kambuh adalah
penderita TB Paru yang sebelumnya pernah
mendapat pengobatan TB Paru dan telah
dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap.

Resistensi obat

BTA Kuman
positif TB endogen
relaps

Sumber : Naomi DA, Dilangga P, Ramadhian MR, Marlina N. Penatalaksanaan Tuberkulosis Paru Kasus Kambuh
pada Wanita Usia 32 Tahun di Wilayah Rajabasa Management of Relapsed Lung Tuberculosis Case of A 32 Years Old
Woman in Rajabasa. J medula Unila. 2018;6(1):20–7.
EPIDEMIOLOGI

TB kasus kambuh

 di India sebanyak 106.463 kasus,


 Korea dengan kasus relaps 6.701
 Myanmar 4.558 kasus, dan
 Bangladesh sebanyak 3.065 kasus .
 kasus pengobatan ulang di Indonesia 8.542 kasus, dan 70%
diantaranya merupakan kasus relaps .

Berdasarkan laporan WHO 2017, angka insiden tuberkulosis di


Indonesia sebesar 391/100.000 penduduk dan angka kematian
42/100.000 penduduk.

Sumber : Indonesia N, Household N, Survey H, Standarts I, Care T, Tuberculosis N, et al. Diagnosis TB Dewasa Dan Anak
Berdasarkan ISTC DIAGNOSIS TB DEWASA DAN ANAK BERDASARKAN ISTC ( International Standard for TB Care ) Fathiyah
Safithri *. 2017;6(1):20–6.
FAKTOR RESIKO

• Faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang saat


menjalani pengobatan TB ditentukan dan dibentuk dari
tiga faktor yaitu:
• 1) Predisposing factors
• 2) Enabling factors
• 3) Reinforcing factors

Sumber :Lestari AP, Fathana PB, Affarah WS. The Correlations of Knowledge, Attitude and Practice with
Compliance in Treatment of Pulmonary Tuberculosis Patients in Puskesmas Cakranegara. J Biol Trop.
2021;21(1):65.
Etiologi
• Tuberkulosis Paru adalah penyakit menular yang disebabkan
oleh
BMTH Lipid BTA

Bentuk : batang
panjang 1-4/mm dan
tebal 0,3-0,6/mm.

Sumber :Gannika L. Microbacterium Tuberkulosis Paru. J Kesehat Masy. 2017;1(1 ):909–16.


•.

Dingin dormaint panas

Sifat kuman aerob

Sumber : Gannika L. Microbacterium Tuberkulosis Paru. J Kesehat Masy. 2017;1(1):909–16.


Proses
penularan Tuberculosis Droplet
Nuklei

Air borne
disease Individu

3000
Fase aktif

Basil Tuberkel

Sinar
Gelap dan
matahari
lembap
mati Bertahan
lama
Sumber : Jaya H, Mediarti D. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tuberkulosis Paru Relaps Pada Pasien di
Rumah Sakit Khusus Paru Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015-2016. J Kesehat. 2017;12(1):1–12.
Jaya H, Mediarti D. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tuberkulosis Paru Relaps Pada Pasien di Rumah Sakit Khusus Paru Provinsi
Sumatera Selatan Tahun 2015-2016. J Kesehat. 2017;12(1):1–12.
Klasifikasi Tuberkulosis paru berdasarkan hasil
pemeriksaan dahak (Basil Tahan Asam / BTA), TB paru
dibagi atas8
1 .TB paru BTA (+), adalah :
Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA
positif,
Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan
kelainan radiologi menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif.
Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan
biakan positif.

2. TB paru BTA (-), adalah :


Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif,
gambaran klinis dan kelainan radologi menunjukkan Tuberkulosis
aktif.
Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan
M. Tuberkulosis positif

Sumber : Indonesia N, Household N, Survey H, Standarts I, Care T, Tuberculosis N, et al. Diagnosis TB Dewasa
Dan Anak Berdasarkan ISTC DIAGNOSIS TB DEWASA DAN ANAK BERDASARKAN ISTC ( International
Standard for TB Care ) Fathiyah Safithri *. 2017;6(1):20–6
Klasifikasi berdasarkan tipe pasien dari
riwayat pengobatan sebelumnya yaitu8

1. Kasus baru : pasien yang belum pernah mendapatkan


pengobatan untuk tuberkulosis atau sudah mendapakan obat-
obat anti tuberkulosis kurang dari satu bulan.

2. Kasus pengobatan ulang :


• Kasus kambuh (relaps) : pasien yang sebelumnya pernah
mendapatkan pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh
atau pengobatan lengkap, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil
pemeriksaan dahak BTA positif atau biakan positif.
Indonesia N, Household N, Survey H, Standarts I, Care T, Tuberculosis N, et al. Diagnosis TB Dewasa Dan Anak Berdasarkan
ISTC DIAGNOSIS TB DEWASA DAN ANAK BERDASARKAN ISTC ( International Standard for TB Care ) Fathiyah Safithri *.
2017;6(1):20–6
 Kasus gagal (smear positive failure) : pasien yang
menjalani pengobatan ulang karena pengobatan
sebelumnya gagal, ditandai dengan sputum BTA-nya
tetap positif setelah mendapatkan obat anti
tuberkulosis pada akhir bulan ke 5.

 Kasus defaulted atau drop out : pasien yang telah


menjalani pengobatan ≥ 1 bulan dan tidak mengambil
obat 2 bulan berturut- turut atau lebih sebelum masa
pengobatannya selesai
Sumber : Indonesia N, Household N, Survey H, Standarts I, Care T, Tuberculosis N, et al. Diagnosis TB Dewasa Dan Anak
Berdasarkan ISTC DIAGNOSIS TB DEWASA DAN ANAK BERDASARKAN ISTC ( International Standard for TB Care )
Fathiyah Safithri *. 2017;6(1):20–6
• Kasus kronik : pasien yang sputum BTA-nya tetap positif setelah
pengobatan ulang lengkap yang disupervisi dengan baik.
• Kasus Bekas TB :
Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan
gambaran radiologik paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif,
atau foto serial menunjukkan gambaran yang menetap. Riwayat
pengobatan OAT adekuat akan lebih mendukung.
• Pada kasus dengan gambaran radiologik meragukan dan telah
mendapat pengobatan OAT 2 bulan serta pada foto toraks ulang
tidak ada perubahan gambaran radiologik.

 
Sumber : Indonesia N, Household N, Survey H, Standarts I, Care T, Tuberculosis N, et al. Diagnosis TB Dewasa
Dan Anak Berdasarkan ISTC DIAGNOSIS TB DEWASA DAN ANAK BERDASARKAN ISTC ( International
Standard for TB Care ) Fathiyah Safithri *. 2017;6(1):20–6
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIS

Tuberculosis sering dijuluki “ the great imitator” yaitu suatu suatu penyakit
yang mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga
memberikan gejala umum seperti lemah dan demam. Pada sejumlah
penderita gejala yang timbul tidak jelas sehingga diabaikan bahkan
kadangkadang asimtomatik

Gejala Gejala klinis


Gejala sistemik
respiratorik Haemoptoe

• BATUK • BATUK DARAH


• DEMAM
• BATUK DARAH • MUNTAH
• GEJALA DARAH
• SESAK NAFAS SISTEMIK LAIN
• EPITAKSIS

• NYERI DADA

Jaya H, Mediarti D. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tuberkulosis Paru Relaps Pada Pasien di
Rumah Sakit Khusus Paru Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015-2016. J Kesehat. 2017;12(1):1–12.
DIAGNOSIS

1. Anamnesis

- Keluhan

- Riwayat Penyakit

- Faktor predisposisi

2. Pemeriksaan Fisik

3. Pemeriksaan Penunjang

- Darah rutin

- Foto Thorax
• Kelainan paru pada umumnya terletak didaerah lobus superior
terutama didaerah apeks dan segmen posterior (S1 dan S2), serta
daerah apeks lobus inferior (S6).
• suara napas bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki basah,
tanda tanda penarikan paru, diafragma dan mediastinum.
PEMERIKSAAN BAKTERIOLOGI
Pemeriksaan Mikroskopis :
Interpretasi pemeriksaan mikroskopis dibaca dengan skala IUATLD
(rekomendasi WHO).
• Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang, disebut negatif
• Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis jumlah kuman yang
ditemukan
• Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut +(1+)
• Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut ++ (2+)
• Ditemukan >10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut +++ (3+)
*Skala IUATLD: International Union Against Tuberculosis and Lung Disease
PEMERIKSAAN BIAKAN BAKTERI

Melakukan biakan dimaksudkan untuk


mendapatkan diagnosis pasti, dan dapat
mendeteksi Mycobacterium tuberculosis dan juga
Mycobacterium other than tuberculosis (MOTT).
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Pemeriksaan standar : Foto thoraks PA
Gamb. Radiologi yg dicurigai sbg lesi TB aktif :
- Bayangan berawan/nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas
dan segmen posterior lobus bawah
- Kavitas (lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan atau
nodular
- Bayangan bercak milier
- Efusi pleura unilateral (umumnya), atau bilateral (jarang)
Gamb. Radiologi yg dicurigai lesi TB inaktif:
-Fibrotik
-Kalsifikasi
-Schwarte atau penebalan pleura
FOTO THORAX
PENATALAKSANAAN
•Obat tunggal : obat disajikan secara terpisah.
Tabel 1. Jenis dan dosis OAT

Dosis Obat (mg)


Rifampisin INH Pirazinamid Etambutol Streptomisin
Berat
Badan (R) (H) (Z) (E) (S)

< 40 300 150 750 750 Sesuai BB


40-60 450 300 1000 1000 750
>60 600 450 1500 1500 1000

Sumber : Naomi DA, Dilangga P, Ramadhian MR, Marlina N. Penatalaksanaan Tuberkulosis Paru Kasus
Kambuh pada Wanita Usia 32 Tahun di Wilayah Rajabasa Management of Relapsed Lung Tuberculosis Case
of A 32 Years Old Woman in Rajabasa. J medula Unila. 2018;6(1):20–7.
Tabel 2. Dosis OAT
KDT

Tahap Intensif Tahap Lanjutan


Berat
tiap hari selama 56 hari 3 kali seminggu selama 16 minggu
Badan
RHZE (150/75/400/275) RH (150/150)
30-37 2 tablet 2 tablet

38-54 3 tablet 3 tablet

55-70 4 tablet 4 tablet

>71 5 tablet 5 tablet

Sumber : Naomi DA, Dilangga P, Ramadhian MR, Marlina N. Penatalaksanaan Tuberkulosis Paru Kasus
Kambuh pada Wanita Usia 32 Tahun di Wilayah Rajabasa Management of Relapsed Lung Tuberculosis Case
of A 32 Years Old Woman in Rajabasa. J medula Unila. 2018;6(1):20–7.
Tabel 3. Dosis untuk paduan OAT KDT
Kategori 2

Tahap Intensif Tahap Lanjutan

tiap hari 3 kali seminggu


Berat Badan
RHZE (150/75/400/275) + S RH (150/150) + E(400)
Selama 56 hari Selama 28 hari selama 20 minggu
30-37 2 tab 4KDT 2 tab 4KDT 2 tab 2KDT

+ 500 mg Streptomisin inj. + 2 tab Etambutol


38-54 3 tab 4KDT 3 tab 4KDT 3 tab 2KDT

+ 750 mg Streptomisin inj + 3 tab Etambutol


55-70 4 tab 4KDT 4 tab 4KDT 4 tab 2KDT

+ 1000 mg Streptomisin inj. + 4 tab Etambutol


>71 5 tab 4KDT 5 tab 4KDT 5 tab 2KDT

+ 1000mg Streptomisin inj. + 5 tab Etambutol


Efek samping obat dan penatalaksanaannya
Tabel 4. Efek samping ringan
OAT

Efek Samping Penyebab Penatalaksanaan


Tidak ada nafsu Rifampisin Semua OAT diminum malam sebelum
makan, mual, sakit tidur
perut

Nyeri Sendi Pirazinamid Beri Aspirin


Kesemutan s/d rasa INH Beri vitamin B6 (piridoxin) 100mg per
terbakar di kaki hari
Warna kemerahan Rifampisin Tidak perlu diberi apa-apa, tapi perlu
pada air seni (urine) penjelasan kepada pasien
Tabel 5. Efek samping berat OAT
Penatalaksanaan pasien dengan efek samping “gatal dan kemerahan
kulit6:

Efek Samping Penyebab Penatalaksanaan


Gatal dan kemerahan kulit Semua jenis OAT Ikuti petunjuk penatalaksanaan dibawah *).
Tuli Streptomisin Streptomisin dihentikan, ganti Etambutol.
Gangguan keseimbangan Streptomisin Streptomisin dihentikan, ganti

. Etambutol
Ikterus tanpa penyebab lain Hampir semua Hentikan semua OAT sampai

  OAT ikterus menghilang.


Bingung dan muntah-muntah Hampir semua Hentikan semua OAT, segera
(permulaan ikterus karena
OAT lakukan tes fungsi hati.
obat)
 
Gangguan penglihatan Etambutol Hentikan Etambutol.
Purpura dan renjatan (syok) Rifampisin Hentikan Rifampisin.

Penderita K, Samping E, Berobat P, Paru T. HIGEIA JOURNAL OF PUBLIC HEALTH. HIGEIA J PUBLIC Heal.
2019;3(4):625–34.
Obat Anti Tuberkulosis

Obat yang dipakai :


Jenis obat utama (lini 1) yang digunaka adalah :
INH, Rifampisin, Pirazinamid, Etambutol, Streptomisin.

Jenis obat tambahan lainnya (lini 2)


Kanamisin, PAS (para amino salicylic acid), Ofloksasin,
Tiasetazon, Etionamid, Sikloserin, Protionamid, Viomisin,
Kapreomisin, Amikasin, Norfloksasin, Levofloksasin,
Klofazimin5.
KOMPLIKASI

Komplikasi dini dengan mekanisme sebagai berikut:


1. Efusi pleura, pleuritis, empiema

Komplikasi lanjut dengan mekanisme sebagai


berikut:
• 1. Obstruksi jalan nafas
• 2. Ca paru
• 3. kor pulmonal
ndonesia N, Household N, Survey H, Standarts I, Care T, Tuberculosis N, et al. Diagnosis TB Dewasa Dan Anak
Berdasarkan ISTC DIAGNOSIS TB DEWASA DAN ANAK BERDASARKAN ISTC ( International Standard for TB
Sumber
Care ) Fathiyah Safithri *. 2017;6(1):20–6.
PROGNOSIS

prognosis tuberkulosis (TB) tergantung pada diagnosis dini dan


pengobatan. Seorang yang terinfeksi kuman TB memiliki 10% risiko
dalam hidupnya jatuh sakit karena TB. Namun penderita gangguan
sistem kekebalan tubuh, seperti orang yang terkena HIV, malnutrisi,
diabetes, atau perokok, memiliki risiko lebih tinggi jatuh sakit karena TB
Rekurensi pengidap TB yang mendapat terapi DOT (Directly Observed
Treatment) berkisar 0-14%
Analisa kasus
Masalah Analisa
• Sesak napas • Hambatan aliran udara pada penyakit ini
seringkali disebabkan oleh diameter saluran
napas yang menyempit dan berkaitan dengan
beberapa faktor seperti meningkatnya ketidak
elastisan dinding saluran napas, meningkatnya
produksi sputum di saluran napas dan lain
sebagainya

Pada infeksi M. TB sesak nafas (dypsnea) terjadi


karena terjadinya akumulasi dari infiltrat pada
saluran nafas sehingga akan menyebabkan sesak
dan terdengar suara rhongki pada lapangan paru.

Sumber : Santosa TB, Sutanto YS, Septiawan D. Efektivitas Hipnoterapi Saat Bronkoskopi terhadap Kontrol Kecemasan, Sesak
Napas dan Batuk. J Respirologi Indones. 2019;39(1):21–30.
Analisa kasus
Masalah Analisa
Sesak nafas berawal dari aktivasi sistem
sensorik
yeng terlibat dalam sistem respirasi lalu
kemudian informasi sensorik sampai pada
pusat pernapasan di otak dan memproses
respiratoryrelated signals dan menhasilkan
pengaruh kognitif, kontekstual, dan perilaku
sehingga terjadi sensasi dyspnea.11

Sumber : Santosa TB, Sutanto YS, Septiawan D. Efektivitas Hipnoterapi Saat Bronkoskopi terhadap
Kontrol Kecemasan, Sesak Napas dan Batuk. J Respirologi Indones. 2019;39(1):21–30.
Analisa kasus
Masalah Analisa
• Batuk • batuk terjadi akibat terangsangnya reseptor batuk
yang terdapat di saluran nafas ataupun di luar
saluran nafas,oleh rangsangan yang bersifat
kimiawi maupun mekanis.15 Reseptor batuk yang
merupakan ujung nervus vagus terdapat diantara
sel-sel telinga dan selaput gendang, pleura,
lambung, pericard dan diafragma Batuk kronis
seringnya disebabkan oleh kekurangan gizi dan
alergi terhadap makanan atau bahan kimia Alergi
merupakan seperti pada pasien tb.
Analisa kasus
Masalah Analisa
• batuk darah / hemoptisin adalah suatu keadaan
yang dialami oleh seseorang ketika batuk, darah
tersebuk biasanya berasal dari paru-paru akibat
infeksi atau batuk yang
berkepanjangan.sedangkan darah yang bewarna
gelap dan disertai noda hitam seperti bubuk kopi
biasanya berasal dari saluran pencernaan.

• Adanya kejadian TB relaps ini dapat


• Riwayat kebiasaan menimbulkan masalah baru karena
sosial: Pasien meningkatkan kemungkinan resistensi obat anti
perokok aktif TB. Bahaya resistensi obat adalah penyakit TB
dapat kembali dengan kuman yang lebih kuat
sehingga lebih sulit diobati, biaya pengobatan
lebih mahal, dan tingkat keberhasilan
pengobatan lebih rendah
Analisa kasus
Masalah Analisa
• Penurunan berat Infeksi TB meningkatkan kebutuhan energi untuk
badan mempertahankan fungsi normal tubuh, ini ditandai
dengan peningkatan penggunaan energi saat
istirahat atau resting energy expenditure (REE).
Peningkatan ini mencapai 10-30% dari kebutuhan
energi orang normal. Proses ini menimbulkan
anoreksia kibat peningkatan produksi leptin
sehingga terjadi penurunan asupan makanan.17

Pengaruh A, Pengobatan F, Depresi T, Terhadap M, Sudana IM. Analisis Pengaruh Fase Pengobatan, Tingkat Depresi dan Konsumsi
Makanan Terhadap Status Gizi Penderita Tuberkulosis (TB) Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas se-Kecamatan Genuk Kota Semarang.
Public Heal Perspect J. 2018;2(3):215–33.
Masalah Analisa
Tuberkulosis dapat menyebabkan berat badan
dibawah normal dan defisiensi mikronutrien
(multivitamin dan nutrient) karena terjadi
malabsorbsi, meningkatnya kebutuhan energi,
terganggunya proses metabolik dan berkurangnya
asupan makanan karena penurunan nafsu makan
dan dapat mengarah terjadinya kondisi wasting
(penurunan massa otot dan lemak).10
 

Sumber : Pengaruh A, Pengobatan F, Depresi T, Terhadap M, Sudana IM. Analisis Pengaruh Fase Pengobatan, Tingkat Depresi dan
Konsumsi Makanan Terhadap Status Gizi Penderita Tuberkulosis (TB) Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas se-Kecamatan Genuk Kota
Semarang. Public Heal Perspect J. 2018;2(3):215–33.
Masalah Analisa
Tuberkulosis dapat menyebabkan berat badan
dibawah normal dan defisiensi mikronutrien
(multivitamin dan nutrient) karena terjadi
malabsorbsi, meningkatnya kebutuhan energi,
terganggunya proses metabolik dan berkurangnya
asupan makanan karena penurunan nafsu makan
dan dapat mengarah terjadinya kondisi wasting
(penurunan massa otot dan lemak).10
 
•status gizi adalah ekspresi dari keadaan
keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau
perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel
tertentu. Kurangnya asupan dan deplesi akibat
infeksi TB maupun pemberian OAT menyebabkan
defisiensi mikronutrient sehingga selanjutnya akan
mempengaruhi status imun penderitan TB.10
Masalah Analisa
status gizi adalah ekspresi dari keadaan
keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau
perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel
tertentu. Kurangnya asupan dan deplesi akibat
infeksi TB maupun pemberian OAT menyebabkan
defisiensi mikronutrient sehingga selanjutnya akan
mempengaruhi status imun penderitan TB.10
Masalah Analisa
• Demam Pada pasien TB Demam terjadi karena Adanya
proses peradangan akibat dari infeksi bakteri
sehingga timbul gejala demam. Ketika
mycobacterium tuberculosis terhirup oleh udara ke
paru dan menempel pada bronkus atau alveolus
untuk memperbanyak diri, maka terjadi peradangan
(inflamasi) ,dan metabolisme meningkat sehingga
suhu tubuh meningkat dan terjadilah demam.15
Masalah Analisa
Demam terjadi karena adanya efek pirogen,
sebagian protein pemecah protein, dan beberapa
zat tertentu lainnya, terutama toksin lipopolisakarida
yang dilepaskan dari membran sel bakteri, dapat
menyebabkan peningkatan sel point pada termostat
hipotalamus. Zat yang menimbulkan efek seperti ini
disebut sebagai zat pirogen. Pirogen yang
dilepaskan dari bakteri toksik atau pirogen yang
dilepaskan dari degenerasi jaringan tubeh dapat
menyebabkan demam selama keadaan sakit.

Malaise/kelelahan adalah rasa tidak enak badan,


penurunan nafsu makan, pegal-pegal, penurunan
berat badan dan mudah lelah.
Masalah Analisa
Pada Infeksi M.TB akan terjadi Peningkayan Jumlah
Leukosist Ppada penderita TbB paru . hal ini
disebabkan karena terjadinya infeksi didalam tubuh
sehingga secara khusus mengaktifkan sel-sel darah
Leukositosis putih untuk melakukan perlawananterhadap infeksi.
Sebagaimana fungsi leukosit yaitu mempertahankan
tubuh terhadap benda asing (foreign agent)
termasuk kuman penyebab infeksi.13
Kesimpulan

1). lama pengobatan yang telah melalui tahap intensif (2 bulan)


membuat pasien merasa sembuh karena gejala TB sudah hilang,
2). jenis pembiayaan pengobatan TB yang dilakukan tidak gratis,
3). pasien tidak mengetahui tentang tahapan dalam pengobatan TB,
4) motivasi untuk melakukan pengobatan yang dimiliki pasien cukup
tinggi, tetapi karena pasien sudah merasa sembuh lalu
menghentikan pengobatannya,
5) dukungan keluarga tidak menjadi alasan yang kuat narasumber
menghentikan pengobatannya, ,
6) adanya efek samping obat,
7) tidak mengetahui adanya komplikasi pengobatan TB,
8) merasa hambatan lebih besar daripada manfaat pengobatan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai