Tuberkulosis Paru
Oleh :
dr. Linda
Dokter Pendamping:
dr. Lisbeth Tambunan
Penyakit tuberculosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi kronik yang menyerang hampir
semua organ tubuh manusia dan yang terbanyak adalah paru-paru. Penyakit ini bayak ditemukan
didaerah urban pada tempat tinggal/lingkungan padat penduduknya. TB sudah sangat lama
dikenal oleh manusia. Terbukti dari sejarah terdapat adanya penemuan kerusakan tulang vertebra
toraks yang khas untuk penyakit tb tulang dari kerangka digali dari kuburan zaman neolitikum di
Heidelberg. Begitu juga penemuan yang berasal dari ukiran-ukirann dinding pyramid di mesir
kuno pada tahun 2000-4000 SM. Hipokrates yang hidup pada zaman itu telah memperkenalkan
terminology pthisis (batuk) yang berasal dari bahasa yunani dan mengambarkan adanya penyakit
Pada bulan maret sekitar abad 1,3 abad yang lalu tepatnya tanggal 2 maret 1882
merupakan hari saat Robert Koch mengumumkan bahwa dia telah menemukan bakteri penyebab
tuberculosis (TBC) yang kemudian membuka jalan menuju diagnosis dan penyembuhan penyakit
ini.
Meskipun jumlah kematian akibat tuberculosis menurun 22% antara tahun 2000 dan
2015, namun tuberculosis masih menempati peringkat ke-10 penyebab kematian tertinggi
didunia pada tahun 2016, berdasarkan laporan WHO. Oleh sebab itu hingga saat ini TBCmasih
menjadi prioritas utama didunia dan menjadi salah satu tujuan dalam SDGs( Sustainability
development Goals).
Tema Hari TBC Sedunia tahun 2018 yaitu “Wanted: Leader for a TB Free World” yang
bertujuan pada pembangunan komitmen dalam mengakhiri TBC, tidak hanya pada kepala negara
dan menteri tetapi juga di semua level baik bupati, gubernur, parlemen, pemimpin suatu
komunitas, jajaran kesehatan, NGO, dan partner lainnya. Setiap orang dapat menjadi pemimpin
dalam upaya mengakhiri TBC baik di tempat kerja maupun di wilayah tempat tinggal masing-
masing.
Walaupun setiap orang dapat mengidap TBC, penyakit tersebut berkembang pesat pada
orang yang hidup dalam kemiskinan, kelompok terpinggirkan, dan populasi rentan lainnya.
Kepadatan penduduk di Indonesia sebesar 136,9 per km2 dengan jumlah penduduk miskin pada
ILUSTRASI KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Usia : 29 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Jalan masjid Baiturahman Lk III
Tanggal Masuk RS : 08 Desember 2018
No. Rekam Medik : 02.84.35
B. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Lemas
Riwayat Penyakit Sekarang :
Hal ini dialami ± 5 hari ini, disertai Batuk (+), Batuk darah (-), Sesak (+), Mual
(+), Muntah (+), riwayat penurunan berat badan (+),BAK (+)N, BAB (+) N.
Riwayat Penyakit Dalam Keluarga : Riwayat sakit dengan gejala yang sama disangkal
C. PEMERIKSAAN FISIS
Status Generalis
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan Darah : 90/70 mmHg
Nadi : 100 x/ menit
Pernafasan : 24 x/ menit
Suhu : 37,5 0C
BB : 33 Kg
Mata : Konjungtiva anemis(-), Sklera ikterik (-)
Kulit : Sianosis (-), Ikterus (-)
THT : tidak ada kelainan
KGB : tidak ada pembesaran KGB
Dada
Paru
Inspeksi : simetris , retraksi (+)
Palpasi : stem fremitus kiri = kanan
Perkusi : sonor
Auskultasi : wheezing (-), ronkhi (+)
Jantung
Inspeksi : iktus tidak terlihat
Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : Kiri : 1 jari medial LMCS RIC V
Kanan : LSD
Atas : RIC II
Auskultasi :BJ I dan II normal, bising (-)
Abdomen
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Hati dan lien tidak teraba, Nyeri tekan ( - )
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU (+) N
Basofil 0% 0 -1
Neutrofil Segmen 83 % 42 – 85
Limfosit 13 % 11 – 49
Monosit 4% 0 -9
Concl :
TB paru aktif
D. DIAGNOSIS KERJA
Tb paru
E. DIAGNOSIS BANDING
Pneumonia
F. PENATALAKSANAAN
Bed Rest
IVFD NacL 20 gtt/i
Inj. Ceftriaxone 1gr/ 12 jam
Inj. Ranitidin 1 amp /12 jam
B comp 2x1
Curcuma 2x1
Lansoprazole 1x1
Konsul Sp.P
G. PROGNOSIS
Qua Ad Functionam : Dubia ad bonam
Qua Ad Sanationam : Dubia ad bonam
Qua Ad Vitam : Dubia ad bonam
H. FOLLOW UP
Kes : CM
TD : 90/70 mmgHg
HR : 96 x/ menit
RR : 24 x/ menit
T : 37,5oC
A : Dispepsia
Laporan test VCT antibody (10/12/2018)
Hasil akhir Non reaktif
FOLLOW UP
O: Bed Rest
Thorax : IVFD Nacl 0,9 % s/s aminofluid
Sp : Vesikuler 500 cc 1fls/hari
St : - inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam
Kes : CM inj. Ranitidin 1 amp/12 jam
TD : 90/70 mmgHg RHZE 300/200/500/500
HR : 100 x/ menit Curcuma tab 2x1
RR : 24 x/ menit B comp 2x1
T : 37,5oC
A : TB paru + Dispepsia + Sup.
DHF
O: Bed Rest
IVFD Nacl 0,9 % s/s aminofluid
Thorax :
500 cc 1fls/hari
Sp : Vesikuler
inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam
St : -
inj. Ranitidin 1 amp/12 jam
Kes : CM
RHZE 300/200/500/500
TD : 90/70 mmgHg
Curcuma tab 2x1
HR : 100 x/ menit
B comp 2x1
RR : 24 x/ menit
T : 37,5oC R : Cek DL
A : TB paru + Dispepsia + Susp.
DHF
Basofil 0% 0 -1
Neutrofil Segmen 78 % 42 – 85
Limfosit 15 % 11 – 49
Monosit 7% 0 -9
BAB II
DISKUSI
TEORI KASUS
Manifestasi Klinis
Pada pasien:
Gejala klinis tuberculosis dapat dibagi menjadi 2
Hal ini dialami ± 5 hari ini, disertai
golongan, yaitu gejala local dan gejala sistemik, bila Batuk (+), Batuk darah (-), Sesak
organ yang terkena adalah paru maka gejala local ialah (+), Mual (+), Muntah (+), riwayat
penurunan berat badan (+), Riwayat
gejala respiratori (gejala local sesuai organ yang
NAPZA (+), BAK (+)N, BAB (+)
terlibat) N.
1. Gejala Respiratorik
- Batuk ≥ 2 minggu
- Batuk darah
- Sesak nafas
- Nyeri dada
2. Gejala sistemik
- Demam
- Gejala sistemik lainnyaa adalah malaise,
menurun
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Definisi
tuberculosis, M. africanum, M. bovis, M. Leprae dsb. Yang juga dikenal sebagai Bakteri Tahan
Asam (BTA). Kelompok bakteri Mycobacterium selain Mycobacterium tuberculosis yang bisa
menimbulkan gangguan pada saluran nafas dikenal sebagai MOTT (Mycobacterium Other Than
Tuberculosis) yang terkadang bisa mengganggu penegakan diagnosis dan pengobatan TBC.
3.2. Epidemiologi
ini. Pada tahun 1992 World Health Organization (WHO) telah mencanangkan tuberkulosis
sebagai « Global Emergency ». Laporan WHO tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta
kasus baru tuberkulosis pada tahun 2002, 3,9 juta adalah kasus BTA (Basil Tahan Asam) positif.
Sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis dan menurut regional
WHO jumlah terbesar kasus TB terjadi di Asia tenggara yaitu 33 % dari seluruh kasus TB di
dunia, namun bila dilihat dari jumlah penduduk terdapat 182 kasus per 100.000 penduduk. Di
Afrika hampir 2 kali lebih besar dari Asia tenggara yaitu 350 per 100.000 pendduduk, seperti
Diperkirakan angka kematian akibat TB adalah 8000 setiap hari dan 2 - 3 juta setiap
tahun. Laporan WHO tahun 2004 menyebutkan bahwa jumlah terbesar kematian akibat TB
terdapat di Asia tenggara yaitu 625.000 orang atau angka mortaliti sebesar 39 orang per 100.000
penduduk. Angka mortaliti tertinggi terdapat di Afrika yaitu 83 per 100.000 penduduk, prevalens
HIV yang cukup tinggi mengakibatkan peningkatan cepat kasus TB yang muncul.
berspora dan tidak berkapsul. Bakteri ini berukuran lebar 0,3 – 0,6 mm dan panjang 1 – 4 mm.
Dinding M. tuberculosissangat kompleks, terdiri dari lapisan lemak cukup tinggi (60%).
Penyusun utama dinding sel M. tuberculosis ialah asam mikolat, lilin kompleks (complex-
waxes), trehalosa dimikolat yang disebut cord factor, dan mycobacterial sulfolipids yang
berperan dalam virulensi. Asam mikolat merupakan asam lemak berantai panjang (C60 – C90)
yang dihubungkan dengan arabinogalaktan oleh ikatan glikolipid dan dengan peptidoglikan oleh
jembatan fosfodiester. Unsur lain yang terdapat pada dinding sel bakteri tersebut adalah
polisakarida seperti arabinogalaktan dan arabinomanan. Struktur dinding sel yang kompleks
tersebut menyebabkan bakteri M. tuberculosis bersifat tahan asam, yaitu apabila sekali diwarnai
akan tetap tahan terhadap upaya penghilangan zat warna tersebut dengan larutan asam – alkohol.
Komponen antigen ditemukan di dinding sel dan sitoplasma yaitu komponen lipid,
menggunakan antibodi monoklonal . Saat ini telah dikenal purified antigens dengan berat
molekul 14 kDa (kiloDalton), 19 kDa, 38 kDa, 65 kDa yang memberikan sensitiviti dan
spesifisiti yang bervariasi dalam mendiagnosis TB. Ada juga yang menggolongkan antigen M.
tuberculosis dalam kelompok antigen yang disekresi dan yang tidak disekresi (somatik). Antigen
yang disekresi hanya dihasilkan oleh basil yang hidup, contohnya antigen 30.000 a, protein MTP
guanin (G) dan sitosin (C) terbanyak. Dari hasil pemetaan gen, telah diketahui lebih dari 165 gen
dan penanda genetik yang dibagi dalam 3 kelompok. Kelompok 1 gen yang merupakan sikuen
DNA mikobakteria yang selalu ada (conserved) sebagai DNA target, kelompok II merupakan
sikuen DNA yang menyandi antigen protein, sedangkan kelompok III adalah sikuen DNA
ulangan seperti elemen sisipin. Gen pab dan gen groEL masing masing menyandi protein
berikatan posfat misalnya protein 38 kDa dan protein kejut panas (heat shock protein) seperti
protein 65 kDa, gen katG menyandi katalase-peroksidase dan gen 16SrRNA (rrs) menyandi
protein ribosomal S12 sedangkan gen rpoB menyandi RNA polimerase. Sikuen sisipan DNA
(IS) adalah elemen genetik yang mobile. Lebih dari 16 IS ada dalam mikobakteria antara lain
IS6110, IS1081 dan elemen seperti IS (IS-like element). Deteksi gen tersebut dapat dilakukan
3.4. Patogenesis
A. TUBERKULOSIS PRIMER
Kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas akan bersarang di jaringan
paru sehingga akan terbentuk suatu sarang pneumoni, yang disebut sarang primer atau afek
primer. Sarang primer ini mungkin timbul di bagian mana saja dalam paru, berbeda dengan
sarang reaktivasi. Dari sarang primer akan kelihatan peradangan saluran getah bening
menuju hilus (limfangitis lokal). Peradangan tersebut diikuti oleh pembesaran kelenjar
getah bening di hilus (limfadenitis regional). Afek primer bersama-sama dengan limfangitis
regional dikenal sebagai kompleks primer. Kompleks primer ini akan mengalami salah satu
nasib sebagai berikut :
Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lain sarang Ghon, garis fibrotik,
2.
sarang perkapuran di hilus)
yaitu suatu kejadian penekanan bronkus, biasanya bronkus lobus medius oleh kelenjar
sepanjang bronkus yang tersumbat ini ke lobus yang atelektasis dan menimbulkan
epituberkulosis.
atau tertelan
c. Penyebaran secara hematogen dan limfogen. Penyebaran ini berkaitan dengan daya
tahan tubuh, jumlah dan virulensi kuman. Sarang yang ditimbulkan dapat sembuh
secara spontan, akan tetetapi bila tidak terdapat imuniti yang adekuat, penyebaran ini
tuberkulosis pada alat tubuh lainnya, misalnya tulang, ginjal, anak ginjal, genitalia
B. TUBERKULOSIS POSTPRIMER
primer, biasanya terjadi pada usia 15-40 tahun. Tuberkulosis postprimer mempunyai nama
tuberkulosis menahun, dan sebagainya. Bentuk tuberkulosis inilah yang terutama menjadi
postprimer dimulai dengan sarang dini, yang umumnya terletak di segmen apikal lobus
superior maupun lobus inferior. Sarang dini ini awalnya berbentuk suatu sarang pneumoni
kecil. Sarang pneumoni ini akan mengikuti salah satu jalan sebagai berikut :
2. Sarang tersebut akan meluas dan segera terjadi proses penyembuhan dengan
penyebukan jaringan fibrosis. Selanjutnya akan terjadi pengapuran dan akan sembuh
dalam bentuk perkapuran. Sarang tersebut dapat menjadi aktif kembali dengan
membentuk jaringan keju dan menimbulkan kaviti bila jaringan keju dibatukkan keluar.
3. Sarang pneumoni meluas, membentuk jaringan keju (jaringan kaseosa). Kaviti akan
muncul dengan dibatukkannya jaringan keju keluar. Kaviti awalnya berdinding tipis,
kemudian dindingnya akan menjadi tebal (kaviti sklerotik). Kaviti tersebut akan
menjadi:
- meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumoni baru. Sarang pneumoni ini akan
Tuberkuloma dapat mengapur dan menyembuh, tetapi mungkin pula aktif kembali,
- bersih dan menyembuh yang disebut open healed cavity, atau kaviti menyembuh
kaviti yang terbungkus dan menciut sehingga kelihatan seperti bintang (stellate
shaped).
3.5. Klasifikasi
Selain dari pengelompokan pasien sesuai definisi tersebut datas, pasien juga diklasifikasikan
menurut :
d. Status HIV
Tuberkulosis paru:
Adalah TB yang terjadi pada parenkim (jaringan) paru. Milier TB dianggap sebagai TB paru
gambaran radiologis yang mendukung TB pada paru, dinyatakan sebagai TB ekstra paru. Pasien
yang menderita TB paru dan sekaligus juga menderita TB ekstra paru, diklasifikasikan sebagai
pasien TB paru.
Adalah TB yang terjadi pada organ selain paru, misalnya: pleura, kelenjar limfe, abdomen,
Diagnosis TB ekstra paru dapat ditetapkan berdasarkan hasil pemeriksaan bakteriologis atau
tuberculosis.
Pasien TB ekstra paru yang menderita TB pada beberapa organ, diklasifikasikan sebagai pasien
1) Pasien baru TB: adalah pasien yang belum pernah mendapatkan pengobatan TB sebelumnya
atau sudah pernah menelan OAT namun kurang dari 1 bulan (˂ dari 28 dosis).
2) Pasien yang pernah diobati TB: adalah pasien yang sebelumnya pernah menelan OAT
selama 1 bulan atau lebih (≥ dari 28 dosis). Pasien ini selanjutnya diklasifikasikan berdasarkan
• Pasien kambuh: adalah pasien TB yang pernah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap
dan saat ini didiagnosis TB berdasarkan hasil pemeriksaan bakteriologis atau klinis (baik karena
• Pasien yang diobati kembali setelah gagal: adalah pasien TB yang pernah diobati dan
adalah pasien yang pernah diobati dan dinyatakan lost to follow up (klasifikasi ini sebelumnya
• Lain-lain: adalah pasien TB yang pernah diobati namun hasil akhir pengobatan sebelumnya
tidak diketahui.
Pengelompokan pasien disini berdasarkan hasil uji kepekaan contoh uji dari Mycobacterium
• Mono resistan (TB MR): resistan terhadap salah satu jenis OAT lini pertama saja
• Poli resistan (TB PR): resistan terhadap lebih dari satu jenis OAT lini pertama selain Isoniazid
• Multi drug resistan (TB MDR): resistan terhadap Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) secara
bersamaan
• Extensive drug resistan (TB XDR): adalah TB MDR yang sekaligus juga resistan terhadap
salah satu OAT golongan fluorokuinolon dan minimal \salah satu dari OAT lini kedua jenis
• Resistan Rifampisin (TB RR): resistan terhadap Rifampisin dengan atau tanpa resistensi
terhadap OAT lain yang terdeteksi menggunakan metode genotip (tes cepat) atau metode fenotip
(konvensional).
1) Pasien TB dengan HIV positif (pasien ko-infeksi TB/HIV): adalah pasien TB dengan:
3) Pasien TB dengan status HIV tidak diketahui : Adalah pasien TB tanpa ada bukti
3.6. Diagnosis
Gejala klinik
Gejala klinis tuberculosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala local dan gejala
sistemik, bila organ yang terkena adalah paru maka gejala local ialah gejala respiratori (gejala
1. Gejala Respiratorik
- Batuk ≥ 2 minggu
- Batuk darah
- Sesak nafas
- Nyeri dada
Gejala respiratori ini sangat bervarirasi, dari mulai tidak ada gejala sampai gejala yang
terdiagnosis pada saat medical checkup. Bila bronkus belum terlibat dalam proses penyakit,
maka pasien mungkin tidak ada gejala batuk. Batuk yang pertama terjadi karena iritasi bronkus,
2. Gejala sistemik
- Demam
- Gejala sistemik lainnyaa adalah malaise, keringat malam, anoreksia dan berat badan
menurun
Gejala tuberkulosis ekstraparu tergantung dari organ yang terlibat, misalnya pada
limfadenitis tuberkulosis akan terjadi pembesaran yang lambat dan tidak nyeri dari
kelenjar getah bening, pada meningitis tuberkulosis akan terlihat gejala meningitis,
sementara pada pleuritis tuberkulosis terdapat gejala sesak napas dan kadang nyeri dada
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan jasmani kelainan yang akan dijumpai tergantung dari organ yang
terlibat. Pada tuberkulosis paru, kelainan yang didapat tergantung luas kelainan struktur paru.
Pada permulaan (awal) perkembangan penyakit umumnya tidak (atau sulit sekali) menemukan
kelainan. Kelainan paru pada umumnya terletak di daerah lobus superior terutama daerah apeks
dan segmen posterior (S1 dan S2) , serta daerah apeks lobus inferior (S6). Pada pemeriksaan
jasmani dapat ditemukan antara lain suara napas bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki
di rongga pleura. Pada perkusi ditemukan pekak, pada auskultasi suara napas yang melemah
Pada limfadenitis tuberkulosis, terlihat pembesaran kelenjar getah bening, tersering di daerah
Pemeriksaan Bakteriologik
sangat penting dalam menegakkan diagnosis. Bahan untuk pemeriksaan bakteriologi ini dapat
berasal dari dahak, cairan pleura, liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung,
Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA. Pemeriksaan lain atas indikasi: foto lateral,
top-lordotik, oblik, CT-Scan. Pada pemeriksaan foto toraks, tuberkulosis dapat memberi
lesi TB aktif :
- Bayangan berawan/ nodular disegmen apical dan posterior lobus atas paru dan
- Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan atau nodular
- Fibrotik
- Kalsifikasi
- Gambaran radiologi yang menunjukkan kerusakan jaringan paru yang berat, biasanya
secara klinis disebut luluh paru. Gambaran radiologi luluh paru terdiri dari atelektasis,
ekstasis/multikaviti dan fibrosis parenkim paru. Sulit untuk menilai aktivitas lesi atau
Luas Lesi yang tampak pada foto thoraks untuk kepentingan pengobatan dapat dinyatakan
- Lesi minimal, bila proses mengenai sebagian dari satu atau dua paru dengan luas
tidak lebih dari sela iga 2 depan ( Volume paru yang terletak diatas chondrosternal
junction dari iga kedua depan dan processus spinosus dari vertebra torakalis 4 atau
Pemeriksaan khusus
Salah satu masalah dalam mendiagnosis pasti tuberkulosis adalah lamanya waktu yang
kini ada beberapa teknik yang lebih baru yang dapat mengidentifikasi kuman tuberkulosis secara
lebih cepat.
1. Pemeriksaan BACTEC
Dasar teknik pemeriksaan biakan dengan BACTEC ini adalah metode radiometrik. M
tuberculosis memetabolisme asam lemak yang kemudian menghasilkan CO2 yang akan
dideteksi growth indexnya oleh mesin ini. Sistem ini dapat menjadi salah satu alternatif
pemeriksaan biakan secara cepat untuk membantu menegakkan diagnosis dan melakukan uji
kepekaan.
Bentuk lain teknik ini adalah dengan menggunakan Mycobacteria Growth Indicator
Tube (MGIT).
Pemeriksaan PCR adalah teknologi canggih yang dapat mendeteksi DNA, termasuk
DNA M.tuberculosis. Salah satu masalah dalam pelaksanaan teknik ini adalah kemungkinan
kontaminasi. Cara pemeriksaan ini telah cukup banyak dipakai, kendati masih memerlukan
Hasil pemeriksaan PCR dapat membantu untuk menegakkan diagnosis sepanjang pemeriksaan
tersebut dikerjakan dengan cara yang benar dan sesuai standar internasional.
Apabila hasil pemeriksaan PCR positif sedangkan data lain tidak ada yang menunjang ke arah
diagnosis TB, maka hasil tersebut tidak dapat dipakai sebagai pegangan untuk diagnosis TB
Pada pemeriksaan deteksi M.tb tersebut diatas, bahan / spesimen pemeriksaan dapat berasal dari
proses antigen-antibodi yang terjadi. Beberapa masalah dalam teknik ini antara lain adalah
b. ICT
mendeteksi antibodi M.tuberculosis dalam serum. Uji ICT merupakan uji diagnostik TB yang
diantaranya antigen M.tb 38 kDa. Ke 5 antigen tersebut diendapkan dalam bentuk 4 garis
disamping garis kontrol. Serum yang akan diperiksa sebanyak 30 ml diteteskan ke bantalan
warna biru, kemudian serum akan berdifusi melewati garis antigen. Apabila serum mengandung
antibodi IgG terhadap M.tuberculosis, maka antibodi akan berikatan dengan antigen dan
membentuk garis warna merah muda. Uji dinyatakan positif bila setelah 15 menit terbentuk garis
kontrol dan minimal satu dari empat garis antigen pada membran.
c. Mycodot
Uji ini mendeteksi antibodi antimikobakterial di dalam tubuh manusia. Uji ini menggunakan
antigen lipoarabinomannan (LAM) yang direkatkan pada suatu alat yang berbentuk sisir plastik.
Sisir plastik ini kemudian dicelupkan ke dalam serum pasien, dan bila di dalam serum tersebut
terdapat antibodi spesifik anti LAM dalam jumlah yang memadai sesuai dengan aktiviti
penyakit, maka akan timbul perubahan warna pada sisir dan dapat dideteksi dengan mudah
Uji ini merupakan salah satu jenis uji yang mendeteksi reaksi serologi yang terjadi. Dalam
menginterpretasi hasil pemeriksaan serologi yang diperoleh, para klinisi harus hati hati karena
banyak variabel yang mempengaruhi kadar antibodi yang terdeteksi.
e. Uji serologi yang baru / IgG TB. Uji IgG adalah salah satu pemeriksaan serologi dengan cara
mendeteksi antibodi IgG dengan antigen spesifik untuk Mycobacterium tuberculosis. Uji IgG
berdasarkan antigen mikobakterial rekombinan seperti 38 kDa dan 16 kDa dan kombinasi
lainnya akan menberikan tingkat sensitiviti dan spesifisiti yang dapat diterima untuk diagnosis.
Di luar negeri, metode imunodiagnosis ini lebih sering digunakan untuk mendiagnosis TB
Saat ini pemeriksaan serologi belum dapat dipakai sebagai pegangan untuk diagnosis.
Pemeriksaan analisis cairan pleura dan uji Rivalta cairan pleura perlu dilakukan pada pasien
efusi pleura untuk membantu menegakkan diagnosis. Interpretasi hasil analisis yang mendukung
diagnosis tuberkulosis adalah uji Rivalta positif dan kesan cairan eksudat, serta pada analisis
yang dilakukan ialah pemeriksaan histopatologi. Bahan jaringan dapat diperoleh melalui biopsi
· Biopsi aspirasi dengan jarum halus (BJH) kelenjar getah bening (KGB)
· Biopsi pleura (melalui torakoskopi atau dengan jarum abram, Cope dan Veen Silverman)
· Biopsi jaringan paru (trans bronchial lung biopsy/TBLB) dengan bronkoskopi, trans thoracal
Pada pemeriksaan biopsi sebaiknya diambil 2 sediaan, satu sediaan dimasukkan ke dalam
larutan salin dan dikirim ke laboratorium mikrobiologi untuk dikultur serta sediaan yang kedua
3. Pemeriksaan darah
Hasil pemeriksaan darah rutin kurang menunjukkan indikator yang spesifik untuk tuberkulosis.
Laju endap darah ( LED) jam pertama dan kedua dapat digunakan sebagai indikator
penyembuhan pasien. LED sering meningkat pada proses aktif, tetapi laju endap darah yang
4. Uji tuberculin
Uji tuberkulin yang positif menunjukkan ada infeksi tuberkulosis. Di Indonesia dengan prevalens
tuberkulosis yang tinggi, uji tuberkulin sebagai alat bantu diagnostik penyakit kurang berarti
pada orang dewasa. Uji ini akan mempunyai makna bila didapatkan konversi, bula atau apabila
kepositivan dari uji yang didapat besar sekali. Pada malnutrisi dan infeksi HIV uji tuberkulin
3.7. Penatalaksanaan
Panduan OAT yang digunakan oleh program nasional pengendalian Tuberkulosis di Indonesia
adalah :
1. Kategori 1 : 2 (HRZE)/4(HR)3
2. Kategori 2 : 2 (HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3
Obat yang digunakan dalam tatalaksana pasien TB resisten obat diindonesia terdiri dari OAT lini
ke-2 yaitu kanamisin, kapreomisin, Levofloxasin, Etionamid, Sikliserin, Moksiflosasin dan PAS,
DOSIS
Berat Badan Tahap insentif tiap hari selama 56 hari Tahap lanjutan 3 kali
RHZE (150/75/400/275) seminggu selam 16 minggu
RH (150/150)
30-37 kg 2 Tablet KDT 2 Tablet KDT
38-54 kg 3 Tablet KDT 3 Tablet KDT
55-70 kg 4 Tablet KDT 4 Tablet KDT
≥ 71 kg 5 Tablet KDT 5 Tablet KDT