PENDAHULUAN
1
Sasaran nasional Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) yang tertuang pada Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 tentang
SDGs menetapkan target prevalensi TB pada tahun 2019 menjadi 245 per 100.000
penduduk.3
Berdasarkan hal di atas, penulis tertarik membahas tentang kasus TB
sehingga kita bisa menatalaksana kasus TB dengan tepat sehingga menurunkan
angka kejadian dan kematian akibat TB.
2
BAB II
ILUSTRASI KASUS
Riwayat TB ada, Ibu pasien minum OAT 6 bulan tuntas, tapi tidak
ingat tahun berapa.
Riawayat DM, Hipertensi dan penyakit jantung tidak ada
3
Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : CMC
Nadi : 90x/i
Nafas : 20x/i
Suhu : 36, 7o C
TB : 155 cm
BB : 44 kg
Torak
Paru
Perkusi : sonor
Ekstremitas
Edema : -/-
4
Rontgen Thorak (23 Desember 2020):
Rencana:
Cek BTA I, II
Cek TCM
Pemeriksaan BAJH KGB coli Dextra dan Sinistra
Cek rapid test HIV
Pasien kontrol poli Paru RSUP MDjamil dengan membawa hasil pemeriksaan
TCM dan BAJH KGB
O/
Kesadaran : CMC
5
Tekanan darah : 110/ 70 mmHg
Berat Badan : 45 kg
Nadi : 90x/i
Nafas : 20x/i
Suhu : 36, 7o C
Torak
Paru
Perkusi : sonor
Tampak massa nekrosis dan beberapa sel limfosit. Tak tampak sel sel
spesifik dalam sediaan ini. Anjuran: Ulangi bajah jika nodul tidak
berkurang setelah terapi.
positif/ positif
6
Hasil pemeriksaan darah (30/12/20):
Ht : 36%
Diffcount : 0/1/3/65/24/7
GDP : 76 mg/dl
GD2jPP : 99 mg/dl
Ureum : 5 mg/dl
SGOT : 15 u/l
SGPT : 11 u/l
Vitamin B6 1 x 10 mg (PO)
7
BAB III
DISKUSI
Dari anamnesis pasien mengeluhkan batuk sejak 3 bulan yang lalu, tidak
berdahak, bersifat hilang timbul. Batuk merupakan refleks pertahanan yang timbul
akibat iritasi percabangan trakeobronkial. Kemampuan untuk batuk merupakan
8
mekanisme yang penting untuk membersihkan saluran nafas bagian bawah.
Rangsangan yang biasanya menyebabkan batuk adalah rangsangan mekanik,
kimia, dan peradangan. Proses peradangan batuk ini dicetuskan oleh adanya benda
asing oleh tubuh. Bila bronkus belum terlibat dalam proses penyakit, maka pasien
mungkin tidak ada gejala batuk.5
Pasien juga mengeluhkan benjolan di leher kanan sejak 6 bulan yang lalu.
Awalnya sebesar biji jagung ukuran 2 cm x 2cm x 1cm. Limfadenitis adalah
presentasi klinis paling sering dari TB ekstrapulmoner. Limfadenitis TB juga
dapat merupakan manifestasi lokal dari penyakit sistemik. Pasien biasanya datang
dengan keluhan pembesaran kelenjar getah bening yang lambat. Limfadenitis TB
paling sering melibatkan kelenjar getah bening servikalis, kemudian diikuti
berdasarkan frekuensinya oleh kelenjar mediastinal, aksilaris, mesenterikus, portal
hepatikus, perihepatik dan kelenjar inguinalis.9
9
fisik dapat ditemukan suara nafas bronkial, amforik, suara nafas melemah, ronki
basah, tanda penarikan paru, diafragma dan mediastinum. 5 Pada pasien ini
ditemukan suara nafas bronkovesikular, tidak ada ronki dan wheezing.
Luas lesi yang tampak pada foto torak untuk kepentingan pengobatan,
dibagi menjadi:
10
Jika proses mengenai sebagian dari satu atau dua paru dengan luas tidak
lebih dari volume paru yang terletakndi atas chondrosternal junction dari
iga kedua depan dan prosesus spinosus dari vertebra torakalis 4 atau
korpus vertebra torakalis 5 (sela iga 2) dan tidak dijumpai kaviti.
2. Lesi luas (far advanced)
Bila proses lebih luas dari lesi minimal.13
Selain memiliki nilai sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi yaitu 78,95% dan
Hasil Pemeriksaan BAJH KGB Dextra pasien ini adalah tampak massa
nekrosis dan beberapa sel limfosit, tak tampak sel-sel spesifik . Anjuran: Ulangi
bajah jika nodul tidak berkurang setelah terapi.
11
limfadenopati kolli. Idealnya kelenjar diambil secara utuh agar gambaran
histopatologi yang khas dapat terlihat.15,16
Pada pasien ini diberikan terapi OAT kategori I dengan regimen 2(HRZE)/
4 (HR) dengan obat tunggal yang dosisnya disesuaikan dengan berat badan
pasien yaitu INH 1x 300 mg , Rifampicin 1 x 450 mg , Etambutol 1 x 750 mg,
Pirazinamid 1 x 1000 mg. dan diberikan vitamin B6 1 x 10 mg, sambil kita
mengevaluasi pembengkakan yang terjadi di daerah leher berkurang atau
tidaknya. Pemberian OAT pada TB bertujuan menghilangkan rantai penularan,
mengobati infeksi yang terjadi, mencegah kematian, dan mencegah kekambuhan
atau resistensi terhadap OAT. 2,5
12
obat, seperti TB meningitis, TB tulang, yang memiliki penanganan berbeda.
Pemberian terapi selama 6 bulan merupakan standar yang dipakai untuk
pengobatan TB paru dan TB ekstraparu secara umum. Dosis OAT adalah dosis
individual yang sesuai dengan berat badan.12,20,23
Pada pasien ini juga dilakukan pemeriksaan rapid test dan gula darah
puasa dan gula darah 2 jam pos prandial untuk penelusuran HIV dan DM sebagai
faktor immunokompromise pada pasien TB. Pada pasien ini didapatkan hasil rapid
test nonrekatif dan gula darah normal.
13
BAB IV
KESIMPULAN
1. Telah ditatalaksana seorang pasein wanita umur 24 tahun di poli paru RSUP
dr. M. Djamil dengan diagnosis awal susp TB paru + susp Limfadenitis TB
dan diagnosis akhir TB paru kasus baru terkonfirmasi bakteriologis + susp
susp Limfadenitis TB.
2. Diagnosis TB paru didukung dari pemeriksaan BTA yang positif dan hasil
TCM yang menunjukkan hasil MTB detected medium..
3. Diagnosis Limfadenitis TB tidak dapat ditegakkan karena hasil pemeriksaan
patologi anatomi dari hasil sampel BAJH KGB tidak menunjukkan
gambaran khas untuk Limfadenitis TB, tetapi dari klinis pasien mendukung
ke arah limfadenitis TB
4. Pasien memiliki kasus TB paru kasus baru terkonfirmasi bakteriologis dan
TB ekstra paru yang diterapi dengan panduan OAT kategori I dengan
regimen 2(HRZE)/ 4(HR) sesuai Pedoman Nasional Pengendalian
Tuberkulosis 2014.
5. Penyakit TB dapat dicegah dan diobati, pentingnya edukasi dan penjelasan
dari petugas kesehatan kepada penderita TB terhadap pengobatan TB dan
komplikasi serta kerugian yang mungkin terjadi jika tidak diobati.
14
DAFTAR PUSTAKA
15
13. Qasmi SA, Kiani F, Malik AI, Salamtullah J. Farooq MO, Abassi MA.
Cervical Lymphadenopathy: A Common Diagnostic Dilemma. J Int Surgery
Pakistan. 2012;17 (2):76-80
14. Bazemore AW. Smucker DR. Lymphadenitis and malignancy. Am Fam
Physician. 2012;66:2103-10.
15. Robbins KT, Clayman G, Levine PA, Medina J, Sessions R. Neck dissetion
clasification update. Revision proposed by the American Head and Neck
Society and the American Academy of Otolaryngology-Head and Neck
Surgery. Arch Otolaryngol Head Neck Surg. 2012;128:751-8.
16. Rohan R, Walveltar BC, Loehn M N, Wilson. Infection, infiltration and
benign neoplasm of the larynx. In: Bailey BJ,editors. Head and Neck Surgery
Otolaryngology. 5th editions. Philadelphia : Lippincont- Raven Publisher;
2014.p. 978-988.
17. Verma S, Mahajan V. Laryngeal tuberculosis co-existent with Pulmonary
tuberculosis. Int J of Pulmo Med. 2007;(10):1-3
18. Cohen JT, Safadi A, Fliss DM, Gil Z, Horowitz G. Reliability of a Transnasal
Flexible Fiberoptic Biopsy. JAMA Otolaryngol Head Neck Surg. 2013;
139(4): 341-5.
19. World Health Organization. Guidelines for Treatment of Drug-susceptible
Tuberculosis and Patient Care 2017 Update. Geneva: WHO Press. 2017;
p.16-18
20. American Thoracic Society. Treatment of Tuberculosis. America: Centers for
Disease Control and Prevention Disease Society of America; 2002.p.646-649
21. Official American Thoracic Society. Infectoius Diseases Society of America
Clinical Practice Guidelines: Treatment of Drug-Susceptible Tuberculosis.
America: Centers for Disease Control and Prevention; 2016.p856-860
22. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Petunjuk Teknis Tata Laksana
Klinis Koinfeksi TB-HIV. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia;
2012. p. 1-16.
23. World Health Organization. TB/HIV: Clinical Manual, 2nd Edition. Geneva:
WHO Press; 2004.p.1-26
16
17