Edema ekstremitas
Paroxysimal nokturnal Batuk malam hari
dyspnoe Dispnea d'effort
Distensi vena leher
Hepatomegali
Ronki paru
Efusi pleura
Kardiomegali
Edema paru akut Penurunan kapasitas vital
Gallop S3 1/3 dari normal
Peninggian tekanan vena Takikardia (>120 x/menit)
jugularis
Refluks hepatojugular
Hiponatremia dengan kejadian peningkatan mortalitas
Aktivasi RAAS pada pasien gagal jantung
menunjukkan korelasi dengan mortalitas
AT II sebagai penyebab remodeling miokard, dan
peningkatan aldosterone -> meningkatkan kejadian
fibrosis miokard dan nekrosis pada jantung
Peningkatan tonus simpatis ginjal sekunder akibat
gangguan pada baroreseptor juga berperan
menyebabkan retensi natrium
Angiotensin dan stimulasi adrenergik mengaktivasi
reseptor pada epitel tubulus proksimal yang
meningkatkan reabsorbsi natrium
Membuat keputusan merawat atau
memulangkan pasien
Kadar BNP meningkat sebagai respon
peningkatan tekanan dinding ventrikel
Kadar peptida natriuretik yang tetap tinggi
walaupun terapi optimal mengindikasikan
prognosis buruk
Waktu paruh panjang
Troponin
Pemeriksaan troponin dilakukan pada penderita gagal
jantung jika gambaran klinisnya disertai dugaan
sindroma koroner akut
Peningkatan ringan kadar troponin sering pada gagal
jantung berat
Echocardiografi
Konfirmasi diagnosis gagal jantung dan/atau disfungsi
jantung dengan pemeriksaan ekokardiografi adalah
keharusan dan dilakukan secepatnya pada pasien
dengan dugaan gagal jantung
Pengukuran fungsi ventrikel
Ketaatan pasien berobat
Pemantauan berat badan rutin setap hari
kenaikan berat badan > 2 kg dalam 3 hari, pasien harus
menaikan dosis diuretik
Restriksi cairan 1,5 - 2 Liter/har
Gejala berat yang disertai hiponatremia
Pengurangan berat badan pasien obesitas (IMT > 30
kg/m2)
Kehilangan berat badan tanpa rencana
Malnutrisi klinis sering dijumpai pada gagal jantung berat
Kaheksia jantung (cardiac cachexia) merupakan prediktor
penurunan angka kelangsungan hidup.
Latihan fisik pada kondisi stabil
ACE Inhibitor (kelas
rekomendasi I, Bukti A) Kontra Indikasi
Diberikan pada semua pasien Riwayat
gagal jantung simtomatik dan angioedema
fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤40 Stenosis renal
%. bilateral
Memperbaiki fungsi ventrikel Kadar kalium
Kadang menyebabkan serum > 5,0
perburukan fungsi ginjal, mmol/L
hiperkalemia, hipotensi Serum kreatinin >
simtomatik -> hanya diberikan 2,5 mg/dL
pada pasien dengan fungsi Stenosis aorta
ginjal adekuat dan kadar berat
kalium normal.
Cara Pemberian:
▪ Periksa fungsi ginjal dan serum elektrolit
▪ Periksa kembali fungsi ginjal dan serum
elektrolit 1 -2 minggu setelah terapi ACEI.
Naikan dosis secara titrasi Pertimbangkan
menaikandosis secara titrasi setelah 2 -4
minggu.
▪ Jangan naikan dosis jika terjadi perburukan
fungsi ginjal atau hiperkalemia
PENYEKAT β / β Blocker
Indikasi Kontra Indikasi
Fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤ 40 % Asma
Gejala ringan sampai berat Blok AV
(kelas fungsional II -IV NYHA)
ACEI/ ARB (dan antagonis
(atrioventrikular)
aldosteron jika indikasi) derajat 2 dan 3
sudah diberikan Sinus bradikardia
Pasien stabil secara klinis (nadi < 50
(tidak ada perubahan dosis
diuretik, tidakada kebutuhan x/menit)
inotropik i.v. dan tidakada
tanda retensi cairan berat)
Antagonis Aldosterone
Penambahan antagonis Kontra Indikasi
aldosteron dosis kecil Konsentrasi serum kalium
harus dipertimbangkan > 5,0 mmol/L
Serum kreatinin> 2,5
pada semua pasien dengan
mg/dL
fraksi ejeksi ≤ 35 % dan
Bersamaan dengan diuretic
gagal jantung simtomatik hemat kalium atau
berat (kelas fungsional III - suplemen kalium
IV NYHA) tanpa Kombinasi ACEIdan ARB
hiperkalemia dan
gangguan fungsi ginjal
berat)
Digoksin
Pada fibrilasi atrial, digoksin dapat digunakan untuk
memperlambat laju ventrikel yang cepat, walaupun B
blocker lebih diutamakan.
Fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤ 40 %
Inisiasi pemberian digoksin
Dosis awal: 0,25 mg, 1 x/hari pada fungsi ginjal normal. Pada
pasien usia lanjut dan gangguan fungsi ginjal dosis
diturunkan menjadi 0,125 atau 0,0625 mg, 1 x/hari
Periksa kadar digoksin dalam plasma segera saat terapi
kronik
Kadar terapi digoksin harus antara 0,6 -1,2 ng/mL
Tanda keracunan digoksin: mual, muntah, anoreksia dan
gangguan melihat warna
Angiotensin Receptor Blocker (ARB)
Pada pasien gagal jantung dengan fraksi ejeksi
ventrikel kiri ≤ 40 % yang tetap simtomatik walaupun
sudah diberikan ACEI dan penyekat β dosis optimal,
kecuali juga mendapat antagonis aldosteron
Sebagai alternatif pada pasien intoleran ACEI
ARB dapat menyebabkan perburukanfungsi ginjal,
hiperkalemia, dan hipotensi simtomatik sama sepert
ACEI
Tidak menyebabkan batuk
Diuretik (kelas rekomendasi I, bukti B)
Gagal jantung dengan tanda klinis atau gejala
kongesti
Tujuan pemberian diuretik: untuk mencapai status
euvolemia (kering dan hangat) dengan dosis yang
serendah mungkin
ICD (Implantable cardioverter-defibrillator)
CRT (Cardiac resynchronization therapy)
merupakan alat yang direkomendasikan pada
gagal jantung lanjut (advanced heart failure )
simtomatik, yang sudah mendapatkan terapi
farmakologis gagal jantung secara optimal