Anda di halaman 1dari 56

Laporan kasus

Hypertensive Heart
Disease (HHD) With
(Congestive) Heart
Failure
Nurul Hidayati

Pembimbing: dr. Juwanto, SpPD-KKV, FINASIM

BAGIAN ILMU PENYAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2018
Pendahuluan
• Gagal jantung merupakan suatu masalah kesehatan
masyarakat yang progresif dengan angka morbiditas dan
mortalitas yang tinggi di negara maju maupun di negara
sedang berkembang termasuk Indonesia.

• Berdasarkan data dari Framingham Heart Study gagal


jantung dengan hipertensi menunjukkan awal terjadinya
disfungsi sistolik atau diastolik dari ventrikel kiri yang
berhubungan erat dengan peningkatan insiden gagal
jantung.4
Tinjauan Pustaka
Congestive Heart Failure (CHF)

• Ketidak mampuan jantung sebagai pompa untuk


memompakan darah secukupnya dalam
memenuhi kebutuhan sirkulasi untuk
metabolisme jaringan tubuh
Epidemiologi
• 5,3 juta orang menderita gagal jantung di Amerika
Serikat,
American • 660.000 kasus baru /th
Heart • 287.000 kasus kematian
Association

• penyakit gagal jantung diagnosis dokter 0.13% kasus


Indonesia
th 2013

• Hipertensi penyebab utama tingginya penyakit gagal


jantung dimana (TDS) ≥140 mmHg, (TDD) ≥90 mmHg
• disfungsi sistolik /diastolik dari ventrikel kiri yang
berhubungan dengan ↑ insiden gagal jantung
Etiologi
Kelainan otot Aterosklerosis Hipertensi
jantung • disfungsi sitemik
• ↓ kontraktilitas miokardium • ↑ kerja jantung →
jantung hipertropi serabut
otot jantung

Peradangan
Penyakit
penyakit
jantung lain
miokardium
Klasifikasi berdasarkan kelainan Klasifikasi berdasarkan
struktural jantung (AAC/AHA) kapasitas fungsional (NYHA)
Stadium A Kelas I

Memiliki risiko tinggi untuk berkembang Tidak terdapat batasan dalam melakukan
menjadi gagal jantung. Tidak terdapat aktifitas fisik. Aktifitas fisik sehari-hari tidak
gangguan struktural atau fungsional menimbulkan kelelahan, palpitasi atau sesak
jantung, tidak terdapat tanda atau gejala nafas
Stadium B Kelas II

Telah terbentuk penyakit struktur Terdapat batasan aktifitas ringan. Tidak


jantung yang berhubungan dengan terdapat keluhan saat istirahat, namun
perkembangan gagal jantung, tidak aktifitas fisik sehari-hari menimbulkan
terdapat tanda atau gejala kelelahan, palpitasi atau sesak nafas
Stadium C Kelas III

Gagal jantung yang simtomatik Terdapat batasan aktifitas bermakna. Tidak


berhubungan dengan penyakit struktural terdapat keluhan saat istirahat, tetapi aktfitas
jantung yang mendasari fisik ringan menyebabkan kelelahan,
palpitasi atau sesak
Stadium D Kelas IV

Penyakit jantung struktural lanjut serta Tidak dapat melakukan aktifitasfisik tanpa
gejala gagal jantung yang sangat keluhan. Terdapat gejala saat istirahat.
bermakna saat istrahat walaupun sudah Keluhan meningkat saat melakukan aktifitas
mendapat terapi medis maksimal
Anamnesis
• sesak napas saat bekerja (dypsneu on effort)
• sesak saat berbaring (ortopneu)
• riwayat terbangun malam hari karena sesak
(paroksismal nocturnal),
• cepat lelah,
• tidak tahan dengan latihan berat,
• riwayat bengkak perut dan kaki
Pemeriksaan Fisik jantung lanjut karena
• tidak memiliki keluhan, fungsi LV yang sangat
merasa tidak nyaman menurun.
saat berbaring datar • Tekanan nadi berkurang
selama >beberapamenit. berkurangnya stroke
kesulitan untuk volume, dan tekanan
menyelesaikan katakata diastolik arteri bisa
akibat sesak. meningkat sebagai
• Tekanan darah sistolik akibat vasokontriksi
bisa normal /tinggi, sistemik.
berkurang pada gagal • Sinus takikardi
Pemeriksaan vena jugularis:
• Pemeriksaan paru
• auskultasi pulmonary crackles (ronkhi
/krepitasi) oleh transudasi cairan dari rongga
intravaskular kedalam cairan rongga alveolar
sudah meningkat.
• Efusi pleura meningkatnya tekanan sistem
kapiler pleura
Pemeriksaan jantung:
• kardiomegali, (ictus cordis) tergeser kebawah intercostal
space (ICS) ke V
• Hipertrofi ventrikel kiri yang berat mengakibatkan
pulsasi prekodial (ictus) teraba lebih lama (kuat angkat).
• Bunyi jantung ketiga dapat didengar (gallop) ditemukan
pada pasien dan seringkali menunjukkan kompensasi
hemodinamik yang berat. Bunyi jantung keempat bukan
indikator spesifik gagal jantung, tapi biasanya ada pada
pasien dengan disfungsi diastolik.
• Murmur regurgitasi mitral dan trikuspid umumnya
ditemukan pada pasien dengan gagal jantung yang
lanjut.
Pemeriksaan abdomen dan ekstremitas:
• Hepatomegali
• Ascites
• Edema perifer
Kriteria Mayor Kriteria Minor

•Dispnea nokturnal paroksismal atau •Edema pergelangan kaki bilateral


ortopnea •Batuk pada malam hari
•Distensi vena leher •Dyspnea on ordinary exertion
•Rales paru •Hepatomegali
•Kardiomegali pada hasil rontgen •Efusi pleura
•Edema paru akut •Takikardi ≥ 120x/menit
•S3 gallop
•Peningkatan tekanan vena pusat > 16
cmH2O pada atrium kanan
•Hepatojugular reflux
•Penurunan berat badan ≥ 4,5 kg dalam
kurun waktu 5 hari sebagai respon
pengobatan gagal jantung
Elektrokardiogram kecil (< 10%).5
(EKG) • Foto Toraks
• untuk melihat perubahan • Merupakan komponen
gelombang Q, perubahan dapat mendeteksi
ST-T, hipertrofi LV, kardiomegali, kongesti
gangguan konduksi dan paru, efusi pleura dan
aritmia. Abnormalitas dapat mendeteksi penyakit
EKG memiliki nilai atau infeksi paru yang
prediktif yang kecil dalam menyebabkan atau
mendiagnosis gagal memperberat sesak
jantung, jika EKG normal, nafas.5
diagnosis gagal jantung
khususnya dengan
disfungsi sistolik sangat
Laboratorium
• Ekokardiografi
• Ekokardiografi berperan mendiagnosis gagal
jantung dengan fraksi ejeksi normal. Diagnosis
harus memenuhi tiga kriteria:5
• Terdapat tanda dan/atau gejala gagal jantung.
• Fungsi sistolik ventrikel kiri normal atau hanya
sedikit terganggu (fraksi ejeksi > 45 - 50%).
• Terdapat bukti disfungsi diastolik (relaksasi
ventrikel kiri abnormal / kekakuan diastolik).
Hypertensive Heart Disease (HHD)
Hipertensi berhubungan dengan
peningkatan risiko menjadi gagal jantung. Pada
hipertensi yang tidak terkontrol dan lama akan
terjadi perubahan struktur miokardium, koroner
dan sistem konduksi jantung. Perubahan ini
dapat menyebabkan hipertrofi ventrikel kiri
(LVH), penyakit arteri koroner (CAD), gangguan
konduksi jantung dan disfungsi sistolik dan
diastolik yang dapat berkomplikasi menjadi
gagal jantung kongestif.
Untuk menilai apakah seseorang itu
menderita penyakit hipertensi atau tidak
haruslah ada suatu standar nilai ukur dari
tekanan darah.
• Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi menurut JNC VII
Tekanan darah sistolik Diastolik
Normal <120 dan <80
Pra-Hipertensi 120-139 atau 80-90
Hipertensi 1 140-159 atau 90-99
Hipertensi 2 =160 atau =100
Krisis Hypertensi
• Hipertensi Mendesak/Urgensi (Hypertensive
Urgency)

• hipertensi darurat/emergensi (Hypertensive


Emergency)
Tatalaksana
• Non farmakologis
Pola hidup sehat:
1. Penurunan berat badan.
2. Mengurangi asupan garam.
3. Olah raga.
4. Mengurangi konsumsi alcohol.
5. Berhenti merokok.
Dosis awal (mg) Dosis target (mg)
ACEI

Captopril 6,25 (3 x/hari) 50 - 100 (3 x/hari)

Enalapril 2,5(2 x/hari) 10 - 20 (2 x/har)

Lisinopril 2,5 - 5 (1 x/hari) 20 - 40(1 x/hari)

Ramipril 2,5 (1 x/hari) 5 (2 x/hari)

Perindopril 2 (1 x/hari) 8 (1 x/hari)

Dosis awal (mg) Dosis target (mg)


Bisoprolol 1,25 (1 x/hari) 10 (1 x/hari)

Carvedilol 3,125 (2 x/hari) 25 - 50 (2 x/hari)

Metoprolol 12,5 / 25 (1 x/hari) 200 (1 x/hari)

Dosis awal (mg) Dosis target (mg)


Eplerenon 25 (1 x/hari) 50 (1 x/hari)

Spironolakton 25 (1 x/hari) 25 - 50 (1 x/hari)


Dosis awal (mg) Dosis target (mg)
Candesartan 4 / 8 (1 x/hari) 32 (1 x/hari)

Valsartan 40 (2 x/hari) 160 (2 x/hari)


Tatalaksana

the American Society of Hypertension and the International Society of Hypertension 2013
Tabel Obat antihipertensi yang direkomendasikan JNC VIII
Laporan Kasus
Identitas pasien
• Identitas Pasien
• Nama : Ny. S
• Jenis Kelamin : perempuan
• Umur : 55 tahun

• No. RM : 01 00 24 15
• Tanggal Masuk : 22 Desember 2018
• Tanggal Pemeriksaan : 22 Desember 2018
Anamnesis
• Keluhan utama
Keluhan sesak napas yang memberat sejak 1
hari SMRS.
Anamnesis
• Riwayat Penyakit Sekarang
Ny. S 55 tahun masuk ke RSUD AA pada tanggal 22
Agustus 2018 dengan keluhan sesak napas yang
memberat sejak 1 hari SMRS. Sesak napas sudah
dirasakan sejak 2 bulan sebelumnya, sesak dirasakan
hilang timbul. Sesak tidak dicetuskan oleh debu, udara
dingin maupun cuaca. Sesak muncul saat sedang
beraktivitas dan hilang setelah pasien beristirahat. Sesak
hilang dalam jangka waktu kurang lebih 30 menit.
Pasien juga mengeluhkan nyeri pada ulu hati, susah
makan sejak 4 hari sebelumnya karena setiap makan
selalu mual dan muntah. Batuk (-), nyeri dada (-), Nyeri
ulu hati (+). Buang air besar dan buang air kecil tidak
ada keluhan. Sejak 1 hari sebelum pasien masuk rumah
sakit, pasien merasakan sesak yang semakin berat.
Pasien tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari yang
ringan seperti buang air kecil/ kekamar mandi sendiri.
Anamnesis

• Riwayat Penyakit Sekarang


7 tahun yang lalu, Pasien pernah dirawat
karena tidak sadarkan diri atau koma selama
kurang lebih 2 jam. Menurut keluarga pasien,
pasien koma karena tekanan darah pasien yang
tinggi dan pasien mengalami kesulitan untuk
menggerakkan tangan dan kaki.
Pasien mengaku mengkonsumsi obat
captopril dan pasien mengaku tidak ada lagi
kontrol tekanan darahnya.
Anamnesis
• Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat hipertensi (+) 7 tahun yang lalu,
riwayat kolesterol tinggi (+), dan asam urat
tinggi(+). Pasien mengaku tidak memiliki
riwayat asma maupun kencing manis.
Anamnesis
• Riwayat Penyakit Keluarga
• Riwayat hipertensi (+) ibu pasien
• Riwayat diabetes melitus (-)
• Riwayat penyakit jantung (-)
Anamnesis
• Riwayat Pekerjaan, Sosial, Ekonomi dan
Kebiasaan
Pasien bekeja sebagai ibu rumah tangga,
tidak memiliki kebiasaan merokok. Pasien suka
makanan yang berlemak dan bersantan.
Pemeriksaan Fisik
• Pemeriksaan Fisik Umum
• Keadaan Umum: Tampak sakit sedang
• Kesadaran : Komposmentis
• TD : 203/125 mmHg
• Nadi : 98 x/menit
• Suhu : 36°C
• Pernafasan : 36 x/menit
• Keadaan gizi
• BB : 75 kg
• TB : 158 cm
• IMT : 31 (obesitas tingkat 2)
Pemeriksaan Fisik
• Pemeriksaan Fisik
• Kepala dan leher
• Mata: konjungtiva anemis (-/-)
sklera ikterik (-/-)
• Hidung: keluar cairan (-) epistaksis (-)
• Telinga: keluar cairan (-), darah (-)
• Mulut: pucat (-) sianosis (-) lidah kotor (-) gusi
berdarah (-) karies (-)
• Leher: pembesaran KGB (-) pembesaran tiroid (-
) peningkatan JVP (+) 5+3 cmH2O
Pemeriksaan Fisik
• Thoraks paru
• Inspeksi : normochest, pergerakan simetris kiri
dan kanan
• Palpasi : vocal fremitus teraba sama kiri dan
kanan
• Perkusi : sonor pada kedua lapangan paru.
• Auskultasi : vesikuler (+/+), ronkhi (-/-),
wheezing (-/-)
Pemeriksaan Fisik
Jantung:
• Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
• Palpasi : ictus kordis sulit diraba karna pasien
gemuk.
• Perkusi : batas jantung kanan pada linea
antara midklavicula dan linea parasternalis
kanan SIK VI, batas jantung kiri linea axilaris
anterior sinistra SIK VI.
• Auskultasi: HR : 98 kali/ menit, S1 S2 reguler,
murmur (-), gallop (-).
Pemeriksaan Fisik
• Abdomen:
• Inspeksi: perut tampak cembung, venektasi (-),
distensi (-)
• Auskultasi : BU(+) 8x/menit
• Perkusi: timpani (+) Shifting dullness (-)
• Palpasi: nyeri tekan epigastrium (+), massa (-)
hepatomegali (-) splenomegali (-)
Pemeriksaan Fisik
Ekstremitas:
• Kulit pucat (-) , sianosis (-), akral hangat, CRT
<2 detik, pitting udem (-/-), turgor kulit kembali
cepat.

• Usulan Pemeriksaan Penunjang


• EKG
• Rontgen thoraks
• Echocardiography
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan darah rutin
• Leukosit :906.000/uL
• Hb : 10,2 mg/dL
• Ht : 33 %
• Eritrosit : 5.540.000/uL
• Trombosit : 268.000 /uL
• Pemeriksaan kimia darah
• Glukosa sewaktu : 125mg/dl
• Ureum : 64 mg/dl
• Creatinin : 1,02 mg/dl
Pemeriksaan Penunjang
• Identitas sesuai
• Marker R
• Foto AP
• Kekerasan foto cukup
• Tulang klavikula, scapula dan
costa intak
• Jaringan lunak <2cm
• Trakea deviasi ke kiri
• Sudut kostofrenikus kiri dan
kanan lancip
• Diafragma kiri dan kanan licin
• Kesan paru : normal
• Kesan jantung : kardiomegali
(CTR: 70%)
Pemeriksaan Penunjang

• Irama sinus
• -laju : 83 kali permenit
• -regularitas: regular
• -Axis: normoaksis
• -gelombang P normal
• -Interval PR normal
• -kompleks QRS normal
• -interval QRS normal
• -segmen ST: isoelektrik
• Gel. T Inverted: Lead II, III,
aVF, dan V1-V6
• S(V2) + R(V6)= 28+ 13=41
• Kesan : Left Ventrikular
hipertrophy
Resume
• Perempuan usia 55 tahun.
Anamnesis: sesak napas, nyeri dibagian ulu hati, disertai mual dan
muntah. riwayat hipertensi (+), riwayat asma (-), riwayat nyeri ulu
hati berulang (+).

Pemeriksaan fisik: tekanan darah 203/125 mmhg, dispnue. Pada


pemeriksaan leher, terdapat peningkatan JVP. Pada pemeriksaan
thoraks terdapat pelebaran batas jantung. Pada pemeriksaan
abdomen didapatkan bentuk perut cembung dan nyeri tekan
epigastrium (+).
Pemeriksaan penunjang: EKG didapatkan adanya Left Ventricular
Hypertrophy (LVH). Pada rontsgen thorax tampak kardiomegali
dengan CTR 70%.
• Daftar Masalah
• Hipertensive Heart Disease (HHD) with
Congestive Heart Failure NYHA FC II-III
• Dispepsia
Hipertensive Heart Disease
(HHD) with Congestive Heart
Failure NYHA FC II-III Terapi :
• Non farmakologi:
• Anamnesis: sesak saat beraktivitas • Modifikasi gaya
ringan, hilang saat berbaring, hidup dan
kebiasaan konsumsi makanan mengurangi
berlemak dan bersantan. Riwayang makan makanan
hipertensi (+), Riwayat hipertensi berlemak
keluarga (+) • Tirah baring
• PF : TD : 203/125 • O2 nasal kanul 2-4
• RR : 36x/menit L
• Peningkatan JVP, pelebaran
batas jantung, • Farmakologi:
• Inj. Furosemid 3x
• PP : EKG: Left ventricular 20 mg
hypertrophy • Inj ranitidine 1
rontgen thorax: kardiomegali ampul 50 mg
• Amlodipin 1x 10
mg oral
• Valsartan 1x160
mg oral
Dispepsia • Terapi:
• inj. Ranitidine 1x50 mg
Anamnesis: Nyeri ulu hati, susah
makan, mual
PF : nyeri tekan epigastrium
PEMBAHASAN

• Telah dilaporkan seorang pasien dengan diagnosis akhir CHF NYHA FC II-
III ec HHD. Diagnosa berdasarkan ICD 10: Hipertensive heart disease
(HHD) with Heart Failure. Keadaan hipertensi pasien termasuk kedalam
krisis hipertensi Hal tersebut karena adanya peningkatan tekanan darah
pasien saat pertama kali masuk rumah sakit yaitu 203/125 mmHG disertai
dengan adanya kerusakan organ target yaitu terdapatnya keluhan berupa
sesak napas. Pada pemeriksaan fisik juga didapatkan adanya pelebaran
batas jantung. Pada pemeriksaan EKG didapatkan perbesaran jantung kiri.
Selain itu, dari pemeriksaan rontgent thorax didapatkan CTR 70% kesan
kardiomegali.
• Menurut JNC VII dikatakan bahwa seseorang mengalami krisis hipertensi
jika tekanan darah sistolik > 180 mmHG atau tekanan darah diastolik >120
mmHG dengan adanya kerusakan organ target. Organ target yang
mengalami kerusakan dapat terjadi pada sistem saraf pusat,
kardiovaskuler, maupun sistem renal. Pada kasus ini, organ target yang
terkena adalah kardiovaskuler dimana terjadi Congestive Heart Failure
(CHF).
PEMBAHASAN

• Diagnosis CHF dapat ditegakkan berdasarkan kriteria Framingham,


terdapat 2 kriteria, yaitu: kriteria mayor dan minor. Kriteria mayor terdiri
dari: orthopnea, paroxysmal nocturnal dyspnea, peningkatan JVP,ronki
basah basal, kardiomegali pada foto rontgen, S3 gallop, Central Venous
Pressure (CVP) >12 mmHg, disfungsi ventrikel kiri pada ekokardiografi dan
edem paru akut. Sedangkan kriteria minor adalah udem tungkai bilateral,
batuk pada malam hari, hepatomegali, efusi pleura, dan takikardi.
Diagnosis CHF ditegakkan jika terdapat 2 kriteria mayor atau terdapat 1
kriteria mayor dengan 2 kriteria minor. Pada pasien di dapatkan
peningkatan JVP dan kardiomegali pada rontgen. Sehingga dapat
ditegakkan diagnosis CHF.
• Tatalaksana yang diberikan untuk hipertensi pada pasien ini berupa
pemberian Amlodipin 10mg dan valsartan 160 mg secara oral. Selanjutnya
pasien diberikan ISDN 3x5 mg secara oral.
PEMBAHASAN

• Menurut kepustakaan, obat antihipertensi yang ideal untuk krisis


hipertensi adalah obat parenteral yang bekerja cepat, mudah di titrasi
dengan efek samping minimal. Obat yang dipilih disesuaikan dengan
penyakit penyerta yang ada serta organ target yang terkena. Untuk kasus
dengan gagal jantung, obat antihipertensi pilihan pertama yang diberikan
adalah nitrogliserin drip dengan dosis inisial 5 mcg/menit (maksimal 100
mcg/menit) Sedangkan untuk lini kedua dapat diberikan drip nitroprussid
0,25-10 mcg/kgbb/menit. Rata-rata dosis efektif nitropussid adalah 3
mcg/kgbb/menit.
• Berdasarkan hal tersebut, tatalaksana untuk Hipertensi Emergensi pada
pasien ini kurang tepat karena pemberian obat oral membutuhkan waktu
yang lama untuk menurunkan tekanan darah pada pasien ini.
PEMBAHASAN

• Tatalaksana untuk CHF pada pasien ini diberikan O2


dengan nasal kanul 3 L/menit.Pemberian oksigen untuk
pencegahan hipoksia. IV line ringer laktat 20 tetes per
menit bertujuan untuk pembatasan intake cairan.
• Pada pasien ini diberikan diuretic berupa loop diuretic
yaitu injeksi furosemid/ lasik sebanyak 2 ampul atau 2x
20mg. Pemberian diuretik parenteral diindikasikan pada
gagal jantung berat dan edema paru akut. Dosis
furosemide menurut AHA heart failure guideline 2013
adalah 20-40 mg 1-2 kali pemberian dengan dosis
maksimum 600mg per hari. Sehingga pemberian
diuretik pada pasien ini sudah tepat.
PEMBAHASAN

• Pada pasien ini diberikan angiotensin aldosteron yaitu


sprinolakton 25 mg tablet diberikan 1 kali. Pemberian
obat ini penting terutama pada pasien yang diberikan
loop diuretic untuk mencegah hipokalemi, dan menurut
AHA Heart failure guidlines 2013. Dosis yang diberikan
sudah sesuai yaitu, 12,5-25 mg 1 kali perhari, dengan
dosis maksimal 2 kali 25mg.10
PEMBAHASAN

• Angiotensin II reseptor blocker (ARB) diberikan pada


pasien ini berupa valsartan tab 160 mg satu kali sehari.
Pada AHA heart failure guideline 2013 disebutkan
bahwa dapat diberikan ARB pada pasien dengan gagal
jantung yang memiliki kontraindikasi terhadap ACE
Inhibitor. Dosis valsartan yang diberikan adalah 20-40
mg diberikan satu kali perhari dengan dosis maksimal
160 mg perhari
PEMBAHASAN
• Pada pasien ini tidak diberikan ACE inhibitor misalnya
captopril ataupun ramipril. Pada AHA heart failure
guideline 2013 disebutkan bahwa dapat diberikan ACE
inhibitor bermanfaat untuk menekan aktivasi
neurohormonal dan pada gagal jantung yang disebabkan
disfungsi sistolik ventrikel kiri, serta untuk anti
remodeling untuk mencegah dilatasi jantung.
Seharusnya diberikan ACE inhibitor dosis rendah untuk
pasien dengan gagal jantung kronik, yaitu 6,25mg 2 kali
perhari,dengan dosis maksimal 50mg 3 kali
perhari.Menurut Perhimpunan Dokter Spesialis
Kardiovaskular Indonesia (PERKI) 2015 yang dijadikan
standar operasional prosedur RSAM juga dianjurkan
untuk diberikannya ACE inhibitorbila tidak terdapat
kontraindikasi.
PEMBAHASAN
• Pada kasus ini tidak diberikan betablocker misalnya
bisoprolol ataupun carvedilol.Pada AHA heart failure
guideline 2013disebutkan bahwa dapat diberikan beta
blocker pada pasien gagal jantung kronik untuk
menurunkan angka mortalitas dan menurunkan
progesifitas penyakit. Pemberian mulai dosis kecil
kemudian dititrasi selama beberapa minggu dengan
kontrol ketat sindrom gagal jantung. Biasanya diberikan
bila keadaan sudah stabil. Pada gagal jantung kelas
fungsional II dan III. Dosis yang dapat diberikan adalah
1,25 mg satu kali per hari untuk bisoprolol dan 3,125mg
2 kali per hari untuk carvedilol dengan dosis maksimal
10mg satu kali per hari untuk bisopolol dan 50mg 2 kali
per hari untuk carvedilol.
PEMBAHASAN
• Pasien memiliki riwayat nyeri ulu hati berulang dan
pada pemeriksaan abdomen didapatkan adanya nyeri
tekan epigastrium maka diberikan injeksi ranitidine 50
mg dua kali sehari sebagai antagonis reseptor H-2 yang
dapat mengurangi produksi asam lambung.
KESIMPULAN
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang, didapatkan pada
pasien mengalami CHF FC NYHA II-III dengan
HHD dan disertai dengan dyspepsia.
Terimakasih
Mohon bimbingan dan saran

Anda mungkin juga menyukai