Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN KASUS

CONGESTIVE HEART FAILURE

OLEH : MARSELA

PEMBIMBING:
dr. Risnandar Sp.PD
dr. Asmawati

Program Internsip Dokter Indonesia


RSUD Kota Dumai
2021
PENDAHULUAN
• CHF ( Congestive Heart Failure ) merupakan salah satu masalah
kesehatan dalam system kardiovaskular, yang angka kejadiannya
terus meningkat.
• Menurut data dari WHO dilaporkan bahwa ada sekitar 3000
warga Amerika menderita CHF. Menurut American Heart
Association ( AHA ) tahun 2012 dilaporkan bahwa ada 5,7 juta
penduduk Amerika Serikat yang menderita gagal jantung .
• Penderita gagal jantung atau CHF di Indonesia pada tahun 2019
menurut data dari Departemen Kesehatan mencapai 14.449 jiwa
penderita yang menjalani rawat inap di rumah sakit. Pada tahun
2019 di Jawa Tengah terdapat 520 penderita CHF dan menjalani
rawat inap Selain itu, penyakit yang paling sering memerlukan
perawatan ulang di rumah sakit adalah gagal jantung
BAB II
• Definisi

Gagal jantung adalah sebuah sindrom yang disebabkan


oleh kegagalan fungsi jantung, secara umum disebabkan
karena gangguan atau kerusakan otot miokardial dan
ditandai dengan pelebaran ventrikel atau pembesaran atau
keduanya. Kegagalan pada fungsi sistolik primer atau
diastolic atau campuran keduanya, akan menyebabkan
abnormalitas neurohormonal dan sirkulasi, yang biasanya
menimbulkan gejala-gejala tipikal seperti retensi cairan,
sesak nafas, dan cepat lelah, terutama pada aktivitas.
Tipe Contoh
Kardiak
Kerusakan miokardial Infark miokard
ETIOLOGI Miokariditis
Kardiomiopati : familial/genetic, restiriktif,
toksik/obat, metabbolik

Kelainan katup/valvular Stenosis aortic


Regurgitasi mitral
Arritmia Bradiarritmia
Takiaritmia
Gangguan konduksi Block nodus AV
Left bundle branch block
Menurunnya ketersediaan substrat/zat-zat ( glukosa, Iskemia
asam lemak bebas)
Kelainan infiltratif atau kelainan matriks Amilodisosis, Sarcoidosis
Fibrosis kronik
Hemokromatosis

Sistemik
Kelainan-kelainan yang meningkatkan kebutuhan Anemia
output kardiak Hipertiroid
Penyakit Paget

Kelainan-kelainan yang meningkatkan resistensi Stenosis aortic


terhadap output (afterload) Hipertensi
Kelas Kapasitas fungsional pasien
NYHA Kelas I Para penderita penyakit jantung dengan tidak ada

KLASIFIKASI batasan dalam melakukan kegiatan fisik, serta tidak


menunjukkan gejala-gejala penyakit jantung seperti
cepat lelah, berdebar-debar, sesak nafas dan/atau nyeri
dada, apabila mereka melakukan kegiatan biasa.

NYHA Kelas II Para penderita penyakit jantung dengan batasan minimal


atau sedikit, dalam kegiatan fisik. Mereka tidak
mengeluh apa-apa waktu istirahat, akan tetapi kegiatan
fisik yang biasa akan menimbulkan gejala-gejala
insufisiensi jantung seperti kelelahan, jantung berdebar,
sesak nafas dan/atau nyeri dada.

NYHA Kelas III Para penderita penyakit jantung dengan batasan


menengah/sedang dalam kegiatan fisik Mereka tidak
mengeluh apa-apa waktu istirahat, akan tetapi kegiatan
fisik yang kurang dari kegiatan biasa sudah
menimbulkan gejala-gejala insufisiensi jantung seperti
kelelahan, jantung berdebar, sesak nafas, dan/atau nyeri
dada

NYHA Kelas IV Para pendertia penyakit jantung dengan batasan


maksimal/berat dalam melakukan aktivitas. Waktu
istirahat juga dapat menimbulkan gejala-gejala
insufisiensi jantung, yang bertambah apabila mereka
melakukan kegiatan fisik meskipun sangat ringan.
Manifestasi klinis
Gejala Tanda
Tipikal Spesifik
- Rasa sesak nafas - peningkatan tekanan vena jugular
- Sesak nafasyang dipengaruhi - hepatojugular reflux
posisi (orthopnea) - bunyi jantung III (irama gallop)
- Sesak nafas yang lebih parah - Impuls apikal yang bergeser ke
saat malam hari (Paroxysmal lateral
nocturnal dyspnea) - murmur kardiak
- Penurunan toleransi aktivitas
- Cepat lelah, memerlukan waktu
lebih banyak untuk beristirahat
- pembengkakan ankle
Menurut kriteria framingham:
Diagnosis
2 mayor + 1minor

Kriteria Mayor Kriteria Minor

Paroxysmal nocturnal dyspnea (PND) Edema ekstremitas


Distensi Vena leher Batuk malam hari
Ronki paru Sesak nafas pada aktivitas biasa
Kardiomegali Hepatomegali
Edema paru akut Efusi pleura
S3 gallop Penurunan kapasitas vital 1/3 dari normal
Peninggian tekananan vena sentral Takikardi
Refluks hepatojugular * Penurunan BB ≥ 4.5 kg dalam 5 hari
* Penurunan BB ≥ 4.5 kg dalam 5 hari pengobatan
pengobatan
Pemeriksaan Penunjang Diagnosis
• Elektrokardiogram (EKG)
• Rekaman EKG harus dilakukan pada setiap pasien yang dicurigai
dengan gagal jantung. Perubahan EKG biasanya dijumpai pada
pasien yang diduga mengalami gagal jantung. Abnormalitas dari
EKG memiliki nilai prediksi yang kecil akan adanya gagal jantung. 1
• Foto thoraks
• Foto thoraks merupakan komponen penting dalam diagnostik gagal
jantung. Pada foto thoraks kita dapat menilai kongesti pulmonal
serta dapat menunjukkan penyebab sesak nafas oleh karena paru
atau thoraks. Foto thoraks digunakan untuk mendeteksi adanya
kardiomegali, kongesti pulmonal dan akumulasi cairan pleura, serta
dapat menunjukkan adanya penyakit paru
• Pemeriksaan Laboratorium
• Pemeriksaan diagnostik yang rutin dilakukan
pada pasien gagal jantung berupa
pemeriksaan darah lengkap (hemoglobin,
leukosit, dan platelet), elektrolit serum,
kreatinin serum, Laju Filtrasi Glomerulus,
kadar glukosa, tes fungsi hati, dan urinalisa
• Ekokardiografi
• Istilah ekokardiografi ditujukan kepada semua
teknik pencitraan jantung yang menggunakan
ultra sound, termasuk colour Doppler dan
Tissue Doppler Imaging. Penggunaan
ekokardiografi sudah rutin digunakan untuk
menentukan disfungsi jantung akibat kelainan
struktur dan fungsi jantung
PENATALAKSANAAN
– Terapi kausa penyakit
• Bila hipertensi, anemia berat, hemokromatosis,
diabetes yang tidak terkontrol, tirotoksikosis,
beriberi, alkoholik, penyakit Chagas’, atau
toksoplasmosis, serta sebab-sebab penyakit lainnya
bisa ditangani, kondisi pasien bisa membaik secara
dramatis. Iskemia miokardial yang signifikan harus
ditangani secara agresif; penanganannya meliputi
revaskualrisasi dengan Percutaneous coronary
intervention (PCI) atau operasi bypass.
– Terapi mekanikal
• Penggunaan Implantable Cardioverter-Defibrillator (ICD) atau
biventricular pacing sesuai bagi sebagian pasien. ICD
direkomendasikan pada pasien dengan angka harapan hidup yang
tinggi, dengan takikardi atau fibrilasi ventrikel berulang atau
menetap.9,10 Sementara itu terapi resinkronisasi kardiak (cardiac
resynchronization therapy/CRT) digunakan untuk meredakan gejala
dan hospitalisasi pasien dengan gagal jantung, fraksi ejeksi ventrikel
kiri < 0.35, dan pelebaran gelombang ORS (0.12s). Ultrafiltrasi
digunakan untuk pasien rawat inap yang memiliki overload cairan
yang berat, tidak respons terhadap pemberian diuretic, dan serum
creatinine yang meningkat (sindroma kardiorenal). 10
– Operasi
• Operasi bisa dijadikan pilihan tepat bila terdapat suatu kelainan structural
yang bisa dikoreksi . Penututpan shunt congenital atau akuiasata di dalam
jantung bisa menjadi terapi yang kuratif. Bypass arteri koronaria bisa
mengurangi iskemia dan membantu para pasien dengan kardiomiopati
iskemik dan masih terus dipelajari keefektifannya pada pasien gagal
jantung dengan disfungsi sistolik iskemia. Bila gagal jantung secara primer
disebabkan karena kelainan katup, perbaikan surgical atau penggantian
katup sangat dipertimbangkan. Transplantasi jantung merupakan terapi
pilihan utama bagi pasien usia < 60 tahun yang memiliki gagal jantung
refrakter yang berat dan tidak ada kondisi mengancam jiwa yang lain.
Pasien-pasien dengan usia yang lebih tua namun dengan kondisi
kesehatan yang baik juga bisa dipertimbangkan untuk menjalani operasi
transplant.
edukasi
• Perubahan pola diet dan gaya hidup dibarengi dengan edukasi, diet
rendah sodium, berat badan dan ketahanan fisik yang sesuai, dan
koreksi kondisi yang mendasarinya. 10
• Edukasi pada pasien atau pihak yang merawatnya sangat penting bagi
keberhasilan proses perawatan jangka panjang. Pasien dan keluarga
seharusnya dilibatkan dalam pemilihan terapi, diberitahu mengenai
tanda-tanda bahaya dekomepnasi jantung, dan bagaimana hubungan
dengan penyakit kausal.
• Konsumsi diet rendah sodium akan membantu mengurangi retensi cairan.
Pasien harus mengurangi garam pada makanan-makanan yang ia makan serta
makann-makanan yang asin. Selain itu pada pasien dengan aterosklerosis atau
diabetes juga harus mengikuti secara ketat pola makan yang telah ditentukan
bagi mereka. Obesitas dapat memperburuk gejala-gejala gagal jantung
sehingga indeks massa tubuh pasien juga harus diperhatikan .
BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
• Nama :Tn.A
• Jenis Kelamin:Laki-laki
• Tempat, Tanggal Lahir :1 Oktober 1970
• Usia :51 tahun
• Alamat : ----
• Status Menikah :Menikah
• Agama :Islam
• Pekerjaan :karyawan swasta
• No. Rekam Medis : 382403
ANAMNESIS

• Keluhan Utama :Sesak napas sejak 3 jam SMRS

• Keluhan Tambahan :Batuk kering, lemas, keringat dingin dan BAK menjadi sering

• Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien merasakan sesak napas sejak 3 jam SMRS. Sesak dirasakan tiba-tiba saat pasien sedang
duduk. Sesak napas terjadi selama ± 5 menit. Sebelum pasien merasakan sesak napas, pasien
mengalami batuk kering yang disusul dengan sesaknya, dan setelah 5 menit kemudian sesak
napas hilang. Hal yang dilakukan pasien untuk mengurangi sesak napasnya adalah dengan
menarik napasnya dalam-dalam dan batuk. Sesak napas tersebut sudah sering dirasakan pasien
sejak 1 tahun yang lalu, hilang timbul, cepat membaik sehingga pasien masih dapat
menyesuaikan diri. Namun sesak napas yang dirasakan pasien saat ini, dirasakan lebih berat
dari sebelumnya hingga pasien takut tidak bisa bernapas. Sesak napas sering dirasakan pasien
saat pasien saat sedang tidur, sehingga pasien terbangun dan pasien langsung duduk atau
berdiri lalu pergi keluar rumah (area terbuka) untuk menghirup udara lebih banyak. Setelah
pasien duduk atau berdiri, pasien merasa lebih nyaman, dan sesak berkurang. Pasien
menggunakan 2–3 bantal ketika tidur. Selain itu sesak napas terkadang juga dirasakan pasien
ketika sedang beraktivitas seperti ketika sedang berjalan kaki. Ketika pasien mengalami
serangan sesak napas pasien mengalami keringat dingin dan disertai badan melemas. Pasien
mengalami nyeri dada.
• Riwayat Penyakit Dahulu
 Pasien sempat dirawat selama 5 hari dengan keluhan yang
sama yaitu sesak napas sekitar 6 bulan yang lalu
 Pasien tidak pernah melakukan operasi jantung

• Riwayat Penyakit Keluarga


Keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan atau
penyakit seperti pasien.

• Riwayat Kebiasaan dan Sosial


 Pasien merupakan seorang perokok aktif, ± 1 bungkus per
hari yang sudah dimulai sejak SMP.
 Pasien tidak mengkonsumsi kopi ataupun alkohol.
PEMERIKSAAN FISIK
• Keadaan Umum :tampak sakit sedang
• Kesadaran :komposmentis,
GCS 15 (E4 V5 M6)
• Tanda-tanda Vital :
 Tekanan darah :160/100 mmHg
 Nadi :108 x/m (ireguler, tidak sama
dengan HR, isi cukup)
 Pernapasan:24 x/m
 Suhu :36,5oC
• BMI : 75 kg/ 1,75 m2 = 24,5 kg/m2 berat badan berlebih

• Kepala :normosefali, penyebaran rambut merata

 Mata :pupil bulat reaktif isokor,reflek cahaya


langsung +/+, reflek cahaya tidak
langsung +/+konjungtiva anemis -/-,
sklera ikterik -/-
 Mulut : oral mukosa basah, bau mulut (-)
 Bibir : mukosa kering, simetris, tidak pucat
 Uvula : intak di tengah
 Tonsil : T1T1
 Faring: faring tenang
 Leher : tidak ada pembesaran KGB dan tiroid,
jugular venous pressure (JVP) : meningkat
Thorax:

– Kulit: bekas luka(-) perubahan warna (-) spider


naevi (-)
– Bentuk : tidak ada deformitas, bentuk dada simetris
– Gerak : tidak ada gerak napas tertinggal, retraksi
interkostal(-)
EKG
KESAN :
SINUS TAKIKARDI
• Jantung
• Inspeksi :iktus kordis tidak terlihat

• Palpasi:iktus kordis teraba pada interkostal 5


anterior axillary sinistra

• Perkusi :
• batas jantung kanan ICS 5 parasternal dextra
• batas jantung kiri ICS 5 anterior axillary sinistra
• batas jantung atas ICS 2 parasternal sinistra

• Auskultasi :bunyi jantung S1S2 ireguler, gallop (-),


murmur (-)
• Paru
• Palpasi :vokal fremitus normal dan seimbang pada
kedua sisi, pengembangan dada simetris

• Perkusi :bunyi sonor pada seluruh lapangan par

• Auskultasi :suara nafas vesikuler, wheezing (-)/(-),


ronkhi (+)/(+), Irama nafas teratur
• Abdomen:
 Inspeksi :datar, bekas luka(-), kaput medusa (-)

 Auskultasi : bising usus positif

 Perkusi :Timpani di seluruh regio abdomen

 Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar dan limpa


tidak teraba. Massa abnormal (-)
• Ekstremitas :
 Akral hangat, edema (-) , sianosis (-)pergerakan aktif dan
pasif normal/tidak terganggu

Kekuatan motorik 5 5 5 5 | 5 5 5 5
5555|5555
Reflek fisiologis : positif, normal. Hipo/Hiper reflex (-)

Reflek patologis : Babinski (-)

Sensorik : sensitif terhadap rangsang sentuh dan nyeri


PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan 23 mei 2021 Nilai normal

Darah Rutin

Hemoglobin 16,1 gr/dl 13-17gr/dl

Hematokrit 48 % 37-54%

Leukosit 8,4 rb/ul 5-10rb/ul

Trombosit 212 rb/ul 150-400 rb/ul

Faal ginjal

Ureum 38 mg/dl 20-40

Creatinin 1,7 mg/dl 0,5-1,2

Elektrolit

Na+ 144,3 meq/l 135- 147 meq/l

K+ 3,79 meq/l 3,5-5 meq/l

Cl– 97,9 meq/l 95-105 meq/l


Pencitraan X-ray Thorax AP
a. Cor: membesar, pinggang jantung melurus,
apex rounded
b. Paru : tidak tampak infiltrat, corakan
bronkovaskular bagian suprahilar prominen,
garis pleura, sinus phrenicuscostalis dan
diafragma baik.
c. Tulang dan soft tissue baik

Kesan : Kardiomegali
DIAGNOSIS

Diagnosis Kerja : Gagal Jantung Kongesti NYHA


class III e.c Hipertensi
PENATALAKSANAAN
Bedrest ½ duduk
O2 4 liter/menit
IVFD Nacl 16 tpm
CPG 75mg 1x1
Digoxin 1 x 1
Furosemide 1 amp/8jam
Spironolactone 1x 25 mg
Ambroxol 3x 1
KSR 3x1
FOLLOW UP
S: sesak napas (+), batuk kering (+), keringat dingin (+), lemas (+), nyeri
dada (+), jantung berdebar-debar (-), BAK sering.
23 Mei 2021 O:
 KU = CM
 TD:160/100 mmHg N: 104x/m(reguler) RR:24x/m S:36oC
 Thorax :
 Cor: S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
 Pulmo: SN vesikuler, rh -/-, wh -/-
 Abdomen : supel, datar, timpani, BU(+)
 Ektremitas : akral hangat, edem (-)

A:GJK NYHA class III


P:
 Bed Rest ½ duduk
 O2nasal kanul 4 liter/menit
 IVFD Nacl 16tpm
 CPG 75mg 1x1
 Digoxin 1 x 1
 Lasix 2x2 ampul (IV)
 Spironolactone 1x 25 mg
 Ambroxol 3x 1
 KSR 3x1
S: sesak napas (+), batuk kering(+), keringat dingin (-), lemas (-), nyeri
dada (-), jantung berdebar-debar (-), BAK sering.
24 Mei 2021 O:
 KU = CM
 TD:140/90 mmHg N:86x/m(reguler) RR:22x/m S:36,2oC
 Thorax :
 Cor: S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
 Pulmo: SN vesikuler, rh -/-, wh -/-
 Abdomen : supel, datar, timpani, BU(+)
 Ektremitas : akral hangat, edem (-)

A:GJK NYHA class III


P:
 Bed Rest ½ duduk
 O2nasal kanul 4 liter/menit
 IVFD Nacl 16tpm
 CPG 75mg 1x1
 Digoxin 1 x 1
 Lasix 2x2 ampul (IV)
 Spironolactone 1x 25 mg
 Ambroxol 3x 1
 KSR 3x1
S: sesak napas (+), batuk kering(+)
25 Mei 2021 O:
 KU = CM
 TD:120/80 mmHg N:85x/m (reguler) RR:24x/m S:36oC
 Thorax :
 Cor: S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
 Pulmo: SN vesikuler, rh -/-, wh -/-
 Abdomen : supel, datar, timpani, BU(+)
 Ektremitas : akral hangat, edem (-)

A:GJK NYHA class III


P:
 Bed Rest ½ duduk
 O2nasal kanul 4 liter/menit
 IVFD Nacl 16tpm
 CPG 75mg 1x1
 Digoxin 1 x 1
 Lasix 2x2 ampul (IV)
 Spironolactone 1x 25 mg
 Ambroxol 3x 1
 KSR 3x1
S: sesak napas (-), batuk kering(+)
26 Mei 2021 O:
 KU = CM
 TD:120/80 mmHg N: 100x/m (reguler) RR: 20x/m S:36,5oC
 Thorax :
 Cor: S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
 Pulmo: SN vesikuler, rh -/-, wh -/-
 Abdomen : supel, datar, timpani, BU(+)
 Ektremitas : akral hangat, edem (-)

A:GJK NYHA class III


P:
 Digoxin 1 x 1
 Furosemid 1 x 1
 Spironolactone 1x 25 mg
 Ambroxol 3x 1
 KSR 3x1
 Pasien PAPS
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai