Anda di halaman 1dari 81

CASE REPORT

CONGESTIVE HEART FAILURE ET CAUSA


CORONARY ARTERY DISEASE

Disusun oleh :

Indah Putri Arwandi


NIM. 2208438125

Pembimbing :
dr. Haryadi, Sp.JP(K)-FIHA
01
LATAR BELAKANG
LATAR BELAKANG
Congestive Heart Failure

● Suatu sindroma klinis kegagalan jantung


akibat kelainan struktur dan fungsi
jantung.
● Prevalensi CHF mencapai 64,34 juta orang
● Etiologi :

Penyakit Penyakit Katup


Jantung Koroner Jantung

Hipertensi Aritmia

Penyakit Jantung
Bawaan
LATAR BELAKANG
Penyakit Jantung Koroner

Penyakit Jantung Koroner (PJK) atau


Coronary Artery Disease (CAD)
merupakan penyakit jantung iskemik
akibat kurangnya suplai oksigen ke
otot-otot jantung yang disebabkan oleh
penyempitan atau sumbatan oleh plak di
pembuluh darah koroner yang diketahui
sebagai aterosklerosis arteri koronaria.
02
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
CONGESTIVE HEART FAILURE
DEFINISI

● PERKI 2020, Gagal jantung adalah


abnormalitas dari struktur
dan/atau fungsi dari jantung untuk
mendistribusikan oksigen ke
seluruh tubuh.
EPIDEMIOLOGI

● Prevalensi gagal jantung


mencapai 64,34 juta orang dan
bertanggung jawab terhadap
287.000 kematian per tahun.
● Jumlah penderita gagal jantung di
Amerika diperkirakan sebanyak
5,7 juta orang
● Di Indonesia, prevalensi gagal
jantung mencapai 12,9%
ETIOLOGI
Faktor intrinsik : penyakit arteri koroner, kelainan katup,
cardiomyopathy, dan aritmia jantung.

Faktor Ekstrinsik : hipertensi, peningkatan stroke volume akibat


kelebihan volume atau peningkatan preload
Klasifikasi gagal jantung

A B
NYHA American Heart Association
Kapasitas fungsional Kelainan struktural jantung
Kriteria NYHA (Kapasitas fungsional) Kriteria AHA (Kelainan struktural jantung)

Stage A : Memiliki risiko tinggi untuk berkembang menjadi gagal


Kelas I : Tidak ada keterbatasan aktivitas. aktivitas fisik sehari-hari

0
jantung. Tidak terdapat gangguan struktural atau fungsional
tidak menimbulkan kelelahan, berdebar, atau sesak nafas.
jantung, dan juga tidak tampak tanda atau gejala.

Kelas II : Terdapat keterbatasan aktivitas ringan. Tidak terdapat Stage B : Telah terbentuk kelainan pada struktur jantung yang

ABOUT
1 THE
keluhan saat istirahat, namun aktivitas fisik sehari-hari menimbulkan

kelelahan, berdebar, atau sesak nafas.


berhubungan dengan perkembangan gagal jantung tetapi tidak

terdapat tanda atau gejala.

DISEASE
Kelas III : Terdapat keterbatasan aktivitas yang bermakna. Tidak
You can enter a subtitle here inStage
terdapat keluhan saat istirahat, namun aktivitas fisik ringan

menyebabkan kelelahan, berdebar, atau sesak nafas.


caseC : you
Gagal need it simptomatik berhubungan dengan
jantung yang

penyakit struktural jantung yang mendasari.

Kelas IV : Tidak dapat melakukan aktivitas fisik tanpa keluhan. Stage D : Penyakit jantung struktural lanjut serta gejala gagal

Terdapat gejala saat istirahat. Keluhan meningkat saat melakukan jantung yang sangat bermakna muncul saat istirahat walaupun

aktivitas. sudah mendapat terapi farmakologi maksimal (refrakter).


PATOFISIOLOGI
Patofisiologi gagal jantung

1 Gangguan kontraktilitas ventrikel

2 Peningkatan afterload (tegangan


dinding ventrikel selama kontraksi);

3 Gangguan relaksasi dan pengisian


ventrikel.
Patofisiologi gagal jantung

Gagal jantung sistolik Gagal jantung diastolik


Abnormalitas pengosongan ventrikel: Abnormalitas relaksasi diastolik
atau pengisisan ventrikel
a. gangguan kontraktilitas
b. peningkatan afterload
DIAGNOSIS
ANAMNESIS
❖ Dsypneu on effort
❖ Ortopneu
❖ Paroxysmal nocturnal dyspneu
❖ Batuk
Pemeriksaan Fisik

A
B
• Peningkatan JVP
• Takikardi • Kardiomegali
• Cheyne Stokes • Apeks Jantung
• bergeser
Hepatojugular reflux
• Pulsasi apeks
• Hepatomegali bergeser
• Pitting edema • S3 gallop
• Murmur
2 Kriteria mayor

atau

1 Kriteria mayor dan


2 Kriteria minor
PEMERIKSAAN PENUNJANG

EKG

RADIOLOGI

LABORATORIUM
EKG

• Sinus Takikardi/bradikardi
• Atrial takikardi/flutter/fibrilasi
• Aritmia Ventrikel
• Iskemia/infark
• Gelombang Q patologis
• Hipertrofi ventrikel kiri
• AV Block
• Gambaran RBBB/LBBB
RADIOLOGI

• Kardiomegali
• Hipertrofi Ventrikel
• Kongesti Vena Paru
• Edema Interstitial
• Efusi Pleura
• Garis Kerley B
• Area paru hiperlusens
• Infeksi Paru
• Infiltrat Paru
Peningkatan Peningkatan
Kreatinin serum BNP/NT
(>1,6 mg/dlL proBNP

Anemia Hiperalbumin /

Hiponatremia /
Hipernatremia
Hipoalbumin

Peningkatan
LAB
AST / ALT

Hipokalemia /
Hiperkalemia Peningkatan
Troponin

Hiperglikemia
TATALAKSANA
NON FARMAKOLOGI

Manajemen Ketaatan Pasien


Perawatan Mandiri berobat

Pemantauan dan
Asupan cairan &
Pengurangan
Latihan fisik
Berat Badan
Terapi Farmakologi

01 ACE I 05 Hidralazin

02 ARB 06 Digoxin

03 Beta Blocker 07 Diuretik

04 Antagonis Aldosteron 08 ARNI


ANGIOTENSIN CONVERTING ENZYME
INHIBITOR (ACE-I)
Indikasi
1. Fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤ 40 %, dengan atau tanpa gejala.
2. Fraksi ejeksi ventrikel kiri > 40 %, dengan tanda dan gejala.
Kontraindikasi pemberian ACE-I:

❖ Riwayat angioedema
❖ Stenosis renal bilateral
❖ Stenosis aorta berat
❖ Kadar kalium serum >5,5 mmol/L
❖ Serum kreatinin >2,5 mg/dL (relatif)

!! Periksa fungsi ginjal dan elektrolit


ANGIOTENSIN RECEPTOR BLOCKER
Indikasi
1. Fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤ 40 %
2. Sebagai pilihan alternatif pada pasien dengan gejala ringan -
berat (kelas fungsional II - IV NYHA) yang intoleran pada ACE-I
3. ARB dapat menyebabkan perburukan fungsi ginjal,
hiperkalemia, dan hipotensi simtomatik sama sepert ACE-
inhibitor, tetapi ARB tidak menyebabkan batuk

!! Periksa fungsi ginjal dan elektrolit


ANGIOTENSIN RECEPTOR BLOCKER

Kontraindikasi pemberian ARB:

❖ Sama seperti ACE-I, kecuali angioedema


❖ Pasien yang diterapi ACE-I dan antagonis aldosteron bersamaan
❖ Monitor fungsi ginjal dan serum elektrolit serial ketika ARB
digunakan bersama ACE-inhibitor
BETA BLOCKER

Indikasi
1. Fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤ 40 % dengan atau tanpa gejala
gagal jantung
2. Fraksi ejeksi ventrikel kiri > 40 %, dengan tanda dan gejala
3. Gejala ringan sampai berat (kelas fungsional II - IV NYHA)
4. ACE-I/ARB/ARNI (dengan atau tanpa antagonis aldosteron)
sudah diberikan
5. Pasien stabil secara klinis (tidak ada perubahan dosis diuretik
dan tidak ada tanda retensi cairan berat)
BETA BLOCKER
Kontraindikasi pemberian Beta Blocker :

❖ Asma berat
❖ Blok AV derajat 2 dan 3 serta sinus
bradikardia
ANTAGONIS ALDOSTERON
Indikasi
1. Fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤ 40 %
2. Gejala sedang sampai berat (kelas fungsional III - IV NYHA)

!! Periksa fungsi ginjal dan elektrolit


ANTAGONIS ALDOSTERON

Kontraindikasi :

❖ Konsentrasi kalium serum >5,5 mmol/L


❖ Serum kreatinin >2,5 mg/dL (relatif)
❖ Bersamaan dengan diuretik hemat kalium
atau suplemen kalium
❖ Kombinasi ACE-I dan ARB atau ARNI
DIGOXIN
DIURETIK

Indikasi
Pemberian diuretik direkomendasikan
pada pasien gagal jantung yang disertai
dengan tanda atau gejala kongesti.
Tujuannya untuk mencapai status
euvolemia dengan dosis serendah
mungkin untuk menghindari dehidrasi
atau retensi.
2.2
PENYAKIT JANTUNG KORONER
DEFENISI

PENYAKIT JANTUNG ISKEMIK AKIBAT


KURANGNYA SUPLAI OKSIGEN KE OTOT-
OTOT JANTUNG YANG DISEBABKAN OLEH
PENYEMPITAN ATAU SUMBATAN OLEH
PLAK DI PEMBULUH DARAH KORONER
YANG DIKETAHUI SEBAGAI
ATEROSKLEROSIS ARTERI KORONARIA.
KLASIFIKASI
Acute Coronary
Syndrome (ACS) /
Sindroma Koroner Akut
Stable Ischemic
UAP (angina pektoris tidak stabil)
Heart Disease
(SIDH) NSTEMI (non ST elevasi miokard
infark)

STEMI (ST elevasi miokard infark)


KLASIFIKASI PJK

Stable Ischemic Heart Disease (SIDH)


SIDH muncul sebagai Angina Pectoris Stabil (APS)

Gejala Klinis yang ditemukan antara lain:


• Rasa tidak nyaman pada substernal dada dengan kualitas dan
durasi tertentu
• Diprovokasi oleh aktivitas fisik dan stres emosional
• Hilang setelah beberapa menit istirahat dan atau dengan nitrat
KLASIFIKASI PJK
Canadian Cardiovaskular Society (CCS)
Aktivitas biasa tidak menyebabkan angina, seperti berjalan atau naik tangga. Angina muncul
Kelas I
dengan mengejan atau aktivitas cepat dan lama saat bekerja atau olahraga.

Sedikit pembatasan pada aktivitas biasa. Angina saat berjalan cepat atau naik tangga, berjalan atau
Kelas II
naik tangga setelah makan atau pada cuaca dingin, angina pada stress emosional, atau hanya
beberapa jam setelah bangun tidur. Berjalan lebih dari dua blok atau menanjak lebih dari satu
tangga pada kecepatan dan kondisi normal.

Pembatasan yang jelas pada aktivitas fisik biasa. Angina muncul saat berjalan satu atau dua blok,
Kelas III
naik satu lantai pada kondisi dan kecepatan normal.

Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas fisik tanpa rasa tidak nyaman, angina dapat timbul saat
Kelas IV
istirahat.
KLASIFIKASI PJK
Sindroma Koroner Akut

A. Angina Pektoris tidak stabil


Obstruksi sebagian dan belum terjadi kerusakan miokardium sehingga
biomarker jantung tidak dapat terdeteksi.
• Terjadi saat istirahat biasanya berlangsung > 20 menit.
• Nyeri tidak hilang dengan istirahat
• Pada EKG dapat terlihat ST depresi atau inversi pada
gelombang T
KLASIFIKASI PJK

Sindroma Koroner Akut


B. Infark Miokard non ST-elevasi (NSTEMI)
• Terjadi oklusi yang tidak menyeluruh dan tidak melibatkan
seluruh miokardium.
• Enzim jantung mengalami peningkatan, pada EKG tidak
ditemukan adanya elevasi segmen ST tetapi terlihat ST depresi
atau inversi pada gelombang T
KLASIFIKASI PJK

Sindroma Koroner Akut


C. Infark Miokard ST-elevasi (STEMI)
• Terjadi oklusi total arteri koroner, sehingga menyebabkan daerah infark
yang lebih luas meliputi seluruh miokardium
• Pada pemeriksaan EKG ditemukan adanya elevasi segmen ST atau
gelombang Q (pada keadaan lanjut)
• Nilai biomarker serum (troponin) meningkat
FAKTOR RISIKO TIDAK DAPAT DIMODIFIKASI

USIA JENIS
KELAMIN

Pria >55 Th & Wanita >65 Th Pria berisiko lebih tinggi


Semakin tua, sel tubuh mengalami penuaan, - Merokok
termasuk sel otot jantung - Hormon estrogen
Rentan terhadap aterosklerosis - stress  Sekresi Katekolamin & Dopamin
 ↑ HR & TD  PJK
FAKTOR RISIKO DAPAT DIMODIFIKASI

HIPERTENSI HIPERLIPIDEMIA MEROKOK

Nikotin dapat ↑ HR
TD tinggi merusak ↑LDL, ↑Trigliserida, ↓HDL Asap menyebabkan
dinding arteri koroner   Aterosklerosis pembentukan
terbentuk plak
karboksihemoglobin

DIABETES AKTIVITAS OBESITAS


MELITUS FISIK PASIF

Terjadi kerusakan pembuluh


darah Aktivitas fisik dapat ↓ IMT yang lebih tinggi ↑
Terjadi perubahan konsentrasi plasma fibrinogen risiko PJK di masa
 Risiko pembentukan dewasa
metabolisme lipid  ↑ proses
trombus
PATOFISIOLOGI
PATOFISIOLOGI
ARTERI

Sumbatan pembuluh darah koroner


> 20 menit menyebabkan nekrosis
miokard yg diperdarahi

Otot jantung cuma dapat bertahan selama


20 menit tanpa supply
Tindakan umum dan langkah awal
untuk SKA
● Tirah baring
● Oksigen diindikasikan pada pasien hipoksemia SaO2 ,90% atau paO2 <60% mmHg
● Aspirin 160-320 mg diberikan segera pada semua pasien.
● Penghambat reseptor ADP (adenosine diphosphate)
Dosis awal ticagrelor : 180 mg, dosis pemeliharaan: 2 x 90 mg/hari
Dosis awal clopidogrel : 300 mg, dosis pemeliharaan : 75 mg/hari
● Nitrogliserin (NTG) spray/tablet sublingual bagi pasien dengan nyeri dada yang masih
berlangsung saat tiba di ruang gawat darurat. Nitrogliserin intravena diberikan pada
pasien yang tidak responsif dengan terapi tiga dosis NTG sublingual. isosorbid dinitrat
(ISDN) dapat dipakai sebagai pengganti
● Morfin sulfat 1-5 mg intravena, dapat diulang setiap 10-30 menit, bagi pasien yang
tidak responsif dengan terapi tiga dosis NTG sublingual (kelas IIa-B).
03
ILUSTRASI KASUS
IDENTITAS PASIEN

● Nama : Tn. W
● No RM : 00875065
● Umur : 62 tahun
● Jenis Kelamin : Laki-laki
● Pekerjaan : Buruh
● Tgl. Pemeriksaan : 12 Maret 2023
KELUHAN UTAMA

Sesak napas yang semakin memberat sejak 4 hari SMRS.


RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

● 4 hari SMRS, pasien mengeluhkan sesak napas yang semakin


memberat. Sesak napas dirasakan tiba-tiba pada saat pasien
beristirahat dan memberat pada saat pasien beraktivitas. Pasien lebih
nyaman tidur dengan posisi bantal yang lebih tinggi atau setengah
duduk dan sering terbangun malam karena sesak napas.
● Keluhan disertai nyeri dada kiri terutama saat pasien merasakan
sesak. Nyeri dirasakan seperti tertimpa beban berat dan menjalar ke
punggung.
● Batuk sejak 1 bulan SMRS, batuk berdahak, dahak berwarna putih dan
tidak disertai darah, batuk lebih sering pada malam hari
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

● Keluhan lain yang dirasakan pasien adalah mual, mudah lelah, dan
penurunan nafsu makan

● Pasien mempunyai riwayat penyakit jantung. Sejak 5 tahun yang lalu


pasien sudah merasakan keluhan sesak nafas. Sesak dirasakan
terutama saat beraktivitas. Pasien juga menjalani rawat jalan.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

● Riwayat keluhan yang sama (+)


● Riwayat kolesterol (-)
● Riwayat penyakit stroke (-)
● Riwayat hipertensi (-)
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

● Tidak ada keluarga yang mengeluhkan keluhan yang sama


● Riwayat penyakit jantung (-)
● Riwayat penyakit stroke (-)
● Riwayat hipertensi (-)
● Riwayat kolesterol (-)
RIWAYAT SOSIAL EKONOMI

● Pasien seorang buruh


● Pasien jarang berolahraga.
● Pasien mengatakan suka mengkonsumsi makanan
yang berlemak, dan bersantan.
● Riwayat merokok (-)
● Riwayat minum alkohol (-), Riwayat NAPZA (-).
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Komposmentis kooperatif
Tekanan Darah : 120/78 mmHg
HR : 74 x/menit
RR : 23 x/menit
Suhu : 36.5 oC

TB : 160 cm
BB : 55 kg
BMI : 21,46 (normoweight)
Kepala dan leher
● Mata : Konjungtiva Anemis (-/-), ikterik (-/-)
● Hidung : keluar cairan (-), darah (-), deviasi (-).
● Telinga : Ukuran normal, cairan (-), darah (-).
● Mulut : Sianosis (-), atrofi papil lidah (-), mukosa licin (+).
● Leher : JVP 5+3 cm H2O, pembesaran KGB (-).
Jantung

● Inspeksi : Iktus kordis terlihat di SIK VI linea axillaris anterior


sinistra
● Palpasi : Iktus kordis teraba di linea axillaris anterior sinistra SIK VI
● Perkusi : Batas kanan jantung di linea midklavikularis dekstra SIK VI,
Batas kiri jantung di linea axillaris anterior sinistra SIK
VI
● Auskultasi : BJ S1 dan S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru
Inspeksi :
● Statis : Normochest, simetris kanan dan kiri
● Dinamis : Pergerakan simetris, ketertinggalan (-),
retraksi iga (-),penggunaan otot bantu napas (-)
● Auskultasi : Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
● Palpasi : Vokal fremitus simetris kanan dan kiri
● Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru paru
Abdomen

● Inspeksi : Perut tampak datar, vena kolateral (-), massa


(-), caput medusa (-).
● Auskultasi : Bising usus (+) 8x/menit.
● Palpasi : Nyeri tekan (-) ballotement (-), nyeri ketok CVA (-),
nyeri tekan CVA (-), hepatojugular (-)
● Perkusi : Timpani pada seluruh kuadran abdomen.
Ekstremitas

● Ekstremitas atas : Pitting Edema (-), clubbing finger (-)


Akral hangat, CRT <2 detik, sianosis
(-).
● Ekstremitas bawah : Pitting Edema (+), clubbing finger (-)
Akral hangat, CRT <2 detik, sianosis
(-).
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium 10/05/2023

DARAH RUTIN HASIL NILAI NORMAL

Hemoglobin 13,7 (L) 14-18 g/dL

Leukosit 9.17 4.8-10.8 x 10^3/uL

Trombosit 221 150-450 x 10^3/uL

Eritrosit 5.63 4.7-6.1 x 10^6/uL

Hematokrit 43,5 42-52 %


Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium 10/05/2023

HITUNG
HASIL NILAI NORMAL
JENIS
Basofil 1.0 0-1 %
Eosinofil 1.4 1-3 %
Neutrofil 70.7 (H) 40-70 %

Limfosit 20.7 20-40 %

Monosit 6.2 2-8 %


Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium 10/05/2023

KIMIA KLINIK HASIL NILAI NORMAL

AST 77 (H) 10 – 40 U/L

ALT 69 (H) 10 – 40 U/L


GDS 85 >100 bukan DM, 100-200
belum pasti DM, >200 DM
mg/Dl
Ureum 58.0 (H) 12,8 – 42,8 mg/dL

Kreatinin 1.60 (H) 0,55 – 1,30 mg/dL


Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium 10/05/2023

ELEKTROLIT HASIL NILAI NORMAL

Na+ 138 mmol/L 135 -145 mmol/L

K+ 4.1 mmol/L 3,5 - 5,5 mmol/L

Calcium 1.14 mmol/L (H) 0,90 – 1.08 mmol/L


Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium 10/05/2023

Imunologi HASIL NILAI NORMAL

Troponin I 32.3 ng/L (H) <19 negatif


Kuantitatif Observasi 3 jam 19-100 observasi 3 jam
>=100 positif
Pemeriksaan Penunjang
EKG 06/05/2023

Irama : Sinus rhythm


Frekuensi : 75x/menit, reguler
Axis : LAD (Lead 1 +, aVF -)
Gelombang P : 0,08 s
PR interval : 0,12 s
Kompleks QRS : 0,07 s
ST segmen: ST depresi V3,V4,V5
Gel. T inverted : V1, V2, V3, V4, V5,
RVH / LVH : -/ (+) Kriteria Cornell
RBBB / LBBB : -/-

Kesan : irama sinus, LAD, ST depresi di


V3,V4,V5, gel T. Inverted pada VI, V2, V3,
V4, V5, LVH
FOTO TORAKS
Foto Toraks 06/05/2023
• Identitas sesuai, Tn W
• Marker L
• Foto diambil PA
• Kekerasan foto cukup
• Trakea ditengah
• Tulang scapula, clavicula, costae, vertebrae
intak dan tidak ada tanda-tanda fraktur
• Corokan brokovaskuler normal
• Sudut kostrofrenikus kanan lancip dan kiri
a b
sulit dinilai
• Diafragma kanan licin dan kiri sulit dinilai
c • COR : CTR = 3,5+7,5/16= 62,5%
• Kesan
Cor: Kardiomegali
Pulmo : Tidak tampak kelainan
Echocardiografi
12/05/2023

Kesan : ASHD dengan EF 20%,


Hipokinetik global, Mitral
regurgritasi ringan, Dilatasi ventrikel
kiri
Resume
• Tn.W, 62 tahun.
• Sesak napas sejak 1 bulan SMRS yang semakin memberat sejak 4 hari
SMRS.
• Sering terbangun dimalam hari dikarenakan sesak nafas dan lebih nyaman
tidur dengan posisi bantal yang lebih tinggi atau setengah duduk.
• Nyeri dada pada sebelah kiri. Nyeri dada muncul tiba-tiba, seperti tertimpa
beban berat dan menjalar kepunggung. Nyeri dada berkurang dengan
istirahat dan timbul saat sesak napas.
• Batuk berdahak dan lebih sering pada malam hari
• Sejak 5 tahun yang lalu pasien sudah merasakan keluhan sesak nafas dan
telah terdiagnosis penyakit jantung dan rutin kontrol ke poli jantung.
Resume
Pemeriksaan Kepala dan Leher
• JVP (5+3 cm H2O)
Pemeriksaan Fisik Jantung
• Inspeksi : Iktus kordis terlihat di linea axillaris anterior sinistra SIK VI
• Palpasi : Iktus kordis teraba di linea axillaris anterior sinistra SIK
VI
• Perkusi : Batas jantung kanan linea midclavicularis dextra SIK VI
Batas jantung kiri linea axillaris anterior sinistra SIK VI
• Auskultasi : BJ S1 dan S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Pemeriksaan Ekstremitas
Ekstremitas bawah : pitting edema (+/+)
Resume
• EKG di IGD RSUD Arifin Achmad Pekanbaru (10 Mei 2023) :
Sinus rhythm, LAD, ST depresi di V3,V4,V5, T inverted di
VI,V2,V3,V4,V5, LVH
• Rontgen Thorax (10 Mei 2023) : kardiomegali dengan CTR 62,5
%
• Echocardiografi di RSUD Arifin Achmad (12 Mei 2023) : ASHD
dengan EF 20% hipokinetik global Mitral regurgitasi ringan
dilatasi ventrikel kiri
DAFTAR MASALAH

• Congestive Heart Failure


• ASHD dengan EF 20%
• Mitral regrugitasi ringan
NON MEDIKAMENTOSA

1. Rawat di ruangan
2. Oksigen nasal kanul
3L/menit
3. Bedrest, membatasi
aktifitas fisik sehari-hari
4. Posisi kan pasien
semifowler
FARMAKOLOGI

• Inj Lansoprasole 2x1 amp


• Inj lasik 2x1 amp
• Clopidogrel 75 mg 1x1
• ISDN 2x1 5 mg
• Aspilet 1x80 mg
• Amlodipin 1x5 mg
04
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
● Berdasarkan uraian di atas, pasien ini telah memenuhi kriteria
Framingham untuk diagnosis gagal jantung. Pada pasien ditemukan
adanya 3 kriteria mayor, yakni orteopnea serta paroksismal nokturnal
dispnea, kardiomegali, peningkatan JVP serta 2 kriteria minor, yaitu
batuk dimalam hari, dyspnea d'effort

● Berdasarkan kriteria NYHA, pasien ini diklasifikasikan menjadi NYHA


kelas III-IV karena pasien sudah mengalami sesak nafas saat
melakukan aktivitas ringan dan keluhan tersebut masih dirasakan
saat duduk atau beristirahat.
PEMBAHASAN
Penyebab gagal jantung pada pasien ini disebabkan oleh adanya penyakit
jantung koroner. Hal ini dapat dilihat dari hasil EKG pasien yang terdapat ST
depresi di V3,V4,V5 dan T inverted di V1,V2,V3,V4,V5 yang menandakan
adanya iskemia miokard anteroseptal dan LVH. Selain itu juga didukung dari
hasil echocardiography pada 12/05/2023 didapatkan ASHD (Arteriosclerotic
Heart Disease) dengan EF 20% hipokinetik global
PEMBAHASAN
• Penatalaksanaan pasien gagal jantung pada kasus ini dapat dilakukan
dengan istirahat tirah baring, memposisikan pasien setengah duduk
(semifowler) sehingga dapat mengurangi sesak nafas serta membatasi
aktivitas fisik yang dapat menimbulkan sesak nafas. Posisi tersebut akan
membantu pengembangan paru menjadi lebih maksimal sehinga proses
pertukaran oksigen dan karbondioksida dalam paru menjadi lebih baik.
• Pemberian oksigen 3 liter per menit akan membantu untuk pencegahan
hipoksia serta mengurangi beban jantung pada pasien yang mengalami
sesak napas.
PEMBAHASAN
Penatalaksanaan spesifik dengan memberikan terapi yang sesuai dengan
tingkatan gagal jantung yang dialami pasien.
• Pemberian ISDN (golongan nitrat) adalah terapi kombinasi untuk pasien
gagal jantung dengan fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤ 40%.
• Pemberian diuretik direkomendasikan pada pasien gagal jantung yang
disertai dengan tanda atau gejala kongesti. Tujuannya untuk mencapai
status euvolemia dengan dosis serendah mungkin untuk menghindari
dehidrasi atau retensi.
• Antiplatelet (aspilet dan clopidogrel) digunakan sebagai terapi CAD yang
diberikan untuk mencegah terjadinya trombus di jantung, antiagregasi,
mencegah terjadinya emboli dan kejadian iskemik.
• Lansoprazole (golongan protein pump inhibitor) diberikan untuk mengatasi
efek samping dari obat-obat lainnya (diuretik, antiplatelet, dan nitrat).
Terima Kasih
Mohon Arahan dan Bimbingannya

Anda mungkin juga menyukai