Anda di halaman 1dari 30

Congestive

Heart Failure
Dokter Pembimbing: dr. Agoes Kooshartoro, Sp.PD, KKV

Jevon Dhuarte 112022170


Definisi

Gagal Jantung Kongestif didefinisikan


sebagai suatu kumpulan gejala
kompleks yang diakibatkan adanya
gangguan proses kerja jantung, baik
secara structural maupun fungsional.
Epidemiologi

WHO Penyakit jantung menjadi


penyebab kematian tertinggi di
seluruh dunia sejak 20 tahun
terakhir

GHDx tahun 2020 kasus CHF


didunia mencapai 64,34 juta
kasus dengan 9,91 juta kematian

Riskesda 2018, prevalensi CHF sebesar 1,5% atau 1.017.290 penduduk. Kasus CHF meningkat
seiring dengan bertambahnya umur, pada umur 65-74 tahun (4,6%) untuk yang
terdiagnosis, meningkat sedikit pada umur ≥ 75 tahun (4,7%).
Gagal Jantung

Sistolik Diastolik

Fraksi ejeksi berkurang Fraksi ejeksi normal, jumlah


darah yang masuk ventrikel
berkurang
Gagal Jantung

• Gagal jantung kiri: secara klinis ditunjukan pada kegagalan jantung kiri untuk
memompa darah yang ditandai dengan gejala peningkatan tekanan dan kongesti
dari vena capillary pulmonalis, edema paru dan orthopneu
• Gagal jantung kanan: secara klinis ditujukan pada kegagalan jantung kanan untu
memompa darah yang ditandai dengan gejala peningkatan tekanan dan kongesti
dari vena jugularis dan vena sistemik
Gagal jantung

Kegawatdaruratan sindrom klini


disfungsi jantung yang berlangsung
Gagal jantung akut
cepat dan singkat

Gagal Jantung

Sindrom klinis yang kompleks akibat


kelainan struktural atau fungsional yang
mengganggu kemampuan pompa
jantung atau mengganggu kemampuan
Gagal jantung kronis poma jantung atau mengganggu
pengisian jantung. Berlangsung
progresif dan bertahap.
Etiologi

ESC 2018
Patofisiologi
• Gagal jantung terjadi akibat sejumlah proses yang mengakibatkan penurunan kapasitas pompa
jantung, seperti : iskemia, hipertensi, infeksi dan sebagainya.
• Penurunan kapasitas awalnya akan didekompensasi oleh mekanisme neurohormonal : sistem saraf
adrenergik, sistem renin-angiotensin-aldosteron, dan sistem sitokin.
• Kompensasi awal bertujuan untuk menjaga curah jantung dengan cara meningkatkan tekanan
pengisian ventrikel (preload) dan kontraksi miokardium.
• Namun seiring berjalannya waktu,aktivitas sistem tersebut akan menyebabkan kerusakan sekunder
pada ventrikel, seperti remodelling ventrikel kiri dan dekompensasi ventrikel jantung.
• Kadar angiotensi II, aldosteron, dan katekolamin akan semakin tinggi, mengakibatkan fibrosis dan
apoptosis miokardium yang bersifat progresif.
• Pada tahap yang lebih lanjut, penurunan fungsi ini juga akan disertai peningkatan risiko terjadinya
aritmia jantung.
Manifestasi
Klinis
Mayor Minor
Kriteria
Framingham : Paroksismal Nocturnal Dispnea Edema Ekstremitas

Distensi Vena leher Batuk

2 mayor Ronki Paru Dispnea d’effort

atau Kardiomegali Hepatomegali

1 mayor 2 minor Edema Paru Akut Efusi Plura

Gallop S3 Penurunan 1/3 kapasitas


vital

Peninggian tekanan Vena Jugularis Takikardi (>120x/menit)

Refluks Hepatojugular
Klasifikasi
Pemeriksaan Penunjang

Lab
Foto Rontgen Thorak Kimia darah (termasuk ureum, kreatinin,
pembesaran jantung, distensi vena
glukosa, elektrolit), hemoglobin, tes fungsi
pulmonaris dan redistribusinya ke apeks
tiroid, tes fungsi hati, dan lipid darah.
paru (opasifikasi hilus paru bisa sampai ke
01 apeks), peningkatan tekanan vascular
pulmonari, kadang-kadang ditemukan efusi
03 Urinalisa untuk mendeteksi proteinuria
atau glucosuria. Enzim jantung: BNP, NT
Pro BNP, Troponin I/T untuk melihat
pleura.
keterlibatan strok iskemik

EKG Ekokardiografi
membantu menunjukkan etiologi gagal
Dapat menilai dengan cepat dengan

02
jantung (infark, iskemia, hipertrofi dll)
dapat ditemukan sinus 04 informasi yang rinci tentang funsi
takikardi/bradikardi, aritmia ventrikel/ atrial dan struktur jantung, katup dan
fibrilasi, durasi QRS memanjang ST perikard.
depresi/elevasi.
Algoritma
Diagnosa
Gagal Jantung
Tatalaksana Non
Farmakologis 01
Ketaatan Pasien Berobat

02
Pemantauan berat badan mandiri

03
Asupan cairan

04
Pengurangan berat badan

05
Aktivitas fisik
Tatalaksana 01
ACE Inhibitor
Farmakologis 02 𝜷 𝐁𝐥𝐨𝐜𝐤𝐞𝐫
03 Antagonis Aldosteron

04 Angiotensin Receptor Blocker


08 Hydralzine dan
Isosorbide Dinitrate
05 Angiotensin receptor-neprilysin inhibitor
(ARNI)=Sacubitril/valsartan
09
Diuretik
06 Ivabradine

07 Digoksin
Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitors (ACE-I)

ACEI harus diberikan pada semua pasien gagal jantung simtomatik dan fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤
40 %. ACEI memperbaiki fungsi ventrikel dan kualitas hidup, mengurangi perawatan rumah sakit
karenaperburukan gagal jantung, dan meningkatkan angka kelangsungan hidup (kelas rekomendasi I,
tingkatan bukti A).

Indikasi pemberian ACEI

Fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤ 40 %, dengan atau tanpa gejala

Fraksi ejeksi ventrikel kiri > 40 % dengan tanda dan gejala gagal jantung
Β Blocker

Diberikan pada semua pasien gagal jantung simtomatik dan fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤ 40 %. Penyekat β
memperbaiki fungsi ventrikel dan kualitas hidup, mengurangi perawatan rumah sakit karena perburukan
gagal jantung, dan meningkatkan kelangsungan hidup

Indikasi pemberian penyekat β


a. Fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤ 40 %
b. Fraksi ejeksi ventrikel kiri > 40 % dengan tanda dan gejala gagal jantung
c. Gejala ringan sampai berat (kelas fungsional II - IV NYHA)
d. ACEI / ARB (dan antagonis aldosteron jika indikasi) sudah diberikan
e. Pasien stabil secara klinis (tidak ada perubahan dosis diuretik, tidak ada kebutuhan inotropik i.v. dan
tidak ada tanda retensi cairan berat)
Antagonis Aldosteron
Penambahan obat antagonis aldosteron dosis kecil harus dipertimbangkan pada semua pasien dengan fraksi ejeksi ≤
35 % dan gagal jantung simtomatik berat (kelas fungsional III - IV NYHA) tanpa hiperkalemia dan gangguan fungsi
ginjal berat. Antagonis aldosteron mengurangi perawatan rumah sakit karena perburukan gagal jantung dan
meningkatkan kelangsungan hidup.

Indikasi pemberian antagonis aldosteron


a. Fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤ 40 %
b. Gejala sedang sampai berat (kelas fungsional III- IV NYHA)
c. Dosis optimal penyekat β dan ACEI atau ARB (tetapi tidak ACEI dan ARB)
d. Nyeri dan/atau pembesaran payudara
Angiotensin Receptor Blocker (ARB)

Indikasi pemberian ARB


a. Fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤ 40 %
b. Sebagai pilihan alternatif pada pasien dengan gejala ringan sampai berat (kelas fungsional II - IV NYHA)
yang intoleran ACEI
c. ARB dapat menyebabkan perburukan fungsi ginjal, hiperkalemia, dan hipotensi simtomatik sama sepert
ACEI, tetapi ARB tidak menyebabkan batuk
Kontraindikasi pemberian ARB
d. Sama seperti ACEI, kecuali angioedema
e. Pasien yang diterapi ACEI dan antagonis aldosteron bersamaan
f. Monitor fungsi ginjal dan serum elektrolit serial ketika ARB digunakan bersama ACEI
Angiotensin receptor-neprilysin inhibitor (ARNI)=Sacubitril/valsartan

Angiotensin receptor-neprilysin inhibitor (ARNI) yang merupakan kombinasi molekuler valsartan-sacubitril.


Sacubitril merupakan penghambat enzim nefrilisin yang akan menyebabkan perbaikan remodeling miokard,
diuresis dan natriuresis serta mengurangi vasokontraksi, retensi cairan dan garam.

Ivabradine
Bekerja memperlambat laju jantung melalui penghambatan kanal If di nodus sinus, dan hanya digunakan untuk
pasien dengan irama sinus. Ivabradine menurunkan mortalitas dan perawatan rumah sakit akibat gagal jantung
pada pasien gagal jantung dengan fraksi ejeksi yang menurun
Tatalaksana
Farmakologis
Digoksin

memperlambat laju ventrikel yang cepat, walaupun obat lain (seperti penyekat beta) lebih diutamakan. Pada pasien
gagal jantung simtomatik, fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤ 40 % dengan irama sinus, digoksin dapat mengurangi gejala,
menurunkan angka perawatan rumah sakit karena perburukan gagal jantung,tetapi tidak mempunyai efek terhadap
angka kelangsungan hidup.

Indikasi pemberian Digoksin


a. Fibrilasi atrial
b. Dengan irama ventrikular saat istrahat > 80 x/menit atau saat aktifitas> 110 - 120x/menit
c. Irama sinus
d. Fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤ 40 %
e. Gejala ringan sampai berat (kelas fungsional II-IV NYHA)
Inisiasi pemberian digoksin

 Dosis awal: 0,25 mg, 1 x/hari pada pasien dengan fungsi ginjal
normal. Pada pasien usia lanjut dan gangguan fungsi ginjal dosis
diturunkan menjadi 0,125 atau 0,0625 mg, 1 x/hari
 Periksa kadar digoksin dalam plasma segera saat terapi kronik. Kadar
terapi digoksin harus antara 0,6 - 1,2 ng/mL
 Beberapa obat dapat menaikan kadar digoksin dalam darah
(amiodaron, diltiazem, verapamil, kuinidin)
Hydralzine dab Isosorbide Dinitrate (H-ISDN)

Pada pasien gagal jantung dengan fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤ 40 %, kombinasi H-ISDN digunakan sebagai alternatif
jika pasien intoleran terhadap ACEI dan ARB (kelas rekomendasi IIa, tingkatan bukti B).

Indikasi pemberian kombinasi H-ISDN


 Pengganti ACEI dan ARB dimana keduanya tidak dapat ditoleransi
 Sebagai terapi tambahan ACEI jika ARB atau antagonis aldosteron tidak dapat ditoleransi
 Jika gejala pasien menetap walaupun sudah diterapi dengan ACEI, penyekat β dan ARB atau antagonis
aldosterone
 
Diuretik

Diuretik direkomendasikan pada pasien gagal jantung dengan tanda klinis atau gejala kongesti (kelas rekomendasi I,
tingkatan bukit B).Tujuan dari pemberian diuretik adalah untuk mencapai status euvolemia (kering dan hangat)
dengan dosis yang serendah mungkin, yaitu harus diatur sesuai kebutuhan pasien, untuk menghindari dehidrasi atau
retensi
Komplikasi

• Penurunan kualitas hidup


• Penurunan kapasitas fungsional
• kakeksia jantung
• Disfungsi renal
• Disfungsi hepar
• Disfungsi katup dengan kardiomiopati dilatasi
• Aritmia ventrikel
• Kematian jantung mendadak
• Gagal ginjal
• Hipotensi
• Infeksi nosocomial rekuren (ranap berulang dan akses vena sentral)
Prognosis

• CHF memiliki sifat letal dan menyebabkan risiko kematian yang tinggi.
Prognosis lebih baik ditemukan pada wanita dan orang dengan usia
muda.
• Sementara prognosis pada penderita gagal jantung yang mendapat
terapi yaitu :
 - Kelas NYHA I : mortalitas 5 tahun 10-20%
 - Kelas NYHA II: mortalitas 5 tahun 10-20%
 - Kelas NYHA III : mortalitas 5 tahun 50-70%
 - Kelas NYHA IV : mortalitas 5 tahun 70-90%
Kesimpulan
Gagal jantung merupakan tahap akhir dari seluruh
penyakit jantung. Prevalensinya meningkat sesuai
usia. klasifikasikan penyakit gagal jantung yaitu
klasifikasi menurut New York Heart Association
(NYHA) dan pembagian stage menurut American
Heart Association (AHA). Tingkatan gagal jantung
diklasifikasi berdasarkan kelainan struktural
jantung dan kapasitas fungsional.

Anda mungkin juga menyukai