Anda di halaman 1dari 67

Laporan Kasus

CHF e.c Mitral Stenosis

Pembimbing:
Dr. Hardi Yanis, Sp.PD Cut Clara Deby Sintia

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA
2017
PENDAHULUAN

Salah satu penyebab


Gagal morbiditas dan mortalitas
Faktor resiko : gaya hidup dan
jantung genetik

Gagal Ketidakmampuan jantung


untuk memompa darah ke
jantung seluruh tubuh
Insiden dan prevalensi terus
kongestif meningkat setiap tahun
DEFINISI

Kondisi patofisiologis dimana jantung mengalami


abnormalitas fungsi sehingga gagal untuk memompa
darah dalam jumlah yang tepat untuk memenuhi
kebutuhan jaringan.
Abnormalitas
miokard

Kelainan
Overload
kongenital
failure
jantung

ETIOLOGI

Abnormalitas
Abnormalitas
atau efusi
katup
perikard

Abnormalitas
ritme jantung
EPIDEMIOLOGI

Diperkirakan 23 juta orang mengidap gagal jantung


di seluruh dunia
Pada tahun 2000, terdapat 550.000 kasus baru
setiap tahunnya
Prevalensi tergantung umur, dimana jarang pada
usia dibawah 45 tahun. Namun menanjak pada usia
75-84 tahun
FAKTOR RESIKO

Kebiasaan merokok
Kurang aktivitas fisik
Pola diet, kelebihan BB dan hiperlipidemia
DM dan HT
Usia dan Jenis Kelamin
Genetik
KLASIFIKASI

Serangan cepat dari gejala


akibat fungsi jantung yang
Akut abnormal

Sindrom klinik yang kompleks


disertai dengan keluhan sesak
Kronik saat beraktivitas atau istirahat
Diagnosa

Pemeriksaan Pemeriksaan
Anamnesis
fisik penunjang
Klasifikasi NYHA

Kelas IV
Kelas III
Kelas II

Kelas I
Kriteria diagnosis Framingham

Kriteria Mayor Kriteria Minor


Peningkatan TVJ Edem tungkai bilateral
Orthopnoea atau PND Batuk malam hari
Gallop S3 Sesak saat aktivitas
Edema Paru Hepatomegaly
Cardiomegaly Efusi pleura
CVP >1 mmHg Takikardia
Disfungsi Ventrikel echo
Penurunan berat badan >4,5 Kg
Ronki basah

Diagnosis CHF ditegakkan bila terdapat 2 kriteria mayor atau 1 kriteria ditambah 2
kriteria minor.
Patogenesis
Diagnosis Banding
Penatalaksanaan

Non medika mentosa :


Istirahat, olahraga, aktivitas sehari-hari, serta
rehabilitasi.
Edukasi pola diet, control asupan garam, air, dan
kebiasaan alcohol.
Mengurangi berat badan pasien dengan obesitas.
Hentikan kebiasaan merokok.
2. Tatalaksana farmakologis
1. ACE inhibitor.
2. Antagonis angiotensin II.
3. Diuretik.
4. Antagonis aldosteron.
5. blocker.
6. Vasodilator.
7. Digoksin.
Komplikasi

Gangguan pertumbuhan
Dispneu
Gagal ginjal
Hepatomegali, ascites, bendungan pada vena perifer
dan gangguan gastrointestinal pada gagal jantung
kanan.
Serangan jantung dan stroke
Syok kardiogenik
Prognosis

Umur
Berat ringannya penyakit primer
Cepatnya pertolongan pertama
Hasil terapi digitalis
Seringnya kambuh akibat etiologi yang tidak
dikoreksi.
MITRAL STENOSIS

Stenosis mitral adalah suatu keadaan di


mana terjadi gangguan aliran darah dari
atrium kiri melalui katup mitral oleh
karena obstruksi pada level katup mitral.
Kelainan struktur mitral ini menyebabkan
gangguan pembukaan sehingga timbul
gangguan pengisian ventrikel kiri saat
diastole.
EPIDEMIOLOGI

Di negara yang sedang berkembang ( termasuk


indonesia ) manifestasi stenosis mitral sebagian
terjadi pada usia di bawah 20 tahun yang disebut
juvenile mitral stenosis.
ETIOLOGI

Paling sering diakibatkan oleh penyakit


jantung reumatik. Sekitar 90% dari kasus
Stenosis Mitral diawali dengan demam reumatik.
Sisanya non-reumatik seperti Congenital Mitral
Stenosis, Systemic Lupus Erythematosus (SLE),
Arthritis Rheumatoid (RA), Atrial Myxoma, dan
Bacterial Endocarditis. Kelainan ini juga bisa
ditemukan pada pasien dengan hipertensi
pulmonal. (Jonathan Gleadle, 2005).
Virus seperti coxsackie
Stenosis mitral menghalangi aliran darah dari atrium kiri ke
ventrikel kiri selama fase diastolik ventrikel untuk
mempertahankan curah jantung, atrium kiri harus menghasilkan
tekanan yang lebih besar untuk mendorong darah melewati katup
yang sempit sehingga terjadi :

Hipertrofi atrium kiri


untuk meningkatkan
kekuatan memompa
darah, dilatasi
atrium kiri terjadi
karena volume
atrium kiri
meningkat karena
ketidakmampuan
atrium untuk
mengosongkan diri
Berdasarkan luasnya area katup mitral derajat stenosis mitral
sebagai berikut :

1. Minimal : bila area > 2,5 cm


2. Ringan : Bila area 1,4 2,5 cm
3. Sedang : Bila area 1 1,4 cm
4. Berat : Bila area < 1,0 cm
5. Reaktif : Bila area < 1,0 cm
Keluhan dan gejala stenosis mitral mulai akan
muncul bila luas area katup mitral menurun sampai
seperdua normal (< 2 2,5 cm2).
Pada stenosis mitral yang ringan gejala yang muncul
biasanya dicetuskan oleh faktor yang meningkatkan
kecepatan aliran atau curah jantung, atau menurunkan
periode pengisisan diastole, yang akan meningkatkan
tekanan atrium kiri secara dramatis.

Beberapa keadaan antara lain :


1. Latihan
2. Stres emosi
3. Infeksi
4. Kehamilan
5. Fibrilasi atrium dengan respon ventrikel cepat
GEJALA KLINIS

Kebanyakan penderita stenosis mitral bebas


keluhan dan biasanya keluhan utama berupa sesak
napas dan dapat juga berupa fatigue.
Pada stenosis mitral yang bermakna dapat
mengalami sesak pada aktifitas sehari-hari,
paroksismal nokturnal dispnea, ortopnea atau
oedema paru.
Dapat juga berupa komplikasi stenosis mitral
seperti tromboemboli, infektif endokarditis atau
simtomatis karena kompresi akibat besarnya
atrium kiri seperti disfagia dan suara serak.
DIAGNOSIS

Diagnosis dari stenosis mitral ditegakkan dari riwayat


penyakit, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang seperti foto thoraks, elektrokardiografi
(EKG) atau ekokardiografi. Dari riwayat penyakit
biasanya didapat :
Riwayat demam rematik sebelumnya
Dyspneu deffort
Paroksismal nokturnal dispnea
Aktifitas yang memicu kelelahan
Hemoptisis
Nyeri dada
Palpitasi
PEMERIKSAAN FISIK

Inspeksi :

Tampak pulsasi ictus cordis


Malar flush, perubahan warna kebiruan pada atas pipi
karena saturasi oksigen berkurang
Sianosis perifer
Distensi vena jugularis, menonjol karena hipertensi
pulmonal dan stenosis trikuspid
Digital clubbing
Respiratory distres
Tanda-tanda kegagalan jantung kanan seperti asites,
hepatomegali dan oedem perifer
Palpasi
Diastolik thrill teraba getaran pada puncak jantung
(ictus cordis teraba), terutama dengan pasien
dalam posisi ke arah lateral kiri.
Atrial fibrilasi, pulse tidak teratur dan terjadinya
pulse defisit antara heart rate dengan nadi lebih
dari 12x/menit.
Auskultasi :
Temuan klasik pada stenosis mitral adalah
'opening snap' dan bising diastol kasar ('diastolic
nimble') pada daerah mitral
Murmur diastole yang ditandai dengan M1 yang
berbunyi lebih keras karena peningkatan usaha
katub mitral untuk menutup . Berikut gambaran
skematis mur-mur sistole
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Foto thoraks : didapatkan pembesaran atrium kiri


serta pembesaran arteri pulmonalis, penonjolan
vena pulmonalis dan tanda-tanda bendungan pada
lapangan paru.
EKG dapat terlihat adanya gelombang P mitral
berupa takik pada gelombang P dengan gambaran
QRS kompleks yang normal. Pada tahap lebih
lanjut dapat terlihat perubahan aksis frontal yang
bergeser ke kanan dan kemudian akan terlihat
gambaran RS pada hantaran prekordial kanan.
Echocardiografi akan memperlihatkan :

Berubahnya pergerakan katup posterior


Penebalan katup akibat fibrosis dan multiple
mitral valve echo akibat kalsifikasi.
DIAGNOSIS BANDING

Regurgitasi mitral

Regurgitasi aorta

Stenosis trikuspid

Defek pada septum atrium

Left atrial myxoma


PENATALAKSANAAN

Stenosis mitral merupakan kelainan mekanik, oleh


karena itu obat bersifat suportif atau simtomatik
terhadap gangguan fungsional jantung, atau
pencegahan terhadap infeksi.
antibiotik golongan penisilin, eritromisin, sulfa, sefalosporin

demam reumatik atau pencegahan ekdokarditis.

B-blocker atau Ca-blocker irama sinus yang memberi keluhan

pada saat frekuensi jantung meningkat seperti pada latihan.

Retriksi garam atau pemberian diuretik kongesti vaskular paru.

Digitalis Fibrilasi Atrium

Penyekat beta atau anti aritmia mencegah terjadinya fibrilasi

atrial paroksismal.

Antikoagulan warfarin Pencegahan Embolisasi Sistemik.


Valvotomi Mitral Perkutan dengan Balon. Pertama
kali diperkenalkan oleh Inoue pada tahun 1984 dan
pada tahun 1994 ditermia sebagai prosedur klinik.
Mulanya dilakukan dengan dua balon, tetapi akhir-
akhir ini dengan perkembangan dalam teknik
pembuatan balon, prosedur valvotomi cukup
memuaskan dengan prosedur 1 balon.
Konsep komisurotomi mitral pertama kali diajukan oleh Brunton pada
tahun 1902, dan berhasil pertamakali pada tahun 1920. Sampai dengan
tahun 1940 prosedur yang dilakukan adalah komisurotomi bedah tertutup.
Tahun 1950 sampai dengan 1960 komisurotomi bedah tertutup dilakukan
melalui transatrial serta transventrikel.

Akhir-akhir ini komisurotomi bedah dilakukan secara terbuka karena


adanya mesin jantung-paru. Dengan cara ini katup terlihat dengan jelas,
pemisahan komisura, atau korda, otot papilaris, serta pembersihan
kalsifikasi dapat dilakukan dengan lebih baik. Juga dapat ditentukan
tindakan yang akan diambil apakah itu reparasi atau penggantian katup
mitral dengan protesa. Perlu diingat bahwa sedapat mungkin diupayakan
operasi bersifat reparasi oleh karena dengan protesa akan timbul risiko
antikoagulasi, trombosis pada katup, infeksi endokarditis, malfungsi
protesa serta kejadian trombo emboli.
PROGNOSIS

Apabila timbul atrium fibrilasi prognosisnya


kurang baik (25% angka harapan hidup 10 tahun)
dibandingkan pada kelompok irama sinus (46%
angka harapan hidup 10 tahun). Hal ini
dikarenakan angka resiko terjadinya emboli
arterial secara bermakna meningkat pada atrium
fibrilasi.
IDENTITAS PASIEN

Nama : Putri Anggia


No.MR : 157803
TTL : Bintang, 20 maret 2000
Umur : 17 tahun
Jenis Kelamin : perempuan
Pekerjaan : Siswa
Alamat : Bintang, A.tengah
Tanggal Masuk : 25 September 2017
KELUHAN UTAMA

Sesak Nafas
Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan sesak napas sejak 6 bulan yang


lalu dan memberat 2 hari terakhir. Sesak napas timbul saat pasien
melakukan aktivitas ringan, seperti berjalan kaki dengan jarak 5
meter. Sesak tidak berhubungan dengan perubahan cuaca dan
paparan debu. Pasien juga mengeluh sering terbangun pada malam
hari akibat sesak. Sesak nafas berkurang saat pasien dalam posisi
duduk dan apabila tidur pasien lebih nyaman menggunakan 2-3
bantal.
Pasien mengeluhkan bahwa dirinya merasa cepat lelah.
Kelelahan dirasakan saat beraktivitas ringan seperti berjalan
ataupun berbicara. Pasien juga mengeluhkan nafsu makan
berkurang dan berat badan berkurang yang dikeluhkan sejak 1
bulan terakhir. Ketika pasien mengalami serangan sesak napas
pasien mengalami keringat dingin dan disertai badan melemas.
Pasien tidak mengalami nyeri dada tapi pasien mengeluhkan dada
berdebar-debar. BAB (-) 6 hari dan BAK dalam batas normal.
Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien baru pertama kali mengalami keluhan seperti


ini
Riwayat nyeri sendi berulang dengan lokasi
berpindah-pindah (+) dialami sejak SD
Hipertensi disangkal
DM disangkal
Penyakit jantung disangkal
Riwayat Asma dan alergi disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga

Keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan


atau penyakit seperti pasien.
Riwayat hipertensi, DM, penyakit jantung dalam
keluarga disangkal.
Riwayat Pemakaian Obat
Disangkal

Riwayat Kebiasaan Sosial


Hobi :Tidak ada yang khusus
Olah Raga :Tidak ada yang khusus
Kebiasaan Makanan : Tidak ada yang khusus
Merokok :(-)
Minum Alkohol : (-)
PEMERIKSAAN FISIK

Status Present Status General


Kulit
KU : Sakit sedang
Warna : Kuning Langsat
Kes : Compos Mentis
Turgor : Kembali Cepat

TD : 118/72 mmHg Ikterus : (-)

HR : 95x/i, reguler Anemia : (+)

Sianosis : (-)
RR : 30x/i
Edema : (-)
T : 36,5 C
Kepala Mulut
Bentuk : Kesan Normocepali Bibir : Pucat (+), Sianosis (-)
Gigi Geligi : Karies (-)
Rambut : Bewarna hitam
Lidah : Beslag (-), Tremor (-)
Mata : Cekung (-), Reflek cahaya Mukosa : Basah (+)
(+/+), Sklera ikterik (-/-), Tenggorokan: Tonsil dbn
Faring : Hiperemis (-)
Conj.palpebra inf pucat
(+/+), oedem palpebra (-/-) Leher
Bentuk : Kesan simetris
Telinga : Sekret (-/-), Perdarahan (-/-)
Kel. Getah Bening
: Kesan simetris,
Hidung : Sekret (-/-), Perdarahan (-/-), Pembesaran (-)
NCH (-/-) Peningkatan TVJ : R+3 cmH2O

Axilla
Pembesaran KGB (-)
Thorax Thorax
Thorax depan Thorax belakang

Inspeksi Inspeksi
Bentuk dan Gerak: Normochest, Bentuk dan Gerak : Normochest,
pergerakan simetris pergerakan simetris
Tipe Pernafasan : Thorako-abdominal Tipe Pernafasan : Thorako-abdominal
Retraksi : (-) Retraksi : (-)

Palpasi Palpasi
Stem Fremitus : normal (+/+) Stem Fremitus : normal (+/+)

Perkusi Perkusi
Sonor (+/+) Sonor (+/+)

Auskultasi Auskultasi
Ves (+/+), rh basah basal (+/+), wh (-/-) Ves (+/+), rh basah basal (+/+), wh (-/-)
Jantung Abdomen

Inspeksi : Ictus Cordis tidak terlihat Inspeksi: Kesan simetris, Distensi (-)
Palpasi : Ictus Cordis teraba di ICS V 2 Palpasi : Soepel (+), Hepar, lien,ren
jari lateral LMCS.
tidak teraba
Perkusi : Batas jantung atas: di ICS III
Perkusi : Tympani (+), Asites (-)
Batas jantung kanan: di ICS
Auskultasi: Peristaltik usus (N)
III LPSD
Genetalia: tidak dilakukan
Batas jantung kiri: di 2 jari
pemeriksaan
Lateral LMCS.
Anus: tidak dilakukan pemeriksaan
Auskultasi : BJ 1 > BJ 2 Reguler S3(-)
Extremitas : udem (-/-), sianosis (-/-)
S4 (-) Murmur diastolik (+)
Kesimpulan: Sinus rhytme +RAD+LAE

EKG

Kesimpulan: Sinus rhytme +RAD+LAE


FOTO THORAX PA

Kesan: Kardiomegali
DIAGNOSIS BANDING

1. CHF
2. Mitral Stenosis
3. Mitral Regurgitasi
4. insufisiensi Aorta
5. Regurtisasi Aorta
DIAGNOSIS KERJA

CHF e.c Mitral Stenosis


PENATALAKSANAAN

Non Farmakologis
Bed rest semi fowler
Diet jantung
Meningkatkan konsumsi buah dan sayur, dan kurangi
konsumsi lemak

Farmakologis
O2 2-4 L/i
Threeway
Inj. Furosemid 1 amp/hari
Digoxin 2 x tab (0.125 mg)
Spironolakton 1x 25 mg
DAFTAR ABNORMALITAS

1. Sesak nafas 10. Riwayat nyeri sendi dialami


2. Sesak saat aktivitas sejak SD
(DOE) 11. Anemis
3. Sesak tiba-tiba dimalam 12. Peningkatan TVJ +3 cmH2O
hari saat tidur (PND) 13. Ronchi basah basal
4. Sesak saat berbaring 14. Ictus cordis teraba di ICS V 2
(Orthopneu) jari lateral LMCS
5. Mudah lelah 15. Batas jantung kiri di 2 jari
6. Nafsu makan berkurang lateral LMCS
7. BB berkurang 16. Murmur Diastolik
8. Keringat dingin saat sesak 17. EKG : RAD + LAE
9. Dada berdebar-debar 18. Foto Thorax : Cardiomegali
DAFTAR MASALAH

No Masa Aktif Daftar Abnormalitas

1. CHF 1,2,3,4,5,6,7,8,9,11,12,13,14,15,

17,18

2. Mitral Stenosis 1,2,3,4,9,10,16,17


PROBLEM 1. CHF

Assesment : Menegakkan diagnosa dan mencari komplikasi


Dx : Darah Rutin, EKG, foto thorax
Rx : O2 2-4 L/i
Inj. Furosemid 1 amp/hari
Digoxin 2 x tab (0.125 mg)
Spironolakton 1x 25 mg
Mx : monitoring KU, tanda vital
Ex :
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa akan dilakukan pemasangan EKG,
foto thorax dan darah rutin guna mengetahui hasil pemeriksaan tambahan yang
berhubungan dengan penyakit CHF
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang penyakit CHF
- Edukasi pada pasien tentang tirah baring posisi setengah duduk, tidak boleh terlalu
banyak minum, mengurangi beban kerja.
- Meningkatkan konsumsi buah dan sayur dan kurangi konsumsi lemak.
PROBLEM 2. MITRAL STENOSIS

Assesment : Menegakkan diagnosa dan mencari komplikasi


Dx : Darah Rutin, EKG, foto thorax
Rx : Inj. Furosemid 1 amp/hari
Digoxin 2 x tab (0.125 mg)
Spironolakton 1x 25 mg
Mx : monitoring KU, tanda vital
Ex :
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa akan dilakukan pemasangan
EKG, foto thorax dan darah rutin guna mengetahui hasil pemeriksaan tambahan
yang berhubungan dengan penyakit Mitral Stenosis
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang penyakit Mitral Stenosis
- Edukasi pada pasien tentang tirah baring posisi setengah duduk, tidak boleh
terlalu banyak minum, mengurangi beban kerja.
- Meningkatkan konsumsi buah dan sayur dan kurangi konsumsi lemak.
FOLLOW UP

Selasa, 26/9/2017 (H2) Abdomen: soepel, peristaltik (+)


Ekstremitas: akral hangat, oedem -/-
S/ sesak napas (+), batuk (+) berdahak (-) berdarah
(-), lemas (+), nyeri dada (+), jantung berdebar- LAB:
debar (+), nafsu makan , tidur menggunakan 3 Darah rutin
bantal, BAK (+) BAB (-) 7 hari Hb : 8,3 gr/dl (12,3-17 gr/dl)
Rbc : 3,32 106/uL (4,1-5,1106/uL)
O/ Keadaan umum : sakit sedang Hct : 26,2 % (34,0-47,0%)
Keadaran : compos mentis Leu : 11,69 rb/ul (4-11 rb/ul)
Plt : 370 rb/ul (150-450 rb/ul)
TD:100/70 mmHg
HR: 100x/m (reguler, isi cukup ) A/ CHF e.c Mitral Stenosis
RR: 26x/m
Th/ Bed rest semi fowler
S: 36,6oC
Diet jantung
O2 2-4 L/i
PF/ Mata: anemia (+/+), ikterik (-/-) Threeway
Leher: TVJ R+3 cmH2O Inj. Furosemid 1 amp/hari
Digoxin 2 x tab (0.125 mg)
Thoraks Spironolakton 1x 25 mg
Cor: S1(N),S2(N), reguler Murmur Diastole (+) Laxadyn syr 3 x C I
Pulmo: ves (+/+), rh basah halus basal (+/+), wh (-
/-) P/ Cek Ureum, creatinin, Gol. Darah
Transfusi PRC 2 kolf
RABU, 27/9/2017 (H3) LAB:
Fungsi Ginjal
S/ sesak nafas (+) , batuk (-), lemas (+), nyeri Ureum : 14 mg/dl (10-50 mg/dl)
dada (+), jantung berdebar-debar (+), nafsu
makan , BAB (+), BAK (+) Creatinin : 0,2 mg/dl (< 1,4 mg/dl)
Gol. Darah : O
O/ Keadaan umum : sakit sedang
Keadaran : compos mentis A/ CHF e.c Mitral Stenosis
TD:100/80 mmHg
HR: 98x/m (reguler, isi cukup ) Th/ Bed rest semi fowler
RR: 24x/m Diet jantung
O2 2-4 L/i
PF/ Mata: anemia (+/+), ikterik (-/-) Threeway
Leher: TVJ R+3 cmH2O Inj. Furosemid 10 mg 1A/hari
Thoraks Digoxin 2 x tab (0.125 mg)
Cor: S1(N),S2(N), reguler Murmur Diastole (+) Spironolakton 1x 25 mg
Pulmo: ves (+/+), rh basah halus basal (+/+), Laxadyn syr 3 x C I
wh (-/-) Aspilet 1 x 80 mg
Transfusi 1 kolf prc (+)
Abdomen: soepel, peristaltik (+)
P/ Transfusi 1 kolf PRC
Ekstremitas: akral hangat, oedem -/-
Kamis, 28/9/2017 (H4)
Abdomen: soepel, peristaltik (+), nyeri tekan (+)
S/ sesak nafas (+) , lemas (+), nyeri dada (+), Ekstremitas: akral hangat, oedem -/-
jantung berdebar-debar (+), nafsu makan ,
nyeri perut (+) BAB (+), BAK (+) A/ CHF e.c Mitral Stenosis

O: / Keadaan umum : sakit sedang Th/ Bed rest semi fowler


Keadaran : compos mentis Diet jantung
TD:100/70 mmHg O2 2-4 L/i
HR: 90x/m (reguler, isi cukup ) Threeway
RR: 24x/m Inj. Furosemid 10 mg 1A/hari
S: 36,6oC Digoxin 2 x tab (0.125 mg)
Spironolakton 1x 25 mg
PF/ Mata: anemia (+/+), ikterik (-/-) Laxadyn syr 3 x C I
Leher: TVJ R+3 cmH2O Aspilet 1 x 80 mg
Thoraks Transfusi 1 kolf prc (+)
Cor: S1> S2 reguler , Murmur Diastole (+)
Pulmo: ves (+/+), rh basah halus basal (+/+), P/ Rujuk ke RSUDZA ke bagian cardiologi
wh (-/-)
PEMBAHASAN
TEORI KASUS
Etiologi terjadinya gagal jantung
kongestif : Os mengalami CHF ec mitral stenosis
Penyebab gagal jantung kiri:
Systolic dysfunction
kegagalan kontraktilitas
Peningkatan afterload
Diastolic dysfunction
Kegagalan relaksasi ventrikular
Okstruksi pengisian ventrikel kiri
mitral stenosis dan pericardiac
constriction atau tamponade.

Penyebab gagal jantung kanan :


Penyakit jantung
Penyakit parenkim pulmonal
Penyakit vaskular pulmonal
Kriteria Mayor : Kriteria Minor :
Paroxysmal Nocturnal Edema ekstremitas
Dyspnoe (PND) Batuk atau sesak nafas pada
Ronchi basah pada paru malam hari
S3 Gallop Sesak nafas pada saat
Kardiomegali beraktivitas (DOE)
Peningkatan tekanan vena Hepatomegali
jugularis Penurunan kapasitas vital 1/3 dari
Penurunan berat badan > 4,5 normal
kg dalam 5 hari dalam respon Efusi Pleura
terapi Takikardia ( >120x/menit)
Distensi vena jugular
Edema paru akut
Hepatojugular refluks
Pemeriksaan penunjang:
Interpretasi EKG:
Hasil pemeriksaan EKG tidak spesifik
menunjukkan adanya gagal jantung. Kesimpulan: Sinus rhytme
+RAD+LAE
Foto thorax
Dapat membantu dalam mendiagnosis
gagal jantung. Kardiomegali biasanya
ditunjukkan dengan adanya peningkatan Interpretasi foto thorax
cardiothoracic ratio / CTR (lebih besar
dari 0,5) pada tampilan posterior anterior. kesimpulan: Kardiomegali
Pada pemeriksaan ini tidak dapat
menentukan gagal jantung pada disfungsi
sistolik karena ukuran bisa terlihat
normal.

Gambaran klasik dari foto toraks adalah


pembesaran atrium kiri serta pembesaran
arteri pulmonalis.
Obat-obat yang digunakan Bed rest semi fowler
antara lain: Diet jantung
1. Diuretika, untuk gagal O2 2-4 L/i
jantung disertai oedem paru
Threeway
akibat disfungsi diastolic
Inj. Furosemid 1 amp/hari
Digoxin 2 x tab (0.125
2. Digoxin, Ritme jantung
mg)
Spironolakton 1x 25 mg
Mitral Stenosis
Riwayat nyeri sendi berulang
Penyebab tersering adalah dengan lokasi berpindah-pindah
endokarditis reumatika, akibat (+) dialami Os sejak SD .
reaksi yang progresif dari
demam reumatik oleh infeksi
streptokokus. Penyebab lain
walaupun jarang dapat juga
disebabkan oleh mitral stenosis
kongenital, deformitas parasut
mitral, vegetasi dari
sistemiclupus erythematosus
(SLE), deposit amiloid, serta
kalsifikasi annulus maupun
daun katup pada usia lanjut
akibat proses degeneratif.
Pada stenosis mitral yang PND (+), DOE (+), OP (+)
bermakna dapat
mengalami dyspnea
deffort, paroxysmal
nocturnal dyspnea,
orthopnea serta edema
paru. Hal ini dicetuskan
oleh keadaan
meningkatnya aliran darah
melalui mitral atau
menurunnya waktu
pengisian diastol.
Keep
Dreaming,
Keep Action
!!!

Einstein mengatakan bahwa: Ada dua


TERIMA
cara menjalani hidup, yaitu menjalaninya
dengan keajaiban-keajaiban atau KASIH !!!
menjalaninya dengan biasa-biasa saja.

Anda mungkin juga menyukai