Anda di halaman 1dari 34

CLINICAL SCIENCE SESSION (CSS)

CONGESTIVE HEART
FAILURE (CHF)
Oleh :
Siti Aulia Ramadhani
G1A119111

Pembimbing : dr. Teuku Rahadiyan, Sp.JP (K)-FIHA


PENDAHULUAN
Gagal jantung kongestif merupakan keadaan
jantung mengalami kegagalan memompa
darah ke jaringan secara adekuat yang
disebabkan adanya defek pada otot jantung
sehingga distribusi suplai darah ke seluruh
tubuh terganggu.
Gagal jantung merupakan Secara global, penyakit jantung
masalah kesehatan yang menjadi penyebab kematian
progresif dengan angka tertinggi di seluruh dunia sejak
mortalitas dan morbiditas yang 20 tahun terakhir.
tinggi di negara maju maupun
negara berkembang termasuk
Indonesia.
TINJAUAN
PUSTAKA
“ Gagal jantung dapat didefinisikan sebagai abnormalitas
dari struktur jantung atau fungsi yang menyebabkan
kegagalan dari jantung untuk mendistribusikan oksigen ke
seluruh tubuh.
PERKI, 2020

Secara klinis, gagal jantung merupakan kumpulan gejala


yang kompleks dimana seseorang memiliki tampilan
berupa: gejala gagal jantung; tanda khas gagal jantung

dan adanya bukti obyektif dari gangguan struktur atau
fungsi jantung saat istIrahat.
ESC,2016

DEFINISI GAGAL JANTUNG


Tanda dan Gejala Gagal Jantung

Gagal Jantung merupakan kumpulan gejala klinis pasien dengan tampilan:


ETIOLOGI Penyebab struktural lain dari
gagal jantung kongestif (CHF)
termasuk hipertensi, penyakit
04
katup jantung, aritmia yang tidak
terkontrol, miokarditis, dan
Gagal jantung kongestif penyakit jantung bawaan.
disebabkan oleh kelainan struktur
02
jantung, kelainan fungsional, dan Gagal jantung diastolik
faktor pemicu lainnya. dengan gangguan pengisian

0 ventrikel dapat disebabkan


3 oleh kardiomiopati restriktif
Seiring waktu, penyakit arteri
dan perikarditis konstriktif.
koroner dan diabetes melitus

01 telah menjadi faktor predisposisi


utama gagal jantung.
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIS
KLASIFIKASI
Kriteria diagnosis gagal jantung menurut Framingham Heart Study :

KRITERIA MAYOR :
KRITERIA MINOR :
1) Paroksismal nokturnal dispneu
1) Edema ekstremitas
2) Peningkatan tekanan vena
2) Batuk malam hari
jugularis
3) Dispnea saat beraktivitas
3) Ronki paru
4) Hepatomegali
4) Kardiomegali
5) Efusi pleura
5) Edema akut paru
6) Takikardi (120x/menit)
6) Bunyi jantung ketiga (Gallop S3)
7) Kapasitas vital berkurang 1/3
7) Peninggian JVP
dari normal
8) Refluks hepatojugular

Diagnosis gagal jantung ditegakkan bila dijumpai :


2 kriteria mayor atau 1 kriteria mayor dan 2 kriteria minor.
Klasifikasi berdasarkan European Society
of Cardiology (ESC)

Keterangan:
• HFrEF : heart failure with reduced
ejection Fraction
• HFmrEF : heart failure with mid-range
ejection fraction
• HFpEF : heart failure with preserved
ejection fraction
• LVEF : left ventricular ejection fraction
• LVH : left ventricular hypertrophy
• LAE : left atrial enlargement
Klasifikasi Killip

Stage Temuan Klinis


Stage 1 Tidak terdapat tanda gagal jantung (Tidak terdapat ronkhi
atau S3)

Stage 2 Terdapat gagal jantung yang ditandai dengan S3 dan ronkhi


basah pada setengah lapang paru
Stage 3 Terdapat edema paru yang ditandai oleh ronkhi basah pada
seluruh lapang paru
Stage 4 Terdapat syok kardiogenik yang ditandai oleh tekanan darah
sistolik <90 mmHg dan tanda hipoperfusi jaringan.
 
TERMINOLOGI/ PEMBAGIAN GAGAL JANTUNG

GAGAL JANTUNG KIRI DAN GAGAL JANTUNG KANAN

GAGAL JANTUNG AKUT DAN GAGAL JANTUNG KRONIK

GAGAL JANTUNG SISTOLIK DAN GAGAL JANTUNG DIASTOLIK

GAGAL JANTUNG CURAH TINGGI DAN GAGAL JANTUNG CURAH RENDAH


DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN PENUNJANG

01 Elektrokardiogram (EKG) 04 Peptida Natriuretik

02 Foto Toraks 05 Troponin I atau T

03 Pemeriksaan Laboratorium 06 Ekokardiografi


Ekokardiografi
• Dilakukan untuk konfirmasi diagnosis gagal jantung
• Diagnosis dengan fraksi ejeksi normal (HFpEF) harus memenuhi 3
kriteria :

1. Terdapat tanda dan/atau gejala

2. Fungsi sistolik ventrikel kiri normal atau sedikit terganggu (fraksi ejeksi >
45 - 50%).

3. Terdapat bukti diastolik (relaksasi ventrikel kiri abnormal/kekakuan


diastolik)

4. Peningkaan kadar peptide natriuretik


TATALAKSANA
GAGAL JANTUNG
Tujuan pengobatan :
Tatalaksana Gagal Jantung
Kronik
Non farmakologi: Farmakologi:

1. Perawatan Mandiri 1. ANGIOTENSIN-CONVERTING


2. Ketaatan berobat ENZYME INHIBITORS (ACEI)
2. β Blocker
3. Pemantauan berat 3. ANTAGONIS ALDOSTERON
badan mandiri 4. ANGIOTENSIN RECEPTOR
4. Asupan cairan BLOCKERS (ARB)
5. HYDRALAZINE DAN ISOSORBIDE
5. Pengurangan berat DINITRATE (H-ISDN)
badan 6. DIGOKSIN
6. Latihan fisik 7. DIURETIK
8. Obat lainnya
7. Aktivitas seksual (glikosida, vasodilator agents, inotropic
positif).
Farmakologi
ACE Inhibitor

Untuk pasien disfungsi Kontraindikasi :


sistolik LV dan fraksi ejeksi • Riwayat angioedema
LV < 40% • Stenosis renal bilateral
Efek : • Stenosis aorta berat
❖ menurunkan preload dan • Kadar kalium serum > 5,5
afterload, mmol/L
❖ kardiak indeks dan fraksi • Serum kreatinin > 2,5 mg/dL
ijeksi ↑
Beta Bloker
Indikasi pemberian penyekat β
• Fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤ 40 % dengan atau tanpa gejala gagal jantung
• Fraksi ejeksi ventrikel kiri > 40 %, dengan tanda dan gejala gagal jantung.
• Gejala ringan sampai berat (kelas fungsional II - IV NYHA)
• ACEI / ARB/ARNI (dengan atau tanpa antagonis aldosteron) sudah diberikan
• Pasien stabil secara klinis (tidak ada perubahan dosis diuretik, tidak ada
kebutuhan inotropik i.v. dan tidak ada tanda retensi cairan berat)
Kontraindikasi pemberian penyekat β
Asma berat
• Blok AV (atrioventrikular) derajat 2 dan 3, sindroma sinus sakit (tanpa pacu
jantung permanen), sinus bradikardia (nadi < 50 x/menit)
Antagonis Aldosteron (ARA)
Indikasi pemberian antagonis aldosteron
• Fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤ 40 %
• Gejala sedang sampai berat (kelas fungsional III- IV NYHA)
Kontraindikasi pemberian antagonis aldosteron
• Konsentrasi serum kalium > 5,5 mmol/L
• Serum kreatinin> 2,5 mg/dL (relatif)
• Bersamaan dengan diuretik hemat kalium atau suplemen kalium
• Kombinasi ACEI dan ARB atau ARNI.
Angiotensin Receptor Blockers (ARB)

Indikasi pemberian ARB


• Fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤ 40 %
• Sebagai pilihan alternatif pada pasien dengan gejala ringan sampai berat
(kelas fungsional II - IV NYHA) yang intoleran ACEI
• ARB dapat menyebabkan perburukan fungsi ginjal, hiperkalemia, dan hipotensi
simtomatik sama sepert ACEI, tetapi ARB tidak menyebabkan batuk
Kontraindikasi pemberian ARB
• Sama seperti ACEI, kecuali angioedema
• Pasien yang diterapi ACEI dan antagonis aldosteron bersamaan
• Monitor fungsi ginjal dan serum elektrolit serial ketika ARB digunakan bersama
ACEI.
Angiotensin Receptor – Neprilysin Inhibitor (ARNI)
= Sacubitril/ Valsartan)

Angiotensin Receptor–Neprilysin Inhibitor (ARNI) yang merupakan


kombinasi molekuler valsartan- sacubitril. Sacubitril merupakan
penghambat enzim nefrilisin yang akan menyebabkan memperbaiki
remodeling miokard, diuresis dan natriuresis serta mengurangi
vasokontriksi, retensi cairan dan garam. Dosis yang dianjurkan adalah
50 mg (2 kali per hari) dan dapat ditingkatkan hingga 200 mg (2 kali
per hari). Bila pasien sebelumnya mendapatkan ACE-I maka harus
ditunda selama minimal 36 jam terbih dahulu sebelum memulai
Sacubitril/ valsartan.
Hydralazine Dan Isosorbide Dinitrate (H-ISDN)

Indikasi pemberian kombinasi H-ISDN


• Pengganti ACEI dan ARB dimana keduanya tidak dapat ditoleransi
• Sebagai terapi tambahan ACEI jika ARB atau antagonis aldosteron tidak dapat
ditoleransi
• Jika gejala pasien menetap walaupun sudah diterapi dengan ACEI, penyekat β dan
ARB atau antagonis aldosteron
 
Kontraindikasi pemberian kombinasi H-ISDN
• Hipotensi simtomatik
• Sindroma lupus
• Gagal ginjal berat
Digoksin
Indikasi
Fibrilasi atrial
dengan irama ventrikular saat istrahat > 80 x/menit atau saat aktifitas> 110 - 120 x/menit
Irama sinus
Fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤ 40 %
Gejala ringan sampai berat (kelas fungsional II-IV NYHA)
Dosis optimalACEI dan/atau ARB, penyekat β dan antagonis aldosteron jika ada indikasi
Kontraindikasi
• Blok AV derajat 2 dan 3 (tanpa pacu jantung tetap); hat-hat jikapasien diduga sindroma
sinus sakit
• Sindroma pre-eksitasi
• Riwayat intoleransi digoksin
Diuretik
Tujuan dari pemberian diuretik adalah untuk mencapai status euvolemia (kering dan hangat) dengan
dosis yang serendah mungkin, yaitu harus diatur sesuai kebutuhan pasien, untuk menghindari
dehidrasi atau reistensi.
PEMBERIAN OBAT DOSIS AWAL DAN DOSIS TARGET PADA PASIEN
GAGAL JANTUNG
PROGNOSIS
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), tingkat
kematian terkait gagal jantung menurun dari 103,1 kematian per 100.000
penduduk pada tahun 2000 menjadi 89,5 pada tahun 2009 tetapi
kemudian meningkat menjadi 96,9 pada tahun 2014. “Tren” tersebut
berkorelasi dengan pergeseran dari penyakit jantung koroner sebagai
penyebab kematian akibat gagal jantung menjadi penyakit metabolik dan
penyebab gagal jantung nonkardiak lainnya seperti obesitas, diabetes,
keganasan, penyakit paru kronis, dan penyakit ginjal.
Kesimpulan
KESIMPULAN
• Gagal jantung merupakan masalah kesehatan yang progresif dengan
angka mortalitas dan morbiditas yang tinggi di negara maju maupun
negara berkembang termasuk Indonesia. gejala gagal jantung, tanda
retensi cairan, adanya bukti objektif dari gangguan struktur atau fungsi
jantung saat istrahat.
• Gagal jantung dapat diklasifikasikan menurut beberapa faktor: NYHA,
AHA, dan terdapat kriteria diagnostik Framingham.
• Tujuan terapi dilakukan pada pasien gagal jantung untuk meningkatkan
gejala dan tanda, serta meningkatkan kualitas hidup dan harapan hidup.
Thank You.

Anda mungkin juga menyukai