ANEMIA APLASTIK
2019
1.1 Pengertian
Anemia aplastik merupakan keadaan yang disebabkan bekurangnya sel
hematopoetik dalam darah tepi seperti eritrosit, leukosit dan trombosit sebagai
akibat terhentinya pembentukan sel hemopoetik dalam sumsum tulang.
Anemia aplastik adalah anemia yang disebabkan terhentinya pembuatan sel
darah oleh sumsum tulang (kerusakan susum tulang).
Anemia aplastik merupaka keadaan yang disebabkan bekurangnya sel
hematopoetik dalam darah tepi seperti eritrosit, leukosit dan trombosit sebagai
akibat terhentinya pembentukan sel hemopoetik dalam sumsum tulang. (Staf
Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI.2005)
1.2 Etiologi
Secara etiologik penyakit ini dapat dibagi menjadi 2 golongan besar yaitu:
1. Faktor kongenital
Anemia aplastik yang diturunkan : sindroma fanconi yang biasanya
disertai kelainan bawaan lain seperti mikrosefali, strabismus, anomali jari,
kelainan ginjal dan sebagainya.(Aghe, 2009).
2. Faktor didapat
· 1. bahan kimia:
1) Hidrokarbon siklik: benzena & trinitrotoluena
2) Insektisida: chlorade atau DDT
3) Arsen anorganik (Bakta,2006)
2. obat-obatan :
1.4 Patofisiologi
Kelainan kedua setelah anemia yaitu leukopenia atau menurunnya jumlah sel
darah putih >5000-10.000/ml darah (mmᵌ) penurunan sel darah putih ini akan
menyebabkan agranulositosis dan akhirnya menekan respon inflamasi. Respon
inflamasi yang tertekan akan menyebabkan infeksi dan penurunan sistem imunitas
fisik mekanik dimana dapat menyerang pada selaput lendir, kulit, silia saluran
napas sehingga bila selaput lendirnya yang terkena maka akan mengakibatkan
ulserasi dan nyeri pada mulut serta faring, sehingga mengalami kesulitan dalam
menelan dan menyebabkan penurunan masukan diet dalam tubuh.
Hipoplasia
Pansitopenia
Pansitopenia
Kesulitan menelan
Nyeri
Anoreksia
BB menurun
d) Neurosensori
• Sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidakmampuan
berkonsentrasi.
• Insomnia, penurunan penglihatan dan bayangan pada mata.
• Kelemahan, keseimbangan buruk, parestesia tangan / kaki.
• Peka rangsang, gelisah, depresi, apatis.
• Tidak mampu berespon lambat dan dangkal.
• Hemoragis retina.
• Epistaksis.
• Gangguan koordinasi, ataksia.
e) Nyeri/kenyamanan
• Nyeri abdomen samar, sakit kepala
f) Pernapasan
• Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
• Takipnea, ortopnea dan dispnea.
g) Keamanan
• Riwayat terpajan terhadap bahan kimia mis : benzene, insektisida,
fenilbutazon, naftalen.
• Tidak toleran terhadap dingin dan / atau panas.
• Transfusi darah sebelumnya.
• Gangguan penglihatan.
• Penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
• Demam rendah, menggigil, berkeringat malam.
• Limfadenopati umum.
• Petekie dan ekimosis
1.1.2 Diagnosa
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
b. Intoleransi aktifitas
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
d. Resiko infeksi
e. Defisiensi Pengetahuan
f. Konstipasi
No Diagnosa Rencana Keperawatan
Keperawatan NOC NIC
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x 24 jam Perawatan Sirkulasi
perfusi jaringan Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer dengan kriteria 1. Lakukan penilaian sirkulasi
perifer hasil: perifer secara komprehensif
( seperti mengecek nadi perifer,
Perfusi jaringan perifer ( 0407)
edema, waktu pengisian kapiler,
warna dan suhu kulit )
Kode Indikator S.A ST
040715 Pengisian 3 5 2. Monitor tingkat
kapiler jari ketidaknyamanan atau nyeri
040716 Pengisian 3 5 dada
kapiler jari 3. Berikan tranfusi darah yang
kaki
040710 Suhu kulit 3 5 sesuai
ujung kaki 4. Monitor intake dan output
dan tangan cairan
040727 Tekanan 3 5 5. Monitor adanya demam atau
darah
diastolik leukositosis
040728 Tekanan 3 5 6. Monitor nilai elektrolit, BUN,
darah sistolik kreatinin setiap hari
040743 Muka pucat 3 5 7. Ubah posisi pasien setiap 2 jam
sekali
DAFTAR PUSTAKA