Disusun Oleh :
Fiani Tantri Sahema
193203109
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN CHEPALGIA PADA Ny. E
DI IGD PUSKESMAS GAMPING I
Disetujui Pada :
Hari/Tanggal :
Oleh :
(.............................................................) (........................................................)
Mahasiswa
D. Patofisiologi
Menurut Sidharta (2008), sakit kepala timbul sebagai hasil perangsangan
terhadap bagian-bagian di wilayah kepala dan leher yang peka terhadap nyeri.
Bangunan-bangunan ekstrakranial yang peka nyeri ialah otot-otot oksipital,
temporal dan frontal, kulit kepala, arteri-arteri subkutis dan periostium.
Tulang tengkorak sendiri tidak peka nyeri. Bangunan-bangunan intracranial
yang peka nyeri terdiri dari meninges, terutama dura basalis dan meninges yang
mendindingi sinus venosus serta arteri-arteri besar pada basis otak.
Sebagian besar dari jaringan otak sendiri tidak peka nyeri. Peransangan terhadap
bagian-bagian itu dapat berupa :
1. Infeksi selaput otak : meningitis, ensefalitis
2. Iritasi kimiawi terhadap selaput otak seperti pada perdarahan subdural atau
setelah dilakukan pneumo atau zat kontras ensefalografi.
3. Peregangan selaput otak akibat proses desak ruang intrakranial,
penyumbatan jalan lintasan liquor, trombosis venos spinosus, edema serebri
atau tekanan intrakranial yang menurun tiba-tiba atau cepat sekali.
4. Vasodilatasi arteri intrakranial akibat keadaan toksik (seperti pada infeksi
umum, intoksikasi alkohol, intoksikasi CO, reaksi alergik), gangguan
metabolik (seperti hipoksemia, hipoglikemia dan hiperkapnia), pemakaian
obat vasodilatasi, keadaan paska contusio serebri, insufisiensi
serebrovasculer akut).
5. Gangguan pembuluh darah ekstrakranial, misalnya vasodilatasi ( migren dan
clusterheadache) dan radang (arteritis temporalis)
6. Gangguan terhadap otot-otot yang mempunyai hubungan dengan kepala,
seperti pada spondiloartrosis deformans servikalis.
Penjalaran nyeri (reffererd pain) dari daerah mata (glaukoma, iritis), sinus
(sinusitis),baseol kranii ( ca. Nasofaring), gigi geligi (pulpitis dan molar III
yang mendesak gigi) dan daerah leher (spondiloartritis deforman servikalis.
E. Tanda dan Gejala
1. Nyeri kepala unilateral atau bilateral.
2. Nyeri terasa dibagian dalam mata atau pada sudut mata bagian dalam, lebih
sering didaerah fronto temporal .
3. Nyeri dapat menjalar di oksiput dan leher bagian atas atau bahkan leher
bagian bawah.
4. Ada sebagian kasus dimulai dengan nyeri yang terasa tumpul mulai di leher
bagian atas menjalar ke depan.Kadang pada seluruh kepala dan menjalar ke
bawah sampai muka.
5. Nyeri tumpul dapat menjadi berdenyut-denyut yang semakin bertambah
sesuai dengan pulsasi dan selanjutnya konstan.
6. Penderita pucat, wajah lebih gelap dan bengkak di bawah mata.
7. Muka merah dan bengkak pada daerah yang sakit.
8. Kaki atau tangan berkeringat dan dingin.
9. Biasanya oliguria sebelum serangan dan poliuria setelah serangan.
10. Gangguan gastrointestinal berupa mual, muntah, dan lain-lain.
11. Kadang-kadang terdapat kelainan neurologik yang menyertai, timbul
kemudian atau mendahului serangan.
F. Penatalaksanaan
1. Migren
a. Terapi Profilaksis
1) Menghindari pemicu
2) Menggunakan obat profilaksis secara teratur
Profilaksis: bukan analgesik, memperbaiki pengaturan proses fisiologis
yang mengontrol aliran darah dan aktivitas system syaraf
b. Terapi abortif menggunakan obat-obat penghilang nyeri dan/atau
vasokonstriktor. Obat-obat untuk terapi abortif
1) Analgesik ringan : aspirin (drug of choice)
2) NSAIDS : Menghambat sintesis prostaglandin, agragasi platelet,
dan pelepasan 5-HT. Naproksen terbukti lebih baik dari
ergotamine. Pilihan lain : ibuprofen, ketorolak
3) Golongan triptan
Agonis reseptor 5-HT1D menyebabkan vasokonstriksi
Menghambat pelepasan takikinin, memblok inflamasi
neurogenik Efikasinya setara dengan dihidroergotamin,
tetapi onsetnya lebih cepat
Sumatriptan oral lebih efektif dibandingkan ergotamin per
oral
Ergotamin : Memblokade inflamasi neurogenik dengan
menstimulasi reseptor 5-HT1 presinapti. Pemberian IV dpt
dilakukan untuk serangan yang berat
Metoklopramid : Digunakan untuk mencegah mual muntah.
Diberikan 15-30 min sebelum terapi antimigrain, dapat
diulang setelah 4-6 jam
Kortikosteroid : Dapat mengurangi inflamasi. Analgesik
opiate. Contoh : butorphanol
c. Obat untuk terapi profilaksis
1) Beta bloker. Merupakan drug of choice untuk prevensi migraine.
Contoh: atenolol, metoprolol, propanolol, nadolol. Antidepresan
trisiklik Pilihan: amitriptilin, bisa juga: imipramin, doksepin,
nortriptilin Punya efek antikolinergik, tidak boleh digunakan
untuk pasien glaukoma atau hiperplasia prostat
2) Metisergid. Merupakan senyawa ergot semisintetik, antagonis 5-
HT2. Asam/Na Valproat dapat menurunkan keparahan, frekuensi
dan durasi pada 80% penderita migraine.
3) NSAID. Aspirin dan naproksen terbukti cukup efektif. Tidak
disarankan penggunaan jangka panjang karena dapat
menyebabkan gangguan GI
4) Verapamil. Merupakan terapi lini kedua atau ketiga
5) Topiramat. Sudah diuji klinis, terbukti mengurangi kejadian
migrain
2. Sakit kepala tegang otot
a. Terapi Non-farmakologi
1) Melakukan latihan peregangan leher atau otot bahu sedikitnya
20 sampai 30 menit.
2) Perubahan posisi tidur.
3) Pernafasan dengan diafragma atau metode relaksasi otot yang
lain.
4) Penyesuaian lingkungan kerja maupun rumah
5) Pencahayaan yang tepat untuk membaca, bekerja, menggunakan
komputer, atau saat menonton televisi
6) Hindari eksposur terus-menerus pada suara keras dan bising
7) Hindari suhu rendah pada saat tidur pada malam hari
b. Terapi farmakologi
Menggunakan analgesik atau analgesik plus ajuvan sesuai
tingkat nyeri Contoh : Obat-obat OTC seperti aspirin, acetaminophen,
ibuprofen atau naproxen sodium. Produk kombinasi dengan kafein
dapat meningkatkan efek analgesic. Untuk sakit kepala kronis, perlu
assesment yang lebih teliti mengenai penyebabnya, misalnya karena
anxietas atau depresi. Pilihan obatnya adalah antidepresan, seperti
amitriptilin atau antidepresan lainnya. Hindari penggunaan analgesik
secara kronis memicu rebound headache
3. Cluster headache
a. Sasaran terapi : menghilangkan nyeri (terapi abortif), mencegah
serangan (profilaksis)
b. Strategi terapi : menggunakan obat NSAID, vasokonstriktor
cerebral
c. Obat-obat terapi abortif:
Oksigen
Ergotamin. Dosis sama dengan dosis untuk migrain
Sumatriptan. Obat-obat untuk terapi profilaksis :
Verapamil, Litium, Ergotamin, Metisergid,
Kortikosteroid, Topiramat
G. Pemeriksaan Penunjang
Rontgen kepala : mendeteksi fraktur dan penyimpangan struktur.
1. Rontgen sinus : Mengkonfirmasi diagnosa sinusitis dan mengidentifikasi
masalah-masalah struktur, malformasi rahang.
2. Pemeriksaan visual : Ketajaman, lapang pandang, refraksi, membantu
dalam menentukan diagnosa banding.
3. CT scan Otak : Mendeteksi masa intracranial, perpindahan ventrikuler
atau hemoragi Intracranial.
4. Sinus : Mendeteksi adanya infeksi pada daerah sfenoldal dan etmoidal
5. MRI : Mendeteksi lesi/abnormalitas jaringan, memberikan informasi
tentang biokimia, fisiologis dan struktur anatomi.
6. Ekoensefalografi : Mencatat perpindahan struktur otak akibat trauma,
CSV atau space occupaying lesion.
7. Elektroensefalografi : Mencatat aktivitas otak selama berbagai aktivitas
saat episode sakit kepala.
8. Angeografi serebral : Mengidentifikasi lesivaskuler.
9. HSD : Leukositosis menunjukkan infeksi, anemia dapat menstimulasi
migren.
10. Laju sedimentasi : Mungkin normal, menetapkan ateritis temporal,
meningkat pada inflamasi.
11. Elektrolit : Tidak seimbang, hiperkalsemia dapat menstimulasi migren.
12. Pungsi lumbal : Untuk mengevaluasi/mencatat peningkatan tekanan CSS,
adanya sel-sel abnormal dan infeksi.
H. PATHWAYS
Obat obatan,
Stess
Insomnia
Obesitas,
Caffeine,
Penyakit infeksi
CHEPALGIA
Nyeri Cemas
Merangsang RAS
Suplai O2 berkurang
G3 perfusi jaringan
sistemik
I. KONSEP KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Identitas klien
b. Keluhan utama ( sakit kepala hebat )
c. Riwayat penyakit dahulu ( Hipertensi ringan )
d. Riwaya keluarga ( anggot keluarga ada yang mengidap penyakit hipertensi )
e. Riwayat sosial ( klien dapat berinteraksi dgn baik kepada orang lain )
Data subyektif dan obyektif sangat penting untuk menentukan tentang
penyebab dan sifat dari sakit kepala.
Data Subyektif
a. Pengertian pasien tentang sakit kepala dan kemungkinan penyebabnya.
b. Sadar tentang adanya faktor pencetus, seperti stress.
c. Langkah – langkah untuk mengurangi gejala seperti obat-obatan.
d. Tempat, frekwensi, pola dan sifat sakit kepala termasuk tempat nyeri,
lama dan interval diantara sakit kepala.
e. Awal serangan sakit kepala.
f. Ada gejala prodomal atau tidak
g. Ada gejala yang menyertai.
h. Riwayat sakit kepala dalam keluarga (khusus penting sekali bila
migren).
i. Situasi yang membuat sakit kepala lebih parah.
j. Ada alergi atau tidak.
Data Obyektif
a. Perilaku : gejala yang memperlihatkan stress, kecemasan atau nyeri.
b. Perubahan kemampuan dalam melaksanakan aktifitas sehari – hari.
c. Terdapat pengkajian anormal dari sistem pengkajian fisik sistem saraf
cranial.
d. Suhu badan
e. Drainase dari sinus.
Dalam pengkajian sakit kepala, beberapa butir penting perlu
dipertimbangkan. Diantaranya adalah :
a. Sakit kepala yang terlokalisir biasanya berhubungan dengan sakit
kepala migrain atau gangguan organik.
b. Sakit kepala yang menyeluruh biasanya disebabkan oleh penyebab
psikologis atau terjadi peningkatan tekanan intrakranial.
c. Sakit kepala migren dapat berpindah dari satu sisi kesisi yang lain.
d. Sakit kepala yang disertai peningkatan tekanan intrakranial biasanya
timbil pada waktu bangun tidur atau sakit kepala tersebut
membengunkan pasien dari tidur.
e. Sakit kepala tipe sinus timbul pada pagi hari dan semakin siang menjadi
lebih buruk.
f. Banyak sakit kepala yang berhubungan dengan kondisi stress.
g. Rasa nyeri yang tumpul, menjengkelkan, menghebat dan terus ada,
sering terjadi pada sakit kepala yang psikogenis.
h. Bahan organis yang menimbulkan nyeri yang tetap dan sifatnya
bertambah terus.
i. Sakit kapala migrain bisa menyertai mentruasi.sakit kepala bisa
didahului makan makanan yang mengandung monosodium glutamat,
sodim nitrat, tyramine demikian juga alkohol.
j. Tidur terlalu lama, berpuasa, menghirup bau-bauan yang toksis dalam
limngkungan kerja dimana ventilasi tidak cukup dapat menjadi
penyebab sakit kepala.
k. Obat kontrasepsi oral dapat memperberat migrain.
l. Tiap yang ditemukan sekunder dari sakit kepala perlu dikaji.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
- Mengguna
kan skala nyeri untuk
mengidentifikasi tingkat
nyeri
2. Resiko Setelah dilakukan tindakan Nutrition management
ketidakseimbangan keperawatan selama 3x24 jam 1. Kaji adanya alergi pada
nutrisi kurang dari diharapkan pasien dapat makanan pada pasien
kebutuhan tubuh meningkatkan status 2. Beri tambahan pemsukan zat
berhubungan dengan nutrisinya dengan kriteria hidrat arang,protein dan
ketidakmampuan hasil : vitamin c.
memasukkan / 3. Pastikan pemasukan
mencerna dan Nutrition status makanan berserat tinggi
mengabsorbsi 1. Intake nutrisi baik dngan untuk mencegah konstipasi.
makanan proporsi yang seimbang 4. Beri makanan yang berwarna
2. Tingkat energi pasien cerah,bersih dan lembut.
meningkat 5. Kolaborasi dengan ahli gizi
3. Nafsu makan bertambah . untuk menentukan jumlah
4. Intake makanan dan kalori dan nutrisi yang
cairan bertambah. dibutuhkan klien.
5. Tidak terjadi penurunan
berat badan.
3. Gangguan Setelah dilakukan tindakan Sleep enchanment(1850)
Pola tidur b/d Nyeri keperawatan selam …x24 1. Monitor / laporkan pola tdur
jam, diharapkan pasien dapat pasien dan jumlah waktu
meningkatkan kualitas tidur tidur.
dengan criteria hasil : 2. Berikan kenyamanan seperti
Tidur (0004) pijatan, pergantian posisi dan
1. Pasien tidur 7-8 jam
sehari
2. Pasien dapat tidur dengan
nyenyak(tidak terbangun
saat tidur)
3. Pasien merasa lebih segar
4. Pasien tidur teratur
5. Pasien bangun tidur pada
waktunya
6. Tanda-tanda vital dalam
rentang normal
Cynthia. M.T, Sheila. S.R. 2011. Diagnosis keperawatan dengan rencana asuhan. EGC:
Jakarta.
Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. EGC: Jakarta.Papdi, Eimed.
2012. Kegawatdaruratan Penyakit Dalam (Emergency in internal medicine).Interna
Publishing: Jakarta.
Ginsberg, Lionel. 2007. Lecture Notes Mourologi. Erlangga: Jakarta.
Markam, soemarmo. 2009. Penuntun Neurlogi. Binarupa Aksara.Jakarta.
Priguna Sidharta. 2008. Neurogi Klinis dalam Praktek Umum. Dian Rakyat : Jakarta.
Weiner. H.L, Levitt. L.P. 2005. NEUROLOGI. Edisi 5. EGC: Jakarta.