Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN

DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUMAH SAKIT JIWA


GRHASIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Disusun Oleh:

Fiani Tantri Sahema


193203109

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XIV


UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA
2019/2020

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN PERILAKU
KEKERASAN

Telah Disetujui pada


Hari :
Tanggal :
Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik Mahasiswa

( ) ( ) (Fiani Tantri)

A. Definisi
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik terhadap diri sendiri maupun
orang lain. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yangdapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri
sendiri, orang lain maupunlingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk
mengungkapkan perasaan kesal atau marahyang tidak konstruktif,(Aziz. R.
2010)
Suatu keadaan di mana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain dan
lingkungan. Respon dari kecemasan dan kebutuhan yang tidak terpenuhi yang
dirasakan sebagai ancaman (Musliha.2010).
Suatu keadaan emosi yang merupakan campuran perasaan frustasi dan
benci atau amarah. Hal ini didasari keadaan emosi secara mendalam dari
setiap orang sebagai bagian penting dari keadaan emosional yang dapat
diproyeksikan ke lingkungan, ke dalam diri atau secara destruktif (Yosep.
2009)
Perilaku kekerasan dianggap sebagai suatu akibat yang ekstrim dari
marah atau ketakutan (panik). Perilaku agresif dan perilaku kekerasan itu
sendiri sering dipandang sebagai suatu rentang, di mana agresif verbal di
suatu sisi dan perilaku kekerasan (violence) di sisi lain (Yosep. 2009)
B. Rentang Respon Marah

Adaptif Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk/ PK

C. Akibat dari Perilaku Kekerasan


Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi
mencederai diri,orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan
suatu tindakan yangkemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri, orang
lain dan lingkungan.
Tanda dan Gejala :
a. Memperlihatkan permusuhan
b. Mendekati orang lain dengan ancaman
c. Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai
d. Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan Mempunyai
rencana untuk melukai

D. Jenis perilaku kekerasan


1. Verbalistik: teriak-teriak, mengancam, membuat gaduh lingkungan
sekitar.
2. Simbolik: melukai orang lain, melukai diri sendiri, merusak lingkungan,
merasa terancam, dendam, marah, jengkel, muka merah, mata melotot,
agresif, tangan mengepal, kaku mondar-mandir, tampak teriak-teriak,
memukul, atau melukai orang lain, merusak lingkungan, dan melukai diri
sendiri.

E. Faktor Predisposisi
Ada beberapa faktor yang berkaitan dengan timbulnya perilaku
kekerasan, yaitu:
a) Faktor psikologis
1) Psychoanalitical Theory, teori ini mendukung bahwa perilaku
agresif merupakan akibat dari instinctual drives. Freud
berpendapat bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh dua insting.
Pertama, insting hidup yang diekspresikan dengan seksualitas dan
kedua, insting kematian yang diekspresikan dengan agresivitas.
2) Frustation aggresion theory, bahwa bila usaha seseorang untuk
mencapai suatu tujuan mengalami hambatan maka akan timbul
dorongan agresif yang akan memotivasi perilaku yang dirancang
untuk melaukai orang atau objek yang menyebabkan frustasi.

Perilaku yang berkaitan dengan ekskalasi agresi adalah:


(a) Kata-kata cepat, keras dan kotor
(b) Perubahan mendadak dalam tingkat kesadaran (disorientasi,
bingung)
(c) Tangan mengepal
(d) Menggertakan gigi
(e) Wajah memerah, mata melebar, nafas cepat
(f) Agitasi motorik (mondar-mandir)
(g) Halusinasi
(h) Perubahan efek yang mendadak.
Siklus agresi menurut Bowie, 1996 mengatakan bahwa terdapat
enam siklus agresi;
(a) Trigering incidents
Adanya pemicu sihangga muncul agresi pada klien (provokasi,
respon terhadap kegagalan, komunikasi buruk, harapan yang
tidak terpenuhi maka perawat memahami fase ini)
(b) Escalation phase
Kondisi kebangkitan fisik dan emosional, pemahaman yang
tepat tentang penyebab perilaku kekerasan dapat membantu
penanganan.
(c) Crisis point
Klien bermusuhan, emosi tinggi, tujuan tindakan melindungi
diri sendiri dan orang lain, tindakan yang dilakukan adalah
phisical dan chemical restraint (obat anti depresan).
(d) Setting phase
Klien melakukan perilaku kekerasan, merasa cemas dan marah
dan berisiko kembali ke fase awal, pada fase ini perawat harus
berhati-hati tidak mencetuskan perilaku klien menjadi agresif,
tindakan yang dilakukan pelepasan restrain dan membina
hubungan saling percaya.
(e) Post crisis depression
Klien mengalami kecemasan, depresi, dan kelelahan. Pada fase
ini tindakan perawat debriefing/ memperoleh informasi,
membuka kesempatan meningkatkan insight (daya tilik diri).
(f) Return to normal functioning
Fase kembali kepada keseimbangan normal, terbebas dari
perasaan emas, depresi, kelelahan maka sangat baik untuk
melatih kemampuan kognitif, fisik dan emosi.

b) Faktor Sosial Budaya


Social learning theory, mengemukakan bahwa agresi tidak
berbeda dengan respon-respon yang lain. Agresi dapat dipelajari
melalui observasi atau imitasi., dan semakin sering mendapatkan
penguatan maka semakin besar kemungkinan untuk terjadi. Jadi
seseorang akan berespon terhadap kebangkitan emosionalnya secara
agresif sesuai dengan respon yang dipelajarinya.
Kultural dapat pula mempengaruhi perilaku kekerasan. Adanya
norma dapat membantu mendefinisikan ekspresi agresif mana yang
dapat diterima atau tidak dapat diterima. Sehingga dapat membantu
individu untuk mengekspresikan marah dengan cara yang asertif.
c) Faktor biologis
Penelitian neurobiologi berpendapat bahwa adanya pemberian
stimulus elektris ringan pada hipotalamus (yang berada di tengah
sistem limbik), perangasangan terutama diberikan pada nukleus
periforniks hipotalamus. Jadi kerusakan fungsi sistem limbik (untuk
emosi dan perilaku), lobus frontal (untuk pemikiran rasional), dan
lobus temporal ( untuk interpretasi indera penciuman dan memori).
Neurotransmiter yang sering dikaitkan dengan perilaku agresif
adalah: serotonin, dopamin, norepinephrine, acetilkolim, dan asam
amino GABA. Dan faktor-faktor yang mendukung:
1) Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan
2) Sering mengalami kegagalan
3) Kehidupan yang penuh tindakan agresif
4) Lingkungan yang tidak kondusif (bising, padat).

F. Faktor presipitasi
Secara umum, seseorang akan berespon dengan marah apabila
merasa dirinya terancam. Ancaman tersebut dapat berupa injury secara
psikis, atau lebih dikenal dengan adanya ancaman terhadap konsep diri
seseorang. Ketika seseorang merasa terancam, mungkin dia tidak
menyadari sama sekali apa yang menjadi sumber kemarahannya. Oleh
karena itu, baik perawat maupun klien harus bersama-sama
mengidentifikasinya.
Bila dilihat dari sudut perawat-klien, maka faktor yang
mencetuskan terjadinya perilaku kekerasan terbagi dua, yaitu:
- Klien: kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kurang
percaya diri.
- Lingkungan: ribut, kehilangan orang/ objek yang berharga, konflik
interaksi sosial

G. Pohon masalah
 Resiko mencederai,Orang lain

                                     Perilaku Kekerasan (CP)


                             Gangguan harga diri: harga diri rendah

H. Tanda dan Gejala


1. Fisik: mata melotot/ pamdangan tajam, tangan mengepal, rahang
mengatup, wajah memerah dan tegang, serta postur tubuh kaku.
2. Verbal: mengancam, mengumpat, dengan kata-kata kotor, berbicara
dengan nada keras, kasar, dan ketus.
3. Perilaku: menyerang orang lain, melukai diri sendiri/ orang lain, merusak
lingkungan, amuk/agresif.
4. Emosi: tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu,
dendam, jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi,
menyalahkan dan menuntut.
5. Intelektual: mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, dan
tidak jarang mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme.
6. Spiritual: merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak
bermoral, dan kreativitas terhambat.
7. Sosial: menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan dan
sindiran.
8. Perhatian: melarikan diri dan melakukannya penyimpangan.
I. Penatalaksanaan medis
1. Psikofarmaka
a) Chlorpromazine: obat anti psikotik tipikal untuk menenangkan klien.
b) Haloperidol: obat anti psikotik tipikal untuk mengendalikan perilaku
agitasi, agresif.
c) Diazepam: obat anti anxietas untuk menenangkan dan merelaksasi
otot karena menurunkan kecemasan.
d) Olanzapine (xiprexa): obat anti psikotik atipikal untuk mengatasi
agitasi dan kegelisahan motorik.
e) Risperidon: obat antipsikotik atipikal untuk menghilangkan gejala
positif dan negatif skizofrenia.
2. Seclusion (pengekangan fisik)
Merupakan tindakan keperawatanyang terakhir. Ada dua macam
pengekangan fisik secara mekanik (menggunakan manset, sprei
pengekang) atau isolasi (menempatkan klien dalam suatu ruangan di
mana klien tidak dapat keluar atas kemauannya sendiri).
Jenis pengekangan mekanik:
a) Kamisol (baju pengekang)
b) Manset untuk pergelangan tangan
c) Manset untuk pergelangan kaki
d) Menggunakan sprei
Indikasi pengekangan:
a) Perilaku amuk yang membahayakan diri sendiri atau orang lain
b) Perilaku agitasi yang tidak dapat dikendalikan dengan pengobatan
c) Ancaman terhadap integritas fisik yang berhubungan
denganpenolakan klien untuk beristirahat, makan, dan minum
d) Permintaan klien untuk pengendalian perilaku eksternal. Pastikan
tindakan ini telah dikaji dan berindikasi terapeutik.
J. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Seorang perawat harus berjaga-jaga terhadap adanya penigkatan agitasi
pada klien, hirarki perilaku agresif dan kekerasan. Di samping itu perawat
harus mengkaji efek lain yang berhubungan dengan perilaku agresif.
Pengkajian keperawatan kesehatan jiwa:
a) Identitas klien
b) Keluhan utama/ alasan masuk
c) Faktor predisposisi
d) Aspek fisik/ biologis
e) Aspek psikososial
f) Status mental
g) Kebutuhan persiapan pulang
h) Mekanisme koping
i) Masalah psikososial dan lingkungan
j) Pengetahuan
k) Aspek medik
2. Masalah keperawatan (diagnosa keperawatan)
a) Koping individu tidak efektif
b) Risiko perilaku kekerasan
INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI


SP PASIEN SP KELUARGA
1 Risiko Perilaku TUM : Tindakan Psikoterapeutik SP I
Kekerasan Setelah dilakukan tindakan 1) Bina hubungan saling percaya. 1. Diskusikan masalah yg
keperawatan, klien mampu 2) Adakan kontak sering dan singkat dirasakan dalam merawat
mengontroperilaku kekerasan. secara bertahap. pasien.
TUK: 3) Observasi tingkah laku klien. 2. Jelaskan pengertian, tanda &
Setelah melakukan interaksi 4) Tanyakan keluhan yang dirasakan gejala, dan proses terjadinya
dengan klien selama … s.d. …. klien. PK (gunakan booklet).
kali, klien dapat mengontrol 5) Lakukan strategi pelaksanaan 3. Jelaskan cara merawat PK.
perilaku kekerasan dengan psikoterapeutik : 4. Latih satu cara merawat PK
kriteria hasil : SP I dengan melakukan kegiatan
fisik: tarik nafas dalam dan
TUK SP 1 : Klien dapat 1. Identifikasi penyebab, tanda &
pukul kasur dan bantal.
membina hubungan saling gejala, PK yang dilakukan, akibat
5. Anjurkan membantu pasien
percaya dengan perawat, klien PK.
sesuai jadwal dan memberi
dapat mengidentifikasi perilaku 2. Jelaskan cara mengontrol PK: fisik,
pujian.
kekerasan, klien dapat obat, verbal, spiritual.
mempraktikan cara mengontrol 3. Latihan cara mengontrol PK secara
perilaku kekerasan dengan latihan fisik: tarik nafas dalam dan pukul
fisik (nafas dalam, memukul kasur dan bantal.
bantal, dll). 4. Masukan pada jadwal kegiatan untuk
latihan fisik.

TUK SP 2 : Klien dapat SP II SP II


mempraktikan dan memasukkan 1. Evaluasi kegiatan latihan fisik. Beri 1. Evaluasi kegiatan keluarga
cara mengontrol perilaku pujian. dalam merawat/melatih pasien
kekerasan dengan obat dalam 2. Latih cara mengontrol PK dengan fisik. Beri pujian.
kegiatan harian. obat (jelaskan 6 benar: jenis, guna, 2. Jelaskan 6 benar cara
dosis, frekuensi, cara, kontinuitas memberikan obat.
minum obat). 3. Latih cara
3. Masukkan pada jadual kegiatan memberikan/membimbing
untuk latihan fisik dan minum obat. minum obat.
4. Anjurkan membantu pasien
sesuai jadual dan memberi
pujian.

TUK SP 3 : Klien dapat SP III SP III


mempraktikan dan memasukkan 1. Evaluasi kegiatan latihan fisik & 1. Evaluasi kegiatan keluarga
cara mengontrol perilaku obat. Beri pujian. dalam merawat/melatih pasien
kekerasan dengan verbal dalam 2. Latih cara mengontrol PK secara fisik dan memberikan obat.
kegiatan harian. verbal (3 cara, yaitu: Beri pujian.
mengungkapkan, meminta, menolak 2. Latih cara membimbing: cara
dengan benar). bicara yang baik.
3. Masukkan pada jadual kegiatan 3. Latih cara membimbing
untuk latihan fisik, minum obat dan kegiatan spiritual.
verbal. 4. Anjurkan membantu pasien
sesuai jadual dan memberikan
pujian.

TUK SP 4 : Klien dapat SP IV SP IV


mempraktikan dan memasukkan 1. Evaluasi kegiatan latihan fisik & 1. Evaluasi kegiatan keluarga
cara mengontrol perilaku obat & verbal. Beri pujian. dalam merawat/melatih pasien
kekerasan dengan spiritual dalam 2. Latih cara mengontrol spiritual (2 fisik, memberikan obat,
kegiatan harian. kegiatan). latihan bicara yang baik
3. Masukkan pada jadual kegiatan &kegiatan spiritual. Beri
untuk latihan fisik, minum obat, pujian.
verbal dan spiritual. 2. Jelaskan follow up ke
RSJ/PKM, tanda kambuh,
rujukan.
3. Anjurkan membantu pasien
sesuai jadual dan memberikan
pujian.
DAFTAR PUSTAKA
Aziz R, dkk (2010), Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino
Gonohutomo.
Musliha. Keperawatan Gawat Darurat. 2010. Yogyakarta: Nuha Medika.
Yosep, Iyus.2009.Keperawatan Jiwa Bandung: PT Refika
Aditama.blogs.unpad.ac.id/antoniuscatur/files/2016/10/kekerasan.pdf

Anda mungkin juga menyukai