Anda di halaman 1dari 35

STASE KEPERAWATAN MATERNITAS

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN NY. S DENGAN POST PARTUM
SPONTAN DI RUANG NIFAS RSUD SLEMAN

Pembimbing Akademik :
Khristina Dias Utami, Ns., MPH

Disusun Oleh:
OKTA ANGGRAINI NUGROHO
(193203085)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
YOGYAKARTA
2020
LEMBAR PENGESAHAN
STASE KEPERAWATAN MATERNITAS

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN NY. S DENGAN POST PARTUM
SPONTAN DI RUANG NIFAS RSUD SLEMAN

Disusun Oleh:
OKTA ANGGRAINI NUGROHO
(193203085)

Telah disetujui pada


Hari :
Tanggal :

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik Mahasiswa

(Khristina Dias Utami, Ns., MPH) ( ) (Okta Anggraini Nugroho)


Laporan Pendahuluan

1. Persalinan
A. Definisi
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang
telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir
atau bukan jalan lahir dengan bantuan atau tanpa bantuan (Mutmainnah
dkk, 2017).
Menurut WHO dalam Mutmainnah dkk (2017) persalinan yang dimulai
secara spontan berisiko rendah pada awal persalinan, dan tetap demikian
selama proses persalinan. Bayi yang dilahirkan secara spontan dalam
presentasi belakang kepala pada usia kehamilan antara 37 minggu
sampai dengan 24 minggu lengkap. Setelah persalinan ibu maupun bayi
berada dalam kondisi sehat.
Persalinan merupakan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi dari
rahim ibu melalui jalan lahir atau dengan jalan lain, yang kemudian
janin dapat hidup kedunia luar (Yulianti & Sam, 2019).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
persalinan merupakan proses membuka dan menipisnya serviks dan
janin turun kedalam jalan lahir kemudian berakhir dengan pengeluaran
bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, atau dapat hidup diluar
kandungan disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari
tubuh ibu melalui jalan lahir atau bukan jalan lahir dengan bantuan atau
tanpa bantuan.

B. Macam-macam persalinan
Menurut Mutmainnah dkk (2017) macam-macam persalinan
dikategorikan menjadi :
1) Berdasarkan caranya persalinan dibedakan menjadi :
a) Persalinan normal adalah proses kelahiran bayi yang terjadi pada
usia kehamilan cukup bulan (lebih dari 37 minggu) tanpa adanya
penyulit, yaitu dengan tenaga iu sendiri tanpa bantuan alat-alat
serta tidak melukai bayi dan ibu. Partus spontan umumnya
berlangsung 24 jam.
b) Persalinan abnormal
Persalinan pervaginam dengan bantuan alat-alat atau melalui
dinding perut dengan operasi caesar.
2) Berdasarkan proses berlangsungnya persalinan dapat dibedakan
menjadi :
a) Persalinan spontan
Bila persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri atau
melalui jalan lahir ibu tersebut.
b) Persalinan buatan
Bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar, misalnya
ekstraksi forceps atau dilakukan operasi section Caesar.
c) Persalinan anjuran
Persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya, tetapi baru
berlangsung setelah pemecahan ketuban karena pemberian
prostaglandin.
3) Berdasarkan lama kehamilan dan berat janin dibagi menjadi :
a) Abortus
Pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluat
kandungan, berat janin <500 gram dan umur kehamilan <20
minggu.
b) Immaturus
Pengeluaran buah kehamilan antara 22 minggu sampai dengan
28 minggu atau bayi dengan berat badan antara 500 – 999 gram.
c) Prematurus
Persalinan pada usia kehamilan 28 minggu sampai dengan 36
minggu dengan berat janin kurang dari 1000-2499 gram.
d) Aterem
Persalinan antara usia kehamilan 37 minggu sampai dengan 42
minggu dengan berat janin diatas 2500 gram.
e) Serotinus / postmature
Persalinan yang melampaui usia kehamilan 42 minggu dan pada
janin terdapat tanda-tanda postmature.
f) Presipitatus
Persalinan berlangsung kurang dari 3 jam.

C. Sebab-sebab terjadinya persalinan


Menurut Mutmainnah dkk (2017) penyebab terjadinya persalinan
terbagi menjadi :
1) Teori penurunan kadar hormone progesterone
Hormone progresteron merupakan hormone yang mengakibatkan
relaksasi pada otot-otot Rahim, sedangkan hormone estrogen
meningngkatkan kerentanan otot rahim. Selama kehamilan terdapat
keseimbangan antara progesterone dan esterogen didalam darah.
Progesterone menghambat kontraksi selama kehamilan sehingga
mencegah ekspulsi fetus. Sebaliknya esterogen mempunyai
kecenderungan meningkatkan derajat kontraktilitas uterus. Baik
progesterone maupun esterogen disekresikan dalam jumlah yang
progresif makin bertambah selama kehamilan. Namun saat
kehamilan masuk usia 7 bulan dan seterusnya, sekresi esterogen
terus meningkat, sedangkan progesterone tetap konstan atau
mungkin sedikit menurun sehingga terjadi kontraksi brakton hicks
saat akhir kehamilan yang selanjutnya bertindak sebagai kontraksi
persalinan.
2) Teori oksitosin
Menjelang persalinan terjadi peningkatan reseptor okstosin dalam
otot Rahim sehingga mudah terangsang saat disuntikan oksitosin
dan menimbulkan kontraksi, diduga sehingga oksitosin dapat
menimbulkan pembentukan prostaglandin dan persalinan dapat
belangsung.
3) Teori prostaglandin
Prostaglandin yang dihasilkan oleh candiduas menjadi salh satu
sebab permulaan persalinan. Hal ini juga disokong dengan adanya
kadar prostaglandin yang tinggi, baik dalam air ketuban maupu
darah perifer ibu hamil sebelum melahirkan atau selama persalinan.
4) Teori rangsangan esterogen
Esterogen menyebabkan irritability myometrium, esterogen
memungkinkan sintesa prostaglandin pada decidua dan selaput
ketuban sehingga menyebabkan kontraksi uterus (myometrium).
(Oktarina, 2016)

Esterogen

Peningatan konsentrasi
Sintesa prostaglandin Actin, myosin, ATP

Kontraksi myometrium

5) Teori plasentas menjadi tua


Plasenta yang menjadi tua seiring bertambahnya usia kehamilan
menyebabkan kadar progesterone dan esterogen turun. Hal ini juga
mengakibatkan kejang pada pembuluh darah sehingga akan
menimbulkan kontraksi.
6) Distensi Rahim
Seperti halnya kandung kemih yang bila dindingnya meregang
karena isinya, demikian pula dengan rahim. Seiring bertambahnya
usia kehamilan maka otot-otot rahim akan semakin meregang.
Rahim yang membesar dan meregang menyebabkan iskemi otot-
otot Rahim sehingga menganggu sirkulasi utero plasenter kemudian
timbul kontraksi.
7) Teori iritasi mekanik
Dibelakang serviks terletak ganglion servikale (fleksus franker
hauser). Bila ganglion ini digeser dan ditekan, misalnya oleh kepala
janin maka akan timbul kontraksi.
8) Pengaruh janin
Hypofise dan kelenjar suprarenal janin juga memegang peranan
dalam terjadinya persalinan pada janin anancepalus kehamilan lebih
lama dari biasanya.

D. Tanda-tanda persalinan
Menutut Mutmainnah dkk (2017) tanda-tanda persalinan sebagai
berikut:
1) Berikut ini tanda persalinan sudah dekat
a) Lightening
Menjelang minggu ke 36, tanda pada primigravida terjadi
penurunan fundus uteri karena kepala bayi sudah masuk pintu
atas panggul yang disebabkan oleh kontrasi Barkton Hiks,
ketegangan dinding perut, ketegangan ligamentum rotundum,
gaya berat janin dimana kepala kea rah bawah. Masuknya bayi
ke pintu atas panggul menyebabkan ibu merasakan:
1) Ringan diatas atas dan rasa sesaknya berkurang.
2) Bagian bawah perut ibu terasa penuh dan mengganjal
3) Terjadinya kesulitan saat berjalan
4) Sering kencing
5) Terjadinya his permulaan
Makin tua kehamilan, pengeluatan esterogen dan progesterin
juga makin berkurang sehingga produksi oksitosin meningkat
dengan demikian dapat menimbulkan kontraksi yang lebih
sering, his permulaan ini seiring diistilahkan sebagai his palsu.
Sifat his palus antara lain :
1) Rasa nyeri ringan dibagian bawah
2) Datangnya tidak teratur
3) Tidak ada perubahan pada serviks atau tidak ada tanda-tanda
kemajuan persalinan
4) Durasinya pendek
5) Tidak bertambah bila beraktivitas
2) Tanda- tanda timbulnya persalinan
a) Terjadinya his persalinan
His adalah kontraksi rahim yang dapat diraba dan menimbulkan
rasa nyeri diperut serta dapat menimbulkan pembukaan seviks
kontraksi rahim, dimulai pada 2 face maker yang letaknya
didekat cornu uteri. His yang menimbulkan pembukaan serviks
dengan kecepatan terntentu disebut his efektif. His efektif
mempunyai sifat adanya dominan kontraksi uterus pada fundus
uteri (fondus dominance), kondisi berlangsung secara sinkron
dan harmonis. Kondisi ini juga menyebabkan adanya intensitas
kontraksi yang maksimal diantara dua kontraksi, irama teratur
dan frekuensi yang kian sering, lama his berkisar 45-60 detik
Pengaruh his dapat menimbulkan dinding menjadi tebal pada
korpus uteri, itsmus uterus menjadi teregang dan menipis,
kanalis servikalis mengalami effacement dan pembukaan. His
persalinan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1) Pinggangnya terasa sakit dan menjalar ke depan
2) Sifat his teratur, interval semakin pendek, dan kekuatan
semakin besar
3) Terjadi perubahan pada serviks
4) Jika pasien menambah aktivitasnya, misalnya dengan
berjalan maka kekuatan hisnya akan bertambah
b) Keluarnya lendir bercampur darah perbagian (show)
Lender berasal dari pembukaan, yang menyebabkan lepasnya
lender berasal dari kanalis servikalis. Dengan pengeluaran darah
disebabkan robeknya pembuluh darah waktu serviks membuka.
c) Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya
Sebagian ibu hamil mengeluarkan air ketuban akibat pecahnya
selaput ketuban. Jika ketuban sudah pecah maka ditargetkan
persalinan dapat berlangsung dalam 24 jam. Namun, apabila
tidak tercapai maka persalinan harus diakhiri dengan tindakan
tertentu, misalnya ekstraksi vakum atau section caesaria.
d) Dilatasi dan effacement
Dilatasi adalah terbukanya kanalis serviks secara berangsur-
angsur akibat pengaruh his. Effacement adalah pendataran atau
pemendekan kanalis servikalis yang semula panjangnya 1-2 cm
menjadi hilang sama sekali sehingga hanya tinggal ostium yang
tipis, seperti kertas.

E. Tahap-tahap persalinan
1) Kala I (kala pemhukaan)
Kala 1 disebut juga dengan kala pembukaan yang berlangsung
antara pembukaan 0 sampai dengan pembukaan lengkap 10 cm.
pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat
sehingga pasien masih dapat berjalan-jalan. Proses pembukaan
serviks sebagai adanya his dibedakan menjadi 2 fase yaitu:
a) Fase laten : belangsung selam 8 jam. Pembukaan terjadi sangat
lambat sampai dengan pembukaan mencapai ukuran diameter 3
cm.
b) Fase aktif : pembukaan serviks dari 4-10 cm berlangsung selama
6 jam dan terdapat 3 fase yaitu:
(1) Fase akselerasi : dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm
menjadi 4 cm.
(2) Fase dilatasi maksimal : dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung cepat, dari 4 cm sampai dengan 9 cm.
(3) Fase dilatasi : pembukaan menjadi lambat sekali dalam
waktu 2 jam berubah menjadi pembukaan lengkap.
Didalam fase aktif ini, frekuensi dan lama kontraksi uterus akan
meningkat secara bertahap, biasanya terjadi 3 kali atau lebih
dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau
lebih. Biasanya dari pembukaan 4 cm hingga mencapai
pembukaan lengkap atau 10 cm, akan terjadi kecepatan rata-rata
yaitu 1 cm per jam untuk primigravida dan 2 cm untuk
multigravida.
Fase-fase tersebut dijumpai pada primigravida begitu pula pada
multigravida tetapi pada fase laten, fase aktif, dan fase deselerasi
terjadi lebih pendek. Mekanisme pembukaan serviks berbeda
antara primi atau multigravida.
Pada primigravida, OUI membuka lebih dulu sehingga serviks
akan mendatar dan menipis, baru OUE membuka pada
multigravida OUI dan OUE akan mengalami penipisan dan
mendataran yang bersamaan. Kala 1 selesai apabila pembukaan
serviks sudah lengkap.
Pada primigravida kala 1 berlangsung kira-kira 12 jam,
sedangkan pada multigravida kira-kira 7 jam.
2) Kala 2
Kala 2 disebut dengan kala pengeluaran, kala ini dimulai dari
pembukaan lengkap (10cm) sampai bayi lahir. Proses ini
berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada multigravida,
gejala utama dari kala 2 adalah :
a) His semakin kuat, dengan interval 2-3 menit dengan durasi 50-
100 detik.
b) Menjelang akhir kala 1, ketuban pecah yang ditandai dengan
pengeluaran cairan secara mendadak.
c) Ketuban pecah pada pembukaan merupakan pendeteksi lengkap
diikuti keinginan mengejan karena frankenhauser tertekan.
d) Kedua kekuatan, his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi
sehingga kepala bayi membuka pintu, subocciput bertindak
sebagai hipomoglion berturut-turut lahir dari dahi, muka, dagu
yang melewati perineum.
e) Kepala lahir seluruhnya dan diikti oleh putaran paksi luar, yaitu
penyesuaian kepala dan punggung.
f) Setelah putar paksi luar berlangsung maka persalinan bayi
ditolong dengan jalan:
(1) Kepala dipegang pada osciput dan dibawah dagu, ditarik
curam kebawah untuk melahirkan bahu belakang.
(2) Setelah kedua bahu lahir, ketiak diikat untuk melahirkan sisa
badan bayi.
(3) Bayi kemudian lahir diikuti oleh air ketuban.
3) Kala 3
Setelah kala 2, kontraksi uterus berhenti sekitar 5-10 menit. Melalui
kelahiran bayi, plasenta sudah mulai terlepas pada lapiran Nitabisch
karena sifat retraksi otot rahim. Dimulai segera setelah bayi lahir
sampai plasenta lahir, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit,
jika lebih maka harus diberikan penanganan lebih atau dirujuk.
Lepasnya plasenta sudah mulai dapat diperkirakan dengan
memperhatikan tanda -tanda:
a) Uterus menjadi bundar
b) Uterus terdorong keatas karena plasenta dilepas ke segmen
bawah rahim.
c) Tali pusat bertambah panjang.
d) Terjadi perdarahan.
Melahirkan plasenta dilakukan dengan dorongan ringansecara crede
pada fundus uteri. Biasanya plasenta lepas dalam 6-15 menit setelah
bayi lahir.
Lepasnya plasenta secara Schultze, biasanya tidak ada perdarahan
sebelum plasenta lahir dan banyak mengeluarkan darah setelah
plasenta lahir, sedangkan cara Duncan yaitu plasenta lepas dari
pinggir, biasanya darah mengalir keluar antara selaput ketuban.
4) Kala IV
Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena
pendarahan postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama.
Observasi yang dilakukan adalah:
a) Tingkat kesadaran penderita
b) Pemeriksaan TTV, TD, RR, dan N.
c) Kontraksi uterus
d) Terjadi pendarahan.

2. Post partum
A. Definisi post partum
Post partum merupakan masa setelah plasenta lahir dan berakhir Ketika
alat-alat kandung Kembali pada keadaan sebelum hamil, masa post
partum berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Siti Saleha, 2013 dalam
Wahyuningsih, 2019)
Pasien post partum adalah masa setelah persalinan yang memerlukan
waktu untuk pemulihan alat kandungan selama ±6 minggu (Sridani dkk,
2019).

B. Tahapan masa post partum


Tahapan dari post partum menurut Wahyuningsih (2019) ialah:
1) Immediate postpartum (setelah plasenta lahir-24 jam)
Masa segara setelah plasenta lahir sampai 24 jam, Adapun masalah
yang sering terjadi pendarahan karena atonia uteri. Oleh karena itu
perlu melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lokia,
tekanan darah dan suhu.
2) Early postpartum (24 jam-1 mg)
Harus dipastikan nvolusi uteri normal, tidak ada perdarahan, lokia
tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendaat makanan dan
cairan serta ibu dapat menyusui dengan baik.
3) Late post partum (1 mg-6 mg)
Tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta
konseling/ pendidikan Kesehatan Keluarga Berencana (KB).

C. Kebutuhan masa post partum


Kebutuhan ibu saat masa post partu menurut Wahyuningsih (2019)
yaitu:
1) Nutrisi dan Cairan
Masalah nutrisi perlu mendapat perhatian karena dengan nutrisi
yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat
mempengaruhi susunan air susu. Kebutuhan gizi ibu saat menyusui
adalah sebagai berikut :
a. Konsumsi tambahan kalori 500 kalori tiap hari
b. Diet berimbang, protein, mineral, dan vitamin
c. Minum setidaknya 2 liter tiap hari (± 8 gelas)
d. Fe/tablet tambah darah sampai 40 hari pasca persalinan
e. Kapsul Vit. A 200.000 unit
2) Ambulasi
Ambulasi dini (early ambulation) ialah kebijaksanaan agar
secepatnya tenaga Kesehatan membimbing ibu post partum bangun
dari tempat tidur membimbing secepat mungkin untuk berjalan. Ibu
post partum sudah diperbolehkan sudah diperbolehkan bangun dari
tempat tidur dalam 24 – 28 jam postpartum. Hal ini dilakukan
bertahap. Ambulasi dini tidak dibenarkan pada ibu post partum
dengan penyulit misalnya anemia, penyakit jantung, penyakit paru-
paru, demam dan sebagainya.
Keuntungan dari ambulasi dini
a. Ibu merasa lebih sehat
b. Fungsi usus dan kandung kemih lebih baik
c. Memungkinkan kita mengajarkan ibu untuk merawat bayinya
d. Tidak ada pengaruh buruk terhadap proses pasca persalinan,
tidak memengaruhi penyembuhan luka, tidak menyebabkan
perdarahan, tidak memperbesarkan kemungkinan prolapses atau
retrotexto uteri.
3) Eliminasi
Setelah 6 jam post partum diharapakan ibu dapat berkemih, jika
kandungan kemih penuh atau lebih dari 8 jam belum berkemih
disarankan melakukan kateterisasi. Hal-hal yang menyebabkan
kesulitan berkemih (retensio urine) pada post partum :
Berkurangnya tekanan intra abdominal.
a. Otot-otot perut masih lemah
b. Edema dan uretra
c. Dinding kandung kemih kurang sensitive
d. Ibu post partum diharapkan bisa diharapkan bisa defekasi atau
buang air besar setelah hari kedua post partum, jika hari ketiga
belum defekasi bisa diberi obat pencahar oral atau rektal
4) Kebersihan diri
Pada masa postpartum seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi.
Oleh karena itu kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan
lingkungan sangat pentingan untuk tetap terjaga. Langkah-langkah
yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh perineum
b. Mengajarkan ibu cara membersihkan alat kelamin dengan sabun
dan air dari depan ke belakang
c. Sarankan ibu ganti pembalut setidaknya dua kali sehari
d. Membersihkan tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudah membersihkan alat kelamin
e. Jika ibu mempunyai luka episiotomy atau laserasi/ luka jahit
pada alat kelamin, menyarankan untuk tidak menyentuh daerah
tersebut
5) Istirahat dan tidur
Mengajukan ibu istirahat cukup dan dapat melakukan kegiatan
rumah tangga secara bertahap. Kurang istirahat dapat mengurangi
produksi ASI, memperlambat proses involusi dan depresi pasca
persalinan. Selama masa post partum, alat-alat interna dan eksternal
berangsur-angsur Kembali ke keadaan sebelum hamil (involusi).
Ada 2 perubahan yang terjadi pada ibu yaitu fisiologis/fisik dan
perubahan psikologis.

D. Perubahan fisiologis pada masa post partum


Menurut Wahyuningsih (2019) perubahan fisiologis pada masa post
partum berikut ini:
1. Uterus
Setelah plasenta lahir, uterus akan mulai mengeras karena kontraksi
dan retraksi otot-ototnya. Uterus berangsur-angsur mengecil sampai
keadaan sebelum hamil.
Waktu TFU Berat uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gr
Uri Lahir 2 jari bawah pusat 750 gr
1 mg ½ pst symps 500 gr
2 mg Tidak teraba 350 gr
6 mg Bertambah kecil 50 gr
8 mg Normal 30 gr
2. Lochea
Yaitu cairan/ secret berasal dari kavum uteri danvagina selama masa
post partum (Sitti Saleha, 2009 dalam Wahyuningsih 2019). Berikut
ini, beberapa jenis lokia :
a. Lokia Rubra berwarna merah karena berisi darah segar dan sisa-
sisa selaput ketuban, desidua, verniks kaseosa, lanugo,
meconium berlangsung 2 hr post patum
b. Lokia Sanguilenta berwarna merah kuning berisi darah dan
6ensit berlangsung 3-7 hr post partum
c. Lokia Serosa berwarna kuning karena mengandung serum,
jarring desidua, leukosit dan eritrosit berlangsung 7-14 hr post
partum
d. Lokia Alba berwarna putih terdiri atas leukosit dan sel-sel
desidua berlangsung 14 hr- 2 mg berikutnya
3. Endometrium
Perubahan terjadi dengan timbulnya thrombosis, degenerasi dan
nekrosis di tempat implantasi plasenta. Bekas implatasi plasenta
karena kontraksi sehingga mononjol ke kavum uteri, hr 1
endometrium tebal 2,5 mm, endometrium akan rata setelah hari ke 3
4. Serviks
Setelah persalinana serviks menganga, setelah 7 hari dapat dilauli 1
jari, setelah 4 minggu rongga bagian luar Kembali normal
5. Vagina dan perineum
Vagina secara berangsur-angsur luasnya berkurang tetapi jarang
sekali Kembali seperti ukuran nullipara, hymen tampak sebagai
tonjolan jaringan yang kecil dan berubah menjadi karukala
mitiformis. Minggu ke 3 rugae vagina Kembali. Perineum yang
terdapat laserasi atau jahitan serta oedem akan berangsur-angsur
pulih sembuh 6-7 hari tanpa infeksi. Oleh karena itu vulva hygiene
perlu dilakukan.
6. Mamae /payudara
Semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi secara
alami. Ada 2 mekanisme : 2 produksi susu, sekresi susu, atau let
down.
Selama kehamilan jaringan payudara tumbuh dan menyiapkan
funginya mempersiapkan makanan bagi bayi. Pada hari ke 3 setelah
melahirkan ASI mulai berfungsi. Ketika bayi menghisap putting,
oksitosin merangsang ensit let down (melahirkan) sehingga
menyebabkan ejeksi ASI.
7. Sistem pencernaan
Setelah persalinan 2 jam ibu merasa lapar, kecuali ada komplikasi
persalinan, tidak ada alas an menunda pemberian makan. Kontipasi
terjadi karena psikis takut BAB karena ada luka jahit perineum.
8. Sistem perkemihan
Pelvis ginjal teregang dan dilatasi selama kehamilan, Kembali
normal akhir mnggu ke 4 setelah melahirkan. Kurang dari 40% post
partum mengalami proteinuria non patologis kecuali pada kasus
preeklamsi.
9. Sistem musculoskeletal
Ligamen, fasia, diafragma pelvis meregang saat kehamilan,
berangsur-angsur mengecil seperti semula.
10. Sistem endokrin
Hormone-hormon yang berperan:
a. Oksitosin berperan dalam kontraksi uterus mencegah
perdarahan, membantu uterus Kembali normal. Isapan bayi
dapat merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin.
b. Prolactin, dikeluarkan oleh kelenjar dimana pituitrin
merangsang pengeluaran prolactin untuk produksi ASI, jika ibu
post partum tidak menyusui 14-21 hari timbul menstruasi.
c. Esterogen dan progesterone, setelah melahirkan esterogen
menurun, progesterone meningkat.
11. Perubahan TTV
a. Suhu tubuh saat post partum dapat naik kurang lbeih 0,5 C
setelah 2 ham post partum normal.
b. Nadi dan pernafasan, nadi dapat bradikardi kalua takikardi
waspada mungin ada perdarahan, pernafasan akan sedikit
meningkat setelah persalinan lalu Kembali normal.
c. Tekanan darah kadang naik lalu Kembali normal setelah
beberapa hari asalkan tidak ada penyakit yang menyertai BB
turun rata-rata 4,5 kg.
d. Setelah partus atau melahirkan adanya striae pada dinding
abdomen tidak dapat dihilangkan sempurna dan berubah jadi
putih (striae albicans).
e. Evaluasi tonus otot abdomen untuk menentukan diastasis
(derajat pemisahan otot rektus abdomen ). Setiap wanita
mempunyai 3 sel otot abdominalis yaitu rectus abdominalis,
oblique, transverve. Rectus abdominalis merupakan otot paling
luar yang bergerak dari atas ke bawah. Otot ini terbagi 2 yang
dinamakan rekti yang lebarnya kurang lebih 0,5 cm dan
dihubungkan oleh jaringan fibrous (linea alba).

E. Asuhan keperawatan pada ibu dengan post partum


Menurut Wahyuningsih (2019) asuhan keperawatan pada ibu dengan
masa post partum yaitu:
1. Pengkajian keperawatan
Adapun pengkajian pada klien pasca persalinan normal menurut
Bobak (2005) dalam Wahyuningsih (2019) meliputi:
a. Pengkajian data dasar klien
Meninjau ulang catatan prenatal dan intraoperative dan adanya
indikasi untuk kelahiran abnormal. Adapun pengumpulan data
meliputi observasi, wawancara, pemeriksaan fisik yaitu mulai
inpeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi.
b. Identitas klien
1) Identitas klien meliputi nama usia, status perkawinan,
pekerjaan, agama, pendidikan, suku, bahasa, sumber biaya,
tanggal masuk RS, dan jam, tanggal pengkajian, alamat.
2) Identitas suami meliputi nama suami, usia, pekerjaan,
agama, pendidikan, suku.
c. Riwayat keperawatan
1) Riwayat Kesehatan data yang dikaji antara lain keluaha
utama saat masuk RS. Faktor-faktor yang mungkin
mmpengaruhi, Adapun yang berkaitan dengan diagnose
yang perlu dikaji adalah peningkatan tekanan darah,
eliminasi, mual dan mntah, penambahan BB, oedem, pusing,
sakit kepala, diplopia, nyeri epigastric
2) Riwayata kehamilan : informasi yang dibutuhkan adalah
para dan gravida, kehamilan yang direncanakan, masalah
saat hamil atau ANC dan imunisasi yang sudah diberikan
pada ibu selama hami.
3) Riwayat melahirkan
Data yang harus dikaji adalah tanggal melahirkan, lamanya
persalinanm posisi fetus, tipe melahirkan, analgetik, masalah
selama melahirkan jahitan pada perineum dan perdarahan.
4) Data bayi : data yang harus dikaji meliputi jenis kelamin dan
BB bayi. Kesulitan dalam melahirkan, apgar score, untuk
menyusi dan pemberian susu formula dan kelainan
konginental yang tampak pada saat dilakukan pengkajian.
5) Pengkajian post partum : pengkajian dilakukan meliputi
keadaan umum. Tingkat aktivitas setelah melahirkan,
gambaran lochea, keadaan perineum, abdomen, payudara,
episotomi, kebersihan menyusui dan respon orang terhadap
bayi.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada ibu masa post partum atau
pasca postpartum yaitu:
a. Rambut
Mengkaji kekuatan rambut klien karena diet yang baik selama
masa hamil akan berpengaruh pada kekuatan dan Kesehatan
rambut.
b. Muka
Mengkaji adanya edema pada muka yang dimanifestasikan
dengan kelopak mata yang bengkak atau lipatan kelopak mata
bawah menonjol.
c. Mata
Menkaji warna konjungtiva bila berwarna merah dan basah
berarti normal, sedangkan berwarna putih pucat berarti ibu
mengalami anemia, dan jika konjungtiva kering maka ibu
mengalami dehidrasi.
d. Payudara
Mengkaji pembesaran, ukuran, bentuk, konsistensi, warna
payudara dan mengkaji kondisi putting, kebersihan putting,
Inpeksi bentuk perut ibu untuk mengetahui adanya distensi pada
perut, palpasi juga tinggi fundus uterus, konsistensi serta
kontraksi uterus.
e. Lochea
Mengkaji lochea yang meliputi karakter, jumlah, warna, bekuan
darah yang keluar dan baunya.
f. Sistem perkemihan
Mengkaji kandung kemih dan palpasi dan dperkusi unuk
menentukan adanya distensi pada kandung kemih yang
dilakukan pada abdomen bagian bawah.
g. Perineum
Pengkajian dilakukan dengan menempatkan ibupada posisi
senyaman mungkin dan tetap menjaga privasi dengan inpeksi
adanya tanda-tanda REEDA (Redness/kemerahan,
Echimosis/perdarahan bawah kulit, Edema/bengkak, Discharge/
perubahan lochea, Approximation/pertautan jaringan).
h. Ekstermitas bawah
Ekstermintas atas dan bawah dapat bergerak bebas, kadang
ditemukan edema, varises pada tungkai kaki, ada atau tidaknya
tromboflebitis karena penurunan aktivitas dan reflek patella
baik.
3. TTV
Mengkaji TTV meliputi suhu, nadi, pernafasan, tekanan darah selam
24 jam pertama masa post partum atau pasca partum.
4. Pemeriksaan penunjang
a. Jumlah darah lengkap hemoglobin dan hematokrit, mengkaji
perubahan dari kadar praoperasi dan mengevaluasi efek dari
kehilangan darah pada pembedahan .
b. Urinalis : kultur urine, darah, vaginal, dan lochea, pemeriksaan
tambahan didasarkan pada kebutuhan individual.

F. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik (trauma/
laserasi jalan lahr).
2. Keletihan berhubungan dengan kelalahan, fisik tidak bugar
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status terkini
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas, keletihan,
fisik tidak bugar
5. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (Laserasi/ ruptur
jalan lahir)
6. Resiko jatuh berhubungan dengan periode pemulihan pasca-operasi
7. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
8. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan suplai ASI
tidak cukup
G. Asuhan Keperawatan
No. Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
keperawatan selama 3 x 8 jam,  Lakukan pengkajian nyeri
diharapkan nyeri klien teratasi secara komprehensif termasuk
dengan kriteria hasil : lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor
Kontrol nyeri presipitasi
1. Mampu mengontrol nyeri.  Observasi reaksi nonverbal
2. Melaporkan bahwa nyeri dari ketidaknyamanan
berkurang dengan menggunakan  Evaluasi pengalaman nyeri
manajemen nyeri masa lampau
3. Mampu mengenali nyeri (skala,  Kontrol lingkungan yang dapat
intensitas, frekuensi dan tanda mempengaruhi nyeri seperti
nyeri) suhu ruangan, pencahayaan
dan kebisingan
Tingkat nyeri  Kurangi faktor presipitasi nyeri
1. Klien mampu melaporkan nyeri  Ajarkan tentang teknik non
2. Klien mampu dapat berisitirahat farmakologi
 Berikan analgetik untuk
Tanda – tanda vital mengurangi nyeri
1. Suhu tubuh normal  Evaluasi keefektifan kontrol
2. Tingkat pernafasan normal nyeri
3. Tekann darah sistolik normal  Kolaborasikan dengan dokter
4. Tekanan darah diastolic normal jika ada keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil
 Monitor penerimaan pasien
tentang manajemen nyeri.

Pemberian Analgesic
 Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas, dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
 Cek instruksi dokter tentang
jenis obat, dosis, dan frekuensi
 Cek riwayat alergi
 Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi dari
analgesik ketika pemberian
lebih dari satu
 Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya
nyeri
 Tentukan analgesik pilihan,
rute pemberian, dan dosis
optimal
 Pilih rute pemberian secara IV,
IM untuk pengobatan nyeri
secara teratur
 Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
pertama kali
 Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
 Evaluasi efektivitas analgesik,
tanda dan gejala (efek
samping)

Monitor Tanda-Tanda Vital


 Monitor tekanan darah, nadi,
suhu, dan status pernafasan
dengan tepat.
 Monitor dan laporkan tanda
dan gejala hipotermia dan
hipertermia
 Monitor kenradaan dan
kualitas nadi
 Monitor pola pernafasan
abnormal
 Monior warna kulit, suhu dan
kelembaban
 Monitor terkait dengan adanya
3 tanda, coushing relex
 Indentifikasi kemungkinan
penyebab perubahan tanda-
tanda vital
2. Keletihan Setelah dilakukan tindakan Manajemen energi
keperawatan selama 3 x 8 jam,  Anjurkan klien
diharapkan keletihan klien teratasi mengungkapkan perasaan
dengan kriteria hasil : secara verbal mengenai
keterbatasan yang dialami
Tingkat keletihan  Pilih intervensi untuk
1. Klien mengatakan tidah ada mengurangi kelelahan baik
keletihan dan kelesuhan.
2. Klien mampu meningkatkan secara farmakologis maupun
kualitas tidur dan istirahat. nonfarmakologis dengan tepat
3. Klien mampu menyeimbangkan  Identifikasi penyebab
antara aktifitas dan istirahat. keletihan.
 Dukung alternatif periode
istirahat dan aktifitas.
 Bantu klien mengidentifikasi
tugas-tugas yang dapat
dilakukan.
 Ajarkan pengaturan aktivitas
dan teknik manajemen waktu
untuk mencegah kelelahan.
 Anjurkan klien melakukan
aktifitas secara bertahap.
 Monitor intake atau asupan
nutrisi untuk mengetahui
sumber energi yang adikuat

3. Ansietas Setelah dilakukan asuhan Penurunan kecemasan


keperawatann kepada pasien selama  Gali pemahaman klien
3 x 8 jam, klien dapat mengontrol mengenai stres situasional
cemas dengan kriteria hasil sebagai  Dampingi klien
berikut:  Berikan reinforcement
positif
Kontrol kecemasan
 Ciptakan suasana saling
1. Klien mampu mengidentifikasi
dan mengungkapkan gejala cemas
percaya
2. Mengidentifikasi,  Bantu klien untuk
mengungkapkan dan menggunakan mekanisme
menunjukkan tehnik untuk koping yang tepat
mengontol cemas  Instrusikan klien untuk
3. Vital sign dalam batas normal menggunakan teknik
4. Postur tubuh, ekspresi wajah, relaksasi
bahasa tubuh dan tingkat aktivitas  Kolaborasi dengan keluarga
menunjukkan berkurangnya untuk selalu mendampingi
kecemasan
klien
 Gunakan pendekatan yang
menenangkan
 Nyatakan dengan jelas harapan
terhadap pelaku pasien
 Jelaskan semua prosedur dan
apa yang dirasakan selama
prosedur
 Pahami prespektif pasien
terhdap situasi stres
 Temani pasien untuk
memberikan keamanan dan
mengurangi takut
 Berikan informasi faktual
mengenai diagnosis, tindakan
prognosis
 Lakukan back / neck rub
 Dengarkan dengan penuh
perhatian
 Identifikasi tingkat kecemasan
 Bantu pasien mengenal situasi
yang menimbulkan kecemasan
 Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
 Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
 Barikan obat untuk
mengurangi kecemasan
4. Intoleransi Setelah dilakukan asuhan Manajemen energi
aktivitas keperawatan selama 3 x 8 jam,  Kaji status fisiologis pasien
diharapkan klien bebas dari yang menyebabkan kelelahan
intoleransi aktivitas dengan kriteria sesuai dengan konteks usia
hasil : dan perkembangan
 Observasi adanya pembatasan
Toleransi terhadap aktivitas klien dalam melakukan
1. Jarak berjalan klien aktivitas
meningkat  Dorong anal untuk
2. Tekanan darah klien dalam mengungkapkan perasaan
rentang normal terhadap keterbatasan
3. Kekuatan tubuh bagian atas  Kaji adanya factor yang
normal menyebabkan kelelahan
4. Kekuatan tubuh bagian  Monitor nutrisi dan sumber
bawah normal energi tangadekuat
5. Kemudahanan dalam  Monitor pasien akan adanya
melakukan aktivitas hidup kelelahan fisik dan emosi
harian (activities of daily secara berlebihan
living/ADL)  Monitor respon kardivaskuler
terhadap aktivitas
Konservasi energi  Monitor pola tidur dan
lamanya tidur/istirahat pasien
1. Berpartisipasi dalam Terapi aktivitas
aktivitas fisik tanpa disertai  Kolaborasikan dengan Tenaga
peningkatan tekanan darah, Rehabilitasi Medik
nadi dan RR dalammerencanakan progran
2. Mampu melakukan aktivitas terapi yang tepat.
sehari hari (ADLs) secara  Bantu klien untuk
mandiri mengidentifikasi aktivitas
3. Mampu mempertahankan yang mampu dilakukan
Intake nutrisi yang cukup  Bantu untuk memilih aktivitas
4. Mampu melaporkan konsisten yang sesuai dengan
kekuatan yang cukup untuk kemampuan fisik, psikologi
beraktivitas dan social
 Bantu untuk mengidentifikasi
dan mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas
yang diinginkan
 Bantu untuk mendapatkan alat
bantuan aktivitas seperti kursi
roda, krek
 Bantu untu mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
 Bantu klien untuk membuat
jadwal latihan diwaktu luang
 Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan
dalam beraktivitas
 Sediakan penguatan positif
bagi yang aktif beraktivitas
 Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi diri
dan penguatan
 Monitor respon fisik, emosi,
social dan spiritual
5. Resiko infeksi Setelah dilakukan asuhan Kontrol Infeksi
keperawatan selama 3 x 8 jam,  Melakukan tindakan-
diharapkan klien bebas dari risiko tindakan pencegahan yang
infeksi dengan kriteria hasil : bersifat universal
 Pastikan tehnik luka yang
Kontrol resiko tepat
1. Klien bebas dari tanda dan gejala  Tingkatakan intake nutrisi
infeksi yang tepat
2. Menunjukkan perilaku hidup  Dorong intake cairan yang
bersih dan sehat sesuai
3. Menunjukkan kemampuan untuk  Dorong klien untuk
mencegah timbulnya infeksi beristirahat
4. Jumlah leukosit dalam batas  Ajarkan pasien dan
normal keluarga mengenai tanda
5. Klien mampu berkomitmen dalam dan gejala infeksi dan
strategi control resiko kapan harus melaporkannya
6. Klien mampu mengontrol status kepada penyedia perwatan
Kesehatan Kesehatan
 Ajarkan pasien dan anggota
Status Marternal : Post partum keluarga bagaiaman
1. tekanan darah dalam kategori menghindari infeksi
normal
2. fundus uteri normal, Perlindungan Infeksi
3. jumlah lokia normal,  Monitor adanya tanda dan
4. penyembuhan insisi normal, gejala infeksi sistemik dan
5. suhu tubuh dalam rentang lokal
normal  Monitor kerentangan
6. Klien mampu melakukan terhadap infeksi
aktivitas fisik  Monitor hitung mutlak
7. Hemoglobin dalam rentang granulasit, WBC, dan hasil-
normal hasil diferensial
8. Tidak ada tanda-tanda infeksi  Berikan perawatan kulit
yang tepat untuk area
 Periksa kulit dan selaput
lendir untuk adanya
kemerahan, kehangatan
ekstrem, atau drainase
 Periksa kondisi sayatan
bedah atau luka
 Tingkatakan asupan nutrisi
yang cukup
 Anjurkan asupan cairan
dengan tepat
 Anjurkan istirahat
 Ajarkan pasien dan
keluarga mengenai tanda
dan gejala infeksi dan
kapan harus melaporkannya
kepada pemberi layanan
Kesehatan
 Ajarkan pasien dan
anggtota keluarga
bagaimana cara
menghindari infeksi
Perawatan Post Partum
 Pantau TTF
 Monitor lokia terkait
dengan warna, jumlah, bau,
dan adanya gumpalan
 Pantau lokasi fundus,
tinggi, dan tonus, pastikan
untuk menompang segmen
bawah rahim selama
dilakukan palpasi
 Panatu pirenium atau
operasi dan jaringan
sekitarnya
 Ajakan pasien untuk meraat
pirenium untuk mencegah
infeksi dan mengurangi
ketidak nyamanan
 Ajaekan pasien mengenai
tanda bahaya yang
menunjukan laporan segera
misalnya demam, infeksi

Perawatan Area Sayatan


 Periksa daerah sayatan
terhadap kemerahan,
bengkak, atau tanda-tanda
dehiscence atau eviserasi
 Bersihkan sekitar daerah
sayatan dengan
pembersihan yang tepat
 Monitor sayatan untuk
tanda dan gejala infeksi
 Gunakan kapas steril untuk
pembesihan jahitan benang
luka yang efisien, luka
dalam dan sempit atau luka
berkantung
 Arahkan pasien atau
lkeluarga cara merawat luka
insisi, termasuk tanda-tanda
gejala infeksi
6. Resiko jatuh Setelah dilakukan asuhan Pencegahan jatuh
keperawatan selama 3 x 8 jam,  Kaji perilaku dan faktor yang
mempengaruhi risiko jatuh
diharapkan klien bebas dari risiko  Identifikasi lingkungam yang
jatuh dengan kriteria hasil : meningkatkan potensi jatuh
 Instruksikan pasien mengenai
Perilaku pencegahan jatuh penggunaan alat bantu
1. Klien dapat meminta bantuan (walker/ongkat) untuk
kepada orang lain untuk menyeimbangkan cara berjalan
membantunya  Identifikasi perlaku dan faktor
2. Kklien dapat menggunakan yang mempengaruhi risio jatuh
fasilitas yang aman  Monitor gaya berjalan,
3. Klien dapat menggunakan keseimbangan, dan tingkat
penghalang untuk mencegah kelelahan dengan ambulasi
resiko jatuh  Sediakan alat bantu
4. Klien dapat menggunakan  Letakan benda-benda dalam
batang pegangan seperti yang jangkauan yang lebih mudah
diperlukan  Sediakan pencahayaan yang
cukup dalam rangka
Control risiko jatuh meningkatkan pandangan
1. Klien mampu mengidentifikasi
 Sediakan permukssn lantai
faktor risiko jatuh
yang tidak licin
2. Klien menggunakan alat bantu
 Berikan penanda untuk untuk
untuk menurunkan risiko jatuh
memberikan peringatan kepada
3. Klien mampu melakukan
staff bahwa pasien berisiko
Latihan teratur untuk
tinggi jatuh
memelihara kekuatan dan
 Lakukan program Latihan
keseimbangan
fisik rutin yang meliputi
berjalan
7. Defisiensi Setelah dilakukan asuhan Perawatan post partum
pengetahuan keperawatan selama 3 x 8 jam,  Pantau TTV
diharapkan klien bebas dari defisiensi  Monitor lokia terkait dengan
pengetahuan dengan kriteria hasil : warna, jumlah, bau, dan
adanya gumpalan
Pengetahuan : Kesehatan ibu  Pantau lokasi fundus, tinggi,
postpartum dan tonus, pastikan untuk
1. Mampu mengetahui perawatan menompang segmen bawah
perineum rahim selama dilakukan palpasi
2. Mampu mengetahui intake  Pantau pirenium atau operasi
nutrisi yang direkomendasikan dan jaringan sekitarnya
3. Mampu mengetahui intake  Ajakan pasien untuk meraat
cairan yang direkomendasikan pirenium untuk mencegah
4. Mampu mengetahui strategi infeksi dan mengurangi ketidak
untuk menyeimbangkan aktivitas nyamanan
dan istirahat  Ajaekan pasien mengenai
tanda bahaya yang menunjukan
Pengetahuan menyusui laporan segera misalnya
1. Mampu mengetahui manfaat demam, infeksi
menyusui  Ajarkan pasien penanganan
2. Mampu mengetahui intake nyeri non-farmakologis
cairan yang dibutuhkan ibu (misalnya mandi uap/mandi di
3. Mampu mengetahui komposisi bak, pergerakan, pijatan,
ASI, proses pengeluaran ASI/let imajinasi, penggunaan kantung
down process, ASI es, bantalan witch hazel, dan
depan/foremilk versus ASI pengalihan pikiran)
belakang/hindmilk  Fasilitasi klien Kembali ke
4. Mampu mengetahui isyarat bayi fungsi berkemih normal
jika lapar
5. Klien mengatahui teknik yang Konseling laktasi
tepat untuk menempelkan bayi  Berikan informasi mengenai
ke payudara manfaat menyusui baik
6. Klien mengetahui posisi bayi fisiologis maupun psikologis.
yang tepat saat menyusui  Berikan materi pendidikan
7. Klien mengetahui tanda-tanda sesuai dengan kebutuhan
pasokan ASI yang memadai  Beri kesempatan pada ibu
8. Mampu mengetahui tanda-tanda untuk menyesui setelah
bayi bergizi baik melahirkan, jika
memungkinkan
Pengetahuan: perawatan bayi  Jelaskan tanda bayi
1. Klien mengetahui karakteritik membutuhkan makan
bayi yang normal (misalnya rooting, menghisap
2. Klien mengetahui pertumbuhan serta diam dan terjaga / quiet
dan perkembangan bayi yang alertness)
normal  Bantu menjamin adanya
3. Klien mengetahui cara kelekatan bayi ke dada dengan
memposisikan bayi yang tepat cara yang tepat (misalnya
4. Klien mengetahui cara monitor posisi tubuh bayi
membedong dengan cara yang te[at, bayi
5. Klien mengetahui tanda dan memegang dada ibu adanya
gejala dehidrasi pada bayi kompresi dan terdengar suara
6. Klien mengetahui perawatan tali menelan
pusat  Intruksikan posisi menyusi
7. Klien mengetahui stimulasi bayi yang bervariasi (misalnya
gendong bayi dengan posisi
kepalanya berada di
siku/crosscradle, mengendong
bayi dibawah lengan pada sisi
yang digunakan untuk
menyusui/football hold, dan
miring)
 Monitor kemampuan bayi
menghisap
 Intruksikan pada ibu untuk
membiarkan bayi
menyelesaikan proses
menyusui yang pertama
sebelum proses menyusui yang
kedua
 Intruksikan ibu untuk
melakukan perawatan putting
susu
 Diskusikan kebutuhan untuk
istirahat yang cukup, hidrasi,
dan diet yang seimbang
 Diskusikan strategi yang
bertujuan untuk
mengoptimalkan suplai air
susu (misalnya pijatan
payudara, seringnya
mengeluarkan air susu,
mengosongkan air susu,
perawatan kangguru dan
pengobatan)
 Rujuk pada konsultan laktasi

Pengajaran nutrisi bayi 0-3 bulan


 Berikan orangtua materi
tertulis yang sesuai dengan
kebutuhan pengetahuan yang
telah diidentifikasi
 Intruksikan orangtua untuk
memberikan makan hanya ASI
atau susu formula untuk tahun
pertama (yidak ada makanan
padat sebelum 4 bulan)
 Intruksikan orangtua untuk
membawatasi intak ½ sampai 1
ons pada satu waktu, 4 ons
setiap hari.

Pengajaran keselamatan bayi 0-3


bulan
 Berikan orangtua materi
tertulis yang sesuai dengan
kebutuhan pengetahuan yang
telah diidentifikasi
 Intruksikan orangtua untuk
menempatkan bayi pada
punggung untuk tidur dan jaga
tempat tidur longgar, bantal,
mainan keluar dari boks bayi
 Intruksikan orangutua hanya
menggunakan boks bayi yang
aman
 Intruksikan orangtua untuk
tidak memegang bayi sambal
minum cairan panas/merokok
 Intruksikan orangtua untuk
memonitor penyedia perawatan
anak yang berpengalaman dan
terlatih
 Intruksikan orangtua atau
pengasuh bagaimana
mencegah jatuh
 Intruksikan orangtua untuk
tidak pernah mengguncangkan,
melempar, atau mengayunkan
bayi ke udara

Pengajaran: stimulasi bayi 0-4


bulan
 Deskripsikan perkembangan
normal bayi
 Bantu orangtua untuk
menstimulasi rutin bayi
 Intruksikan orangtua untuk
melakukan aktivitas yang
mendukung pergerakan atau
menimbulkan stimulasi sensori
 Intruksikan orangtua untuk
berbicara, menyanyi, dan
tersenyum saat memberikan
perawatan pada bayi
 Intruksikan orangtua untuk
sering meningkatkan pelukan
dan sentuhan pada bayi
 Intruksikan orangtua untuk
menengkurapkan bayi Ketika
terbangun untuk mendukung
pengangkatan kepala
 Intruksikan orangtua untuk
memijat bayi dengan
menggosokan lotion dengan
Gerakan yang lembut tapi
mantap
8. Ketidakefektifan Setelah dilakukan asuhan Konseling laktasi
pemberian ASI keperawatan selama 3 x 8 jam,  Berikan informasi mengenai
diharapkan klien bebas dari manfaat menyusui baik
ketidakefektifan pemberian ASI fisiologis maupun psikologis.
dengan kriteria hasil :  Berikan materi pendidikan
sesuai dengan kebutuhan
Keberhasilan menyusui: Bayi  Beri kesempatan pada ibu
1. Reflek menghisap bayi normal untuk menyesui setelah
2. Terdengar menelan pada bayi melahirkan, jika
Ketika diberikan ASI memungkinkan
3. Mampu menyusui minimal 5-10  Jelaskan tanda bayi
menit perpayudara membutuhkan makan
4. Mampu menyusui minimal 8 kali (misalnya rooting, menghisap
menyusui perhari serta diam dan terjaga / quiet
5. Feses pada bayi cair, kuning, dan alertness)
berserat perhari sesuai usia  Bantu menjamin adanya
6. Penambahan berat badan sesuai kelekatan bayi ke dada dengan
usia cara yang tepat (misalnya
monitor posisi tubuh bayi
Keberhasilan menyusui : maternal dengan cara yang te[at, bayi
1. Klien mampu melakukan memegang dada ibu adanya
pemberian posisi nyaman selama kompresi dan terdengar suara
menyusui menelan
2. Pengeluaran ASI normal  Intruksikan posisi menyusi
3. Klien puas dengan proses yang bervariasi (misalnya
menyusui gendong bayi dengan posisi
kepalanya berada di
Mempertahankan pemberian ASI siku/crosscradle, mengendong
1. Klien mengetahui tanda-tanda bayi dibawah lengan pada sisi
penurunan pasokan ASI yang digunakan untuk
2. Klie mampu mengetahui tanda- menyusui/football hold, dan
tanda saluran ASI tersumbat miring)
3. Pengetahuan tentang manfaat  Monitor kemampuan bayi
menyusui berkelanjutan pada menghisap
klien dalam rentang baik  Intruksikan pada ibu untuk
membiarkan bayi
menyelesaikan proses
menyusui yang pertama
sebelum proses menyusui yang
kedua
 Intruksikan ibu untuk
melakukan perawatan putting
susu
 Diskusikan kebutuhan untuk
istirahat yang cukup, hidrasi,
dan diet yang seimbang
 Diskusikan strategi yang
bertujuan untuk
mengoptimalkan suplai air
susu (misalnya pijatan
payudara, seringnya
mengeluarkan air susu,
mengosongkan air susu,
perawatan kangguru dan
pengobatan)
 Rujuk pada konsultan laktasi

Peningkatan kelekatan
 Letakkan BBL kulit ke kulit
orangtua setelah kelahiran
 Fasilitasi kontak mata antara
orangtua dan BBL segera
setelah melahirkan
 Dorong ibu untuk menyusui
dengan tepat
 Sediakan pendidikan
menyusui yang cukup dan
dukungan dengan tepat
 Intruksikan orangtua
mengenai tanda bayi merasa
lapar (misalnya rooting,
menghisap jari, menangis
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G. M., Butcher, H.K., Dochterman. J. M., & Wagner, C. M. (2016).


Nursing Intervations Classification (NIC). Singapore: Elsevier.

Heardman, H., & Kamitsuru, S. (2018). Nanda International Nursing Diagnose:


Definitions and Clasification 2018-2020. Tokyo: Thieme Medical
Publisher.

Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., Swanson, E. (2016). Nursing Outcomes
Classification (NOC). Singapore: Elsevier

Mutmainnah, A. U., Johan, H., & Liyod, S. S. (2017). Asuhan Persalinan Normal
& Bayi Baru Lahir. Yogyakarta: ANDI.

Oktarina, M. (2016). Buku Ajar Asuhan Kebidanan dan Bayi Baru Lahir.
Yogyakarta: Deepublish.

Sridani, N. W., Asia, N., Fauzan., & Palesa, H. (2019). Asuhan Keperawatan Post
Partum dengan Pijat Oksitosin untuk Peningkatan Produksi ASI diruangan
Meranti RSU Torabelo. Jurnal Ilmiah Kedokteran, Volume 6(2), 41-57.

Yulianti, N. T. & Sam, K. L. N. (2019). Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi


Baru Lahir. Makasar: Cendekia Publisher.

Wahyuningsih, S. (2019). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Post Partum dilengkapi


dengan Panduan Persiapan Praktikum Mahasiswa Keperawatan.
Yogyakarta: Deepublish.

Anda mungkin juga menyukai