LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN NY. S DENGAN POST PARTUM
SPONTAN DI RUANG NIFAS RSUD SLEMAN
Pembimbing Akademik :
Khristina Dias Utami, Ns., MPH
Disusun Oleh:
OKTA ANGGRAINI NUGROHO
(193203085)
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN NY. S DENGAN POST PARTUM
SPONTAN DI RUANG NIFAS RSUD SLEMAN
Disusun Oleh:
OKTA ANGGRAINI NUGROHO
(193203085)
1. Persalinan
A. Definisi
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang
telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir
atau bukan jalan lahir dengan bantuan atau tanpa bantuan (Mutmainnah
dkk, 2017).
Menurut WHO dalam Mutmainnah dkk (2017) persalinan yang dimulai
secara spontan berisiko rendah pada awal persalinan, dan tetap demikian
selama proses persalinan. Bayi yang dilahirkan secara spontan dalam
presentasi belakang kepala pada usia kehamilan antara 37 minggu
sampai dengan 24 minggu lengkap. Setelah persalinan ibu maupun bayi
berada dalam kondisi sehat.
Persalinan merupakan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi dari
rahim ibu melalui jalan lahir atau dengan jalan lain, yang kemudian
janin dapat hidup kedunia luar (Yulianti & Sam, 2019).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
persalinan merupakan proses membuka dan menipisnya serviks dan
janin turun kedalam jalan lahir kemudian berakhir dengan pengeluaran
bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, atau dapat hidup diluar
kandungan disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari
tubuh ibu melalui jalan lahir atau bukan jalan lahir dengan bantuan atau
tanpa bantuan.
B. Macam-macam persalinan
Menurut Mutmainnah dkk (2017) macam-macam persalinan
dikategorikan menjadi :
1) Berdasarkan caranya persalinan dibedakan menjadi :
a) Persalinan normal adalah proses kelahiran bayi yang terjadi pada
usia kehamilan cukup bulan (lebih dari 37 minggu) tanpa adanya
penyulit, yaitu dengan tenaga iu sendiri tanpa bantuan alat-alat
serta tidak melukai bayi dan ibu. Partus spontan umumnya
berlangsung 24 jam.
b) Persalinan abnormal
Persalinan pervaginam dengan bantuan alat-alat atau melalui
dinding perut dengan operasi caesar.
2) Berdasarkan proses berlangsungnya persalinan dapat dibedakan
menjadi :
a) Persalinan spontan
Bila persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri atau
melalui jalan lahir ibu tersebut.
b) Persalinan buatan
Bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar, misalnya
ekstraksi forceps atau dilakukan operasi section Caesar.
c) Persalinan anjuran
Persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya, tetapi baru
berlangsung setelah pemecahan ketuban karena pemberian
prostaglandin.
3) Berdasarkan lama kehamilan dan berat janin dibagi menjadi :
a) Abortus
Pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluat
kandungan, berat janin <500 gram dan umur kehamilan <20
minggu.
b) Immaturus
Pengeluaran buah kehamilan antara 22 minggu sampai dengan
28 minggu atau bayi dengan berat badan antara 500 – 999 gram.
c) Prematurus
Persalinan pada usia kehamilan 28 minggu sampai dengan 36
minggu dengan berat janin kurang dari 1000-2499 gram.
d) Aterem
Persalinan antara usia kehamilan 37 minggu sampai dengan 42
minggu dengan berat janin diatas 2500 gram.
e) Serotinus / postmature
Persalinan yang melampaui usia kehamilan 42 minggu dan pada
janin terdapat tanda-tanda postmature.
f) Presipitatus
Persalinan berlangsung kurang dari 3 jam.
Esterogen
Peningatan konsentrasi
Sintesa prostaglandin Actin, myosin, ATP
Kontraksi myometrium
D. Tanda-tanda persalinan
Menutut Mutmainnah dkk (2017) tanda-tanda persalinan sebagai
berikut:
1) Berikut ini tanda persalinan sudah dekat
a) Lightening
Menjelang minggu ke 36, tanda pada primigravida terjadi
penurunan fundus uteri karena kepala bayi sudah masuk pintu
atas panggul yang disebabkan oleh kontrasi Barkton Hiks,
ketegangan dinding perut, ketegangan ligamentum rotundum,
gaya berat janin dimana kepala kea rah bawah. Masuknya bayi
ke pintu atas panggul menyebabkan ibu merasakan:
1) Ringan diatas atas dan rasa sesaknya berkurang.
2) Bagian bawah perut ibu terasa penuh dan mengganjal
3) Terjadinya kesulitan saat berjalan
4) Sering kencing
5) Terjadinya his permulaan
Makin tua kehamilan, pengeluatan esterogen dan progesterin
juga makin berkurang sehingga produksi oksitosin meningkat
dengan demikian dapat menimbulkan kontraksi yang lebih
sering, his permulaan ini seiring diistilahkan sebagai his palsu.
Sifat his palus antara lain :
1) Rasa nyeri ringan dibagian bawah
2) Datangnya tidak teratur
3) Tidak ada perubahan pada serviks atau tidak ada tanda-tanda
kemajuan persalinan
4) Durasinya pendek
5) Tidak bertambah bila beraktivitas
2) Tanda- tanda timbulnya persalinan
a) Terjadinya his persalinan
His adalah kontraksi rahim yang dapat diraba dan menimbulkan
rasa nyeri diperut serta dapat menimbulkan pembukaan seviks
kontraksi rahim, dimulai pada 2 face maker yang letaknya
didekat cornu uteri. His yang menimbulkan pembukaan serviks
dengan kecepatan terntentu disebut his efektif. His efektif
mempunyai sifat adanya dominan kontraksi uterus pada fundus
uteri (fondus dominance), kondisi berlangsung secara sinkron
dan harmonis. Kondisi ini juga menyebabkan adanya intensitas
kontraksi yang maksimal diantara dua kontraksi, irama teratur
dan frekuensi yang kian sering, lama his berkisar 45-60 detik
Pengaruh his dapat menimbulkan dinding menjadi tebal pada
korpus uteri, itsmus uterus menjadi teregang dan menipis,
kanalis servikalis mengalami effacement dan pembukaan. His
persalinan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1) Pinggangnya terasa sakit dan menjalar ke depan
2) Sifat his teratur, interval semakin pendek, dan kekuatan
semakin besar
3) Terjadi perubahan pada serviks
4) Jika pasien menambah aktivitasnya, misalnya dengan
berjalan maka kekuatan hisnya akan bertambah
b) Keluarnya lendir bercampur darah perbagian (show)
Lender berasal dari pembukaan, yang menyebabkan lepasnya
lender berasal dari kanalis servikalis. Dengan pengeluaran darah
disebabkan robeknya pembuluh darah waktu serviks membuka.
c) Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya
Sebagian ibu hamil mengeluarkan air ketuban akibat pecahnya
selaput ketuban. Jika ketuban sudah pecah maka ditargetkan
persalinan dapat berlangsung dalam 24 jam. Namun, apabila
tidak tercapai maka persalinan harus diakhiri dengan tindakan
tertentu, misalnya ekstraksi vakum atau section caesaria.
d) Dilatasi dan effacement
Dilatasi adalah terbukanya kanalis serviks secara berangsur-
angsur akibat pengaruh his. Effacement adalah pendataran atau
pemendekan kanalis servikalis yang semula panjangnya 1-2 cm
menjadi hilang sama sekali sehingga hanya tinggal ostium yang
tipis, seperti kertas.
E. Tahap-tahap persalinan
1) Kala I (kala pemhukaan)
Kala 1 disebut juga dengan kala pembukaan yang berlangsung
antara pembukaan 0 sampai dengan pembukaan lengkap 10 cm.
pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat
sehingga pasien masih dapat berjalan-jalan. Proses pembukaan
serviks sebagai adanya his dibedakan menjadi 2 fase yaitu:
a) Fase laten : belangsung selam 8 jam. Pembukaan terjadi sangat
lambat sampai dengan pembukaan mencapai ukuran diameter 3
cm.
b) Fase aktif : pembukaan serviks dari 4-10 cm berlangsung selama
6 jam dan terdapat 3 fase yaitu:
(1) Fase akselerasi : dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm
menjadi 4 cm.
(2) Fase dilatasi maksimal : dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung cepat, dari 4 cm sampai dengan 9 cm.
(3) Fase dilatasi : pembukaan menjadi lambat sekali dalam
waktu 2 jam berubah menjadi pembukaan lengkap.
Didalam fase aktif ini, frekuensi dan lama kontraksi uterus akan
meningkat secara bertahap, biasanya terjadi 3 kali atau lebih
dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau
lebih. Biasanya dari pembukaan 4 cm hingga mencapai
pembukaan lengkap atau 10 cm, akan terjadi kecepatan rata-rata
yaitu 1 cm per jam untuk primigravida dan 2 cm untuk
multigravida.
Fase-fase tersebut dijumpai pada primigravida begitu pula pada
multigravida tetapi pada fase laten, fase aktif, dan fase deselerasi
terjadi lebih pendek. Mekanisme pembukaan serviks berbeda
antara primi atau multigravida.
Pada primigravida, OUI membuka lebih dulu sehingga serviks
akan mendatar dan menipis, baru OUE membuka pada
multigravida OUI dan OUE akan mengalami penipisan dan
mendataran yang bersamaan. Kala 1 selesai apabila pembukaan
serviks sudah lengkap.
Pada primigravida kala 1 berlangsung kira-kira 12 jam,
sedangkan pada multigravida kira-kira 7 jam.
2) Kala 2
Kala 2 disebut dengan kala pengeluaran, kala ini dimulai dari
pembukaan lengkap (10cm) sampai bayi lahir. Proses ini
berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada multigravida,
gejala utama dari kala 2 adalah :
a) His semakin kuat, dengan interval 2-3 menit dengan durasi 50-
100 detik.
b) Menjelang akhir kala 1, ketuban pecah yang ditandai dengan
pengeluaran cairan secara mendadak.
c) Ketuban pecah pada pembukaan merupakan pendeteksi lengkap
diikuti keinginan mengejan karena frankenhauser tertekan.
d) Kedua kekuatan, his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi
sehingga kepala bayi membuka pintu, subocciput bertindak
sebagai hipomoglion berturut-turut lahir dari dahi, muka, dagu
yang melewati perineum.
e) Kepala lahir seluruhnya dan diikti oleh putaran paksi luar, yaitu
penyesuaian kepala dan punggung.
f) Setelah putar paksi luar berlangsung maka persalinan bayi
ditolong dengan jalan:
(1) Kepala dipegang pada osciput dan dibawah dagu, ditarik
curam kebawah untuk melahirkan bahu belakang.
(2) Setelah kedua bahu lahir, ketiak diikat untuk melahirkan sisa
badan bayi.
(3) Bayi kemudian lahir diikuti oleh air ketuban.
3) Kala 3
Setelah kala 2, kontraksi uterus berhenti sekitar 5-10 menit. Melalui
kelahiran bayi, plasenta sudah mulai terlepas pada lapiran Nitabisch
karena sifat retraksi otot rahim. Dimulai segera setelah bayi lahir
sampai plasenta lahir, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit,
jika lebih maka harus diberikan penanganan lebih atau dirujuk.
Lepasnya plasenta sudah mulai dapat diperkirakan dengan
memperhatikan tanda -tanda:
a) Uterus menjadi bundar
b) Uterus terdorong keatas karena plasenta dilepas ke segmen
bawah rahim.
c) Tali pusat bertambah panjang.
d) Terjadi perdarahan.
Melahirkan plasenta dilakukan dengan dorongan ringansecara crede
pada fundus uteri. Biasanya plasenta lepas dalam 6-15 menit setelah
bayi lahir.
Lepasnya plasenta secara Schultze, biasanya tidak ada perdarahan
sebelum plasenta lahir dan banyak mengeluarkan darah setelah
plasenta lahir, sedangkan cara Duncan yaitu plasenta lepas dari
pinggir, biasanya darah mengalir keluar antara selaput ketuban.
4) Kala IV
Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena
pendarahan postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama.
Observasi yang dilakukan adalah:
a) Tingkat kesadaran penderita
b) Pemeriksaan TTV, TD, RR, dan N.
c) Kontraksi uterus
d) Terjadi pendarahan.
2. Post partum
A. Definisi post partum
Post partum merupakan masa setelah plasenta lahir dan berakhir Ketika
alat-alat kandung Kembali pada keadaan sebelum hamil, masa post
partum berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Siti Saleha, 2013 dalam
Wahyuningsih, 2019)
Pasien post partum adalah masa setelah persalinan yang memerlukan
waktu untuk pemulihan alat kandungan selama ±6 minggu (Sridani dkk,
2019).
F. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik (trauma/
laserasi jalan lahr).
2. Keletihan berhubungan dengan kelalahan, fisik tidak bugar
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status terkini
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas, keletihan,
fisik tidak bugar
5. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (Laserasi/ ruptur
jalan lahir)
6. Resiko jatuh berhubungan dengan periode pemulihan pasca-operasi
7. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
8. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan suplai ASI
tidak cukup
G. Asuhan Keperawatan
No. Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
keperawatan selama 3 x 8 jam, Lakukan pengkajian nyeri
diharapkan nyeri klien teratasi secara komprehensif termasuk
dengan kriteria hasil : lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor
Kontrol nyeri presipitasi
1. Mampu mengontrol nyeri. Observasi reaksi nonverbal
2. Melaporkan bahwa nyeri dari ketidaknyamanan
berkurang dengan menggunakan Evaluasi pengalaman nyeri
manajemen nyeri masa lampau
3. Mampu mengenali nyeri (skala, Kontrol lingkungan yang dapat
intensitas, frekuensi dan tanda mempengaruhi nyeri seperti
nyeri) suhu ruangan, pencahayaan
dan kebisingan
Tingkat nyeri Kurangi faktor presipitasi nyeri
1. Klien mampu melaporkan nyeri Ajarkan tentang teknik non
2. Klien mampu dapat berisitirahat farmakologi
Berikan analgetik untuk
Tanda – tanda vital mengurangi nyeri
1. Suhu tubuh normal Evaluasi keefektifan kontrol
2. Tingkat pernafasan normal nyeri
3. Tekann darah sistolik normal Kolaborasikan dengan dokter
4. Tekanan darah diastolic normal jika ada keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil
Monitor penerimaan pasien
tentang manajemen nyeri.
Pemberian Analgesic
Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas, dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
Cek instruksi dokter tentang
jenis obat, dosis, dan frekuensi
Cek riwayat alergi
Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi dari
analgesik ketika pemberian
lebih dari satu
Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya
nyeri
Tentukan analgesik pilihan,
rute pemberian, dan dosis
optimal
Pilih rute pemberian secara IV,
IM untuk pengobatan nyeri
secara teratur
Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
pertama kali
Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
Evaluasi efektivitas analgesik,
tanda dan gejala (efek
samping)
Peningkatan kelekatan
Letakkan BBL kulit ke kulit
orangtua setelah kelahiran
Fasilitasi kontak mata antara
orangtua dan BBL segera
setelah melahirkan
Dorong ibu untuk menyusui
dengan tepat
Sediakan pendidikan
menyusui yang cukup dan
dukungan dengan tepat
Intruksikan orangtua
mengenai tanda bayi merasa
lapar (misalnya rooting,
menghisap jari, menangis
DAFTAR PUSTAKA
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., Swanson, E. (2016). Nursing Outcomes
Classification (NOC). Singapore: Elsevier
Mutmainnah, A. U., Johan, H., & Liyod, S. S. (2017). Asuhan Persalinan Normal
& Bayi Baru Lahir. Yogyakarta: ANDI.
Oktarina, M. (2016). Buku Ajar Asuhan Kebidanan dan Bayi Baru Lahir.
Yogyakarta: Deepublish.
Sridani, N. W., Asia, N., Fauzan., & Palesa, H. (2019). Asuhan Keperawatan Post
Partum dengan Pijat Oksitosin untuk Peningkatan Produksi ASI diruangan
Meranti RSU Torabelo. Jurnal Ilmiah Kedokteran, Volume 6(2), 41-57.