Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat allah swt atas rahmat dan karunia-nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Pada kesempatan
kali ini kami membahas “Manajemen Luka Tekan (Asuhan Keperawatan Luka
Dekubitus)”. Dalam menulis makalah ini, kami mengalami beberapa kesulitan.
Namun dengan usaha dan kesungguhan kami dalam mengerjakan penyususnan
makalah ini akhirnya kami dapat menyajikan makalah ini.

Kami berharap makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi kita
semua khususnya yang membaca, sehingga apa bila kita bila menjumpai klien
dengan resiko dekubitus kita bisa mencegah dan menangganinya sejak awal.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari sempurna maka, kami sangat mengharapkan kritik ataupun saran yang
dapat membangun demi kesempurnaan makalah yang kami susun. Akhir kata
saya mengucapkan terima kasih.

Kendari, November 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..............................................................................


B. Rumusan Masalah ........................................................................
C. Tujuan Penulisan ...........................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian ......................................................................................
B. Faktor dan Penyebab .....................................................................
C. Cara Pencegahan ................................................................................
D. Proses Terjadinya ..............................................................................
E. Pengobatan .........................................................................................
F. Penatalaksanaan Medis ......................................................................
G. Penatalaksanaan Keperawatan ...........................................................
H. Diagnosa Keperawatan .......................................................................
I. Intervensi Keperawatan ......................................................................
J. Tujuan atau Implementasi ..................................................................
K. Evaluasi ...............................................................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................
B. Saran ..............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Salah satu aspek utama dalam pemberian asuhan keperawatan adalah


memepertahankan integriras kulit. Intervensi perawatan kulit yang terencana
dan konsisten merupakan intervensi penting untuk menjamin perawatan yang
berkualitas tinggi (hoff, 1989). Gangguan integritas kulit terjadi akibat tekanan
yang lama, iritasi kulit atau imobilisasi, sehingga menyebabkan terjadi
dekubitus. Oleh karena itu sebagai perawat kita harus mengenal tentang
dekubitus sehingga dapat mencegah dan mengenal gejala awal dari dekubitus.
Dekubitus merupakan problem yang serius karena dapat mengakibatkan
meningkatnya biaya, lama perawatan dirumah sakit karena memperlambat
program rehabilitasi bagi penderita (potter, perry, 1993). Selain itu dekubitus
juga dapat menyebabkan nyeri yang berkepanjangan, rasa tidak nyaman,
tergangu dan frustasi yang menghinggapi para pasien dan meningkatkan biaya
dalam penaganan.
Dan angka kejadian luka dekubitus (ulkus) di indonesia mencapai
33,3%. Angka ini lebih tinggi dari negara asia lainnya. Langkah pertama
dalam mencegah terjadinya luka adalah mengidentifikasi faktor resiko luka
dekubitus. Usia juga dapat mempengaruhi terjadinya luka dekubitus. Usia
lanjut atau lansia (>50th) mudah sekali untuk terjadi luka dekubitus. Hal ini
karena pada usia lanjut terjadi perubahan kualitas kulit dimana adanya
penurunan elastisitas, dan kurangnya sirkulasi darah pada dermis, ketika pasien
berbaring atau duduk maka berat badan berpindah pada penonjolan tulang.
Semakin lama tekanan diberikan, semakin besar resiko kerusakan kulit
(suriadi, 2004)
B. Rumusan masalah

1. Apa definisi dari dekubitus?


2. Apa faktor dan penyebab yang mempengaruhi luka dekubitus?
3. Bagaimana cara mencegah terjadinya dekubitus?
4. Bagaimana proses terjadinya dekubitus?
5. Bagaimana cara melakukan perawatan luka dekubitus?
6. Bagaimana penatalaksanaan medis dan keperawtan luka dekubitus?
7. Bagaimana interverensi dan implementasi yang diberikan pada klien?

C. Tujuan

1. Mengetahuidefinisidari dekubitus
2. Mengetahui faktor yang mempengaruhi lukadekubitus
3. Mengetahui cara mencegah terjadinya dekubitus
4. Mengetahui proses terjadinya dekubitus
5. Mengetahui cara melakukan perawatan luka dekubitus
6. Mengetahui penatalaksanaan medis dan keperawatan luka dekubitus
7. Mengetahui intervensi dan implementasi yang di berikan pada klien
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Dekubitus

Dekubitus adalah suatu keadaan dimana timbul ulkus sebagai akibat


penekanan yang lama yang mengenai suatu tempat pada permukaan tubuh
penderita (bouwhuizen, 1986). Hal ini dapat terjadi karena terjepitnya
pembuluh darah antara tulang penderita dan papan tempat tidurnya. Akibat
terjepitnya pembuluh darah tersebut, maka jaringan yang terdapat pada daerah
itu tidak bisa memperoleh bahan makanan dan oksigen, akibatnya jaringan
tersebut mengalami kematian.
Dekubitus adalah kerusakan struktur anatomis dan fungsi kulit normal
akibat dari tekanan eksternal yang berhubungan dengan penonjolan tulang dan
tidak sembuh dengan urutan dan waktu biasa. Selanjutnya, gangguan ini terjadi
pada individu yang berada di atas kursi atau di atas tempat tidur , sering kali
pada inkontinensia dan malnutrisi ataupun individu yang mengalami kesulitan
makan sendiri, serta mengalami gangguan tingkat kesadaran(margolis 1995)
Ulkus dekubitus merupakan nekrosis jaringan lokal yang cenderung
terjadi ketika jaringan lunak tertekan di antara tonjolan tulang dengan
permukaan eksternal dalam jangka waktu lama (national pressure ulcer
advisory panel [npuap], 1989a, 1989b).
Dekubitus adalah gangguan pada kemampuan untuk melakukan garakan,
maka kemungkinan over-kompresi dengan akibat kerusakan jaringan akan
terjadi (nancyroper, 1986)

B. Faktor dan penyebab terjadinya dekubitus


Berikut faktor dan penyebab terjadinya dekubitus meunurut(bouwhuizen,
1986):
1. Faktor dekubitus
a. Tekanan
b. Gesekan dan pergeseran
c. Kelembaban dan kebersihan tempat tidur
2. Penyebab tambahan yang dapat mengakibatkan timbulnya dekubitus adalah:
a. Peredaran darah yang jelek
b. Keadaan gizi penderita yang buruk
c. Akibat pengaruh cairan, misalnya keringat, air kemih dan tinja pada kulit.
d. Kerusakan yang terjadi pada kulit akibat lipatan, benda-benda kecil atau
karena kuku yang panjang.

Tempat-tempat yang sering terancam bahaya dekubitus adalah:


a. Pada penderita yang berbaring terlentang, pada daerah belakang kepala,
daerah tulang belikat, daerah bokong dan daerah tumit
b. Pada penderita yang berbaring miring, daerah pinggir kepala, (terutama
daun telinga), bahu, siku, daerah pangkal paha, lutut, pergelangan kaki,
dan bagian atas jari-jari kaki.
c. Daerah-daerah yang mendapat tekanan sebagai akibat pemakaian alat-
alat bantu, misalnya protesa, kantung air kemih, uritif dan sebagainya.
C. Cara pencegahan terjadinya dekubitus
Beberapa petunjuk untuk mencegah timbulnya dekubintus menurut
(Patricia A.Potter & Anne Griffin Perry,2006)
1. Perbaikan keaadaan umum penderita
Kita dapat ikut bekerjasama dalam usaha memperbaiki keadaan umum
penderita dengan mengikuti segala nasihat yang diberikan oleh dokter yang
merawat dan mengobati. Suatu susunan makanan yang baik, dimana
terutama harus terdapat cukup banyak protein an penting mengusahakan
pula agar pemasukan cairan mencukupi.
2. Pemeliharaan dan perawatan kulit yang baik
3. Kulit kita perlu dibasuh dan dibersihkan secara teratur.
Disamping itu,kulit harus pula kita keringkan dengan baik. Kalau
perlu lindungilah kulit kita dengan menggosoknya dengan krem cuci lanette
atau suatu krem pelindung yang lain. Dengan pembasuhan danpengosokan,
maka peredaran darah kulit merangsang pembuluh darh yang terdapat pada
permukaaan tubuh kita.
4. Papan/ alas tempat tidur yang baik
Papan/alas tempat tidur, penderita harus berbaring,hendaknya
keadaanya rata, kering dan elastis.

Elastisitas alas tempat tidur dapat kita perbaiki dengan:


a. Cincin udara(terutama rumah perawatan keberatan mempergunakan alat
tersebut).
b. Lempeng karet busa atau busa plastik.
c. Kulit domba.
d. Tempat tidur udara atau air.
e. Kasur anti dekubitus.
f. Tempat tidur khusus.
g. Bantal gelatin.
h. Bye-bye/bantal udara.
i. Tumit dan siku penderita dapat kita bungkus dengan bahan yang dapat
memegas dengan baik.
5. Pencegahan terjadi luka
Untuk mencegah terjadinya luka pada penderita,maka perawat yang
bertugas mearawat penderita tidak diperkenankan antara lain memakai
perhiasan dan memelihara kuku sampai panjang.
6. Berbaring yang berubah-ubah
Dengan seelang waktu tertentu, misalnya setiap 2-3 jam sekali, secara
bergantian penderita kita baringkan pada punggung, sisi kiri atau sisi kiri
atau sisi kanan tubuh mereka. Dalam melakukan tindakan ini anda
hendaknya selalu memperhatikan waktu berkunjung dan waktu makan. Pada
keadaan-keadaan tertentu,dapat juga diterapkan kedudukan berbaring pada
perut atau sikap tubu setengah miring,yang ditompang dengan sejumlah
bantal atau kantung pasir.sebelum kita menerapkan sikap tubuh lain pda
penderita, mereka lebih dahulu kita gosok,setelah sebelumnya mereka kita
basuh. Berbaring berubah ubah hanya mempunyai arti kalau dapat kita
terapkan dengan baik.
Oleh karena itu, kita perlu membuat sebuah daftar yang berisi waktu
pelaksanaan dan sikap tubuh yang harus diterapkan pada penderita pada
masing masing waktu tersebut. Kita mutlak perlu melaksanakan jumlah dan
sikap tubuh yang lelah ditetapkan setiap 24 jam .pada pengobatan dan
perawatan dekubitus, pertama tama haru kita terapkan apa yang telah
diketengahkan pada waktu pembicaraan mengenai pencegahan terjadinya
dekubintus. Kalau keadaan penderita mengizinkan, pengeterapan skema
berbaring yang diubah ubah, yang dilaksanakan secara ketat, memang
merupakan tuntutan yang pertama tama harus dikerjakan. Bergantung
kepada penderita dan pandangan dan pendapat yang dianut di masing
masing tempat perawatan tersebut, maka dipergunakan salep yang
bekerjanya menyembuhkan, mendesinfektan, atau yang mempunyai daya
kerja yang lain. Dengan permufakatan dan atas nasehat dokter yang
merawat,maka kita berusaha memperbaiki keadaan umu dan peredaran
darah penderita.

D. Proses terjadinya dekubitus

Salah satu cara yang paling dini untuk mengklasifikasikan dekubitus


adalah dengan menggunakan system nilai atau tahapan menurut (Patricia
A.Potter & Anne Griffin Perry,2006) :
1. Tahap I
Eritema tidak pucat pada kulit utuh,lesi ulkus kulit yang di
perbesar.kulit tidak berwarna,hangat,atau keras juga dapat menjadi
indikator.
2. Tahap II
Hilangnya sebagian ketebalan kulit meliputi epidermis atau
dermis.ulkus superfisial dan secara klinis terlihat seperti abrasi,lecet,atau
lobang yang dangkal.
3. Tahap III
Hilangnya seluruh ketebalan kulit meliputi jaringan subkutan yang
rusak atau nekrotik yang mungkin akan melebar ke bawah,tapi tidak
melampaui fascia yang berada di bawahnya.ulkus secara klinis terlihat
seperti lubang yang dalam atau tanpa merusak jaringan sekitarnya.
4. Tahap IV
Hilangnya seluruh ketebalan kulit disertai destrubsi ekstensif;nekrosis
jaringan;atau kerusakan otot,tulang,atau struktur penyangga(misal
tendon,kapsul sendi).

E. Pengobatan luka dekubitus


Pengobatan ulkus dekubitus dengan pemberian bahan topikal, sistemik
ataupun dengan tindakan bedah dilakukan sedini mungkin agar reaksi
penyembuhan terjadi lebih cepat. Pada pengobatan ulkus dekubitus ada
beberapa hal yang perlu diperhatkan antara lain sebagai berikut menurut
(Patricia A.Potter & Anne Griffin Perry,2006):
1. Mengurangi tekanan lebih lanjut pada daerah ulkus. Secara umum sama
dengan tindakan pencegahan yang sudah dibicarakan di tas. Pengurangan
tekanan sangat penting karena ulkus tidak akan sembuh selama masih ada
tekanan yang berlebihan dan terus menerus.
2. Mempertahankan keadaan bersih pada ulkus dan sekitarnya. Keadaan
tersebut akan menyebabkan proses penyembuhan luka lebih cepat dan baik.
Untuk hal tersebut dapat dilakukan kompres, pencucian, pembilasan,
pengeringan dan pemberian bahan-bahan topikal seperti larutan nac10,9%,
larutan h202 3% dan nac10,9%, larutan plasma dan larutan burowi serta
larutan antiseptik lainnya.
3. Mengangkat jaringan nekrotik. Adanya jaringan nekrotik pada ulkus akan
menghambat aliran bebas dari bahan yang terinfeksi dan karenanya juga
menghambat pembentukan jaringan granulasi dan epitelisasi. Oleh karena
itu pengangkatan jaringan nekrotik akan memper-cepat proses
penyembuhan ulkus.
F. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan medis perawatan luka dekubitus (Doengoes,2000),
1. Perawatan luka dekubitus.
2. Terapi fisik dengan menggunakan pusaran air untuk menghilangkan
jaringan yang mati.
3. Terapi obat:
a. Obat antibacterial topical untuk mengontrol pertumbuhan bakteri
b. Antibiotic prupilaksis agar luka tidak terinfeksi
4. Terapi diet. Agar terjadi penyembuhan luka yang cepat, maka nutrisi harus
adekuat yang terdiri dari kalori, protein, vitamin, mineral dan air.

G. Penatalaksanaan keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien
1) Nama
2) Usia
3) Alamat
4) Jenis kelamin
5) Agama
6) Status
b. Riwayat keperawatan sekarang
Hal- hal yang perlu dikaji adalah mulai kapan keluhan dirasakan,
lokasi keluhan, intensitas, lama nya atau frekuensi, faktor yang
memperberat atau memperingan serangan, serta keluhan- keluhan lain
yang menyertai dan upaya- upaya yang telah dilakukan perawat disini
harus menghubungkan masalah kulit dengan gejalanya seperti: gatal,
panas, mati rasa, immobilisasi, nyeri, demam, edema, dan neuropati(
Carpenito , L.J , 1998)
c. Riwayat personal dan keluarga
Riwayat penyakit keluarga perlu ditanyakan karena penyembuhan
luka dapat dipengaruhi oleh penyakit – penyakit yang diturunkan seperti :
dm, alergi, hipertensi ( cva ). Riwayat penyakit kulit dan prosedur medis
yang pernah dialami klien. Hal ini untuk memberikan informasi apakah
perubahan pada kulit merupakan manifestasi dari penyakit sistemik
seperti : infeksi kronis, kanker, diabetes melitus.(Asmadi, 2008).
d. Riwayat pengobatan
Apakah klien pernah menggunakan obat- obatan. Yang perlu dikaji
perawat yaitu: kapan pengobatan dimulai, dosis dan frekuensi,waktu
berakhirnya minum obat(Asmadi, 2008).
e. Riwayat diet
Yang dikaji yaitu berat badan, tinggi badan, pertumbuhan badan
dan makanan yang dikonsumsi sehari- hari. Nutrisi yang kurang adekuat
menyebabkan kulit mudah terkena lesi dan proses penyembuhan luka
yang lama(Asmadi, 2008).
f. Status sosial ekonomi
Untuk mengidentifikasi faktor lingkungan dan tingkat
perekonomian yang dapat mempengaruhi pola hidup sehari- hari, karena
hal ini memungkinkan dapat menyebabkan penyakit kulit(Asmadi, 2008).
g. Status nutrisi
Kondisi malnutrisi atau kakesia dan berat badan kurang dari 90 %
berat badan ideal lebih eresiko terjadinya dekubitus(Asmadi, 2008).
h. Aktivitas sehari- hari
Pasien yang immobilisasi dalam waktu yang lama maka bukan
terjadi ulkus pada daerah yang menonjol karena berat badan bertumpu
pada daerah kecilyang tidak banyak jaringan dibawah kulit untuk
menahan kerusakan kulit. Sehingga diperlukan peningkatan latihan
rentang gerak dan mengangkat berat badan. Tetapi jika terjadi paraplegi
maka akan terjadi kekuatan otot tidak ada (pada ekstremitas bawah),
penurunan peristaltik usus (terjadi konstipasi), nafsu makan menurun dan
defisit sensori pada daerah yang paraplegi(Asmadi, 2008).
i. Pengkajian psikososial
Kemungkinan hasil pemeriksaan psikososial yang tampak pada
klien yaitu: perasaan depresi , frustasi , ansietas/kecemasan
,keputusasaan (Asmadi, 2008).

H. Diagnosa keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang lazim dijumpai pada klien menurut
(NANDA, 2012-2014) sebagai berikut:
Problem: kerusakan integritas kulit
1. Batasan karakteristik (symtom)
a. Kerusakan lapisan kulit
b. Gangguan permukaan kulit
c. Invasi struktur tubuh
2. Factor yang berhubungan (etiologi)
a. Eksternal
1) Zat kimia
2) Kelembaban
3) Hipertermia
4) Hipotermia
5) Faktor mekanik (mis., gaya gunting[shearing forces], tekanan,
pengekangan)
6) Medikasi
7) Imobilisasi fisik
8) Radiasi
b. Internal
1) Perubahan status cairan
2) Perubahan pigmentasi
3) Perubahan turgor
4) Factor perkembangan
5) Kondisi ketidakseimbangan nutrisi (mis., obesitas, emasiasi)
6) Penurunan imunologis
7) Penurunan sirkulasi
8) Kondisi gangguan metabolic
9) Gangguan sensasi
10) Tonjolan tulang

I. Interverensi keperawatan
Fokus interverensi keperawatan dan rasional merujuk pada (NIC).
Intervensi untuk diagnosis ini belum dikembangkan. Akan tetapi, intervensi di
bawah ini mungkin bermanfaat:
1. Manajemen lingkungan: memanipulasi lingkungan di sekitar pasien untuk
manfaat terapiutik, stimulasi sensorik, dan kesejahteraan psikologis
2. Promosi latihan fisik: memfasilitasi aktivitas fisik rutin untuk
mempertahankan atau meningkatkan kebugaran dan kesehatan
3. Fasilitasi meditasi: memfasilitasi individu untuk mengubah tingkat
kewaspadaannya dengan berfokus pada gambaran atau pemikiran secara
spesifik
4. Masase sederhana: menstimulasi kulit dan jaringan dibawahnya dengan
berbagai derajat tekanan tangan untuk meredakan nyeri, prosedur relaksasi
dan/atau memperbaiki sirkulasi
5. Terapi relaksasi sederhana: menggunakan teknik untuk mendorong dan
memperoleh relaksasi dengan tujuan menurunkan tanda dan gejala yang
tidak diharapkan, seperti nyeri, ketegangan otot, atau ansietas
6. Sentuhan terapeutik: membiasakan diri dengan bidang penyembuhan yang
universal, keinginan untuk bertindak sebagai instrument bagi pengaruh
penyembuhan, dan menggunakan sensitivitas alamiah tangan untuk secara
lembut berfokus dan mengarah pada proses intervensi

J. Tujuan/Kriteria Hasil Perawatan Luka Dekubitus


Tujuan / Criteria Hasil(Menurut NOC), memperlihatkan tingkat
kenyamanan, yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut (sebutkan 1-5:
tidak memuaskan, kurang memuaskan, cukup memuaskan, memuaskan, atau
sangat memuaskan):
1. Kesejahteraan fisik
2. Pengendalian gejala
3. Hubungan sosial
4. Tingkat kemandirian
5. Pengendalian nyeri
6. Melaporkan perbaikan kenyamanan fisik dan/atau psikososial-emosional
7. Melaporkan peningkatan kemampuan untuk relaks
8. Melaporkan atau memperlihatkan perbaikan kemampuan kopingmelaporkan
perasaan lebih puas dan bahagia.

K. Evaluasi
Berikut evaluasi menurut (Anthony, 1985)
1. Mengurangi rasa nyeri yang dialami pasien
2. Mengembalikan kondisi kulit klien secara anatomis
3. Mencegah terjadi kembali dekubitus
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dekubitus adalah kerusakan struktur anatomis dan fungsi kulit normal
akibat dari tekanan eksternal yang berhubungan dengan penonjolan tulang dan
tidak sembuh dengan urutan dan waktu biasa. Selanjutnya, gangguan ini terjadi
pada individu yang berada di atas kursi atau di atas tempat tidur , sering kali
pada inkontinensia dan malnutrisi ataupun individu yang mengalami kesulitan
makan sendiri, serta mengalami gangguan tingkat kesadaran(Margolis 1995)
Jadi dapat disimpulkan bahwa dekubitus adalah luka yang terjadi karena
adanya tekanan eksternal pada penonjolan tulang.
DAFTAR PUSTAKA

Bouwhuizen, m. 1986. Ilmu keperawatan (verpleegkunde zv). Egc: jakarta.


Dongeos, marilyn e. 2000. Rencana asuhan keperawatan, edisi 3. Egc : jakarta
Herdman, heather. 2012-2014.nanda international diagnosa keperawatan. Egc:
jakarta.
https://rudizr.wordpress.com/2012/05/20/angkakejadian-dekubitus/
Judith m.wilkinson & nancy r.ahern.2012 . Buku saku diagnosis keperawatan
edisi 9. Egc: jakarta.
Patricia a.potter & anne griffin perry.2006. Buku ajar fundamental keperawatan
edisi 4 volume 2. Egc: jakarta.
Rooper, nancy. 1986. Prinsip-prinsip keperawatan edisi 1. Asan essentia medica
dan penerbit andi: yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai