Anda di halaman 1dari 15

Dosen pengampu : Cece Indriani, S.Kep.,Ns.,M.

Kep

PELAYANAN KEPERAWATAN JIWA


PADA SITUASI BENCANA

Disusun oleh :

NURHIDAYAH MEYSAN S P202101074


FIKA RAMADANI PUTRI P202101063
FITRA TUNNISA P202101065
NINDA ALIPKA P202101066
ANDRIANI P202101067
GITA RAHAYU NINGSIH P202101069
SULFIANI P202101070
CINTA P202101071
MURLIANI. S P202101072
HASRI YULI P202101073
SITI HAJAR P202101076
NOVITA P202101077
SARI WAHYUNI P202101078
RASNI WAHYU NINGSIH P202101079
MUH. FARIDSYAH. S P202101080

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MANDALA WALUYA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmatNya
sehingga makalah kami yang berjudul “Pelayanan Keperawatan Jiwa pada Situasi
Bencana” dapat selesai tepat pada waktunya.

Berkat bimbingan, dorongan, dan saran dari berbagai pihak, hambatan itu
dapat diatasi. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih
kepada seluruh pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini.

Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa makalah ini


masih jauh dari sempurna karena keterbatasan yang dimiliki. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi terciptanya hasil
yang optimal. Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi semua pembaca.

Kendari, 4 Juni 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................1
C. Tujuan..............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Bencana.............................................................................................2
B. fase-fase bencana.............................................................................................3
C. Kelompok rentan bencana...............................................................................3
D. Pelayanan Keperawatan jiwa Prabencana.......................................................4
E. Pelayanan Keperawatan Jiwa Saat Situasi Bencana (Tanggap darurat)..........5
F. Pelayanan Keperawatan Jiwa Pasca Bencana (Pemulihan/rehabilitasi dan
rekonstruksi).........................................................................................................7
G.Trauma pasca bencana......................................................................................8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................................10
B. Saran..............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap bencana pasti meninggalkan duka dan luka. Terbayang penderitaan yang
dialami masyarakat Jepang, khususnya di daerah bencana (Sendai, Fukushima, dan
sekitarnya), bencana gempa bumi dan tsunami yang menelan korban lebih dari 10.000
jiwa ini tentunya akan membawa perasaan pilu yang mendalam bagi seluruh
keluarganya. Demikian pula kejadian gempa bumi dan tsunami yang terjadi di Aceh 6
tahun yang lalu yang menelan korban sekitar 200.000 jiwa. Tidak hanya itu, selain
kehilangan sanak saudara, para korban gempa juga kehilangan tempat tinggal.
Bangunan rumah mereka hancur, dan rata dengan tanah.

Akibat dari bencana tersebut akan berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat


paska bencana, sebagai akibat perubahan yang terjadi dalam hidup mereka yang
terjadi secara drastis dan tiba–tiba, dan pada akhirnya menimbulkan kelainan atau
gangguan pada mental atau gangguan kejiwaan sebagai buntut bencana.

Pada fase awal bencana, akan membuat para korban menjadi khawatir dan
bahkan mungkin menjadi panik. Kepanikan itu berupa, seseorang akan merasa sangat
down, shock, karena kehilangan harta benda dan sanak saudara. Demikian pula,
mereka akan merasakan berbagai macam emosi seperti ketakutan, kehilangan orang
dan benda yang dicintainya, serta membandingkan keadaan tersebut dengan kondisi
sebelum bencana, mereka kembali mengingat harta benda yang telah hilang atau rusak
sekaligus merasakan kesedihan yang mendalam. Hingga pada akhirnya merasa
kecewa, frustasi, marah, dan merasakan pahitnya hidup

B. Rumusan Masalah

Bagaimana pelayanan keperawatan jiwa pada situasi bencana ?

C. Tujuan

Untuk mengetahui pelayanan keperawatan jiwa pada situasi bencana

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi bencana

Bencana diartikan sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang


mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan baik oleh faktor alam atau faktor non alam maupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologis (BNPB, 2008).

Bencana adalah setiap kejadian yang menyebabkan kerusakan gangguan


ekologis, hilangnya nyawa manusia, atau memburuknya derajat kesehatan atau
pelayanan kesehatan dalam skala tertentu yang memerlukan respon dari luar
masyarakat dan wilayah yang terkena. Dalam setiap bencana yang terjadi, selalu
ada implikasi kesehatan jiwa baik dalam kasus bencana alam, misalnya gempa
bumi, tsunami, angin ribut, atau pada bencana pada bencana yang diakibatkan oleh
manusia, yang diakibatkan oleh manusia, misalnya perang atau misalnya perang
atau kekerasan kekerasan interpersonal. Kebutuhan langsung dari populasi yang
terkena bencana alam seringkali merupakan kebutuhan fisik : perlindungan, air,
makanan dan pelayanan kesehatan dasar. pelayanan kesehatan dasar. Perlu diingat
bahwa sem erlu diingat bahwa semua orang yang mengalami ua orang yang
mengalami dan hidup dalam situasi yang tidak menentu akan menderita trauma.

1
Bencana alam dapat menyebabkan dampak serius dan berkepanjangan
terhadap kesehatan fisik maupun psikologis pada korban bencana ban bencana
yang selamat. yang selamat.

Jenis-jenis bencana , ada dua yaitu :

a. Bencana alam (natural disaster), yaitu kejadian-kejadian alami seperti banjir,


genangan, gempa bumi, gunung meletus dan lain sebagainya.

b. Bencana ulah manusia (man-made disaster), yaitu kejadian-kejadian karena


perbuatan manusia seperti tabrakan pesawat udara atau kendaraan, kebakaran,
ledakan, sabotase dan lainnya.

B. Fase-fese Bencana

Ada 3 fase dalam terjadinya suatu bencana, yaitu diantaranya :

1. Fase preimpact merupakan warning phase, tahap awal dari bencana.


Informasi didapat dari badan satelit dan meteorologi cuaca. Seharusnya
pada fase inilah segala persiapan dilakukan baik oleh pemerintah, lembaga,
dan warga masyarakat.

2. Fase impact merupakan fase terjadinya klimaks dari bencana. Inilah saat-
saat dimana manusia sekuat tenaga mencoba untuk bertahan hidup
(survive). Fase impact ini terus berlanjut hingga terjadi kerusakan dan
bantuan-bantuan darurat dilakukan.

3. Fase postimpact adalah saat dimulainya perbaikan dan penyembuhan dari


fase darurat, juga tahap dimana masyarakat mulai berusaha kembali pada
fungsi komunitas normal. Secara umum dalam fase postimpact ini para
korban akan mengalami tahap respon psikologis mulai penolakan, marah,
tawar-menawar, depresi hingga penerimaan.

C. Kelompok Rentan Bencana

1. Kerentanan adalah keadaan atau sifat (perilaku) manusia atau masyarakat yang
menyebabkan ketidakmampuan menghadapi bahaya atau ancaman dari potensi

2
bencana untuk mencegah, menjinakkan, mencapai kesiapan dan menanggapi
dampak bahaya tertentu. Kerentanan terbagi atas:

2. Kerentanan fisik, kerentanan yang dihadapi masyarakat dalam menghadapi


ancaman bahaya tertentu, misalnya kekuatan rumah bagi masyarakat yang
tinggal di daerah rawan gempa.

3. Kerentanan ekonomi, kemampuan ekonomi individu atau masyarakat dalam


pengalokasian sumber daya untuk pencegahan serta penanggulangan bencana.

4. Kerentanan social, kondisi social masyarakat dilihat dari aspek pendidikan,


pengetahuan tentang ancaman bahaya dan rsiko bencana.

5. Kerentanan lingkungan, keadaan disekitar masyarakat tinggal. Misalnya


masyarakat yang tinggal di lereng bukit atau pegunungan rentan terhadap
ancaman bencana tanah longsor.

D. Pelayanan Keperawatan jiwa Prabencana

Pelayanan keperawatan jiwa prabencana meliputi pencegahan, mitigasi, dan


kesiapsiagaan. Pelayanan keperawatan yang dilakukan yaitu seperti :

1. Penyusunan peta rawan bencana

Penyusunan peta rawan bencana dan peta geomedik sangat penting artinya
untuk memperkirakan kemungkinan bencana yang untuk memperkirakan
kemungkinan bencana yang akan terjadi serta kebutuhan erjadi serta
kebutuhan fasilitas pelayanan kesehatan dan ketersediaan SDM kesehatan
berikut kompetensinya. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
penyusunan peta rawan bencana adalah : sektor (melibatkan instansi terkait
seperti Pemda, RSU, TNI, POLRI, Dinas Kessos, PML, Ormas, LSM). Peta
rawan bencana secara berkala dievaluasi kembali agar sesuai dengan keadaan
dan kondisi setempat.

a) Ancaman (Hazard), jenis bahaya bencana apa yang mungkin terjadi.


Informasi ini dapat diperoleh dengan melihat keadaan geografis wilayah
setempat.

3
b) Kerentanan (Vulnerability), sejauh mana akibat dari bencana ini terhadap
kehidupan masyarakat (khususnya kesehatan). Informasi yang dibutuhan
dalam menilai kerentanan yang terkait SDM kesehatan berhubungan
dengan data tentang inventarisasi ketenagaan yang dimiliki, contohnya
dokter ahli, dokter umum, perawat, bidan, sanitarian, ahli gizi, dll.

c) Penyusunan peta rawan bencana sebaikn Penyusunan peta rawan


bencana sebaiknya dilakukan s ya dilakukan secara lintas program ecara
lintas program (melibatkan unit-unit program yang ada di Dinas
kesehatan) dan lintas sektor (melibatkan instansi terkait seperti Pemda,
RSU, TNI, POLRI, Dinas Kessos, PML, Ormas, LSM). Peta rawan
bencana secara berkala dievaluasi kembali agar sesuai dengan keadaan
dan kondisi setempat.

2. Penyusunan peraturan dan pedoman dalam penanggulangan krisis akibat


bencana bencana yang salah satunya satunya terkait terkait dengan
penempatan penempatan dan mobilisasi mobilisasi SDM kesehatan.

3. Pemberdayaan tenaga kesehatan pada sarana kesehatan khususnya


Puskesmas dan Rumah sakit, terutama di daerahnya rawan bencana.

4. Penyusunan standar ketenagaan, sarana dan pembiayaan.

5. Penempatan tenaga kesehatan disesuaikan dengan situasi wilayah setempat


(keperawatan terhadap bencana

6. Pembentukan tim reaksi cepat (Brigade Siaga Bencana, BSB).

7. Sosialisasi SDM kesehatan tentang penanggulangan krisis akibat bencana.

8. Pelatihan-pelatihan dan gladi.

9. Pembentukan Pusat Pelayanan Kesehatan Terpadu atau PSC dikabupaten


atau kota

E. Pelayanan Keperawatan Jiwa Saat Situasi Bencana (Tanggap darurat)

Kegiatan penanganan siaga bencana memang berbeda dibandingkan pertolongan


medis dalam keadaan normal lainnya. Ada beberapa hal yang menjadi perhatian

4
penting. penting. Berikut beberapa tindakan yang bisa dilakukan oleh perawat dalam
siatuasi tanggap bencana :

1. Pengobatan dan pemulihan kesehatan fisik

Bencana alam yang menimpa suatu daerah, selalu akan memakan korban dan
kerusakan, baik itu korban meninggal, korban luka-luka, kerusakan fasilitas
pribadi dan umum, yang mungkin pribadi dan umum, yang mungkin akan
menyebabkan is akan menyebabkan isolasi tempat, sehingga olasi tempat,
sehingga sulit dijangkau oleh para relawan. Hal yang paling urgen dibutuhkan
oleh korban saat itu adalah pengobatan dari tenaga kesehatan.. Perawat bisa
turutambil bagian dalam aksi ini, baik berkolaborasi dengan tenaga perawat
lainnya atau pun tenaga kesehatan profesional, ataupun juga melakukan
pengobatan bersama bersama perawat perawat lainnya lainnya secara cepat,
menyeluruh menyeluruh dan merata di tempat bencana. Pengobatan bencana.
Pengobatan yang dilakukan pun dilakukan pun bisa beragam, mulai beragam,
mulai dari pemeriksaan pemeriksaan fisik, pengobatan luka, dan lainnya sesuai
dengan profesi keperawatan.

2. Pemberiaan bantuan

Perawat dapat melakukan aksi galang dana bagi korban bencana, dengan
menghimpun dana dari berbagai kalangan dalam berbagai bentuk, seperti
makanan, obat-obatan, keperluan sandang dan lain sebagainya. Pemberian
bantuan bantuan tersebut tersebut bisa dilakukan dilakukan langsung langsung
oleh perawat perawat secara langsung langsung di lokasi bencana dengan
mendirikan posko bantuan. Selain itu, hal yang harus difokuskan dalam kegiatan
ini adalah pemerataan bantuan ditempat bencana sesuai kebutuhan yang
dibutuhkan oleh para korban saat itu, sehingga tidak akan ada lagi para korban
yang tidak mendapatkan bantuan tersebut dikarenakan bantuan yang menumpuk
ataupun tidak tepat sasaran.

3. Pemulihan kesehatan mental Para korban

suatu bencana biasanya akan mebgalami trauma psikologis akibat kejadian yang
menimpanya. Trauma tersebut bisa berupa kesedihan yang mendalam, ketakutan
dan kehilangan berat. Tidak sedikit trauma ini menimpa wanita, ibu-ibu, dan
5
anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan. Sehingga apabila hal ini terus
berkelanjutan maka akan mengakibatkan stress berat dan berat dan gangguan
gangguan mental bagi korban bagi korban bencana. bencana. Hal yang Hal yang
dibutuhkan dibutuhkan dalam penanganan penanganan situasi seperti situasi
seperti ini adalah ini adalah pemulihan pemulihan kesehatan kesehatan mental
yang da yang dapat dilakukan oleh perawat. Pada orang dewasa, pemulihannya
bisa dilakukan dengan sharing dan mendengarkan segala keluhan-keluhan yang
dihadapinya, selanjutnya diberikan sebuah solusi dan diberi penyemangat untuk
tetap bangkit. bangkit. Sedangkan Sedangkan pada anak-anak, anak-anak, cara
yang efektif efektif adalah dengan mengembalikan keceriaan mereka kembali, hal
ini mengingat sifat lahiriah anak-anak yang berada pada masa bermain. Perawat
dapat mendirikan sebuah taman bermain, dimana anak-anak tersebut akan
mendapatkan permainan, cerita lucu, dan lain sebagainya. Sehingga kepercayaan
diri mereka akan kembali seperti sedia kala.

Ada juga peran lain perawat dalam pelayanan keperawatan jiwa saat situasi
bencana, yaitu :

1) Mobilisasi SDM Kesehatan sesuai kebutuhan pelayanan kesehatan.

2) Pengorganisasian SDM Kesehatan dalam pelaksaan pelayanan keperawatan


jiwa (pelayanan kesehatan).

F. Pelayanan Keperawatan Jiwa Pasca Bencana (Pemulihan/rehabilitasi dan


rekonstruksi)

Pelayanan keperawatan jiwa pasca bencana yaitu pemberdayaan masyarakat. Kondisi


masyarakat disekitar daerah yang terkena musibah pasca bencana biasanya akan
menjadi terkatung-katung tidak jelas akibat memburuknya keadaan pasca bencana,
bencana, akibat kehilangan kehilangan harta benda yang mereka miliki. miliki.
Sehingga Sehingga banyak diantara mereka yang patah arah dalam menentukan hidup
selanjutnya. Hal yang bisa menolong membangkitkan keadaan tersebut bisa
menolong membangkitkan keadaan tersebut adalah melakukan pemberdayaan h
melakukan pemberdayaan ,asyarakat. Masyarakat perlu mendapatkan fasilitas dan
skill yang dapat menjadi bekal bagi mereka kelak. Perawat Perawat dapat melakukan
melakukan pelatihan-pelatihan pelatihan-pelatihan keterampilan yang difasilitasi dan

6
berkolaborasi dengan instansi ataupun LSM yang bergerak dalam bidang itu.
Sehingga diharap yang bergerak dalam bidang itu. Sehingga diharapkan masyarakat di
sekitar daerah masyarakat di sekitar daerah bencana akan mampu membangun
kehidupannya kedepan lewat kemampuan yang ia miliki.

Ada beberapa lain peran pelayanan keperawatan jiwa saat pasca bencana ,
diantaranya:

1. Mobilisasi SDM kesehatan sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan.

2. Pengorganisasian SDM kesehatan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan


atau pelayanan kesehatan.

3. Upaya pemulihan SDM kesehatan yang menjadi korban agar dapat menjalnkan
fungsinya kembali.

4. Rekruitmen SDM kesehatan untuk peningkatan upaya penanggulangan krisis


akibat bencana pada masa yang akan datang. Program pendampingan bagi
petugas kesehatan didaerah bencana.

G. Trauma Pasca Bencana

1. Stress

Secara sederhana, stres dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana


individu terganggu keseimbangannya. Stres terjadi akibat adanya situasi dari luar
ataupun dari dalam diri yang memunculkan gangguan, dan menuntut individu
berespon secara sesuai.

Stress merupakan sesuatu yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia, bahkan
seperti merupakan bagian dari kehidupan itu sendiri. Setiap hari kadang kita harus
tergesa bangun, membereskan pekerjaan rumah kadang hingga lupa atau tidak
sempat sarapan, lari mengejar kendaraan umum untuk Sekolah atau menjalani
aktivitas, berkonflik dengan teman atau orang lain, kehabisan uang padahal harus
membeli keperluan harian dan seterusnya. Semua kejadian itu dapat
memunculkan stres.

Mereka yang mengalami stres mungkin merasa lebih gelisah, tegang, cemas,
mengalami kelelahan, ketegangan otot dan sulit tidur. Ada pula yang tekanan

7
darah dan detak jantungnya nmeningkat, sakit kepala, perut mulas, gatal-gatal
atau diare. Stres juga dapat merubah perilaku kita. Misalnya kita menjadi lebih
cepat marah, lebih suka sendirian, menjadi tidak enak makan, merasa tidak
berdaya, tidak bersemangat, frustrasi, atau merasa tidak percaya diri.

2. Trauma

Secara sederhana, trauma berarti luka atau kekagetan (syok/shock). Penyebab


trauma adalah peristiwa yang sangat menekan, terjadi secara tiba-tiba dan di luar
kontrol/kendali seseorang, bahkan seringkali membahayakan kehidupan atau
mengancam jiwa. Peristiwa ini begitu mengagetkan, menyakitkan dan melebihi
situasi stres yang kita alami sehari-hari. Peristiwa ini dinamakan sebagai
peristiwa traumatis.

Ciri-ciri peristiwa traumatis adalah :

a. Terjadi secara tiba-tiba.

b. Mengerikan, menimbulkan perasaan takut yang amat sangat.

c. Mengancam keutuhan fisik maupun mental.

d. Dapat menimbulkan dampak fisik, pikiran, perasaan, dan perilaku yang amat
membekas bagi mereka yang mengalami ataupun yang menyaksikan.

Siapapun orangnya, sekuat dan sehebat apapun dia, biasanya akan menunjukkan
respon tertentu. Respon yang muncul mungkin berbeda-beda bagi tiap orang,
namun umumnya respon yang muncul adalah:
a. Memiliki ingatan atau bayangan yang sulit dilupakan, seperti mencengkeram,
atau ingatan lainnya tentang traumanya
b. Merasakan peristiwa seperti terjadi lagi (flashback)
c. Merasa terganggu bila diingatkan, atau teringat peristiwa
d. traumatis karena sesuatu yang dilihat, didengar, dirasakan, atau diciumnya.
e. Ketakutan, merasa kembali berada dalam bahaya
8
f. Kesulitan mengendalikan perasaan karena tidak mampu mengendalikan
ingatan tentang peristiwa traumatis.

Selain respon-respon tersebut, kita mungkin akan mengalami perubahan perasaan


ataupun perilaku. Perubahan perasaan yang mungkin dialami antara lain:
a. Cepat sedih
b. Cepat marah
c. Ingin menangis
d. Merasa bersalah
e. Merasa tidak berdaya
f. Suasana hati tidak menentu atau mudah berubah
g. Merasa tidak dipahami oleh orang-orang disekitarnya

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bencana alam  merupakan sebuah musibah  yang tidak dapat diprediksi kapan
datangnya.  Apabila bencana tersebut telah datang maka akan menimbulkan kerugian
dan kerusakan yang membutuhkan upaya pertolongan melalui tindakan tanggap
bencana yang dapat dilakukan oleh perawat.

Adapun pelayanan keperawatan jiwa pada situasi bencana dikelompokkan menjadi 3


yaitu:

1. Pelayanan Keperawatan jiwa Prabencana


2. Pelayanan Keperawatan Jiwa Saat Situasi Bencana (Tanggap darurat)

3. Pelayanan Keperawatan Jiwa Pasca Bencana (Pemulihan/rehabilitasi dan


rekonstruksi)
B. Saran

9
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan terbatasnya
pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu kami mengharapkan
segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai piha

10
DAFTAR PUSTAKA

Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2008. Peraturan Kepala Badan Nasional


Penanggulangan Bencana No. 4 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Penanggulangan Bencana. Jakarta: Badan Nasional Penanggulangan Bencana.

Keliat Budi, dkk.2014. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Yogyakarta : EGC Keliat,
B. A., Helena, N dan Farida, P. (2013). Manajemen Keperawatan Psikososial
Psikososial & Kader Kesehatan Kesehatan Jiwa CMHN (Intermediate (Intermediate
Course) Course). EGC : Jakarta

Depkes RI. 2006. Pedoman Managemen SDM dalam Penanggulang Pedoman Managemen
SDM dalam Penanggulangan Bencan an Bencana. Jakarta : Depkes RI

Anda mungkin juga menyukai