Pelayanan Keperawatan Jiwa
Pelayanan Keperawatan Jiwa
Kep
Disusun oleh :
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmatNya
sehingga makalah kami yang berjudul “Pelayanan Keperawatan Jiwa pada Situasi
Bencana” dapat selesai tepat pada waktunya.
Berkat bimbingan, dorongan, dan saran dari berbagai pihak, hambatan itu
dapat diatasi. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih
kepada seluruh pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................1
C. Tujuan..............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Bencana.............................................................................................2
B. fase-fase bencana.............................................................................................3
C. Kelompok rentan bencana...............................................................................3
D. Pelayanan Keperawatan jiwa Prabencana.......................................................4
E. Pelayanan Keperawatan Jiwa Saat Situasi Bencana (Tanggap darurat)..........5
F. Pelayanan Keperawatan Jiwa Pasca Bencana (Pemulihan/rehabilitasi dan
rekonstruksi).........................................................................................................7
G.Trauma pasca bencana......................................................................................8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................................10
B. Saran..............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap bencana pasti meninggalkan duka dan luka. Terbayang penderitaan yang
dialami masyarakat Jepang, khususnya di daerah bencana (Sendai, Fukushima, dan
sekitarnya), bencana gempa bumi dan tsunami yang menelan korban lebih dari 10.000
jiwa ini tentunya akan membawa perasaan pilu yang mendalam bagi seluruh
keluarganya. Demikian pula kejadian gempa bumi dan tsunami yang terjadi di Aceh 6
tahun yang lalu yang menelan korban sekitar 200.000 jiwa. Tidak hanya itu, selain
kehilangan sanak saudara, para korban gempa juga kehilangan tempat tinggal.
Bangunan rumah mereka hancur, dan rata dengan tanah.
Pada fase awal bencana, akan membuat para korban menjadi khawatir dan
bahkan mungkin menjadi panik. Kepanikan itu berupa, seseorang akan merasa sangat
down, shock, karena kehilangan harta benda dan sanak saudara. Demikian pula,
mereka akan merasakan berbagai macam emosi seperti ketakutan, kehilangan orang
dan benda yang dicintainya, serta membandingkan keadaan tersebut dengan kondisi
sebelum bencana, mereka kembali mengingat harta benda yang telah hilang atau rusak
sekaligus merasakan kesedihan yang mendalam. Hingga pada akhirnya merasa
kecewa, frustasi, marah, dan merasakan pahitnya hidup
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi bencana
1
Bencana alam dapat menyebabkan dampak serius dan berkepanjangan
terhadap kesehatan fisik maupun psikologis pada korban bencana ban bencana
yang selamat. yang selamat.
B. Fase-fese Bencana
2. Fase impact merupakan fase terjadinya klimaks dari bencana. Inilah saat-
saat dimana manusia sekuat tenaga mencoba untuk bertahan hidup
(survive). Fase impact ini terus berlanjut hingga terjadi kerusakan dan
bantuan-bantuan darurat dilakukan.
1. Kerentanan adalah keadaan atau sifat (perilaku) manusia atau masyarakat yang
menyebabkan ketidakmampuan menghadapi bahaya atau ancaman dari potensi
2
bencana untuk mencegah, menjinakkan, mencapai kesiapan dan menanggapi
dampak bahaya tertentu. Kerentanan terbagi atas:
Penyusunan peta rawan bencana dan peta geomedik sangat penting artinya
untuk memperkirakan kemungkinan bencana yang untuk memperkirakan
kemungkinan bencana yang akan terjadi serta kebutuhan erjadi serta
kebutuhan fasilitas pelayanan kesehatan dan ketersediaan SDM kesehatan
berikut kompetensinya. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
penyusunan peta rawan bencana adalah : sektor (melibatkan instansi terkait
seperti Pemda, RSU, TNI, POLRI, Dinas Kessos, PML, Ormas, LSM). Peta
rawan bencana secara berkala dievaluasi kembali agar sesuai dengan keadaan
dan kondisi setempat.
3
b) Kerentanan (Vulnerability), sejauh mana akibat dari bencana ini terhadap
kehidupan masyarakat (khususnya kesehatan). Informasi yang dibutuhan
dalam menilai kerentanan yang terkait SDM kesehatan berhubungan
dengan data tentang inventarisasi ketenagaan yang dimiliki, contohnya
dokter ahli, dokter umum, perawat, bidan, sanitarian, ahli gizi, dll.
4
penting. penting. Berikut beberapa tindakan yang bisa dilakukan oleh perawat dalam
siatuasi tanggap bencana :
Bencana alam yang menimpa suatu daerah, selalu akan memakan korban dan
kerusakan, baik itu korban meninggal, korban luka-luka, kerusakan fasilitas
pribadi dan umum, yang mungkin pribadi dan umum, yang mungkin akan
menyebabkan is akan menyebabkan isolasi tempat, sehingga olasi tempat,
sehingga sulit dijangkau oleh para relawan. Hal yang paling urgen dibutuhkan
oleh korban saat itu adalah pengobatan dari tenaga kesehatan.. Perawat bisa
turutambil bagian dalam aksi ini, baik berkolaborasi dengan tenaga perawat
lainnya atau pun tenaga kesehatan profesional, ataupun juga melakukan
pengobatan bersama bersama perawat perawat lainnya lainnya secara cepat,
menyeluruh menyeluruh dan merata di tempat bencana. Pengobatan bencana.
Pengobatan yang dilakukan pun dilakukan pun bisa beragam, mulai beragam,
mulai dari pemeriksaan pemeriksaan fisik, pengobatan luka, dan lainnya sesuai
dengan profesi keperawatan.
2. Pemberiaan bantuan
Perawat dapat melakukan aksi galang dana bagi korban bencana, dengan
menghimpun dana dari berbagai kalangan dalam berbagai bentuk, seperti
makanan, obat-obatan, keperluan sandang dan lain sebagainya. Pemberian
bantuan bantuan tersebut tersebut bisa dilakukan dilakukan langsung langsung
oleh perawat perawat secara langsung langsung di lokasi bencana dengan
mendirikan posko bantuan. Selain itu, hal yang harus difokuskan dalam kegiatan
ini adalah pemerataan bantuan ditempat bencana sesuai kebutuhan yang
dibutuhkan oleh para korban saat itu, sehingga tidak akan ada lagi para korban
yang tidak mendapatkan bantuan tersebut dikarenakan bantuan yang menumpuk
ataupun tidak tepat sasaran.
suatu bencana biasanya akan mebgalami trauma psikologis akibat kejadian yang
menimpanya. Trauma tersebut bisa berupa kesedihan yang mendalam, ketakutan
dan kehilangan berat. Tidak sedikit trauma ini menimpa wanita, ibu-ibu, dan
5
anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan. Sehingga apabila hal ini terus
berkelanjutan maka akan mengakibatkan stress berat dan berat dan gangguan
gangguan mental bagi korban bagi korban bencana. bencana. Hal yang Hal yang
dibutuhkan dibutuhkan dalam penanganan penanganan situasi seperti situasi
seperti ini adalah ini adalah pemulihan pemulihan kesehatan kesehatan mental
yang da yang dapat dilakukan oleh perawat. Pada orang dewasa, pemulihannya
bisa dilakukan dengan sharing dan mendengarkan segala keluhan-keluhan yang
dihadapinya, selanjutnya diberikan sebuah solusi dan diberi penyemangat untuk
tetap bangkit. bangkit. Sedangkan Sedangkan pada anak-anak, anak-anak, cara
yang efektif efektif adalah dengan mengembalikan keceriaan mereka kembali, hal
ini mengingat sifat lahiriah anak-anak yang berada pada masa bermain. Perawat
dapat mendirikan sebuah taman bermain, dimana anak-anak tersebut akan
mendapatkan permainan, cerita lucu, dan lain sebagainya. Sehingga kepercayaan
diri mereka akan kembali seperti sedia kala.
Ada juga peran lain perawat dalam pelayanan keperawatan jiwa saat situasi
bencana, yaitu :
6
berkolaborasi dengan instansi ataupun LSM yang bergerak dalam bidang itu.
Sehingga diharap yang bergerak dalam bidang itu. Sehingga diharapkan masyarakat di
sekitar daerah masyarakat di sekitar daerah bencana akan mampu membangun
kehidupannya kedepan lewat kemampuan yang ia miliki.
Ada beberapa lain peran pelayanan keperawatan jiwa saat pasca bencana ,
diantaranya:
3. Upaya pemulihan SDM kesehatan yang menjadi korban agar dapat menjalnkan
fungsinya kembali.
1. Stress
Stress merupakan sesuatu yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia, bahkan
seperti merupakan bagian dari kehidupan itu sendiri. Setiap hari kadang kita harus
tergesa bangun, membereskan pekerjaan rumah kadang hingga lupa atau tidak
sempat sarapan, lari mengejar kendaraan umum untuk Sekolah atau menjalani
aktivitas, berkonflik dengan teman atau orang lain, kehabisan uang padahal harus
membeli keperluan harian dan seterusnya. Semua kejadian itu dapat
memunculkan stres.
Mereka yang mengalami stres mungkin merasa lebih gelisah, tegang, cemas,
mengalami kelelahan, ketegangan otot dan sulit tidur. Ada pula yang tekanan
7
darah dan detak jantungnya nmeningkat, sakit kepala, perut mulas, gatal-gatal
atau diare. Stres juga dapat merubah perilaku kita. Misalnya kita menjadi lebih
cepat marah, lebih suka sendirian, menjadi tidak enak makan, merasa tidak
berdaya, tidak bersemangat, frustrasi, atau merasa tidak percaya diri.
2. Trauma
d. Dapat menimbulkan dampak fisik, pikiran, perasaan, dan perilaku yang amat
membekas bagi mereka yang mengalami ataupun yang menyaksikan.
Siapapun orangnya, sekuat dan sehebat apapun dia, biasanya akan menunjukkan
respon tertentu. Respon yang muncul mungkin berbeda-beda bagi tiap orang,
namun umumnya respon yang muncul adalah:
a. Memiliki ingatan atau bayangan yang sulit dilupakan, seperti mencengkeram,
atau ingatan lainnya tentang traumanya
b. Merasakan peristiwa seperti terjadi lagi (flashback)
c. Merasa terganggu bila diingatkan, atau teringat peristiwa
d. traumatis karena sesuatu yang dilihat, didengar, dirasakan, atau diciumnya.
e. Ketakutan, merasa kembali berada dalam bahaya
8
f. Kesulitan mengendalikan perasaan karena tidak mampu mengendalikan
ingatan tentang peristiwa traumatis.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bencana alam merupakan sebuah musibah yang tidak dapat diprediksi kapan
datangnya. Apabila bencana tersebut telah datang maka akan menimbulkan kerugian
dan kerusakan yang membutuhkan upaya pertolongan melalui tindakan tanggap
bencana yang dapat dilakukan oleh perawat.
9
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan terbatasnya
pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu kami mengharapkan
segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai piha
10
DAFTAR PUSTAKA
Keliat Budi, dkk.2014. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Yogyakarta : EGC Keliat,
B. A., Helena, N dan Farida, P. (2013). Manajemen Keperawatan Psikososial
Psikososial & Kader Kesehatan Kesehatan Jiwa CMHN (Intermediate (Intermediate
Course) Course). EGC : Jakarta
Depkes RI. 2006. Pedoman Managemen SDM dalam Penanggulang Pedoman Managemen
SDM dalam Penanggulangan Bencan an Bencana. Jakarta : Depkes RI