Anda di halaman 1dari 60

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER (PKPA)

DI KIMIA FARMA APOTEK 288 KENDARI


(05 DESEMBER 2022 – 28 JANUARI 2023)

DISUSUN OLEH:

NINDAH IKA MAULIANA (O1B1 22 036)

NUR AIDA (O1B1 22 039)


NUR FILZANAH (O1B1 22 041)

WANDA HAMIDAH (O1B1 22 078)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER (PKPA)
DI KIMIA FARMA 288 KENDARI
(05 DESEMBER 2022 – 28 JANUARI 2023)

Disetujui Oleh :

Dosen Pembimbing, Preseptor,

Apt. Parawansyah, S.Farm.,M.Kes Apt. Hasriati Asman Mekuo, S.Farm


NIP. 19840120 201001 1 010 NIP. -

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker,

Apt. Sabarudin, S.Farm., M.Si.


NIP. 19851229 201504 1 001

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat melaksanakan Kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di
Apotek Kimia Farma 288 Kota Kendari dan dapat menyelesaikan laporan tepat
pada waktunya. Praktek kerja profesi apoteker dimulai sejak tanggal 05
Desember 2022 hingga 28 Januari 2023, kami telah banyak memperoleh
pengetahuan dan keterampilan selama berada di Apotek Kimia Farma 288 Kota
Kendari.
Pelaksanaan dan penyusunan laporan praktek kerja profesi apoteker ini
merupakan salah satu syarat yang harus diselesaikan dengan baik untuk
memperoleh gelar apoteker di fakultas farmasi Universitas Halu Oleo, selain itu
juga memberikan kesempatan kepada pembaca untuk memahami peran dan tugas
Apoteker di Apotek Kimia Farma 288 Kendari. Laporan ini selesai tidak lepas dari
dukungan, bantuan dan masukan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Muh. Zamrun Firihu, S.Si., M. Si., M.Sc. selaku Rektor
Universitas Halu Oleo.
2. Prof. Dr. Ruslin, S.Pd., M.Si selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Halu Oleo.
3. Nur Alifah, S.Farm., M.Kes., Apt., selaku ketua Jurusan Fakultas
FarmasiUniversitas Halu Oleo.
4. Sabarudin, S.Farm., M.Si., Apt selaku ketua Program Studi Pendidikan
Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Halu Oleo.
5. Parawansah, S.Farm., M.Kes., Apt selaku Pembimbing Lapangan yang
telah memberikan arahan, membimbing, hingga terselesainya Laporan
Praktek Kerja Profesi Apoteker ini.
6. Usman M. Noor Alala, S.Farm., Apt selaku Bisnis Manager Kimia Farma
Sulawesi Tenggara.

iii
7. Hasriati Asman Mekuo, S.Farm., Apt selaku pembimbing/preceptor di
Apotek Kimia Farma 288 Kendari yang telah memberikan kami ilmu yang
bermanfaat, membimbing kami hingga terselesainya Laporan Lengkap
Praktek Kerja Profesi Apoteker ini.
8. Terima Kasih juga kepada Seluruh karyawan dan Staf Apotek Kimia
Farma 288 Kendari.
9. Seluruh dosen dan staf Fakultas Farmasi yang telah mengajar, mendidik,
dan membantu selama masa perkuliahan dan penyusunan laporan akhir.
Orang tua dan keluarga yang telah memberikan dukungan kepada kami
sehingga bisa menyelesaikan praktek kerja profesi apoteker.
10. Teman-teman angkatan VIII program studi pendidikan profesi
apoteker Universitas Halu Oleo, yang telah banyak bekerja sama
membantu dan saling mendukung.
11. Semua pihak yang telah membantu penyusunan laporan praktek kerja
profesi apoteker.

Penulis berharap semoga pengetahuan dan pengalaman yang diperolehselama


menjalani Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) dapat memberikan manfaat
bagi semua pihak. Penulis juga menyadari bahwa laporan ini memiliki banyak
kekurangan, oleh karena itu penulis mengharap kritik, saran dan masukan dari
semua pihak agar dapat menjadi perbaikan di masa yang akan datang.
Akhir kata, semoga Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu dan semoga laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
(PKPA) ini dapat memberi manfaatnya bagi Farmasi Universitas Halu Oleo,
Masyarakat dan Indonesia.

Kendari, Januari 2023

Penulis

iv
DAFTAR ISI
SAMPUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR ............................................................................................ iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. vi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1
B. Tujuan PKPA ......................................................................................................... 2
C. Manfaat PKPA ....................................................................................................... 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Apotek ...................................................................................................... 3
B. Tugas dan Fungsi Apotek ...................................................................................... 4
BAB III
TINJAUAN UMUM TEMPAT PKPA
A. Sejarah .................................................................................................................. 15
B. Budaya Kerja Perusahaan .................................................................................... 17
C. Logo Perusahaan .................................................................................................. 18
D. PT. Kimia Farma Apotek .................................................................................... 20
BAB IV
KEGIATAN PKPA DAN PEMBAHASAN
A. Kegiatan yang dilakukan...................................................................................... 25
B. Tugas yang dikerjakan selama PKPA ................................................................. 25
C. Tugas Khusus ............................................................................................... 28
D. Pembahasan .......................................................................................................... 26
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................................... 44
B. Saran ...................................................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 46

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Logo Perusahaan ................................................................................... 18


Gambar 2. Struktur organisasi Kimia Farma Apotek 288......................................... 22

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lokasi Apotek ..................................................................................... 48


Lampiran 2. Tampilan Depan Apotek Kimia Farma 0288 ....................................... 48
Lampiran 3. Rak Swalayan Apotek Kimia Farma 288 ............................................. 49
Lampiran 4. Rak Obat Apotek Kimia Farma 288 .................................................... 50
Lampiran 5. Lemari Penyimpanan Obat Narkotika dan Psikotropika ....................... 50
Lampiran 6. Lemari Penyimpanan Obat Suhu Dingin............................................. 51
Lampiran 7. Pengecekan dan Penerimaan Barang dari Outlet .................................. 51
Lampiran 8. Penyusunan Obat di Rak Obat ............................................................. 52
Lampiran 9. Penyiapan Obat dan Penulisan Etiket .................................................. 52
Lampiran 10. Pelayanan Informasi Obat ................................................................. 53

vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan
yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk
pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan
pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau masyarakat (Undang-Undang
No. 36 tahun 2009). Tuntutan pasien dan masyarakat akan peningkatan mutu
Pelayanan Kefarmasian, mengharuskan adanya perluasan dari paradigma lama
yang berorientasi kepada produk (drug oriented) menjadi paradigma baru
yang berorientasi pada pasien (patient oriented) dengan filosofi Pelayanan
Kefarmasian (pharmaceutical care). Berdasarkan PMK No. 73 Tahun 2016
Pelayanan Kefarmasian merupakan suatu pelayanan langsung dan
bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi
dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu
kehidupan pasien.
Menurut permenkes No. 73 tahun 2016 Apotek adalah sarana
pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh Apoteker.
Standar pelayanan Kefarmasian adalah tolak ukur yang dipergunakan sebagai
pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan
kefarmasian. Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan
bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi
dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu
kehidupan pasien.

1
Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia Farma
merupakan perwujudan nyata dari Program Studi Profesi Apoteker Fakultas
Farmasi Universitas Halu Oleo yang bekerjasama dengan Apotek Kimia
Farma untuk mempersiapkan apoteker masa depan yang kompeten di
bidangnya.
B. Tujuan PKPA
Tujuan dilaksanakan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di apotek
adalah:
1. Meningkatkan pemahaman calon apoteker tentang peran, fungsi, posisi dan
tanggung jawab apoteker dalam pelayanan kefarmasian di apotek.
2. Membekali calon apoteker agar memiliki wawasan, pengetahuan,
keterampilan, dan pengalaman praktis untuk melakukan pekerjaan
kefarmasian di apotek.
3. Memberi kesempatan kepada calon apoteker untuk melihat dan mempelajari
strategi dan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka
pengembangan praktik farmasi komunitas di apotek.
4. Mempersiapkan calon apoteker dalam memasuki dunia kerja sebagai tenaga
farmasi yang profesional.
5. Memberi gambaran nyata tentang permasalahan pekerjaan kefarmasian di
apotek.
C. Manfaat PKPA
Adapun manfaat PKPA di Apotek yakni:
1. Mengetahui, memahami tugas, dan tanggung jawab apoteker dalam
mengelola apotek.
2. Mendapatkan pengalaman praktis mengenai pekerjaan kefarmasian di
apotek.
3. Mendapatkan pengatahuan manajemen praktis di apotek.
4. Meningkatkan rasa percaya diri untuk menjadi apoteker yang professional.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Apotek
Salah satu tempat pelayanan kesehatan yang mudah ditemukan adalah
apotek. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1332/Menkes/SK/X/2002,
apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan
penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat,
sedangkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 9 Tahun 2017 tentang
apotek, apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek
kefarmasian oleh apoteker. Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan
kesehatan yang dapat membantu mewujudkan tercapainya derajat kesejahteraan
yang optimal bagi masyarakat sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh
menteri kesehatan, apotek harus memiliki apoteker yang bertanggung jawab
untuk menjalankan pekerjaan kefarmasian terhadap konsumen dan kewajiban
dalam menjalankan standar profesinya. Pelayanan kefarmasian telah terjadi
pergeseran orientasi dari drug oriented menjadi patient oriented. Pergeseran ini
jelas akan menjadi tantangan dan peluang terhadap apotek untuk merespon
perubahan tersebut agar tetap dapat bersaing dalam bisnis ini (Mourboy dkk,
2022). Apotek berfungsi dalam memberikan layanan pada pasien yang menebus
obat dengan resep, baik dari praktik dokter pribadi atau dari pusat pelayanan
kesehatan, maupun memberikan layanan kefarmasian pada pasien yang memberi
obat bebas.
Selain melakukan pelayanan terhadap resep obat, apotek juga melakukan
pelayanan swamedikasi yang akan sangat membantu pasien-pasien dengan gejala
ringan. Oleh karena itu, pelaksanaan pelayanan masyarakat di apotek harus tetap
dilakukan dengan menjamin keselamatan pasien.

3
Pelaksanaan pelayanan masyarakat di Apotek harus tetap dilakukan dengan
menjamin keselamatan pasien. Pelaksanaan pelayanan kefarmasian di apotek
dilakukan oleh apoteker dan TTK. Apoteker adalah sarjana farmasi yang lulus
sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker, sedangkan
TTK adalah tenaga yang membantu apoteker. Tenaga teknis kefarmasian terdiri
atas sarjana farmasi (tidak mengucapkan sumpah jabatan apoteker), ahli madya
farmasi, dan analisis farmasi (Tarigan dan Anhari, 2022).
Apoteker serta tenaga teknis kefarmasian (TTK) yang bekerja di apotek
harus melakukan pekerjaannya dengan senantiasa menjunjung tinggi etik dan
profesionalitasnya. Pelayanan kefarmasian oleh apotek merupakan salah satu
faktor esensial dalam sistem kesehatan Indonesia.
B. Tugas dan Fungsi Apotek
Berdasarkan PP No. 51 Tahun 2009, apotek sebagai salah satu sarana
pelayanan kesehatan mempunyai tugas dan fungsi apotek, yaitu:
1. Tempat pengabdian profesi seorang Apoteker yang telah mengucapkan
sumpah jabatan Apoteker.
2. Sarana yang digunakan untuk melakukan Pekerjaan Kefarmasian.
3. Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan distribusi sediaan farmasi
antara lain obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika.
4. Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat
diperlukan secara meluas dan merata.
5. Sarana farmasi yang melakukan peracikan, pengubahan bentuk,
pencampuran, dan penyerahan obat atau bahan obat kepada pasien.
C. Tugas dan Tanggung Jawab
Tenaga kefarmasian yang berwenang dalam hal pemberian obat kepada
pasien adalah apoteker dan asisten apoteker. Apoteker adalah seorang sarjana
farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah mengucapkan sumpah
jabatan Apoteker serta memiliki Surat Ijin Praktek Apoteker (SIPA).

4
Peran dari Apoteker adalah melakukan pelayanan kefarmasian
(Pharmaceutical Care) yang merupakan pelayanan dan tanggung jawab langsung
sebagai profesi Apoteker dalam pekerjaan kefarmasian demi meningkatkan
kualitas hidup pasien. Dalam pencapaian ini, pelayanan kefarmasian memegang
peranan yang penting, karena merupakan suatu pelayanan secara langsung dan
bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi.
Kewenangan apoteker menurut keahliannya di peroleh melalui pendidikan tinggi
farmasi dan pendidikan profesi apoteker, setelah apoteker menyelesaikan
pendidikan profesi dan lulus dalam uji kompetensi sebagai apoteker serta telah
disumpah sebagai apoteker maka pada diri seorang apoteker tersebut sudah
mempunyai kemampuan akademik dan kemampuan profesi untuk diaplikasikan
kemampuannya dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian yang sekaligus
melekat pada dirinya.
Secara terperinci keterkaitan antar keduanya dapat dilihat pada ketentuan
Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan , dalam pasal 23 ayat
(1) disebutkan, tenaga kesehatan berwenang untuk menyelenggarakan pelayanan
kesehatan. Selain itu disebutkan pula pada pasal 108 ayat (1) mengatur ruang
lingkup kewenangan seorang tenaga kefarmasian (apoteker) yang menentukan
bahwa, praktik kefarmasian yang meliputi pembuatan termasuk pengendalian
mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat,
pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan
obat, bahan obat dan obat tradisional harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pelayanan kefarmasian di apotek meliputi 2 kegiatan, yaitu kegiatan yang
bersifat manajerial berupa pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai dan kegiatan pelayanan farmasi klinik. Kegiatan
tersebut harus didukung oleh sumber daya manusia, sarana dan prasarana.

5
1. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis
Pakai
Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pemusnahan,
pengendalian, pencatatan dan pelaporan.
a. Perencanaan
Dalam membuat perencanaan pengadaan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai perlu diperhatikan pola penyakit,
pola konsumsi, budaya dan kemampuan masyarakat.
b. Pengadaan
Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian maka pengadaan
sediaan farmasi harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan
peraturan/perundang-undangan.
c. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam
surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima.
d. Penyimpanan
1) Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam
hal pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain,
maka harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi
yang jelas pada wadah baru. Wadah sekurang-kurangnya memuat nama
obat, nomor batch dan tanggal kadaluwarsa.

6
2) Semua obat/bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai
sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya.
3) Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan
dan kelas terapi obat serta disusun secara alfabetis.
4) Pengeluaran obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out) dan
FIFO (First In First Out).
e. Pemusnahan
1) Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis
dan bentuk sediaan. Pemusnahan obat kadaluwarsa atau rusak yang
mengandung narkotika atau psikotropika dilakukan oleh apoteker dan
disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Pemusnahan obat
selain narkotika dan psikotropika dilakukan oleh apoteker dan
disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktik
atau surat izin kerja. Pemusnahan dibuktikan dengan berita acara
pemusnahan.
2) Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat
dimusnahkan. Pemusnahan resep dilakukan oleh apoteker disaksikan
oleh sekurang-kurangnya petugas lain di apotek dengan cara dibakar
atau cara pemusnahan lain yang dibuktikan dengan berita acara
pemusnahan resep menggunakan formulir 2 sebagaimana terlampir dan
selanjutnya dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
f. Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah
persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem pesanan
atau pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk
menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan, kekosongan, kerusakan,
kadaluwarsa, kehilangan serta pengembalian 9 pesanan. Pengendalian
persediaan dilakukan menggunakan kartu stok baik dengan cara manual
atau elektronik. Kartu stok sekurang-kurangnya memuat nama obat,

7
tanggal kadaluwarsa, jumlah pemasukan, jumlah pengeluaran dan sisa
persediaan.
g. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan sediaan farmasi,
alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai meliputi pengadaan (surat
pesanan, faktur), penyimpanan (kartu stock), penyerahan (nota atau struk
penjualan) dan pencatatan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan.
Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal. Pelaporan internal
merupakan pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan manajemen apotek,
meliputi keuangan, barang dan laporan lainnya. Pelaporan eksternal
merupakan pelaporan yang dibuat untuk memenuhi kewajiban sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan meliputi pelaporan
narkotika dan pelaporan psikotropika.
2. Pelayanan Farmasi Klinik
Pelayanan farmasi klinik di apotek merupakan bagian dari pelayanan
kefarmasian yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan
dengan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dengan
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
Pelayanan farmasi klinik yang dilakukan meliputi:
a) Pengkajian Resep
Kegiatan pengkajian resep meliputi administrasi, kesesuaian
farmasetik dan pertimbangan klinis.
1) Kajian administratif meliputi: nama pasien, umur, jenis kelamin dan
berat badan, nama dokter, nomor Surat Izin Praktik (SIP), alamat,
nomor telepon dan paraf, tanggal penulisan resep. Kajian kesesuaian
farmasetik meliputi: bentuk dan kekuatan sediaan, stabilitas dan
kompatibilitas (ketercampuran obat).

8
2) Pertimbangan klinis meliputi: ketepatan indikasi dan dosis obat,
aturan, cara dan lama penggunaan obat, duplikasi dan/atau 10
polifarmasi, reaksi obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping
obat, manifestasi klinis lain), kontra indikasi dan interaksi.
b) Dispensing
Dispensing merupakan proses sejak diterimanya resep sampai obat
diberikan kepada pasien diikuti dengan pemberian informasi yang
memadai. Hal yang harus diperhatikan dalam dispensing yaitu kualitas
lingkungan kerja, proses dispensing, ketersediaan obat, alur kerja dan
penataan obat. Praktek dispensing yang baik adalah suatu praktek yang
memastikan suatu bentuk yang efektif dari obat yang benar, ditujukan
kepada pasien yang benar, dalam dosis dan kuantitas sesuai instruksi yg
jelas, dan dalam kemasan yang memelihara potensi obat. Setelah
melakukan pengkajian resep dilakukan hal sebagai berikut:
1) Menyiapkan Obat sesuai dengan permintaan Resep:
a. Menghitung kebutuhan jumlah Obat sesuai dengan Resep
b. Mengambil Obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan dengan
memperhatikan nama Obat, tanggal kadaluwarsa dan keadaan fisik
Obat.
c. Melakukan peracikan Obat bila diperlukan;
2) Memberikan etiket sekurang-kurangnya meliputi:
a. Warna putih untuk Obat dalam/oral
b. Warna biru untuk Obat luar dan suntik
c. Menempelkan label “kocok dahulu” pada sediaan bentuk suspensi
atau emulsi.
3) Memasukkan obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah untuk obat
yang berbeda untuk menjaga mutu Obat dan menghindari penggunaan
yang salah. Setelah penyiapan Obat dilakukan hal sebagai berikut:

9
a. Sebelum Obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan
pemeriksaan kembali mengenai penulisan nama pasien pada etiket,
cara penggunaan serta jenis dan jumlah Obat (kesesuaian antara
penulisan etiket dengan Resep).
b. Memanggil nama dan nomor tunggu pasien
c. Memeriksa ulang identitas dan alamat pasien
d. Menyerahkan Obat yang disertai pemberian informasi Obat
e. Memberikan informasi cara penggunaan Obat dan hal-hal yang
terkait dengan Obat antara lain manfaat Obat, makanan dan
minuman yang harus dihindari, kemungkinan efek samping, cara
penyimpanan Obat dan lain-lain
f. Penyerahan Obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara
yang baik, mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat mungkin
emosinya tidak stabil
g. Memastikan bahwa yang menerima Obat adalah pasien atau
keluarganya
h. Membuat salinan Resep sesuai dengan Resep asli dan diparaf oleh
Apoteker (apabila diperlukan)
i. Menyimpan Resep pada tempatnya
j. Apoteker membuat catatan pengobatan pasien Apoteker di Apotek
juga dapat melayani Obat non Resep atau pelayanan swamedikasi.
Apoteker harus memberikan edukasi kepada pasien yang
memerlukan Obat non Resep untuk penyakit ringan dengan
memilihkan Obat bebas atau bebas terbatas yang sesuai.
c) Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Kegiatan PIO berupa penyediaan dan pemberian informasi obat yang
bersifat aktif atau pasif. Pelayanan bersifat aktif apabila apoteker pelayanan
informasi obat memberikan informasi obat dengan tidak menunggu
pertanyaan melainkan secara aktif memberikan informasi obat, misalnya

10
penerbitan buletin, brosur, leaflet, seminar dan sebagainya. Pelayanan
bersifat pasif apabila apoteker pelayanan informasi obat memberikan
informasi obat sebagai jawaban atas pertanyaan yang diterima. Menjawab
pertanyaan mengenai obat dan penggunaannya merupakan kegiatan rutin
suatu pelayanan informasi obat. Pertanyaan yang masuk dapat disampaikan
secara verbal (melalui telepon, tatap muka) atau tertulis (surat melalui pos,
faksimili atau email). Pertanyaan mengenai obat dapat bervariasi dari yang
sederhana sampai yang bersifat urgent dan kompleks yang membutuhkan
penelusuran literatur serta evaluasi secara seksama.
Kegiatan Pelayanan Informasi Obat di Apotek meliputi:
a. Menjawab pertanyaan baik lisan maupun tulisan.
b. Membuat dan menyebarkan buletin/brosur/leaflet, pemberdayaan
masyarakat (penyuluhan).
c. Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien
d. Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa farmasi
yang sedang praktik profesi
e. Melakukan penelitian penggunaan Obat
f. Membuat atau menyampaikan makalah dalam forum ilmiah
g. Melakukan program jaminan mutu. Pelayanan Informasi Obat harus
didokumentasikan untuk membantu penelusuran kembali dalam waktu
yang relative singkat. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelayanan
informasi obat:
1) Topik Pertanyaan
2) Tanggal dan waktu Pelayanan Informasi Obat diberikan
3) Metode Pelayanan Informasi Obat (lisan, tertulis, lewat telepon)
4) Data pasien (umur, jenis kelamin, berat badan, informasi lain seperti
riwayat alergi, apakah pasien sedang hamil dan menyusui, data laborat
orium)

11
5) Uraian pertanyaan
6) Jawaban pertanyaan
7) Referensi
8) Metode pemberian jawaban (lisan, tertulis, pertelepon) dan data
Apoteker yang memberikan Pelayanan Informasi Obat.
d) Konseling
Konseling merupakan proses interaktif antara apoteker dengan
pasien/keluarga untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran
dan kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan obat
dan menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien. Untuk mengawali
konseling, Apoteker menggunakan three prime questions. Apabila tingkat
kepatuhan pasien dinilai rendah, perlu dilanjutkan dengan metode Health
Belief Model. Apoteker harus melakukan verifikasi bahwa pasien atau
keluarga pasien sudah memahami Obat yang digunakan.
Kriteria pasien/keluarga pasien yang perlu diberi konseling:
1) Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi hati dan/atau
ginjal, ibu hamil dan menyusui).
2) Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (misalnya: TB,
DM, AIDS, epilepsi.
3) Pasien yang menggunakan Obat dengan instruksi khusus (penggunaan
kortikosteroid dengan tappering down/off).
4) Pasien yang menggunakan Obat dengan indeks terapi sempit
(digoksin, fenitoin, teofilin).
5) Pasien dengan polifarmasi; pasien menerima beberapa Obat untuk
indikasi penyakit yang sama. Dalam kelompok ini juga termasuk
pemberian lebih dari satu Obat untuk penyakit yang diketahui dapat
disembuhkan dengan satu jenis Obat.
6) Pasien dengan tingkat kepatuhan rendah.

12
e) Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien
mendapatkan terapi Obat yang efektif dan terjangkau dengan
memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek samping.
1) Kriteria pasien:
a) Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui.
b) Menerima Obat lebih dari 5 (lima) jenis.
c) Adanya multidiagnosis.
d) Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati.
e) Menerima Obat dengan indeks terapi sempit.
2) Kegiatan
a) Memilih pasien yang memenuhi kriteria
b) Mengambil data yang dibutuhkan yaitu riwayat pengobatan pasien
yang terdiri dari riwayat penyakit, riwayat penggunaan Obat dan
riwayat alergi; melalui wawancara dengan pasien atau keluarga
pasien atau tenaga kesehatan lain
c) Melakukan identifikasi masalah terkait Obat. Masalah terkait Obat
antara lain adalah adanya indikasi tetapi tidak diterapi, pemberian
Obat tanpa indikasi, pemilihan Obat yang tidak tepat, dosis terlalu
tinggi, dosis terlalu rendah, terjadinya reaksi Obat yang tidak
diinginkan atau terjadinya interaksi Obat
d) Apoteker menentukan prioritas masalah sesuai kondisi pasien dan
menentukan apakah masalah tersebut sudah atau berpotensi akan
terjadi
e) Memberikan rekomendasi atau rencana tindak lanjut yang berisi
rencana pemantauan dengan tujuan memastikan pencapaian efek
terapi dan meminimalkan efek yang tidak dikehendaki

13
f) Hasil identifikasi masalah terkait Obat dan rekomendasi yang telah
dibuat oleh Apoteker harus dikomunikasikan dengan tenaga
kesehatan terkait untuk mengoptimalkan tujuan terapi.
g) Melakukan dokumentasi pelaksanaan pemantauan terapi Obat
h) Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap Obat yang
merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal
yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis
dan terapi atau memodifikasi fungsi fisiologis.

14
BAB III
TINJAUAN UMUM TEMPAT PKPA

A. Sejarah
Kimia Farma (Persero) Tbk, selanjutnya disebut “Kimia Farma” atau
“Perusahaan”, berdiri pada 16 Agustus 1971 berdasarkan Akta Pendirian No. 18
tanggal 16 Agustus 1971 yang telah diubah dengan Akta Perubahan No. 18
tanggal 11 Oktober 1971, keduanya dibuat di hadapan Notaris Soelaeman
Ardjasasmita di Jakarta. Akta Perubahan ini telah mendapat persetujuan dari
Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No.
J.A.5/184/21 tanggal 14 Oktober 1971, yang didaftarkan pada buku registrasi No.
2888 dan No. 2889 tanggal 20 Oktober 1971 di Kantor Pengadilan Negeri Jakarta
serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 90 tanggal 9
November 1971 dan Tambahan Berita Negara Republik Indonesia No. 508.
Kimia Farma adalah perusahaan yang lahir dari kebijakan pemerintah untuk
menasionalisasi perusahaan-perusahaan asing di Indonesia dan merupakan
perusahaan industri farmasi pertama di Indonesia yang didirikan oleh Pemerintah
Hindia Belanda di tahun 1817.
Kimia Farma pada awalnya adalah “NV Chemicalien Handle Rathkamp &
Co”. Berdasarkan kebijaksanaan nasionalisasi atas eks perusahaan Belanda, pada
tahun 1958 Pemerintah Republik Indonesia melakukan peleburan sejumlah
perusahaan farmasi menjadi “PNF (Perusahaan Negara Farmasi) Bhinneka Kimia
Farma”. Kemudian pada tanggal 16 Agustus 1971, bentuk badan hukum PNF
diubah menjadi Perseroan Terbatas, sehingga nama perusahaan berubah menjadi
“PT Kimia Farma (Persero)”. Pada tanggal 4 Juli 2001, PT Kimia Farma
(Persero) kembali mengubah statusnya menjadi perusahaan publik dan nama
perusahaan disesuaikan menjadi “PT Kimia Farma (Persero) Tbk”. Bersamaan
dengan perubahan tersebut, Perusahaan telah dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta
dan Bursa Efek Surabaya (sekarang Bursa Efek Indonesia).

15
Saat ini, Kimia Farma telah berkembang menjadi perusahaan dengan
pelayanan kesehatan terintegrasi di Indonesia bahkan hingga ke mancanegara.
Kimia Farma didukung oleh beberapa entitas anak sebagai pilar bisnis, yaitu PT
Kimia Farma Apotek yang bergerak dalam kegiatan usaha ritel farmasi dan
layanan kesehatan, PT Kimia Farma Trading & Distribution yang bergerak dalam
kegiatan usaha distribusi dan perdagangan produk kesehatan, PT Sinkona
Indonesia Lestari yang bergerak dalam manufaktur dan pemasaran kina dan
minyak atsiri beserta turunan produk yang dihasilkan, dan PT Kimia Farma
Sungwun Pharmacopia yang merupakan joint venture dengan Sung Wun
Pharmacopia Co., Ltd., yang bergerak dalam manufaktur dan pemasaran bahan
baku dan bahan aktif farmasi, serta Kimia Farma Dawaa Co., Ltd., yang bergerak
dalam kegiatan usaha ritel dan distribusi farmasi di Arab Saudi. Pada tahun 2019
sejalan dengan proses pembentukan Holding BUMN Farmasi, Perusahaan
menambah 1 (satu) entitas anak, yakni PT Phapros Tbk yang di akuisisi pada
tanggal 27 Maret 2019 dengan kepemilikan saham sebesar 56,77% saham.
Phapros yang bergerak di bidang industri atau manufaktur dan pemasaran produk
farmasi ini, diharapkan dapat memperkuat kinerja Perseroan untuk terus tumbuh
berkelanjutan dan meningkatkan nilai bagi seluruh para pemangku kepentingan.
Terlebih saat ini, Perusahaan kian diperhitungkan kiprahnya dalam
pengembangan dan pembangunan bangsa, khususnya pembangunan kesehatan
masyarakat Indonesia. Perusahaan telah melakukan ekspansi bisnisnya tidak
hanya di tingkat nasional tapi juga sudah memasuki perdagangan di pasar
internasional.
Produk-produk Kimia Farma yang mencakup sediaan farmasi serta bahan
baku obat telah memasuki pasar di negara India, Malaysia, Maldives, Kenya,
Yaman, Hong Kong, Filipina. Pada tahun 2020, melalui proses inbreng yang
dilaksanakan Pemerintah Indonesia kepada PT Bio Farma (Persero) sebagai
bagian dari pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 76 Tahun 2019 tanggal 15
Oktober 2019 tentang Penambahan Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia

16
ke dalam Modal Saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT Bio Farma (Persero)
dan sesuai dengan persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. AHU-0017895.AH.01.02.
Tahun 2020 tanggal 28 Februari 2020 dan telah diberitahukan kepada, diterima
dan dicatat dalam database sistem Administrasi Badan Hukum Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan suratnya No. AHU-
AH.01.03-0115053 tanggal 28 Februari 2020, maka sebesar 4.999.999.999 saham
Seri B atau 90,025% saham Kimia Farma yang sebelumnya dimiliki oleh
Pemerintah Indonesia telah dialihkan kepemilikannya kepada PT Bio Farma
(Persero) (Kimia Farma, 2021).
B. Budaya Kerja Perusahaan
Sebagai bagian dari BUMN, Perseroan telah menindaklanjuti arahan
Kementerian BUMN terkait penerapan Nilai-Nilai Utama (Core Values) Sumber
Daya Manusia “AKHLAK” (Amanah, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, &
Kolaboratif), yang dijadikan sebagai identitas dan perekat budaya kerja yang
mendukung peningkatan kinerja secara berkelanjutan. Maka dalam rangka
menjawab arahan tersebut dan sejalan dengan corporate strategy Perseroan,
dilakukan percepatan pemahaman tentang Nilai-Nilai AKHLAK kepada seluruh
Insan Kimia Farma sebagai bentuk komitmen untuk penerapan Core Values
AKHLAK melalui berbagai media baik offline maupun online.
1. Amanah (Trust Worthy)
a. Memenuhi janji dan komitmen
b. Bertanggung jawab atas tugas, keputusan dan tindakan yang dilakukan
c. Berpegang teguh kepada nilai norma dan etika
2. Kompeten (Compotent)
a. Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu
berubah
b. Membantu orang lain belajar

17
c. Menyelesaikan tugas dengan kualitas terbaik
3. Harmonis (Harmonious)
a. Menghargai setiap orang apapun latar belakangnya
b. Suka menolong orang lain
c. Membangun lingkungan kerja yang kondusif
4. Loyal (Loyal)
a. Menjaga nama baik sesama karyawan, pimpinan, BUMN, dan Negara
b. Rela berkorban untuk mencapai tujuan yang lebih besar
c. Patuh kepada pimpinan sepanjang tidak bertentangan dengan hukum dan
etika
5. Adaptif (Adaptive)
a. Cepat menyesuaikan diri untuk menjadi lebih baik
b. Terus-menerus melakukan perbaikan mengikuti perkembangan teknologi
c. Bertindak proaktif
6. Kolaboratif (Collaborative)
a. Memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi
b. Terbuka dalam bekerja sama untuk menghasilkan nilai tambah
c. Menggerakkan pemanfaatan berbagi sumber daya untuk tujuan bersama.
C. Logo Perusahaan

Gambar 1. Logo Perusahaan


1. Simbol Semangat
Matahari memiliki makna memberikan cahaya dan semangat dari Kimia
Farma dalam menjalankan komitmennya. Matahari memiliki makna

18
memberikan cahaya kehidupan yang berarti optimis dalam menjalani
kehidupan.
2. Komitmen
Matahari selalu terbit dari timur dan tenggelam di barat secara teratur dan
terus menerus memiliki makna adanya komitmen dan konsistensi dalam
menjalankan segala tugas yang diemban oleh Kimia Farma dalam bidang
farmasi dan kesehatan.
3. Sumber Energi
Matahari sebagai sumber energi memiliki makna bahwa Kimia Farma adalah
pelopor dan perintis di bidang farmasi di Indonesia yang memberikan energi
bagi bisnis farmasi di Indonesia.
4. Dinamis
Perjalanan matahari memiliki makna kedinamisan melalui cahaya yang
berkesinambungan yang dipancarkan. Aplikasi Warna biru dan orange
dikombinasikan sedemikian rupa sehingga memberi kesan bersih, optimis,
ramah dan dinamis. Unsur orange yang menggambarkan cahaya matahari
memberi kesan semangat dalam menjalani kehidupan.
5. Jenis Huruf Dirancang khusus untuk kebutuhan Kimia Farma disesuaikan
dengan nilai dan image yang telah menjadi energi bagi Kimia Farma, karena
prinsip sebuah identitas harus berbeda dengan identitas yang telah ada.
6. Sifat Huruf
a. Kokoh, memperlihatkan Kimia Farma sebagai perusahaan terbesar dalam
bidang farmasi yang memiliki bisnis hulu hilir, dan merupakan perusahaan
farmasi pertama yang dimiliki Indonesia.
b. Italic, memperlihatkan kedinamisan dan optimisme Kimia Farma dalam
menjalankan bisnis kesehatan.
c. Kecil & Lengkung, Memperlihatkan keramahan Kimia Farma dalam
melayani konsumennya.

19
D. PT. Kimia Farma Apotek
Kimia Farma Apotek (KFA) merupakan entitas anak langsung Kimia
Farma yang didirikan berdasarkan Akta Pendirian No. 6 tanggal 4 Januari 2003
yang dibuat di hadapan Notaris Ny. Imas Fatimah, SH. di Jakarta. KFA
menyediakan layanan kesehatan yang terintegrasi meliputi layanan farmasi
(apotek), klinik kesehatan, laboratorium klinik dan optik, dengan konsep One
Stop Health Care Solution (OSHcS) sehingga semakin memudahkan masyarakat
mendapatkan layanan kesehatan berkualitas.
a. Visi dan Misi
1. Visi
Menjadi perusahaan jaringan layanan kesehatan yang terkemuka dan
mampu memberikan solusi kesehatan masyarakat di Indonesia.
2. Misi
a) Menghasilkan pertumbuhan nilai perusahaan yang berkelanjutan berbasis
teknologi, informasi, komunikasi, melalui :
1) Pengembangan layanan kesehatan yang terintegrasi meliputi apotek,
klinik, laboratorium klinik, optik, alat kesehatan dan layanan Kesehatan
lainnya.
2) Saluran distribusi utama bagi produk sendiri dan pilihan utama saluran
distribusi produk principal.
3) SDM yang memiliki kompetensi, komitmen dan integritas tinggi.
4) Pengembangan bisnis baru.
5) Peningkatan pendapatan lainnya (fee based income).
b. Struktur Organisasi
PT. Kimia Farma Apotek dipimpin oleh seorang Direktur Utama
(Manager Directur) yang membawahi Diruktur Merchadising, Direktur
Keuangan, Manajemen Risiko & SDM, Direktur Operasional dan Direktur
Pengembangan Bisnis memiliki fungsinya masing-masing. Kegiatan yang

20
dilakukan di Apotek Kimia Farma yang ada di setiap wilayah, dibantu melalui
Business Manager yang membawahi beberapa Apotek Pelayanan yang berada
dalam suatu wilayah.
Business Manager bertugas menangani pembelian, penyimpanan
barang dan administrasi Apotek Pelayanan yang berada di bawahnya. Dengan
adanya unit Business Manager (BM), diharapkan pengelolaan aset dan
keuangan dari Apotek dalam satu area menjadi lebih efektif dan efisien serta
mudah dalam pengambilan keputusan-keputusan yang menyangkut antisipasi
dan penyelesaian masalah. Secara umum keuntungan yang diperoleh melalui
konsep BM adalah:
1. Koordinasi modal kerja menjadi lebih mudah.
2. Apotek pelayanan akan lebih fokus pada kualitas pelayanan, sehingga
mutu pelayanan akan meningkat yang diharapkan akan berdampak pada
peningkatan penjualan.
3. Merasionalkan jumlah SDM terutama tenaga administrasi yang
diharapkan berimbas pada efisiensi biaya administrasi.
4. Meningkatkan bargaining dengan pemasok untuk memperoleh harga yang
lebih murah, dengan maksud agar dapat memperbesar range margin atau
HPP rendah.
c. Struktur Organisasi Apotek Kimia Farma 288
Apotek Kimia Farma 288 berada di bawah Unit Bisnis Manajer
Kendari, Sulawesi Tenggara. Lokasi apotek berada di tepi jalan raya yang
strategis dan ramai. Hal ini dikarenakan Apotek berada di jalur lalu lintas
yang padat dan banyak dilalui kendaraan umum maupun pribadi, dengan dua
arah dan tidak memiliki pemisah jalan sehingga memudahkan akses
kendaraan oleh masyarakat dari berbagai arah.
Tanggung jawab penuh atas Apotek Kimia Farma 288 dipegang oleh
seorang Apoteker Pengelola Apotek atau disebut juga Pharmacist Manager
(PhM) yaitu apt. Hasriati Asman Mekuo S.Farm yang telah memiliki Surat

21
Izin Praktek Apoteker (SIPA). Apoteker penanggung jawab langsung
membawahi Apoteker Pendamping dan beberapa Tenaga Teknis kefarmasian
(TTK). Sumber daya manusia di Apotik Kimia Farma 288 terdiri dari 1 orang
Apoteker Penanggung Jawab (APA), 3 orang Apoteker Pendamping (Aping),
6 orang Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK). Selain itu terdapat Tenaga non
Teknis Kefarmasian seperti SPG, Satpam, dan Cleaning Service.
Pharmacy Manager
(PhM)
Apoteker Pendamping
(APING)

Tenaga Teknis Kefarmasian Tenaga Non Medis


(TTK) (CS, SPG, Satpam

Gambar 2. Struktur organisasi Kimia Farma Apotek 288


Tugas dan tanggung jawab masing-masing bagian antara lain :
1. Apoteker Pengelola Apotek (APA)
Tugas dan tanggung jawab APA adalah sebagai berikut :
a. Menyelenggarakan pelayanan kefarmasian yang sesuai dengan
fungsinya (apotek sebagai tempat pengabdian profesi) dan memenuhi
segala kebutuhan perundang-undangan di bidang per apotekan yang
berlaku.
b. Memimpin seluruh kegiatan manajerial apotek antara lain mengatur
daftar giliran kerja, menetapkan pembagian beban kerja, dan tanggung
jawab masing-masing karyawan.
c. Secara aktif berusaha sesuai dengan bidang tugasnya untuk
meningkatkan omset penjualan dan mengembangkan hasil usaha
apotek dengan mempertimbangkan masukan dari karyawan lainnya
untuk perbaikan pelayanan dan kemajuan apotek.

22
d. Melayani permintaan obat bebas dan resep dokter, mulai dari penerimaan
resep, menyiapkan obat, meracik, menulis etiket, mengemas, sampai
dengan menyerahkan obat.
e. Memberikan Pelayanan Informasi Obat (PIO) kepada pasien untuk
mendukung penggunaan obat yang rasional. Dalam hal ini Apoteker harus
memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat,
tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini.
f. Melaksanakan pelayanan swamedikasi.
g. Memeriksa kebenaran obat yang akan diserahkan kepada pasien meliputi
bentuk sediaan obat, jumlah obat, nama obat, nomor resep, nama pasien
kemudian menyerahkan obat kepada pasien dan memberikan informasi
tentang penggunaan obat tersebut serta informasi tambahan lain yang
diperlukan.
h. Membuat salinan resep dan kwintasi bila dibutuhkan.
i. Mengatur dan mengawasi pengamanan hasil penjualan tunai harian.
j. Bertanggung jawab atas pengadaan obat, terutama obat-obat golongan
narkotika dan psikotropika.
2. Tenaga Teknis Kefarmasian
Tugas dan fungsi Tenaga Teknis Kefarmasian adalah sebagai berikut :
a. Melakukan pendataan kebutuhan barang.
b. Mengatur, mengontrol, dan menyusun obat pada tempat penyimpanan
obat di ruang peracikan.
c. Melayani permintaan obat bebas dan resep dokter, mulai dari penerimaan
resep, menyiapkan obat, meracik, menulis etiket, mengemas, sampai
dengan menyerahkan obat.
d. Memberi harga untuk resep-resep yang masuk dan memeriksa
kelengkapan resep.
e. Memeriksa kebenaran obat yang akan diserahkan kepada pasien meliputi
bentuk sediaan obat, jumlah obat, nama obat, nomor resep, nama pasien

23
kemudian menyerahkan obat kepada pasien dan memberikan informasi
tentang penggunaan obat tersebut serta informasi tambahan lain yang
diperlukan.
f. Mencatat keluar masuk barang.
g. Melakukan pengecekan terhadap obat-obat yang mempunyai
kadaluwarsa.
h. Menyusun daftar masuknya barang dan menandatangani faktur obat yang
masuk setiap harinya.
Apotek Kimia Farma 288 juga menyediakan layanan Dokter Umum dan
Dokter Spesialis diantaranya Dokter THT (Telinga, Hidung, dan Tenggorokan),
Kulit dan Kelamin dan Ahli dalam. Apotek Kimia Farma 288 terbagi menjadi tiga
shift, (shift pagi pada jam 07.30-15.00 WITA dan shift sore pada jam 15.00- 22.30
WITA, dan shift malam jam 22.30-07.30 WITA).

24
BAB IV
KEGIATAN PKPA DAN PEMBAHASAN

A. Kegiatan yang dilakukan


Kegiatan yang dilakukan selama PKPA di apotek Kimia Farma adalah
sebagai berikut:
1. Mempelajari struktur organisasi di Apotek
2. Mempelajari dokumen-dokumen di Apotek
3. Mempelajari jenis obat dan alkes di Apotek
4. Mempelajari alur pengadaan obat, perencanaan, seleksi dan alur pengadaan,
serta penerimaan dan penyimpanan obat, serta penarikan obat
5. Mempelajari pelayanan obat tanpa resep di Apotek untuk swamedikasi
6. Melayani resep dokter serta memberikan KIE
7. Mempelajari cara pengarsipan dan dokumentasi resep dan PMR (Patient
Medication Record)
8. Mempelajari aspek bisnis perapotekan mulai permodalan, rencana
pengelolaan perbekalan farmasi dan alkes, analisis keuangan dan strategi
pengembangan
9. Melakukan Stok Opname
B. Tugas yang dikerjakan selama PKPA
Tugas yang dilakukan selama PKPA di apotek Kimia Farma adalah sebagai
berikut:
1. Membantu melayani resep dokter
2. Melakukan peracikan obat sediaan puyer, kapsul dan salep, menulis etiket, dan
menulis copy resep
3. Menyerahkan obat serta memberikan penyampaian informasi obat
4. Memeriksa kesesuaian antara faktur dengan barang yang masuk
5. Menerima obat yang datang lalu display obat sesuai tempat
6. Mempelajari tentang laporan narkotika dan psikotropika

25
7. Mempelajari pengadaan dan perencanaan obat
8. Mempelajari cara pengarsipan resep.
C. Tugas Khusus
1. Mekanisme klaim dan layanan pasien mitra di Kimia Farma Apotek 288
Kendari
Kimia Farma Apotek 288 Kendari saat ini melayani sistem resep kredit
dengan bekerja sama dengan beberapa mitra yakni Admedica, Bank Indonesia,
MandiriHealth, dan BI Pensiunan. Pelayanan resep kredit merupakan pelayanan
resep di mana pasien merupakan keluarga karyawan/pensiunan di perusahaan
yang memiliki kerja sama dengan Apotek Kimia Farma. Untuk pasien Bank
Indonesia dan pensiunan BI, pelayanan mitra KF dilakukan dengan cara, pasien
yang akan membeli secara kredit harus membawa kartu/fotocopy kartu tanda
pegawai, Lembar Pengesahan (eligibility), dan Lembar Tagihan (discharge)
yang mencantumkan nama pasien dan nama pemilik jaminan kesehatan serta
resep rangkap putih dan merah. Setelah resep diserahkan di bagian penerimaan,
pasien tidak melakukan pembayaran apapun. Obat selanjutnya disiapkan
dengan yang di resep dan dipasang etiket sebelum dilakukan pemeriksaan akhir
oleh apoteker. Pasien dipanggil untuk menerima obat dan dilakukan KIE oleh
apoteker. Obat yang diberikan pada resep kredit merupakan obat yang ada
dalam daftar perjanjian antara pihak mitra dengan Apotek Kimia Farma
sehingga bila ada obat dalam daftar perjanjian yang saat itu tidak ada, maka
pihak Apotek Kimia Farma tidak boleh melakukan retur (pengembalian uang)
namun menyediakan obat tersebut sesegera mungkin untuk diberikan nanti atau
beberapa hari setelahnya. Jika ada obat yang diresepkan namun tidak ada dalam
daftar obat, maka pasien diberi pilihan untuk membeli obat tersebut secara tunai
atau diberi copy resep untuk membeli obat di apotek lain. Resep kredit yang
sudah masuk akan dihargai dan struk dicetak dua kali di mana struk akan
digabungkan dengan resep putih untuk disimpan apotek sementara struk lainnya

26
akan digabung dengan resep merah untuk dikirimkan ke BM yang diperlukan
dalam proses penagihan.
Untuk pasien pengguna Mandiri Inhealth pelayanan klaim dilakukan
dengan cara, pemberitahuan klaim secara tertulis wajib disampaikan oleh
Tertanggung kepada Penerbit dalam waktu selambat-lambatnya 60 (enam
puluh) hari kerja setelah pelayanan diberikan, dengan menyertakan bukti-bukti
sebagai berikut:
a. Pengisian form klaim lengkap oleh peserta atau keterangan diagnosa.
b. Fotocopy resume medis dari dokter atau Rumah Sakit yang merawat.
c. Fotocopy kartu peserta (tidak wajib, jika nomor peserta dan identitas telah
lengkap pada form klaim).
d. Kuitansi asli dari dokter atau Rumah Sakit yang menerangkan:
• Nama peserta;
• Diagnosa penyakit;
• Tanggal pengobatan atau perawatan;
• Perincian biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan perawatan atau
pengobatan sesuai indikasi medis.
e. Salinan resep dari obat-obatan yang diberikan.
f. Kuitansi asli dari apotek + salinan obat.
g. Kuitansi asli dan surat pengantar dari dokter untuk pemeriksaan diagnostik
dan perincian nama pemeriksaan diagnostik tersebut serta salinan hasil
pemeriksaan tersebut.
h. Surat pengantar dari dokter umum/spesialis bila pemeriksaan lanjutan perlu
dilakukan.
Untuk pasien pengguna adMedika pelayanan dan klaim dilakukan
dengan cara yaitu:
a) Peserta dan keluarga yang di tanggung yang memerlukan pengambilan
Obat diApotek dan harus membawa atau menunjukkan kebagian pendaftaran

27
1. Kartu Peserta
2. Kartu Tanda Penduduk (KTP)/Kartu Identitas Lain;
3. Resep Obat (asli)
4. Struk Pengesahan (LOC) dari Dokter Umum/dr.
Spesialis/Poliklinik/Rumah Sakit.
b) Petugas mempersiapkan obat sesuai resep
c) Proses Pengesahan, petugas akan menghitung biaya obat dan melakukan
proses pengesahan dengan menggesek Kartu Peserta di terminal EDC atau
menginput Kartu Peserta di sistem AdPAS dengan memasukkan Kode
Diagnosa berdasarkan LOC dan biaya-biaya yang terjadi di Apotek.
d) Peserta akan diberikan Struk Pengesahan yang harus ditandatangani disertai
pemberian obat atau copy resep jika obat tidak tersedia.
e) Peserta Boleh Pulang
2. Terapi pasien poli kulit kelamin terhadap terapi lokal dan sistemik beserta
dasar penegakan terapinya.
Pengobatan penyakit kulit dan kelamin didasarkan pada faktor
penyebabnya. Misalnya, pada penyakit kulit yang disebabkan oleh bakteri,
diberikan antibiotik yang disesuaikan dengan bakteri penyebabnya dan jika
disebabkan oleh alergi, bisa diberikan antihistamin. Sedangkan, untuk penyakit
kelamin kebanyakan pengobatan yang digunakan adalah antibiotik karena
sering terjadi karena adanya infeksi bakteri, serta bila infeksi virus yang
mengakibatkan penyakit kelamin ini akan diberikan antivirus. Pemberian terapi
dapat dimulai dengan pengobatan secara topikal dan atau oral, serta bisa
melalui suntikan. Selain itu juga jika ada gejala tertentu, bisa ditambahkan obat
untuk mengobati gejala yang terjadi.
Bentuk sediaan obat yang diberikan akan berpengaruh terhadap
kecepatan dan takaran jumlah obat yang diserap oleh tubuh. Selain itu, bentuk
sediaan obat akan berpengaruh pada kegunaan terapi obat. Sediaan obat akan
sangat berpengaruh terhadap efek. Efek yang di timbulkan dapat berupa efek

28
lokal maupun efek sistemik. Pemilihan bentuk sediaan akan sangat
mempengaruhi kecepatan obat berinteraksi dengan reseptor.
Dalam kasus ini di apotik kimia farma 288 pada poli kulit kelamin
kebanyakan pasien diberikan obat oral yang dikombinasikan dengan salep atau
krim. Ditinjau dari tujuan terapinya obat oral sering digunakan dengan tujuan
mencegah, megobati, dan mengurangi rasa sakit sesuai pada efek terapi pada
jenis obat. Sedangkan sediaan topical seperti salep/krim diberikan dengan
tujuan melakukan perawatan kulit atau luka atau untuk menurunkan gejala
gangguan kulit yang terjadi selain itu salep digunakan sebagai pelembab atau
perlindungan, dan terapi profilaksis. Salah satu resep dari poli kulit KF 288
yaitu pemberiaan 3 obat, diantaranya obat oral asthin bond, rydian dan salep
momefion+noroid. Pemberian obat asthin bond sebagai antioksidan untuk
penyembuhan dan perawatan sel-sel tubuh, rydian yang mengandung cetirizine
untuk mengatasi gejala gatal atau alergi, sedangkan untuk pemberian obat
topical untuk untuk meredakan ruam kemerahan, gatal, peradangan, dan
ketidaknyamanan akibat berbagai gangguan kulit. Obat ini termasuk dalam
golongan kortikosteroid topikal. Sehingga kedua obat ini lebih sinergis dalam
mempercepat penyembuhan dari gejala penyakit yang dialami pasien.
3. Terapi pasien poli THT berdasarkan bentuk sediaan
THT (Telinga, Hidung, Tenggorokan) merupakan organ penting yang
terdapat pada tubuh manusia karena berhubungan dengan sistem pendengaran
dan pernafasan. Dalam pemeriksaaan telinga, hidung, telinga (THT) menjadi se
buah kesatuan yang saling terhubung satu sama lain, jika salah satu bagian
organ tersebut mengalami gangguan maka kedua organ lainnya akan terkena
dampaknya karena dihubungkan melalui saluran “Eustachian tube”. Oleh
karena itu jika hidung mengalami infeksi maka bisa menyebar ke tenggorokan
dan sebaliknnya. Penyakit telinga, hidung, telinga (THT) sendiri memiliki bany
ak macam dengan variasi gejala yang ditimbulkan. Banyak dari penyakit THT
disebabkan oleh infeksi bakteri dan virus yang menyerang bagian organ tertentu

29
(Nurhayati dkk, 2022). Pada kasus pasien THT di KF 288 pemberian obat dapat
diberikan secara oral maupun topikal. Jika penyakit yang disebabkan adanya
infeksi bakteri maka perlu diberikan antibiotik yang sesuai dengan bakteri
penyebabnya.
Kasus Pasien THT (Telinga, Hidung, Tenggorokan) Di apotek KF 288
untuk terapi pasien THT sendiri lebih banyak menggunakan obat oral atau obat
minum. Tujuan terapi diberikan obat oral untuk mencegah, mengobati dan
mengurangi rasa sakit sesuai pada efek terapi pada masing-masing obat. Salah
satu resep dokter dari poli THT di KF 288 diantaranya ada 3 obat oral yang
diberikan yaitu Lapiflox, Lameson, dan Exaflam. Pemberian obat Lapiflox
diberikan sebagai antibiotik yang mengandung ciprofloxacin yang bekerja
dengan menghambat kerja enzim yang berfungsi untuk perkembangan bakteri.
Lapiflox digunakan untuk mengobati infeksi saluran kemih, infeksi saluran
cerna, infeksi saluran pernapasan, gonore (infeksi kelamin), demam tifoid,
infeksi kulit dan jaringan lunak. Pemberian Lameson yaitu untuk terapi supresi
inflamasi (peradangan) dan untuk menangani gatal-gatal, kemerahan, dan
kekeringan pada kulit, pada beberapa individu dapat mengobati sariawan pada
mulut. Lameson mengandung zat aktif Metilprednisolon yaitu golongan obat
kortikosteroid yang dapat mengurangi reaksi inflamasi (gatal-gatal, kemerahan,
dll) Sebagai antagonis dari aktivitas histamin penyebab alergi dan melepaskan
kinin dari substrat kemudian melakukan pembentukan jaringan parut yang baru.
Pemberian Exaflam untuk mengobati nyeri ringan sampai sedang. Exaflam
mengandung Kalium Diklofenak yang merupakan obat anti nyeri golongan
OAINS (obat anti inflamasi non steroid).
Bentuk sediaan obat akan berpengaruh pada efek terapi obat, efek yang
ditimbulkan dapat berupa efek lokal maupun efek sistemik. Pada pemakaian
oral, proses penghantaran obat sampai memberikan efek farmakologis melalui 3
fase yaitu fase farmasetik, fase farmakokinetik dan fase farmakodinamik. Fase
farmasetis merupakan fase hancurnya suatu sediaan di saluran pencernaan

30
diikuti oleh fase pelepasan zat aktifnya dan kemudian terjadi fase pelarutan zat
aktif. Ketersediaan farmasetis ini ditentukan antara lain oleh formulasi sediaan
obatnya.
4. Terapi pasien interna, pilihan terapi PPI berdasarkan first choice &
second choice.
Beberapa kasus pasien interna diapotek KF 288 sering diresepkan
Pysolan atau Lapraz yang mengandung lansoprazole. Namun beberapa literatur
menyatakan bahwa first choice dalam penggunaan golongan Proton Pom
Inhibitor adalah omeprazole hal ini sesuai dengan kajian penggunaan obat yang
dilakukan pada rumah sakit pendidikan di Chongqing China tahun 2010
(Sakka,2021).
Omeprazole dipilih sebagai first choice dengan pertimbangan harganya
yang murah dan walaupun setiap jenis penghambat Proton Pomp memiliki
farmakokinetik yang berbeda yang dapat mempengaruhi onset kerja dan durasi
hambatan terhadap asam pada beberapa hari pertama terapi. Perbedaan tersebut
tidak memiliki makna klinis yang besar setelah obat diberikan secara
berkesinambungan setiap hari (Jave, et al.2019).
Alasan pemilihan atau peresepan pysolan dan lapraz berdasarkan
kacamata bisnis lebih menguntungkan karena perbedaan harga yang lebih tinggi
dibanding omeprazole, dimana harga lapraz Rp 17.000 dan pysolan Rp 16.000
sedangkan omeprazole 7.000.
D. Pembahasan
1. Kegiatan Teknis Kefarmasian
Kegiatan teknis kefarmasian yang dilakukan di apotek meliputi
perencanaan,pengadaan,pemesanan, penyimpanan, pemusnahan, pengendalian
pencatatan dan pelaporan.

31
a. Perencanaan
Perencanaan merupakan suatu proses kegiatan seleksi sediaan
farmasi dan perbekalan kesehatan yang akan dipesan kepada distributor
sesuai dengan jumlah yang diperlukan untuk periode waktu tertentu yang
akan dipesan kepada distributor atau PBF untuk kebutuhan jangka waktu
tertentu. Perencanaan barang di Apotek Kimia Farma Kota Kendari
dilakukan berdasarkan analisis pareto A, B dan C.
Perencanaan obat dimaksudkan untuk memutuskan obat apa yang
akan dipesan agar stok obat di apotek tidak kosong dan mengurangi
terjadinya penolakan obat. Beberapa hal yang dipertimbangkan dalam
perencanaan barang adalah kecepatan penjualan (fast moving atau slow
moving), obat yang diresepkan dokter sekitar pola penyakit yang terjadi.
Pareto adalah metode pembuatan grup atau penggolongan
berdasarkan peringkat Analisis Pareto merupakan cara perencanaan
pengadaan barang berdasarkan effort dan result dari nilai tertinggi hingga
terendah. Dilakukan analisa jumlah dan jenis barang yang dibutuhkan
melalui sistem pareto. Dengan demikian dapat segera diketahui jenis obat
yang bersifat slow moving maupun fast moving sehingga pembelian barang
menjadi lebih efektif. Pareto dibagi menjadi 3, yaitu:
Pareto A : Pemesanan 1-80% total item menghasilkan 80% omset.
Pareto B : Pemesanan 81-90% total item menghasilkan 15 % omset.
Pareto C : Pemesanan 91-100 % total item menghasilkan 5% omset.
Buku defekta merupakan buku yang berisi catatan sediaan farmasi
yang akan habis atau sudah habis persediaanya di apotek. Pencatatan
terhadap buku defekta dilakukan setiap hari oleh petugas dengan cara
memeriksa barang yang kosong atau hampir habis. Buku penolakan
merupakan buku yang berisikan nama obat yang habis dan atau menolak
permintaan / kebutuhan pasien.

32
b. Pengadaan
Pengadaan merupakan suatu proses kegiatan yang bertujuan agar
tersedia sediaan farmasi dengan jumlah dan jenis yang cukup sesuai
dengan kebutuhan pelayanan. Pengadaan yang efektif harus menjamin
ketersediaan dalam jenis dan jumlah yang tepat dengan harga yang
ekonomis dan memenuhi persyaratan mutu, keamanan dan kemanfaatan.
Kegiatan pengadaan yang dilakukan di Apotek Kimia Farma Kota
Kendari, meliputi:
1) Pengadaan Min-Max
Pengadaan yang dilakukan sesuai dengan pengolahan dari sistem
POS (Point Of Sales) yang diolah oleh bagian pengadaan BM kepada
UB Regional setempat sesuai dengan riwayat penjualan. Pengadaan
Min-Max, dilakukan dengan mengambil data 3 bulan terakhir.
2) Daftar Kebutuhan Barang (DKB)
Data yang diolah dari BM (Business Manager) dikirim ke
masing-masing apotek untuk dibuatkan SP (Surat Pesanan) ke masing-
masing distributor (PBF). PBF akan mengirim barang yang dipesan ke
apotek Kimia Farma 288 Kota Kendari yang disertai dengan faktur
pembelian.
3) Pembelian/Pengadaan Mendesak (CITO)
Proses pemesanan hampir sama dengan pesanan rutin. Tetapi
pada pemesanan ini dapat dilakukan kapanpun di luar hari pengadaan
rutin. Apotek membuat surat pesanan yang berisi nama distributor,
nama barang, kemasan dan jumlah barang yang kemudian
ditandatangani oleh Manager Apotek Pengelola. Surat pesanan dibuat
dua rangkap untuk dikirim ke PBF dan untuk arsip apotek.
PBF akan mengantar langsung barang yang dipesan ke apotek
pelayanan yang bersangkutan disertai dengan dokumen faktur dan SP
(Surat Pesanan). Setelah dilakukan pengecekan, faktur di entry oleh

33
Apotek Pelayanan kemudian dikirim ke Business Manager bagian
hutang BM.
Selain pengadaan diatas Apotek Kimia Farma juga melakukan
pengadaan dengan sistem konsinyasi. Konsinyasi merupakan bentuk
kerjasama yang biasanya dilakukan untuk produk atau obat-obat baru,
barang promosi, alat kesehatan, food supplement. Konsinyasi dilakukan
dengan cara menitipkan produk dari perusahaan kepada Kimia Farma,
kemudian setiap bulannya dilakukan pengecekan dari pihak perusahaan
untuk mengetahui jumlah produk yang terjual. Barang konsinyasi ini
apabila tidak laku, maka dapat direturn dan yang difakturkan untuk
dibayar adalah barang yang terjual saja.
c. Penerimaan
Barang yang datang akan diperiksa kesesuaiannya dengan BPBA dan
faktur. Pemeriksaannya meliputi nama obat, jumlah obat yang dipesan,
kemasan dan kondisi obat, expired date (ED) obat, dan no batch. Barang
akan dikembalikan apabila tidak sesuai dengan pesanan, memiliki ED dekat,
atau obat dalam kondisi rusak. Faktur yang asli akan dibawa oleh pihak PBF
sementara salinan faktur akan diberikan kepada apotek. Salinan faktur akan
dimasukkan ke dalam komputer dan dikirimkan ke kantor BM untuk
diverifikasi sebelum nantinya melakukan pembayaran ke PBF. Pembayaran
dilakukan oleh BM yang mendapat faktur asli pengiriman, faktur pajak, dan
jumlah tagihan dari PBF. Pihak BM akan memberikan tanda terima faktur
dan menentukan tanggal jatuh tempo kepada PBF. Selanjutnya BM akan
membuatkan voucher pembayaran tagihan untuk melunasi pembayaran
kepada PBF.
Setiap barang yang datang di Apotek Kimia Farma Kota Kendari
yang berasal dari distributor dilakukan penerimaan dan pemeriksaan
terhadap barang-barang tersebut. Perbekalan farmasi yang telah dipesan akan

34
dikirim ke apotek disertai faktur sebanyak 2 rangkap atau lebih yang
ditandatangi oleh petugas penerima, penulisan tanggal barang datang dan
nama penerima barang dan diberi stempel apotek. Lembar faktur asli
disimpan sebagai arsip apotek dan 1 foto copy atau sisanya untuk distributor
sebagai bukti serah terima barang dari distributor ke Apotek. Kemudian
petugas apotek melakukan pemeriksaan terhadap barang yang diterima
meliputi nama, kemasan, jumlah, tanggal kadaluwarsa, nomor batch dan
kondisi barang serta dilakukan pencocokan antara faktur dengan surat
pesanan yang meliputi nama, kemasan, jumlah, harga barang, diskon serta
nama distributor.
d. Penyimpanan
Barang yang datang setelah diperiksa kelengkapannya, langsung
disimpan di ruang penyimpanan barang untuk pelayanan resep dan di
swalayan farmasi. Penyimpanan Barang meliputi :
1) Penyimpanan obat di ruang peracikan
Setiap obat dimasukkan dalam sebuah kotak dan disusun secara
alfabetis dalam rak penyimpanan obat. Rak penyimpanan obat
dikelompokkan berdasarkan bentuk sediaan seperti sediaan padat (tablet
dan kapsul), sediaan semi padat (salep, krim dan gel), sediaan cair (sirup,
larutan, suspensi), sediaan tetes mata/telinga/hidung, salep mata,
inhaler/spray dan sediaan injeksi, efek farmakologi, first expired first out
(FEFO), first in first out (FIFO), serta berdasarkan kelompok obat tertentu
seperti obat generik, obat narkotika dan psikotropika. Selain itu terdapat
pula lemari es untuk menyimpan obat-obat seperti suppositoria, ovula dan
insulin serta terdapat meja untuk menulis etiket dan aktivitas penyiapan
obat lain sebelum diserahkan kepada pasien.
2) Berdasarkan efek farmakologinya, penyimpanan obat dibagi menjadi:
a. Psikotropika
b. Narkotika

35
c. Obat-obat Tertentu (OOT)
d. Antibiotik
e. Hipertensi
f. Diabetes Mellitus
g. Kolesterol
h. Hiperurisemia
i. Pencernaan
j. Antihistamin
k. Analgesik
l. Antitusif dan ekspektoran
m. Kontrasepsi
n. Vitamin dan suplement
o. Campuran
Tiap kotak obat diberi identitas berupa nama obat, dosis, bentuk
sediaan dan/atau nama pabrik.
3) Penyimpanan obat/barang di swalayan farmasi
Obat/barang yang disimpan di swalayan farmasi adalah obat/barang
yang dapat dibeli secara bebas. Produk-produk yang ada di swalayan
farmasi ditempatkan berdasarkan kelompok tertentu misalnya obat-obat
bebas dan bebas terbatas (medicine), traditional medicine, suplemen
makanan (food suplement), vitamin, personal care, Milk and Nutrition,
sediaan kosmetik, sediaan topikal, produk dan perlengkapan bayi, alat
kesehatan.
4) Penyimpanan dokumen
Dokumen sebagai arsip apotek disimpan dalam jangka waktu lima
tahun. Untuk resep penyimpanan disusun berdasarkan tanggal dan nomor
resep untuk mempermudah penelusuran resep apabila diperlukan, baik
untuk kepentingan pasien maupun untuk pemeriksaan. Resep yang
mengandung narkotika atau psikotropika disimpan terpisah, hal ini

36
dimaksudkan untuk mempermudah dalam sistem pelaporan narkotika dan
psikotropika. Setelah lima tahun, resep dapat dimusnahkan dengan cara
dibakar dan dibuatkan berita acara pemusnahan resep.
e. Pemusnahan
Produk farmasi yang sudah tidak memenuhi syarat sesuai dengan
standar yang berlaku harus dimusnahkan. Beberapa hal yang harus
diperhatikan pada pemusnahan sediaan farmasi antara lain:
a) Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis
dan bentuk sediaan. Pemusnahan Obat kadaluwarsa atau rusak yang
mengandung narkotika atau psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan
disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Pemusnahan obat
kadaluwarsa atau rusak selain narkotika dan psikotropika dilakukan
oleh Apoteker dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang
memiliki surat izin praktek atau surat izin kerja.
b) Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat
dimusnahkan. Pemusnahan Resep dilakukan oleh Apoteker disaksikan
oleh sekurang-kurangnya petugas lain di Apotek dengan cara dibakar
atau cara pemusnahan lain yang dibuktikan dengan Berita Acara
Pemusnahan Resep selanjutnya dilaporkan kepada dinas kesehatan
kabupaten/kota.
c) Prosedur pemusnahan narkotika dan/atau psikotropika dilakukan
sebagai berikut :
1) APA (Apoteker Pengelola Apotek) membuat dan menandatangani
surat permohonan pemusnahan narkotika dan/atau psikotropika
yang berisi jenis dan jumlah yang rusak atau tidak memenuhi
syarat.
2) Surat permohonan yang telah ditandatangani oleh APA (Apoteker
Pengelola Apotek) dikirimkan ke BPOM dan menetapkan waktu
dan tempat pemusnahan.

37
3) Kemudian dibentuk panitia pemusnahan yang terdiri dari APA,
Asisten Apoteker, Petugas BPOM, dan Kepala Suku Dinas
Kesehatan Kabutaten/ Kota setempat.
4) Bila pemusnahan telah dilaksanakan, dibuat Berita Acara
Pemusnahan yang berisi:
a. Hari, tanggal, bulan, tahun dan tempat dilakukannya
pemusnahan
b. Nama, jenis dan jumlah narkotika yang dimusnahkan
c. Cara pemusnahan
d. Petugas yang melakukan pemusnahan
e. Nama dan tanda tangan Apoteker Pengelola Apotek Berita
acara tersebut dibuat dengan tembusan:
a) Kepala Suku Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
b) Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan DKI
Jakarta.
f. Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah
persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem
pesanan atau pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini
bertujuan untuk menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan,
kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, kehilangan serta pengembalian
pesanan. Pengendalian di apotek kimia Farma 288 Kota Kendari
dilakukan dengan cara melakukan uji petik dan Stock Opname (SO),
penandaan obat dekat Expired Date (ED) di tempeli stiker merah.
Uji petik merupakan uji untuk memastikan bahwa data stok
barang dikomputer sama dengan jumlah fisik yang ada di Apotek. Uji
petik dilakukan setiap hari dan minimal 20 item setiap harinya, jika
ditemukan ketidaksesuaian maka perlu dilakukan penelusuran terhadap
masalah tersebut.

38
Stock Opname (SO) sama dengan uji petik untuk memastikan
bahwa data stok barang dikomputer sama dengan jumlah fisik yang ada
di Apotek dilakukan tiap 3 bulan sekali. Uji petik didokumentasikan
dalam buku khusus uji petik sedangkan Stock opname (SO) dibuatkan
lembar khusus Stock opname (SO) dan dicatat dalam kartu stok obat
menggunakan kartu stok baik dengan cara manual atau elektronik. Kartu
stok sekurang-kurangnya memuat nama obat, tanggal kadaluwarsa,
jumlah pemasukan, jumlah pengeluaran dan sisa persediaan. Fungsi
Stock Opname, antara lain:
a) Mengetahui jumlah persediaan barang yang sebenarnya yang ada di
apotek
b) Menganalisa jika ada kemungkinan terjadinya mutasi barang yang tidak
seharusnya.
c) Mendapatkan informasi obat yang akan Expired Date atau tidak laku.
d) Melakukan retur barang yang dekat ED.
e) Melakukan fokus penjualan atas obat yang dekat ED.
f) Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi pengadaan
(surat pesanan, faktur), penyimpanan (kartu stok), penyerahan (nota atau
struk penjualan) dan pencatatan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan.
Pelaporan yang dilakukan di Apotek Kimia Farma Kota Kendari
terdiri dari pelaporan internal dan eksternal. Pelaporan internal meliputi
laporan stock opname, laporan kegiatan apotek, laporan keuangan, barang
dan laporan lainnya. Pelaporan eksternal merupakan pelaporan yang dibuat
untuk memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, meliputi laporan narkotika dan psikotropika yang dilakukan
setiap bulan.
Adapun cara pelaporan Narkotika dan Psikotropika, yaitu:

39
a) Via Online (SIPNAP)
Apotek Kimia Farma harus membuat pelaporan narkotika atau
psikotropika ke website (sipnap.binfar.depkes.go.id) dibuat sebelum
tanggal 10, menyediakan obat golongan narkotika dan psikotropika
sehingga dibuat pelaporan. Apoteker setiap bulan menginput data
penggunaan narkotika dan psikotropika. Laporan meliputi laporan
pemakaian narkotika untuk bulan bersangkutan (meliputi nomor urut,
nama bahan,/sediaan, satuan, persediaan awal bulan), password dan
username didapatkan setelah melakukan registrasi pada dinkes
setempat. Didalam web tersebut diisi stok awal obat golongan Narkotika
atau Psikotropika, obat yang datang atau jumlah pemasukan (yang
meliputi pemasukan dari PBF atau dari sarana), obat yang keluar atau
jumlah pengeluaran (yang meliputi pengeluaran untuk resep atau untuk
sarana), dan pemusnahan.
2. Pelayanan Kefarmasian
a. Pelayanan Obat Tanpa Resep Dokter
Pelayanan obat tanpa resep dokter dilakukan atas permintaan
langsung dari pasien. Jika obat tidak ada maka akan diberikan
rekomendasi obat yang lain dengan komposisi atau zat aktif yang sama.
Obat-obat yang dapat dilayani tanpa resep dokter seperti obat OTC (over
the counter) baik obat bebas maupun obat bebas terbatas dan obat keras
yang termasuk daftar OWA (Obat Wajib Apotek). Permintaan obat keras
tanpa resep dokter yang termasuk daftar OWA disebut UPDS (Untuk
Pemakaian Diri Sendiri), dengan mengisi identitas pasien pada sistem
komputer. Serta adanya pelayanan swalayan farmasi yang terdiri dari obat
bebas, obat bebas terbatas, obat tradisional, suplemen, vitamin, susu
(bayi, ibu hamil, penderita ginjal), perawatan kulit, perawatan rambut,
kosmetik, herbal health care, alat kontrasepsi, dan alat kesehatan.

40
Prosedur penjualan bebas adalah sebagai berikut :
1) Apoteker atau asisten apoteker akan menanyakan obat atau
perbekalan farmasi lainnya yang diperlukan oleh pembeli atau
pembeli yang menanyakan obat ke apoteker atau asisten apoteker.
2) Memeriksa ketersediaan barang dan menginformasikan harganya
kepada pembeli. Bila pembeli setuju maka pembeli langsung
membayar dan petugas akan memasukkan data pembelian ke dalam
komputer dan mencetak struk pembayaran untuk diserahkan kepada
pembeli dan untuk arsip.
b. Pelayanan Obat Tunai dengan Resep Dokter (Resep Non Kredit)
Pelayanan obat dengan resep tunai dilakukan terhadap konsumen
yang langsung datang ke apotek untuk menebus resep obat dari dokter yang
dibayar secara tunai. Proses penyiapan resep dilakukan minimal oleh dua
orang untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam penyiapan obat. Alur
pelayanan resep tunai sebagai berikut:
a) Penerimaan Resep
1) Pemeriksaan ketersediaan obat
Pemeriksaan ketersediaan obat yaitu dengan memeriksa stok
obat di sistem komputer serta memeriksa di rak obat.
2) Skrining Resep
Terdiri dari persyaratan administratif, kesesuaian farmasetik
dan pertimbangan klinis.
3) Penetapan harga
Penetapan harga yaitu dengan menjumlahkan harga seluruh
obat yang ada di dalam resep, dan asisten apoteker akan memberitahu
harga obat kepada pasien, jika harga obat dianggap pasien terlalu
mahal maka pasien dapat membeli obat tersebut setengahnya
(sebagian).

41
4) Pemberian nomor resep
Jika obat tersebut sudah di bayar maka asisten apoteker akan
memberikan nomor resep beserta struk harganya, selanjutnya akan
diberikan ke bagian peracikan untuk disiapkan obatnya.
5) Pembuatan kwitansi dan salinan resep (copy resep).
Penyiapan obat/peracikan, meliputi :
a) Mengambil obat di rak obat atau digondola.
b) Peracikan obat (hitung dosis/penimbangan, pencampuran,
pengemasan
c) Penyiapan etiket dengan menulis tanggal, nomor resep, nama
pasien, cara pakai obat dan aturan pakai obat. Kemudian etiket
dimasukkan kedalam plastik klip atau ditempelkan di kotak obat
(Sirup atau dry syrup).
d) Pemeriksaan akhir, dilakukan oleh apoteker meliputi :
1) Pemeriksaan obat dengan nama obat yang ada diresep.
2) Penyesuaian antara etiket dan resep asli dengan melihat nama
pasien, cara pakai obat dan aturan pakai obat.
3) Kesesuaian antara salinan resep dengan resep asli kebenaran
kwitansi
e. Penyerahan obat dan pemberian informasi, meliputi:
1) Nama obat, kegunaan obat, dosis jumlah dan aturan pakai
2) Cara penyimpanan
3) Efek samping yang mungkin timbul dan cara mengatasinya.
f. Pelayanan Resep Kredit
Pelayanan resep secara non tunai. Penagihan biaya resep non
tunai dilakukan oleh BM kepada instansi yang telah bekerja sama
(Provider Admedika dan BI). Prosedur pelayanan resep kredit hampir
sama dengan pelayanan resep tunai. Perbedaannya hanya terletak pada
pemberian harga dan cara pembayaran. Serta jenis obatnya dimana

42
untuk resep non tunai, pasien tidak dikenakan biaya yang membayar
langsung tetapi pihak kimia farma yang akan menagihkan klaim
pengambilan obat karyawan ke instansi terkait. Adapun alur pelayanan
resep diantaranya :
1) Pasien datang membawa resep
2) Pemeriksaan berkas berupa :
a) Resep asli dari RS/ Copy Resep
b) Kartu Admedika
3) Pemeriksaan resep/skrining resep
a) Kesesuaian administratif
b) Farmasetik
c) Klinis
4) Resep dilayani
5) Cek ketersediaan obat pada sistem
6) Penyiapan obat terdiri dari penulisan etiket dan pengemasan
7) Pemeriksaan akhir oleh apoteker
8) Input computer dan sistem EDC admedika
g. Penyerahan obat dan Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi Obat (PIO) di Apotek Kimia Farma Kota
Kendari dilakukan oleh Apoteker Pengelola Apotek atau Tenaga Teknis
Kefarmasian. Pelayanan Informasi Obat yang diberikan meliputi
indikasi obat, aturan pakai, cara pemakaian, efek samping yang
mungkin terjadi dan interaksi serta hal umum lainnya.

43
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari laporan PKPA di Apotek Kimia Farma
Kota Kendari adalah sebagai berikut:
1. Peran Apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku agar dapat melaksanakan interaksi langsung
dengan pasien. Apoteker harus memahami dan menyadari kemungkinan
terjadinya kesalahan pengobatan (medication error) dalam proses
pelayanan dan mengidentifikasi, mencegah, serta mengatasi masalah
terkait obat (drug related problems), masalah farmako ekonomi, dan
farmasi sosial (socio- pharmacoeconomy). Untuk menghindari hal
tersebut, Apoteker harus menjalankan praktik sesuai standar pelayanan.
Apoteker juga harus mampu berkomunikasi dengan tenaga kesehatan
lainnya dalam menetapkan terapi untuk mendukung penggunaan obat
yang rasional.
2. Apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan
perilaku agar dapat melaksanakan interaksi langsung dengan pasien.
Bentuk interaksi tersebut antara lain adalah pemberian informasi obat dan
konseling kepada pasien yang membutuhkan. Pelayanan Kefarmasian
adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien
yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil
yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
3. Mahasiswa sebagai calon Apoteker telah melihat dan mempelajari
strategi dan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka
pengembangan praktik farmasi komunitas di Apotek.

44
4. Mahasiswa telah dilatih dan dibimbing mengenai pekerjaan kefarmasian
agar siap memasuki dunia kerja sebagai tenaga farmasi yang
profesional.
5. Mahasiswa menjadi lebih terlatih dalam menyelesaikan permasalahan
pekerjaan kefarmasian di Apotek.
B. Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan adalah:
1. Hubungan kerjasama dan rasa persaudaraan yang sudah terjalin baik
diantara para pegawai di apotek hendaknya lebih dipertahankan dan
ditingkatkan guna menunjang peningkatan mutu dan pelayanan kesehatan
di apotek.
2. Pelaksanaan praktek kerja akan lebih terarah apabila disusun suatu jadwal
yang harus dikerjakan mahasiswa/mahasiswi selama melaksanakan
praktek kerja profesi apoteker di apotek.
3. Ruang peracikan bisa dibuat lebih luas lagi agar pelaksanaan peracikan
lebih mudah dan lebih cepat, karna jika pada waktu yang bersamaan
terdapat dua sampai tiga resep racikan dikhawatirkan terjadi penundaan
peracikan.
4. Sebaiknya di Kimia Farma 288 diadakan konseling untuk meningkatkan
kualitas pelayanan kefarmasian dan diberikan ruangan khusus konseling
untuk apoteker dan pasien yang dilengkapi dengan meja dan kursi serta
lemari untuk menyimpan catatan medikasi pasien, sehingga dengan
leluasa dapat memberikan informasi dan edukasi kepada pasien.
5. Pihak institusi agar dapat terus memantau kegiatan mahasiswa/mahasiswi
PKPA secara intensif sehingga segala kesulitan yang timbul dapat
dipecahkan bersama.

45
DAFTAR PUSTAKA

Atmini K. D., Ibnu G. G., Achmad P., 2011, Analisis Aplikasi Standar Pelayanan
Kefarmasian Di Apotek Kota Yogyakarta, Jurnal Manajemen dan
Pelayanan Farmasi , Vol. 1 (1).

Depkes RI, 2009, Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan
Kefarmasian, Departemen Kesehatan RI: Jakarta.
Javed M., Haydar M., Tanveer M. S., Tanveer M. H., 2019. Omeprazole Vs
Lansoprazole in the Management of Gastroesophageal Refluks Disease :
A systematic Artikel Review. Journal of Medical Research and
Innovation. Vol 1 (1).

Kemenkes RI. 2017., Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 9 Tahun 2017 Tentang Apotek. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
Kemenkes RI., Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia,
No.1332/MENKES/SK/X/2002, Tentang Ketentuan Dan Tata Cara
Pemberian Izin Apotek . Jakarta : Menkes RI.
Kimia Farma Tbk., 2021, Laporan Tahunan Kimia Farma 2021, BUMN: Jakarta.

Komalawati V., 2020, Tanggung Jawab Apoteker Dalam Pelayanan Obat Dengan
Resep Dokter, Jurnal Poros Hukum Padjadjaran, Vol. 1(2).
Mourboy, Aritonang, Lies Putriana, 2022, Strategi Pengembangan Bisnis Pada
Apotek (Studi Kasus Apotek Citra 1 Dan Apotek Holong), Jurnal Ilmiah
Indonesia, Vol.7 (7).

Nurhayati S, Mursalim T, Nur A., 2022, Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Telinga
Hidung Tenggorokan Menggunakan Dempster Shafer, Jurnal Sains
Komputer dan Teknologi Informasi, Vol 4(2).
Nuryati, 2017., Farmakologi, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Oktaviani F, Alwiyah M., Ingrid F, 2016, Profil Penggunaan Obat Pasien Penyakit
Kulit di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUB Anutapura Palu.

Pradipta F. R., Rini N., Nur W., 2019, Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap
Kepuasan Konsumen Menggunakan Jasa Apotek Fitri Temanggung,
Jurnal Manajemen, Vol 9( 2).

46
Permenkes RI, 2016. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 73 Tahun
2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasiaan Di Apotek.
Presiden Republik Indonesia, 2009, Undang-Undang Republik Indonesia No. 36
Tahun 2009 Tentang Kesehatan, Jakarta.
Supardi S., Yuyun Y., Ida D., S., 2019, Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian
di Apotek di Beberapa Kota Indonesia, Jurnal Penelitian dan
Pengembangan Pelayanan Kesehatan, Vol. 3 (3).
Sakka,L.2021. Penggunaan Obat Gastritis Golongan Proton Pump Inhibitor Pada
Pasien Rawat Jalan Dirumah Sakit Labuang Baji Makassar. Journal of
Pharmaceutical Science and Herbal Technologi, Vol.6 No (1).
Tarigan, Immanuel Natanael , dan Anhari Achadi, 2022, Pertanggungjawaban
Kesalahan Pemberian Obat yang Mengakibatkan Cidera pada Pasien
(STUDI KASUS PN 2258/Pid.Sus/2020/PN Mdn), Indonesian Journal of
Legal and Forensic Sciences (IJLFS), Vol.12 (1).
Tuwongena Utara Betari , Ferdy A. K., Devie R. L., dan Yappy F. S., 2021,
Penerapan Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek Di Kecamatan
Tobelo Kota Kabupaten Halmahera, Jurnal Biofarmasetikal Tropis, Vol.4
(2).

47
LAMPIRAN

Lampiran 1. Lokasi Apotek

Sumber : https://www.google.com/maps/search/kimia+farma+288+kendari/@-
3.9871992,122.5073584,21z?hl=id

Lampiran 2. Tampilan Depan Apotek Kimia Farma 0288

48
Lampiran 3. Rak Swalayan Apotek Kimia Farma 288

49
Lampiran 4. Rak Obat Apotek Kimia Farma 288

Lampiran 5. Lemari Penyimpanan Obat Narkotika dan Psikotropika

50
Lampiran 6. Lemari Penyimpanan Obat Suhu Dingin

Lampiran 7. Pengecekan dan Penerimaan Barang dari Outlet

51
Lampiran 8. Penyusunan Obat di Rak Obat

Lampiran 9. Penyiapan Obat dan Penulisan Etiket

52
Lampiran 10. Pelayanan Informasi Obat

53

Anda mungkin juga menyukai