Merujuk dari data tersebut, sudah menjadi keharusan bagi negeri ini untuk
memiliki suatu sistem peringatan dini tsunami (Tsunami Early Warning
System/TEWS) yang terintegrasi. Gempa dahsyat disertai gelombang tsunami
yang terjadi di Sumatera Utara dan Aceh beberapa waktu yang lalu memberikan
pelajaran yang sangat berharga bagi bangsa Indonesia betapa hebatnya daya lumat
gelombang tsunami. Sebagaimana telah tersebut di atas bahwa perlu waktu
sekitar 20-30 antara terjadinya gempa dan datangnya tsunami mencapai daratan.
Diantara waktu itu, sesungguhnya sangat memungkinkan digunakan untuk
memberi peringatan kepada penduduk di sekitar pantai akan adanya bahaya,
sehingga mereka bisa menjauh secepatnya. Sayangnya ini tidak dilakukan,
masyarakat hanya menggunakan cara tradisional yaitu dengan melihat pasang
surut air laut untuk kemudian berteriak jika terjadi ancaman tsunami, beberapa
warga pergi ke bibir pantai untuk selanjutnya memberikan informasi kepada
warga lainnya dengan berteriak memberitahukan warga secepatnya. Tentu saja
cara ini tidak efektif untuk mengurangi jumlah korban tsunami.
Saat ini telah ditemukan teknologi modern yang merupakan bagian dari
skema TEWS (Tsunami early warning System)yang berfungsi sebagai alat
pendeteksi datangnya gelombang tsunami yaitu “Buoy”. Pemerintah Indonesia
kini telah bekerja sama dengan pemerintah Amerika Serikat meluncurkan Buoy di
Jakarta. Peluncuran Buoy pendeteksi tsunami dilakukan di atas kapal riset Baruna
Jaya III di Tanjungpriok, Jakarta. Buoy tersebut berjenis Deep Ocean Assesment
and Reporting of Tsunami (DART) yang dibuat oleh National Oceanic and
Atmospheric Administration dari Amerika Serikat. Selain Buoy DART, Kapal
Baruna Jaya III juga akan meluncurkan buoy Atlas yang berfungsi untuk
memantau kondisi kelautan dan iklim.(dilansir dari beritanasional.com)
http://www.majalaheindonesia.com/seluler-tsunami.htm
http://tempointeraktif.com