Anda di halaman 1dari 15

1

DAMPAK PASCA TSUNAMI ACEH

Bagus Gumilang
NIM/T: 22313959
Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional
Koresponden email: bagusgumilang003@gmail.com

Abstrak: Saat tsunami melanda provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera
Utara, dengan gelombang setinggi 10 meter, fosfolipid sulfida (DMS) secara
bersamaan terlepas ke atmosfer. Senyawa DMS secara alami dilepaskan oleh
fitoplankton. Senyawa DMS termasuk dalam kelas aerosol sulfat, yang bertindak
fondasi dasar penguapan berkualitas mentakan kabut dan. Perubahan jumlah
aerosol yang dipancarkan ke atmosfer berdampak pada atmosfer, khususnya curah
hujan. Tujuan penelitian ini ialah agar mengetahui bagaimana proses terjadinya
Tsunami terutama di wilayah Naggroe Aceh Darussalam yang menyebabkan
banyak kerusakan baik bangunan maupun lingkungan. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini ialah menggunakan metode study literatur dimana data dan
informasi yang diperoleh melalui media internet ataupun jurnal – jurnal lain yang
membahas tentang tsunami. Dan metode ini banyak menampilkan analisi – analisis
data yang berupa jurnal lain. Hasil dari penelitian ini adalah faktor penyebab
terjadinnya Tsunami yang di sebabkan oleh alam serta dampak yang di akibatkan
setelah terjadinya Tsunami Aceh.
Kata kunci : Tsunami Aceh, Atmosfer, DMS,fosfoli sulfida,aerosol

A. Pendahuluan
Kami tidak kehilangan memori tentang tsunami dahsyat yang
menghancurkan salah satu provinsi aceh yaitu Provinsi Naggroe Aceh
Darussalam dan Medan yaitu sumatra utara. Pasca kejadian tersebut,
Tsunami menjadi peristiwa yang sangat mengerikan buat bangsa ini rata-
rata dan bagi warga yang tinggal di sepanjang pantai nusantara ini pada
khususnya. Karena garis geologisnya membentang sepanjang pantai barat
pulau Sumatera sebelum berbelok ke arah pantai selatan Jawa.
Tsunami ini merupakan kejadian alam yang dipengaruhi oleh aktivitas
dasar laut. Peristiwa ini termasuk gempa laut, letusan gunung berapi atau
2

dampak meteorit di lautan, dan tanah longsor di dasar laut. Salah satu
bencana alam terburuk abad ke-21, Tsunami Aceh, dipicu oleh gempa
berkekuatan 9,1 yang menewaskan 200.000 orang di Aceh serta di Thailand,
Sri Lanka, India, Maladewa, dan Timur. Sepanjang pantai Afrika (Zakia,
2012). Tsunami adalah fenomena alam yang mampu menyebabkan
kehancuran besar-besaran. Syukurlah, dengan bantuan kemajuan teknologi
terkini, pemahaman tentang Tsunami ini dapat dicapai melalui pemodelan
(pacifik coastal and marine science center, n.d.)
Pendekatan Lattice-Boltzmann dapat digunakan untuk memodelkan
tsunami, seperti yang ditunjukkan sebelumnya oleh Nazaruddin dan Pranowo
(2013). Pendekatan Lattice-Boltzmann bekerja lebih baik ketika komputasi
paralel digunakan untuk memodelkan Tsunami Aceh. Diharapkan
penggunaan komputasi paralel dapat dipercepat. pemodelan Pemodelan
menggunakan komputasi paralel dapat dilakukan melalui teknologi CPU
(Central Processing Unit) dan GPU (Graphics Processing Unit)(Graham
Jones, 2017).
Menurut sumber energinya, gempa bumi dapat disimpan secara
individual sebagai gempa eksogen yang energinya berasal dari luar sistem
Bumi, dan gempa endogen yang energinya berasal dari dalam Bumi. Gempa
bumi eksogen, seperti meteorit yang menghantam permukaan bumi di
Arizona, AS, menghasilkan kawah di permukaan bumi dengan diameter
sekitar 1 km. Gempa bumi endogen terdiri dari peristiwa tektonik dan
vulkanik. Kerusakan, penurunan muka tanah, atau munculnya daratan baru
(pulau-pulau) dari interior bumi menimbulkan gempa bumi tektonik, baik di
laut maupun di darat. Letusan gunung berapi menyebabkan gempa vulkanik
(J. Langbein, n.d.)
Tsunami ialah frekuensi air laut yang terdapat akibat bencana alam
seperti gempa bumi dan memiliki pusat gempa (hypocenter) di bawah laut.
Yang sering menyertai gempa bumi ini adalah naiknya permukaan laut dan
gelombang. Mirip dengan tsunami yang menerjang pantai barat provinsi
Nangroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara. Selain gempa
3

bermagnitudo 8,9 yang diikuti gelombang setinggi lebih dari 10 meter, gempa
tersebut juga disertai tsunami. Tsunami yang melanda provinsi Nangroe
Aceh Darussalam dan Sumatera Utara merupakan yang terbesar dalam
sejarah; itu menyebabkan banyak korban jiwa dan kerusakan parah pada
properti, bangunan, dan infrastruktur.
Tsunami merupakan salah satu bencana alam yang menyebabkan
kehancuran yang luas dan korban jiwa di tempat-tempat yang dilewati
gelombang pasang. Tsunami terjadi setelah gempa bumi yang sangat masif
yang ditimbulkan oleh gerakan kerak bumi di bawah lautan saat lempeng
bertemu. Tsunami terjadi di beberapa benua seperti Asia, Afrika, Australia,
Eropa dan Amerika. Lokasi tersebut diketahui mengalami kerusakan yang
sangat parah, terutama di dekat pantai, yang mengakibatkan beberapa
korban jiwa. Gelombang yang terjadi dalam 11 tahun terakhir telah
menimbulkan banyak korban jiwa di setiap negara, contohnya Tsunami tahun
2004 yang melanda provinsi Aceh yang memakan korban lebih dari 280.000
jiwa (Helmi Ade Saputra, 2014). (Helmi Ade Saputra, 2014). Di Jepang,
Sunami menyebabkan reaktor nuklir di kota Fukushima bocor, menyebabkan
radiasi radioaktif menyebar hampir ke seluruh wilayah (Yoshihide Suga).
Untuk mengamati bencana Tsunami, Anda bisa melihat seberapa
dahsyat gempa tersebut dan seberapa cepat air laut surut. Namun, banyak
orang yang tidak mengetahui fenomena alam yang berpotensi memicu
bencana Tsunami. Masyarakat harus mengetahui fenomena ilmiah yang
menghasilkan pasang surut.

B. Metode
Penelitian sangat membutuhkan metode yang jelas, metode dalam
penelitian ada dua yaitu Metode kuantitatif dan metode kualitatif. Sehingga
metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat deskriptif dan cenderung
menggunakan analisis induktif(Jurnal-Penelitian-Kualitatif, n.d.). Proses dan
makna (perspektif subjek) ditekankan dalam penelitian kualitatif. Metode
4

kualitatif memiliki kelebihan yaitu bersifat lebih detail dan mendalam,


mengingat penelitian ini berfokus pada kualitas. Metode ini perlu di
berlakukan dalam beberapa tahapan, di mulai dengan akumulasi sekunder
yang terkait bencana dan tsunami wilayah aceh, observasi kualitatif terhadap
tipe bangunan eksisting, penentuan tingkat kerusakan gedung-gedung,
penentuan pola kerusakan, penentuan zona intensitas Sunami, dan analisis
secara keseluruhan. Mendapatkan informasi. dan ditentukan. Selanjutnya,
membuat model perencanaan tata ruang berdasarkan penahanan tsunami.

C. Hasil dan Pembahasan

1. Hasil
Tsunami yang terjadi di provinsi Nangroe Aceh Darussalam dan
Sumatera Utara, di mana air laut naik melebihi level biasanya, berarti banyak
senyawa DMS yang terangkut dan terlepas dari laut, kemudian terlepas dan
masuk ke atmosfer, begitu banyak dari Anda. Partikel aerosol sulfit di
atmosfer. Konsentrasi aerosol sulfat yang lebih tinggi dapat menghasilkan
pembentukan banyak awan hujan. Aerosol sulfit memiliki umur hanya
beberapa tahun, tetapi aerosol CO2 memiliki umur ratusan tahun. Setelah
digunakan sebagai inti kondensasi, partikel aerosol sulfat ini diangkut oleh
hujan.
Berdasarkan penalaran dan proses di atas, nampaknya tsunami dapat
berdampak tidak langsung terhadap perubahan iklim dan atmosfer. Aerosol
sulfat hanya bekerja secara topikal. Tsunami yang terjadi pada tanggal 26
Desember 2004 mungkin telah menyebabkan proses variabilitas iklim lokal,
dengan prospek musim hujan yang lebih lama atau lebih intens. Sebagai inti
kondensasi, sejumlah besar aerosol sulfat diangkut dari laut ke atmosfer.
5

Konsentrasi aerosol sulfat di atmosfer sangat dipengaruhi oleh


aktivitas alami dan tidak langsung manusia. Kejadian alam seperti letusan
gunung berapi juga menghasilkan aerosol sulfat ke atmosfer. Letusan El
Chichon (1982) atau Gunung Pinatubo (1991) menyebabkan Bumi
mendingin selama beberapa tahun dan melepaskan sejumlah besar aerosol
sulfat ke atmosfer. Suhu permukaan laut (SST) lebih besar dari normal saat
fenomena El Nino terjadi. Dalam keadaan ini, fitoplankton menghasilkan
lebih banyak bahan kimia DMS.
Ledakan plankton (ledakan populasi plankton) yang disebabkan oleh
eutrofikasi (penumpukan nutrisi di badan air) juga dapat mengakibatkan
emisi banyak senyawa DMS yang dihasilkan oleh fitoplankton. Perubahan
tata guna lahan yang mengakibatkan erosi dan sedimentasi badan air
menyebabkan eutrofikasi badan air (seperti sungai dan danau). Nutrisi dalam
biji talas yang terbawa hujan menyebabkan lahan pertanian menjadi rusak
dan dibuang ke sungai atau danau.

2. Pembahasan

1.1 jalannya tsunami atmosfer

Dampak psikologis gempa dan pasang surut berupa trauma Orang-


orang yang tinggal di tepi laut masih merasakan hal itu. Dari sisi pariwisata,
dampak tsunami telah melambat dan mengurangi jumlah pengunjung yang
menuju lokasi wisata bahari, terutama yang berada di dekat pantai dan
pinggir laut. Apakah tsunami memiliki dampak langsung atau tidak langsung
pada atmosfer?

Meneliti hubungan antara tsunami dan atmosfer dapat memberikan


jawaban untuk topik ini. Patahan lempeng geologi (termasuk litosfer; lapisan
lingkungan/batuan) merupakan sumber energi Sunami, yang selanjutnya
mendorong air asin (termasuk hidrosfer; lapisan lingkungan/air). Lautan
adalah rumah bagi berbagai macam organisme (biosfer) dan metabolisme
biokimianya. Baik hidrosfer dan biosfer terhubung ke atmosfer bagian atas,
6

memungkinkan ketiga lingkungan tersebut berinteraksi. Iklim tidak hanya


bergantung pada atmosfer (lingkungan udara) tetapi juga pada interaksi
antara biosfer (lingkungan hidup), hidrosfer (lingkungan air), kriosfer
(lingkungan salju/es), dan kriosfer (lingkungan salju/es) (batuan)(Hall, 1995).
1.1 Mekanisma pembentukan dimetil sulfida (DMS).

Prosedur sistem jaringan batas waktu Sunami dan iklim dimulai


ketika Sunami disertai dengan naiknya gelombang laut (setinggi 10 meter)
yang mengangkut dan melepaskan senyawa dimetil sulfida (DMS) dari
permukaan laut ke atmosfer.
Bahan kimia DMS, yang dibentuk oleh sebagian besar fitoplankton
yang berada di lapisan atas permukaan laut, dilepaskan ke atmosfer dalam
bentuk gas. Ptytoplankton adalah tanaman kecil yang mampu melakukan
fotosintesis. Fitoplankton terdiri dari beberapa bentuk ganggang (algae).
Spesies alga yang berbeda menciptakan berbagai tingkat DMS; misalnya,
coccolithophores yang ditanam di media yang miskin nutrisi menghasilkan
senyawa DMS 100 kali lebih banyak daripada diatom yang ditanam di media
yang kaya nutrisi. Fitoplankton tumbuh subur di bawah keadaan nutrisi yang
tepat dan suhu air yang agak hangat, karenanya fitoplankton tumbuh subur
di lingkungan pesisir dan muara.
Setiap tahun, alga dapat menghasilkan antara 27 dan 56 juta ton
belerang sebagai DMS dan memindahkannya dari laut ke atmosfer. Bahkan
lebih rendah dari belerang yang dihasilkan industri adalah nilai ini. 80 juta ton
belerang diproduksi oleh industri.
Ventilasi iklim atau pengaruhnya terhadap atmosfer dimulai dengan
metabolisme fitoplankton, yang menghasilkan dimetilsulfoniopropionat
(DMSP) yang memiliki rumus molekul (CH3)2S-(CH2);>COO. Bahan kimia
ini digunakan oleh fitoplankton untuk menjaga keseimbangan osmotik antara
tubuh mereka dan air asin dan menghindari dehidrasi. DMSP terurai menjadi
molekul DMS dengan rumus kimia C(CH)2S ketika fitoplankton mati atau
dikonsumsi oleh zooplankton. Dimetil sulfida termasuk dalam kelompok
sulfat. Sulfat adalah aerosol itu sendiri. Hingga 10% bahan kimia DMS
7

meresap ke dalam kolom air asin yang kaya akan radikal. DMS berinteraksi
dengan OH" dan N(V) untuk menghasilkan gas sulfur dan partikel metana
asam sulfat v. SA=mdanosiylpluidad. Kedua bahan kimia ini dapat
menghasilkan awan stratosfer dan ketinggian tinggi di permukaan laut
dengan membentuk inti kondensasi.

1.2 Peran aerosol di atmosfer tengah

Kehadiran aerosol sulfatdengan radiasi lainnya -0,3 hingga -0,9 W/m2


melalui efek eksklusif & nir eksklusif sebesar -1,3 W/m2. Tanda negatif
menunjukkan bahwa aerosol sulfat memantulkan energi matahari gelombang
pendek dan sebagai hasilnya mendinginkan atmosfer. Refleksi radiasi
matahari oleh aerosol sulfat menyebabkan awan tumbuh dan kemudian
menjadi jenuh

Aerosol adalah partikel kecil dengan ukuran mulai dari 0,001 hingga
10 µm (mikrometer) yang berasal dari puing-puing padat di Bumi. Sumber
dan komposisi aerosol global, 20% debu yang ditiup angin, 40% air laut yang
disemburkan ombak, 10% abu kebakaran hutan, dan sisanya partikel asap.
Industri naik menjadi 5% karena operasi. Berdasarkan kandungan dan asal
partikel tersebut, lautan merupakan pemasok terbesar aerosol dibandingkan
dengan sumber lainnya. Menurut temuan Giarlson et al., fitoplankton
membuat aerosol sulfat dari bahan kimia DMS. Aerosol sulfat telah diakui
sebagai sumber alami yang mungkin memiliki pengaruh signifikan dalam
mengendalikan suhu bumi (1987). Sebagian energi gelombang pendek
matahari tersebar, dipantulkan, terdistorsi, dan diserap oleh partikel aerosol
sulfat.

Dalam proses iklim, aerosol yang berdiameter antara 0,2 dan 10 m


berfungsi sebagai inti kondensasi dalam pembentukan tetesan air di awan.
Tanpa inti kondensasi di atmosfer, awan tidak mungkin terbentuk dari curah
hujan.
8

1.3 Daerah Intensitas Bencana Tsunami

Secara umum, rumah dan struktur kayu lebih rentan terhadap


tsunami. Mengingat hal tersebut, maka tingkat kerusakan bangunan kayu ini
menjadi kriteria penetapan zona bahaya tsunami, yang dibuktikan dengan
pengukuran gelombang tsunami di lokasi tersebut. Berdasarkan dua variabel
tersebut, dibuat peta zona bahaya Sunami. Zona 1 merupakan kawasan
dengan intensitas tsunami yang sangat tinggi dengan (utamanya) kerusakan
struktur kayu yang sangat parah, khususnya lebih dari 90% bangunan yang
ada, dengan ketinggian gelombang tsunami melebihi 3 meter. Zona 2
merupakan kawasan rawan tsunami dengan tingkat kerusakan struktur kayu
(bangunan kayu atau rangka kayu) mencapai 90-70 persen, dan tinggi
gelombang tsunami berkisar antara 1-3 meter. Zona 3 merupakan zona
tsunami intensitas rendah dengan kerusakan struktur kayu minimal dan tinggi
gelombang kurang dari 1 meter hingga 0 meter (1 meter). Di Wilayah 3,
diperkirakan energi arus gelombang tsunami lebih kecil dibandingkan di
Wilayah 1 dan 2(Ridwan Djamaluddin, 2005).....

Gambar 2. Peta yang menunjukkan... sebaran zona intensitas tsunami di


kawasan Meulaboh, anak panah menunjukkan arah datangnya tsunami
(Cameron & pusat penelitian dan pengembangan geologi, n.d.)

1.1. Kondisi kerusakan bangunan


Lima hari dihabiskan di Meulaboh untuk memeriksa lokasi bangunan dari
9

kerusakan. Berdasarkan jenis persebaran penduduk di Kota Meulaboh dan


untuk mempermudah pendistribusian perkiraan kerusakan, Kota Meulaboh
dipisahkan menjadi tiga bagian yaitu kawasan perkotaan dan kawasan utara.
Meulaboh dan wilayah tenggara kota. Kota. Untuk menetapkan pola sebaran
kerusakan struktur, kerusakan struktur harus diperhatikan. Strategi mitigasi
tsunami di masa depan dapat diidentifikasi dengan membandingkan pola
kerusakan bangunan dengan ukuran dan tingkat keparahan risiko tsunami
yang ada.
Sebelum melakukan penilaian kerusakan, perlu dilakukan pengamatan cepat
(identifikasi) terhadap sebagian besar kota dan kemudian mengklasifikasikan
jenis bangunan yang ada. Hasil pemeriksaan sepintas ini dikategorikan
menjadi empat tipe bangunan, yaitu :
a. Sebuah bangunan kayu
B. Bangunan/dinding kayu
C. Struktur dinding dengan kolom <20> 20 cm (URM atau pasangan bata
tanpa tulangan, mis.:..tingkat butik, real estat mewah tanpa tingkat, real estat
mewah premium)
Berikut adalah tabel kondisi kerusakan dari ketiga wilayah pengamatan:

Tabel 1. Daftar tipe bangunan dalam % hasil survey di bagian barat laut Kota
Meulaboh

ZONA A B C D
% % % %
Bangunan
sebe lum 50 30 15 5
I
bencana
Bangunan
98 90 70 60
rusak
Bangunan 70 15 13 2
10

sebe lum
II
bencana
Bangunan
85 70 50 40
rusak

Tabel 2. Daftar % tipe bangunan sebagai hasil dari subquery wilayah Kota
Meulaboh
ZONA A B C D
% % % %

I Bangunan
sebe lum 12 18 35 35
bencana
Bangunan
95 90 80 75
rusak

II Bangunan
sebe lum 15 20 45 20
bencana
Bangunan
85 80 70 65
rusak

Tabel 3. Daftar % tipe bangunan hasil survei di kawasan tenggara Kota


Meulaboh

ZONA A B C D
% % % %

I Bangunan
sebe lum 60 30 7 3
bencana
Bangunan 98 93 75 60
11

rusak

II Bangunan
sebe lum 75 13 10 2
bencana
Bangunan
88 75 60 40
rusak

Dari tabil di atas maka hasil observasi kerusakan bangunan, ditetapkan


bahwa bangunan kayu mengalami kerusakan paling parah. Hal ini berbeda
dengan bencana gempa bumi (peristiwa lain) yang merusak yang terjadi di
wilayah lain. Dilihat dari kerusakan dirusakkan oleh bencana alam, gebuk-
gebuk rotan yang kondisinya relatif baik (kualitas material, konstruksi dan
konstruksi) paling sedikit mengalami kerusakan, sehingga dapat disimpulkan
kerusakan yang ditimbulkan paling besar. oleh kekuatan gelombang Sunami.
Kota Meulaboh merupakan kawasan yang paling padat dibangun dari tiga
titik deteksi cepat kerusakan bangunan. Dilihat dari koefisien hambatan
kecepatan gelombang Sunami, kondisi kawasan padat bangunan
seharusnya lebih jauh (mundur) dari barisan depan (lurus ke laut). Hal ini
mungkin disebabkan oleh fakta bahwa tanah di kaki bangunan sebagian
besar merupakan material lepas pasir-lanau. Meski kecepatan gelombang
berkurang akibat dentuman jalan konstruksi di depan, namun tetap mampu
mengikis material lepas (pasir lumpur) dan melemahkan kekuatan bangunan
di atasnya.
Struktur kayu dan setengah dinding di Zona 1 dari tiga kelurahan (Kota
Barat Laut, Kota, dan Kota Tenggara) telah mengalami kerusakan parah
(>90%). Daerah perkotaan dinilai paling sedikit rusak dari tiga daerah yang
ada, yaitu 90-95%. Ini mungkin karena banyaknya konstruksi berdinding,
yang mungkin menunda arus Tsunami. Meskipun demikian, kerusakan
pembunuhan di bagian ini lebih tinggi daripada dua bagian lainnya. Hal ini
mungkin disebabkan oleh kepadatan struktur, media pasir-lanau tempatnya
berdiri, dan kerusakan yang ditimbulkan oleh gempa bumi sebelum
tsunami(Graham Jones, 2017).
12

Pengamatan di lapangan dibatasi oleh berbagai faktor, antara lain kondisi


dan situasi di lapangan yang masih semrawut dan diwarnai kekhawatiran
dan penyesalan yang berarti. Dapat dibayangkan bahwa teknik pengamatan
yang digunakan tidak konsisten, atau subjektivitas pengamatan sangat kuat.
Salah satu penjelasannya adalah ketidakkonsistenan pengamatan, seperti
kepadatan bangunan, dan emosi para pengamat juga turut memperkuat
kesimpulan mereka. Oleh karena itu, teknik observasi harus ditingkatkan,
antara lain dengan memperbanyak jumlah pengamat lapangan dan jalur uji.

1.1.Pelindung Sabuk Hijau


Ada dua strategi untuk mengurangi bahaya bencana tsunami: langkah-
langkah struktural dan non-struktural. Membangun pertahanan pantai
(dinding, tanggul, dan pemecah gelombang) dan penanaman vegetasi
(sabuk hijau) adalah contoh tindakan struktural, sedangkan tindakan non-
struktural meliputi penilaian bahaya, sistem peringatan dini, perbaikan
peraturan bangunan, pendidikan masyarakat, dan tata ruang yang ramah
lingkungan. perencanaan. bencana terhadap Tsunami.
Sebuah studi tentang efisiensi perlindungan Sunami dengan vegetasi
(zona hijau) mengungkapkan bahwa perlindungan dengan garis vegetasi
sangat efisien di lokasi agak miring dan sebaliknya. Pada simulasi
perlindungan vegetasi dengan lebar jalur vegetasi (Pandanus oddorrasimus)
200 m, tinggi gelombang sunami 4 m, dan kemiringan tebing 1:1000,
ditentukan bahwa tanpa vegetasi sunami akan berjalan hingga 2,5 km ke
daratan, sedangkan dengan vegetasi serangan gelombang Sunami akan
berkurang 800 m menjadi 1,7 km (Gambar 3).
Topografi kota Meulaboh yang berangsur-angsur landai juga sangat
diuntungkan dengan perlindungan kawasan hutan ini. Tumbuhan yang
digunakan bisa berupa panda atau bahkan pohon palem. Dampak tsunami di
Meulaboh (Tsunami Aceh 2004), yang rata-rata berjarak 2 kilometer ke
daratan, dapat dimitigasi. Sama seperti hasil simulasi sebelumnya, ketika
bibir pantai Meulaboh terlindung oleh sabuk pandan selebar 200 meter,
gelombang tsunami hanya mencapai 1,3 kilometer dengan kekuatan yang
13

sama. Zona 3 memanjang hingga 2 kilometer ke daratan dan meliputi zona 2


dan 3. Masih dapat menyebabkan kerusakan struktur kayu berkualitas
rendah dan terjadi secara tidak beraturan di zona 2 dan 3. Di bagian tengah,
zona intensitas ancaman Tsunami mencapai 3 kilometer ke daratan
( Gambar 2).

1.2. Perencanaan Tata Ruang Akrab Bencana Sunami

Penataan ruang di sekitar lokasi bencana tsunami merupakan salah satu


upaya nonstruktural yang dilakukan untuk mengurangi ancaman tsunami.
Morfologi lereng Kota Meulaboh harus dilakukan bersamaan dengan
perencanaan penggunaan lahan berbasis mitigasi tsunami. Berdasarkan
pemeriksaan "cepat" terhadap kerusakan bangunan di Meulaboh, tampak
bahwa struktur kayu di daerah perkotaan mengalami kerusakan yang lebih
kecil akibat peningkatan kekuatan dinding pelindung. Namun, kepadatan
tembok memiliki efek sebaliknya ketika kerusakan tembok lebih besar di
lingkungan sekitar. Belajar dari kasus ini, perlu penataan bangunan dan
penggunaan lahan lainnya secara hati-hati dan tepat (seperti bangunan
komersial, jalan, dll).
Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah kemungkinan arah Sunami.
Saat Sunami Aceh, (2004) arah umum gelombang Sunami adalah barat daya
dan selatan. Namun, gelombang Sunami bisa saja datang dari arah yang
berbeda dalam peristiwa yang berbeda. Sebab, kemungkinan lokasi gempa
di sekitar Meulaboh yang berpotensi menimbulkan tsunami terletak di garis
subduksi yang sejajar dengan panjang Sumatera. Desain rute yang tepat
harus membuat sudut lancip dengan panjang pantai dan menyerupai belah
ketupat secara keseluruhan. Desain ini menguntungkan selain sederhana
untuk evakuasi pantai, dan bentuk bangunan secara keseluruhan tidak
menghadap arah ombak.
14

D. Kesimpulan
Oleh karena itu, berdasarkan penjelasan sebelumnya, kemungkinan
besar pengaruh tsunami di Naggroe Aceh Darussalam dan Medan atau
Sumatera Utara secara tidak langsung mengubah lingkungan atmosfer,
terutama terjadinya variabilitas iklim, khususnya curah hujan setempat.
Variasi Ini adalah analisis wacana dan proses, sehingga diperlukan
penelitian lebih lanjut.
Ada dua strategi untuk mengurangi bahaya bencana tsunami: langkah-
langkah struktural dan non-struktural. Membangun pertahanan pantai
(dinding, tanggul, dan pemecah gelombang) dan penanaman vegetasi
(sabuk hijau) adalah contoh tindakan struktural, sedangkan tindakan non-
struktural meliputi penilaian bahaya, sistem peringatan dini, perbaikan
peraturan bangunan, pendidikan masyarakat, dan tata ruang yang ramah
lingkungan. perencanaan. bencana terhadap Tsunami.
Berdasarkan teori dan proses di atas, ternyata Sunami dapat memiliki
pengaruh tidak langsung terhadap variabilitas iklim dan pengaruh lingkungan
atmosfer. Aerosol sulfat hanya memiliki efek lokal. Tsunami 26 Desember
2004 mungkin disebabkan oleh variabilitas iklim setempat, termasuk
kemungkinan musim hujan yang lebih lama atau lebih intens. Alasannya
adalah aerosol sulfat dalam jumlah besar, yang diangkut dari laut ke
atmosfer sebagai inti kondensasi.

E. Daftar Pustaka

Cameron, N. R., & pusat penelitian dan pengembangan geologi. (n.d.). Peta
geologi lembar Medan, Sumatra = Geologic map of the Medan Quadrangle
Sumatra / N.R. Cameron ... [et al.].
15

Graham Jones, M. C. H. S. E. D. (2017). Dimethylsulfide and Coral Bleaching:


Links to Solar Radiation, Low Level Cloud and the Regulation of Seawater
Temperatures and Climate in the Great Barrier Reef. American Journal of
Climate Change, Vol.6 No.2.
Hall, R. (1995). Plate Tectonic Reconstructions of the Indonesian Region.
J. Langbein, R. B. D. D. J. F. J. L. H. M. H. C. J. M. J. J. R. M. R. N. M. J. R. and
J. A. T. (n.d.). Preliminary report on the 28 September 2004, M 6.0
Parkfield, California earthquake.
Jurnal-Penelitian-Kualitatif. (n.d.).
pacifik coastal and marine science center. (n.d.). Tsunami Generation from the
2004 M=9.1 Sumatra-Andaman Earthquake . 2018.
Ridwan Djamaluddin. (2005). Operasi Bakti Teknologi Aceh 2005 Pasca
Bencana Gempa Bumi Tsunami.
 
http://id.wikipedia.org/wiki/Gempa_bumi_Samudra _Hindia_2004, , diakses
29 Juni 2011

Jones, A. Robert D. L, Slingo, J. A, 1994. Climate M odel Study of indirect


Radiative Forcing by Anthropogenic Sulphate Aerosols, Nature,
370,450-453.Nature 326,655-661.

Thio, H.K., 2006, Retrieval of High-resolution Kinematic Source Parameters


for Large Earthquakes, URS Group Inc., 566 El Dorado Street, 2nd
floor, Pasadena, CA 91101.

Anda mungkin juga menyukai