Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dutch disease adalah fenomena di bidang perekonomian yang
merujuk pada akibat yang biasanya ditimbulkan oleh berlimpahnya sumber
daya alam di suatu negara.
Istilah ini dikemukakan pertama kali pada tahun 1977, yang merujuk pada
menurunnya pertumbuhan di sektor perindustrian secara drastis akibat
ditemukannya sumber gas alam yang berlimpah di Belanda. Model ekonomi
yang menjelaskan mengenai fenomena ini kemudian dikembangkan oleh .
Ma! "orden and #. $eter %eary pada tahun 19&'.
(umber daya alam dan tingkat perekonomian suatu negara memiliki
kaitan yang erat, dimana kekayaan sumber daya alam secara teoritis akan
menunjang pertumbuhan ekonomi yang pesat. )kan tetapi, pada
kenyataannya hal tersebut justru sangat bertentangan karena negara*
negara di dunia yang kaya akan sumber daya alamnya seringkali
merupakan negara dengan tingkat ekonomi yang rendah. +al ini disebabkan
negara yang cenderung memiliki sumber pendapatan besar dari hasil bumi
memiliki kestabilan ekonomi sosial yang lebih rendah daripada negara*
negara yang bergerak di sektor industri dan jasa.
Di samping itu, negara yang kaya akan sumber daya alam juga
cenderung tidak memiliki teknologi yang memadai dalam mengolahnya.
,orupsi, perang saudara, lemahnya pemerintahan dan demokrasi juga
menjadi faktor penghambat dari perkembangan perekonomian negara*
negara terebut. -ntuk mengatasi hal tersebut, diperlukan pembenahan
sistem pemerintahan, pengalihan in.estasi, dan penyokongan ekonomi ke
bidang industri lain, serta peningkatan transparansi dan akuntabilitas dalam
pemberdayaan sumber daya alam.
1.2 Maksud Dan Tujuan
)dapun maksud dan tujuan dari makalah ini adalah untuk/
1. Mengetahui penyebab terjadinya Dutch Disease
'. Dampak yang ditimbulkan Dutch Disease
0. "ara mencegah Dutch Disease
1.3 Ruang Lingku
)dapun ruang lingkup dari makalah ini membahas mengenai a1al
terjadinya Dutch Disease, hal*hal yang menyebabkannya, pengaruhnya
terhadap sumber daya alam yang ada di Indonesia dan cara untuk
mencegah timbulnya Dutch Disease berdasarkan teori*teori yang telah ada
sebelumnya.
BAB II
PEMBAHA!AN
2.1 !ejara" Dutch Disease
Dutch Disease pertama kali diperkenalkan oleh 2he 3conomist pada
tahun 1997 yang menerangkan berkurangnya kapasitas ekonomi di sektor
manufaktur di Belanda setelah ditemukannya sumber gas alam yang cukup
besar pada tahun 1949. #ika resources curse lebih menitikberatkan pada
keterkaitan antara ketergantungan terhadap (D) dan instabilisasi politik
dan ekonomi, maka pada terminologi Dutch Disease memfokuskan pada
berkurangnya kapasitas kegiatan ekonomi di sektor manufaktur sebagai
akibat meningkatnya konsentrasi akti.itas ekonomi dalam pengelolaan (D).
$ada tahun 1949, Belanda menemukan sumber cadangan gas yang
kemudian menyebabkan terjadinya pergeseran konsentrasi akti.itas
perekonomian dari sektor manufaktur ke sektor pengelolaan migas. Dalam
pandangan 2he 3conomist, pergeseran tersebut dinilai tidak tepat, karena
tidak berpijak pada keberlanjutan perekonmian 5sustainability6. ,egiatan di
sektor manufaktur mengalami penurunan, sehingga negara tersebut mulai
membuka keran impor masuknya barang*barang kebutuhan dalam negeri
yang semestinya masih bisa dipenuhi sendiri. (ekalipun memberikan
kontribusi pendapatan yang cukup besar, tetapi kekayaan alam berupa (D)
maupun mineral akan habis.
$enilaian 2he 3conomist terhadap fenomena perekonomian di negera
Belanda pada tahun 1949 terlalu naif. 2he 3conomist nampaknya
mengabaikan asas mobilisasi tenaga kerja dan kapital yang selama ini
dianut oleh kalangan ekonom pasar 5liberal6. #ika mobilisasi tenaga kerja
berada dalam kondisi tidak penuh sebagai akibat keterbatasan jumlah
tenaga kerja, maka keberadaan sumber ekonomi 5pendapatan6 baru yang
memiliki peluang lebih besar untuk meningkatkan taraf kemakmuran akan
mengganggu keseimbangan di pasar tenaga kerja. ,eterbatasan alokasi
kapital dalam jangka pendek pun akan turut terganggu apabila ekspektasi
atas sumber pendapatan baru lebih tinggi dari sumber pendapatan
sebelumnya.
Dutch Disease sebenarnya merupakan paradigma yang hendak
dibangun oleh 2he 3conomist sebagai kritik atas kebijakan ekonomi di suatu
negara yang tidak memperhatikan aspek keberlanjutannya 5+umphreys, et
al, '7776. $aradigma model pembangunan berkelanjutan 5sustainable
de.elopment6 merupakan bagian dari paradigma de.elopmentalis yang
sekaligus menjadi kritik dari paradigma pembangunan sebelumnya.
(ekalipun demikian, paradigma pembangunan berkelanjutan tersebut
hanyalah retorika, karena hingga hari ini pun dunia masih sangat
tergantung dari sumber daya alam.
2.2 Pen#e$a$ Mun%uln#a Dutch Disease
"orden berpendapat bah1a kenaikan harga komoditas atau resources
boom dapat mengurangi daya saing sektor industri sehingga terjadilah
deindustrialisasi. 8aktanya bah1a kenaikan harga komoditas primer 5seperti
tambang dan komoditas6 akan mendorong produksi di sektor tersebut.
,enaikan produksi akan membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak.
)kibatnya, tenaga kerja harus diambil dari sektor lain, seperti manufaktur.
Implikasinya/ tingkat upah pekerja di sektor manufaktur meningkat karena
sebagian pekerjanya berpindah ke sektor tambang dan komoditas.
)kibatnya, produksi manufaktur terutama padat karya akan menurun.
Itu yang disebut sebagai resource movement efect. (elain itu, kenaikan
harga komoditas juga akan meningkatkan pendapatan orang sehingga
pengeluaran untuk barang*barang nontradable 5barang yang hanya bisa
dikonsumsi di tempat ia dihasilkan6 juga meningkat. $eningkatan harga
barang nontradable ini akan mendorong apresiasi riil dari nilai tukar.
)kibatnya, industri manufaktur menjadi tak kompetitif. Ini yang disebut
spending efect. Dutch Disease ditandai oleh/
1. )presiasi nilai tukar riil9
'. Melemahnya ekspor manufaktur9
0. %aiknya tingkat upah.
2.3 Da&ak Dutch Disease
)dapun dampak utama dari Dutch Disease yaitu/
1. $enurunan daya saing harga, dan dengan demikian ekspor, barang*
barang manufaktur negara yang terkena dampak.
'. $eningkatan impor Dalam jangka panjang, kedua factor ini dapat
berkontribusi untuk pekerjaan manufaktur dipindahkan ke negara*
negara berbiaya rendah.
-ntuk Indonesia sendiri dapat dikategorikan mulai mengalami Dutch
Disease. +al ini terlihat dari industri padat karya terus memburuk
kinerjanya. ,ita juga melihat bah1a pertumbuhan tenaga kerja dan tingkat
upah di sektor pertambangan meningkat tajam sejak tahun '770. (tudi
$apanek, Basri, dan (chydlo1sky 5'7176 juga menunjukkan bah1a upah
industri 5dalam dollar )(6 naik lebih dari dua kali lipat dalam periode 199&*
'779.
)presiasi riil telah mengakibatkan akti.itas ekonomi bergeser dari
sektor tradable menuju nontradable. +al ini terlihat dalam komposisi $DB,
sumber pertumbuhan ekonomi sejak tahun '770 didominasi oleh sektor
nontradable. In.estasi dan sumber daya bergeser dari industri pengolahan
yang padat karya menuju ke sektor jasa atau perdagangan atau nontradable
serta sektor tambang dan komoditas. (emua karakteristik ini mirip dengan
gejala Dutch Disease.
2.' (ara Meng"indari Dutch Disease
-ntuk menghindari Dutch Disease, dibutuhkan dua hal/
1. Membuat nilai tukar menjadi kompetitif.
2idak mudah membuat nilai tukar lebih kompetitif dengan
mendepresiasi nilai tukar mata uang. 2etapi yang bisa dilakukan
adalah menjaga agar in:asi tidak lebih tinggi dibandingkan dengan
negara pesaing.
'. ,edua memperbaiki pasar tenaga kerja.
+al in dapat dilakukan oleh pemerintah suatu %egara dengan
melakukan re.isi -- ,etenagakerjaan dan diimplementasikan serta
meningkatan kualitas tenaga kerja.
BAB III
PENUTUP
III.1 )esi&ulan
1. Dutch desease dapat disebabkan oleh kenaikan harga komoditas
primer 5seperti tambang dan komoditas6 akan mendorong produksi di
sektor tersebut. )kibatnya, produksi manufaktur terutama padat
karya akan menurun.
'. )dapun dampak utama dari Dutch Disease yaitu/
1. $enurunan daya saing harga, dan dengan demikian ekspor, barang*
barang manufaktur negara yang terkena dampak.
'. $eningkatan impor Dalam jangka panjang, kedua factor ini dapat
berkontribusi untuk pekerjaan manufaktur dipindahkan ke negara*
negara berbiaya rendah.
0. -ntuk menghindari Dutch Disease, dibutuhkan dua hal/
1. Membuat nilai tukar menjadi kompetitif.
'. Memperbaiki pasar tenaga kerja.
III.2 !aran
$erlu dilakukan pemerataan untuk setiap pengembangan industri
yang ada disebuah %egara dan peningkatan dari kualitas tenaga kerja agar
keseimbangan industri dari sebuah %egara tetap stabil dan mencegah
terjadinya fenomena Dutch desease.
DA*TAR PU!TA)A
)nggara, (., '71;, Ilmu ,ealaman Dasar, http/<<sutardianggara.blogspot.
com<'71;<7'<normal.html, 5Diakses pada tanggal ' Maret '71;,
$ukul ''/14 I2)6
,usuma, =., '71', Diari Indonesia, Menja1ab 2hesis ,utukan (umber Daya
)lam, http/<<leo;kusuma.blogspot.com<'71'<70<menja1ab*thesis*
kutukan*sumber*daya.html>.-y?,@AhdBic, 5Diakses pada tanggal '
Maret '71;, $ukul ''/'7 I2)6
(iahaan, "., '717, Dapatkah Indonesia Menjadi %egara MakmurC,
http/<<111.docstoc.com<docs<4?794779<Dapatkah*Indonesia*
Menjadi*%egara*Makmur, 5Diakses $ada tanggal ' Maret '71;, $ukul
''/07 I2)6
Dahya, '717, $enyakit Belanda,
http/<<hamkamodern.blogspot.com<'717<79<penyakit*belanda.html,
5Diakses pada tanggal ' Maret '71;, $ukul ''/77 I2)6

Anda mungkin juga menyukai